Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
5 M. Natsir, Fungsi Dakwah Perjuangan dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah,
Jakarta: Amzah, 2009, h. 3
6 Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, cetakan 22, Bandung: Mizan, 2001, h. 194
7 Ibnu Taimiyah, Majmu Al-Fatawa dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah,
Jakarta: Amzah, 2009, h. 5
2
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhamu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan dialah yang lebihmengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
2. Tujuan Dakwah dalam Islam
Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka mencapai nilai
tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh dengan jalan melakukan
aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan dakwah. Tujuan dakwah
merupakan salah satu tujuan umum dakwah, sehingga bisa dikatakan apabila unsur
ini tidak ada maka penyelenggaraan dakwah tidak akan membuahkan hasil seperti
yang diharapkan atau semua usaha akan sia-sia. Mengenai konteks tujuan dakwah
ini, para pakar memberikan definisi yang berbeda-beda. Namun perbedaan
pendapat tersebut hanyalah dalam tataran redaksi bahasa. Substansinya
sesungguhnya sama yaitu demi kemaslahatan hidup manusia di dunia dan
kehidupan di akhirat. Muhammad Natsir mengemukakan bahwa tujuan dakwah
adalah:8
a. Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik
persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat,
bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara.
b. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka
bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat
manusia.
c. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah
Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.
8 M. Natsir, Dakwah dan Tujuan dalam Dr. Thohir Luth, M. Natsir; Dakwah dan pemikirannya,
cetakan I, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 70
3
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Artinya : Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka,
(yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Dalam dua ayat di atas jelas ditegaskan bahwa tujuan dari dakwah itu ialah
menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya dari hidup ini dan mengeluarkan
manusia dari gelap gulita menuju terang benderang.9
Sedangkan Asmuni Syukir membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.10
a. Tujuan Umum (mayor objective)
9 Prof. Dr. hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1990, h.
50
10 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A.,
Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, h. 59-64
4
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
Karena
mereka
menghalang-halangi
kamu
dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka).
dan
tolong-menolonglah
kamu
dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.
Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi
menjadi beberapa tujuan lebih khusus, yakni:
a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.
Perintah Allah secara garis besar ada dua, yakni Islam
dan Iman.
b. Menumjukkan
larangan-larangan
Allah.
Larangan
ini
yang lain, pada bagian ini dibagi pula beberapa tujuan yang lebih khusus.
Antara lain:
a. Menunjukkan bukti-bukti ke-Esaan Allah dengan beberapa ciptaan-Nya.
b. Menunjukkan keuntungan bagi orang yang beriman dan bertaqwa
c.
d.
e.
f.
kepada Allah.
Menunjukkan ancaman Allah bagi yang ingkar kepada-Nya.
Menganjurkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan.
Mengajarkan syariat Allah berbuat dengan cara bijaksana
Memberikan beberapa tauladan dan contoh yang baik kepada mereka
(muallaf).
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa.
juga firman Allah SWT:
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah
diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
4) Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan dari fitrahnya. Tujuan
ini didasarkan pada al-Qur`an surat ar-Rm (30) ayat 30
Artinya : Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang
mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik.
Beberapa mufassir memberikan keterangan, yang dimaksud al basyrah pada
ayat diatas adalah al sunnah atau al ilmin, maknanya; dakwah kepada Allah
hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti
dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil
dengan gemilang menjadikan Islam sebagai rahmatan lil lamn. Tidak berlebihan
kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw
pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh. Keberhasilan
dakwah Rasulullah erat kaitannya dengan strategi dakwah yang beliau gunakan.
Berikut akan penulis sajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam
meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.
10
Kemudian pada fase dakwah jahriyyah. Adapun poin-poin penting yang mendorong
keberhasilan dakwah rasulullah antara lain :
a) Dakwah kepada kerabat (dawatul aqrobn).
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk
mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat
quraisy. Pada masa ini, berhasil direkrut dua paman rasulullah yang menjadi
pembela dakwah beliau, pertama Abu Thalib. Meski belum mau menerima ajaran
Islam, namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi
kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran
Islam, beliau inilah yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi
intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib
dari sisi keprajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah
rasul di Makkah saat itu.
b) Dakwah dengan menggunakan media umum (dakwah mmah).
Media-media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari
perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu
digarisbawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh rasulullah untuk
dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau 12 orang dari
11
suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya,
12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan
setia membela rasul dalam perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal
dalam sejarah dengan sebutan Baiatul Aqabah pertama dan Baiatul Aqabah
kedua.
c) Dakwah dengan tulisan (surat)
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya,
meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat para
sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang
sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk diajak beriman
kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di
Habasyah (Ethiophia-Afrika), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi
kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari
dikembangkan oleh para sahabat beliau dan para tabiin untuk menyebarkan
dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabiin,
hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada
generasi berikutnya.12
Artinya : "Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung".
Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu suatu
golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang
baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak
baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung."
Dalam ayat lain disebutkan:
Artinya : "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS.
Ali Imran: 110).
13
Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At
Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi
dalam surat yang lain.
Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar
merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan dalam
realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut menganjurkan
terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada
kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah
organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan individu-individu
yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu
melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan
selamat tinggal untuknya."
Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar
merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai kualitas
suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke dalam tingkatan yang
tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat
manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat:
"Menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran:
110). Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang
serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai
parameter utama. Allah Swt. berfirman: "Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani
Isra'il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat."
(QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana
tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar.
Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104
dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar lebih
didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal
ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar adalah bentengnya iman, dan hanya
dengannya iman akan terpelihara. Di samping itu, keimanan adalah perbuatan
individual yang akibat langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan
14
amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya
akan mengenai seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.
Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah,
Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik
kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan
dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public
opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak,
sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun
kelalaian dalam ber-amar ma'ruf telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini
yang salah, sehingga yang ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar
tampak sebagai hal yang ma'ruf.
Konsisten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan
merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah
masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya
sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu
layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar
ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan
kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: "Permisalan orangorang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang
berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada
di bawah jika hendak mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas
meraka. Akhirnya mereka berkata 'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita
tidak akan mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan
mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas
mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat."
Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi
munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:
1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang
yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
15
" "
Artinya: Hidup mulia atau mati syahid.
Hidup mulia yakni mengisi kehidupan dengan dakwah sehingga akan mati syahid
karena telah menolong agama Allah SWT. Berangkat dari motto tersebut, maka
mereka harus berdakwah dengan cara yang terkadang dianggap keras, karena menurut
beberapa tokoj mereka, dakwah dengan cara yang lembut terkadang masyarakat tidak
merasakan efek jera setelah melakukan kemaksiatan.
Aksi-aksi dakwah FPI bukanlah aksi-aksi taklid buta melainkan ditunjang oleh 2
aspek, yakni aspek internal dan eksternal. Aspek internal yaitu maraknya kemaksiatan
yang dilakukan masyarakat khususnya di kota-kota besar dan pemerintah yang
mempunyai otoritas dalam menanggulanginya ternyata tidak melakukan reaksi
apapun. Sehingga, FPI merasa bertanggung jawab untuk mencegah perbuatan munkar
yang terjadi sekitaranya. Aspek eksternal yaitu adanya intervensi dari barat (Amerika)
dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang
cenderung mendominasi dan mengekploitasi negara-negara berkembang. Selain itu
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Syamsul Munir, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Aziz, Jumah Amin Abdul, Fiqih Dakwah; Studi atas Berbagai Prinsip dn Kaidah yang
Harus dijadikan Acuan dalam Dakwah Islamiyah, Surakarta: Era Adicitra
Intermedia, 2010.
Hajsmy,. A. Dustur Dakwah Menurut Alquran, Jakarta: Bulan Bintang, 1884.
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1990.
Luth, Thohir, M. Natsir; Dakwah dan pemikirannya, cetakan I, Jakarta: Gema Insani Press,
1999.
Omar, Toha Yahya, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979
Shihab. M. Quraish, Membumikan Alquran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, cetakan 22, Bandung: Mizan, 2001.
Sukayat, Tata, Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
http://www.stomatolog-warszawa.19t.pl, Strategi Dakwah Rasulullah, diakses tanggal 6
Februari 2012
20