Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya
anatara lain:
a) Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan
3. PATOFISIOLOGI
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
-Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
-Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
4. GEJALA
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah
marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus
sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus
menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat
terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di
ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang
berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.
5. DIAGNOSIS
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga
untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang
tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit
untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone
audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa
takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama
dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di
gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala
6. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan
suara bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker,
telpon genggam)
Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat
maksimal
Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam
Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan
perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E
Lain-lain
7. PENGOBATAN
Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :
1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan
bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat
Intervensi:
- Kaji tingkat kesulitan tidur
- Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
- Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut