Sie sind auf Seite 1von 2

muslim.or.

id

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/keutamaan-shalat-tathawwu.html

Keutamaan Shalat Tathawwu


Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya amal ibadah manusia yang pertama kali dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat adalah shalat
(wajib lima waktu), Allah Taala berfirman kepada para malaikat dan Dia Maha Mengetahui (segala sesuatu):
Periksalah shalat (lima waktu yang telah dikerjakan) hamba-Ku, apakah dia telah sempurna atau ada yang
kurang? Kalau shalatnya telah sempurna maka dituliskan baginya (pahala) yang sempurna, kalau ada yang
kurang dalam shalatnya, Allah berfirman: Apakah hamba-Ku pernah mengerjakan shalat tathawwu? Kalau
hamba tersebut pernah mengerjakan shalat sunnah tathawwu, Allah berfirman: Sempurnakanlah bagi hambaKu (kekurangan) shalat (wajib lima waktu) dengan shalat tathawwu. Kemudian amal-amal ibadah lainnya akan
diperhitungkan seperti itu. [1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan dan salah satu hikmah besar disyariatkannya shalat tathawwu.
[2]
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin mengatakan, Ketahuilah, sungguh termasuk nikmat Allah (yang
agung) dengan Dia mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya amal-amal ibadah sunnah tambahan untuk
menyempurnakan (kekurangan) amal-amal yang wajib, karena (bagaimana pun) amal-amal yang wajib tidak
akan luput dari kekurangan. [3]
Mutiara Hikmah
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:
1. Shalat tathawwu adalah semua shalat yang disyariatkan dalam agama Islam, selain shalat wajib lima
waktu, baik yang hukumnya wajib atau sunnah (anjuran) [4].
2. Agungnya kedudukan shalat lima waktu dalam Islam, karena shalat adalah ibadah yang pertama kali Allah
Taala wajibkan kepada manusia setelah kewajiban beriman (dua kalimat syahadat), maka shalat adalah
panji iman dan bendera Islam[5].
3. Umar bin Khattab mengatakan, Hisablah (introspeksilah) dirimu saat ini sebelum engkau dihisab
(diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu saat ini sebelum amal
perbuatanmu ditimbang (pada hari kiamat nanti). [6]
4. Agungnya rahmat dan kasih sayang Allah Taala kepada hamba-hamba-Nya dengan menyempurnakan
kekurangan pada ibadah wajib mereka dengan ibadah sunnah yang mereka kerjakan. [7]
5. Arti kekurangan yang disempurnakan dalam hadits ini adalah ketidaksempurnaan dalam melaksanakan
amal-amal wajib dalam shalat, atau amal-amal yang disyariatkan seperti khusyu, dzikir-dzikir maupun doa
dalam shalat. [8]
6. Hamba Allah yang paling mulia di sisi Allah adalah yang melaksanakan amal-amal ibadah yang wajib
dengan baik, dan banyak mengerjakan amal-amal sunnah, sehingga Allah Taala pun mencintainya, inilah
wali (kekasih) Allah Taala yang sesungguhnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang
shahih[9] (yang menjelaskan tentang wali Allah, ed).
7. Keutamaan memperbanyak shalat tathawwu dan amal-amal sunnah lainnya, karena semakin banyak
amalan sunnah yang kita kerjakan maka semakin besar pula peluang kita untuk menyempurnakan
kewajiban-kewajiban kita, untuk keselamatan kita di hari kemudian.
8. Dahsyatnya perhitungan amal pada hari kiamat, karena pada waktu itu yang bermanfaat hanyalah amal
perbuatan manusia, bukan harta atau kemewahan dunia yang mereka miliki.

***
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, Lc.
Artikel www.muslim.or.id
Footnote:
[1] HR Abu Dawud (no. 864), an-Nasa-i (1/232-233), at-Tirmidzi (no. 413) dan Ibnu Majah (no. 1425 dan 1426),
dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahihul Jaamiish Shagiir (no. 2020).
[2] Lihat kitab Bugyatul Mutathawwi (hal. 16)
[3] Kitab Syarh Riyadhish Shaalihiin (3/282).
[4] Lihat kitab Bugyatul mutathawwi (hal. 12).
[5] Lihat kitab Faidhul Qadiir (3/87).
[6] Ucapan sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu yang terkenal, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan.
[7] Lihat kitab Bahjatun Naazhiriin (2/281).
[8] Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi (2/384).
[9] HSR al-Bukhari (no. 6137).

Das könnte Ihnen auch gefallen