Sie sind auf Seite 1von 15

Saturday, 1 October 2011

METODE PELESTARIAN ARSITEKTUR


Antariksa
Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melukiskan
keadaan objek atau persoalannya. Dalam hal ini, objek yang diamati adalah bangunan. Hasil
analisis tersebut dapat memberikan arahan tindakan pelestarian bangunannya. Hal ini
dilakukan dengan cara mengkaji elemen-elemen bangunan yang terdapat pada tersebut
dengan kriteria-kriteria makna kultural bangunan.
Pada tahap ini terdapat berbagai langkah pokok yang dilakukan dengan pendekatan
objek penelitian, di antaranya: 1. Merekam kondisi fisik bangunan dengan cara mengamati
kondisi objek penelitian pada saat ini; 2. Mengumpulkan informasi mengenai karakteristik
Arsitektur Kolonial yang berkembang di Indonesia, khususnya di lokasi penelitian; 3.
Melakukan pembandingan antara hasil yang didapat dari langkah 1 dan 2, sehingga
didapatkan suatu gambaran karakter bangunan, dan juga perubahan-perubahan yang terjadi;
dan 4. Membuat kesimpulan tentang kondisi fisik bangunan, dan juga menentukan arahan
tindakan pelestarian fisik bagi bangunan tersebut.
Metode penelitian
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat, dan
menganalisa fakta-fakta mengenai suatu masalah. Penelitian diadakan dengan tujuan pokok,
yakni menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk mengungkap fenomena sosial atau
alami tertentu. Untuk mencapai tujuan pokok ini peneliti merumuskan hipotesa,
mengumpulkan data, memproses data, membuat analisa, dan interpretasi. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Metode pendekatan menggunakan
deskriptif analisis (pemaparan kondisi), dan metode evaluatif, dan metode development.
Metode analisis kualitatif ini dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara.
Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis. Metode analisis kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell 1998). Bogdan dan Taylor
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Moleong 2007). Metode ini dilakukan dengan cara observasi lapangan
dan wawancara.
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan atau
menggambarkan keadaan atau status fenomena-fenomena ataupun hubungan antara fenomena
yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat. Metode deskriptif berguna untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu. Metode ini merupakan suatu

metode dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari hasil
observasi lapangan, wawancara, pengambilan gambar (foto), dokumen pribadi/resmi, dan
data lain yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya (Best 1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti
secara tepat. Metode rasionalistik-kualitatif merupakan metode dengan peneliti bertindak
sebagai instrumen utama, penelitian dilakukan dengan proses interview secara mendalam dan
mendetail secara silang dan berulang untuk dapat mengetahui perkembangan kawasan,
lingkungan serta perubahan perubahan yang mungkin terjadi (Moehadjir 1996). Dengan
penerapan metode ini dapat diketahui perkembangan dan perubahan yang terjadi pada
bangunan. Metode evaluatif digunakan sebagai metode dalam memberikan penilaian bagi
bangunan yang menjadi objek penelitian, penilaian ini berkaitan dengan nilai nilai makna
kultural yang dimiliki bangunan. Metode development merupakan metode yang bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Beberapa prosedur yang harus dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan suatu penelitian
adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan persoalan dengan jelas; 2. Menentukan sumber
informasi; 3. Menentukan metode pengumpulan data dan cara memperoleh informasi; 4.
Pelaksanaan riset; 5. Pengolahan data; dan 6. Menyusun laporan. Pada bagian lain Hartoto
(2009) juga menjelaskan bahwa langkah penelitian yang menggunakan metode deskriptif
sebagai berikut: a) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan
melalui metode deskriptif; b) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; c)
Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; d) Melakukan studi pustaka yang berkaitan
dengan permasalahan; e) Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau
hipotesis penelitian; f) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam
hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen,
mengumpulkan data, dan menganalisis data; g) Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan; dan h) Membuat
laporan penelitian
Kriteria pemilihan objek penelitian ini didasarkan pada kriteria Benda Cagar Budaya
UU No. 11 Tahun 2010, yakni 1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; 2. mewakili masa
gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan 4. memiliki nilai budaya bagi
penguatan kepribadian bangsa.
Selain itu, terdapat juga beberapa pertimbangan lain terhadap kriteria pemilihan objek
penelitian, mengacu pada pendapat Pontoh (1992: 37), yakni 1. Kriteria Arsitektural: Suatu
kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau konservasikan memiliki kriteria kualitas
arsitektur yang tinggi, disamping memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau
keteraturan dan kebanggaan (elegance). 2. Kriteria Historis: Kawasan yang dikonservasikan
memiliki nilai historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi
kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali
keberadaannya yang memudar; dan 3. Kriteria Simbolis: Kawasan yang memiliki makna
simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota.
Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk


mempermudah pengumpulan data selama melakukan observasi lapangan. Instrumen
pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kamera; Untuk mengambil foto
eksisting dan detail bangunan; 2. Lembar catatan dan sketsa; dan Untuk mencatat keterangan
dan menggambar hasil observasi di lapangan; dan 3. Lembar observasi. Berupa gambar
bangunan untuk mencatat berbagai pengamatan pada titik-titik bangunan.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan berbagai hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, sehingga dapat diperoleh sebuah informasi mengenai data yang dibutuhkan untuk
dianalisis dan didapatkan kesimpulan. Varibel tersebut perlu didefinisikan dengan jelas,
sehingga dapat memudahkan dalam pengaplikasiannya. Pengolahan data dilakukan dengan
mencari dan mengumpulkan berbagai variabel yang berhubungan dengan objek penelitian.
Pemilihan variabel penelitian dilakukan berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikutip
pada Bab II. Variabel tersebut diharapkan dapat mempermudah untuk melakukan
pengelompokan data dan sampel. (Tabel 1).
Tabel 1. Variabel Konsep, Faktor, dan Indikator
Konsep

Karakter Visual

Faktor

Dinding

Indikator

Tekstur, perubahan
Warna, perubahan
Material, perubahan
Ornamen, perubahan

Atap

Bentuk, perubahan
Material, perubahan

Jendela

Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan

Ventilasi

Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan

Pintu

Bentuk, perubahan
Material, perubahan
Warna, perubahan
Jumlah, perubahan

Fasade

Komposisi: simetri,
ritme/perulangan,
kontras kedalaman,
proporsi dan skala.

Karakter Spasial

Denah

Bentuk: tipis/U, perubahan


Simetri
Pola: grid, perubahan

Massa Bangunan

Bentuk dasar, perubahan


Orientasi bangunan, perubahan
Pola penataan, perubahan

Jenis Data dan Pengumpulan Data


Penyusunan hasil kajian ini didukung oleh adanya suatu data yang berkaitan langsung
dengan objek, baik berupa data primer maupun data sekunder. Dalam memperoleh data
tersebut digunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
Data primer
Data primer merupakan data pokok yang didapat langsung dari objek penelitian, yakni
data kualitatif. Data kualitatif,adalah data yang tidak diukur secara nominal (data fisik
bangunan, yang meliputi karakter visual dan karakter spasial), serta kondisi bangunan.(Tabel
2.)
Tabel 2. Jenis Data Primer, Sumber Data, dan Kegunaan
Jenis Survei
Primer

Jenis Data Primer

Sumber Data Primer

Kegunaan Data Primer

Data kualitatif

Data fisik
bangunan

Literatur terkait
Hasil survei

Untuk mengetahui karakter


bangunan sebagai penentu upaya
pelestarian bangunan

Arsip bangunan

Perkembangan dan
perubahan fisik
bangunan

Literatur terkait
Hasil survei
Arsip bangunan

Kuisioner

Pengelola bangunan
Pengguna bangunan

Untuk mengetahui data yang tidak


tidak terukur (kualitatif) yang
berhubungan dengan bangunan.

Instansi terkait

Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: 1)
Wawancara: Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih spesifik dan detail di
mana data tersebut tidak dapat kita temukan pada literatur, seperti: - Perkembangan dan
perubahan yang terjadi pada bangunan, untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan
dan perubahan bangunan, sebagai pertimbangan dalam upaya konservasi; - Jumlah pengguna
bangunan, sebagai acuan untuk menentukan jumlah responden kuisioner; dan - Permasalahan
yang terdapat pada bangunan dan mempengaruhi kegiatan pelestarian bangunan objek. Hal
ini dimaksudkan untuk upaya pelestarian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai acuan
untuk melakukan tahapan yang lebih lanjut; dan 2) Observasi lapangan: Observasi lapangan
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan melalui pengamatan objek guna memperoleh
gambaran secara langsung mengenai lokasi objek penelitian, dan untuk mengetahui masalah
yang mungkin muncul pada objek yang dapat mempengaruhi upaya konservasi bangunan.
Observasi lapangan ini dilakukan dengan melakukan pengambilan gambar (visual) dengan
menggunakan kamera digital, terdiri dari gambar fasade bangunan, kawasan sekitar
bangunan, dan interior bangunan. Dengan melakukan pengambilan gambar bertujuan juga
untuk mengetahui berbagai aktifitas dalam bangunan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya konservasi bangunan.
Data sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap yang berisi mengenai hal-hal yang dapat
mendukung dan mempunyai hubungan dengan data primer. Data sekunder juga berfungsi
sebagai bahan arahan dan pertimbangan dalam proses komparasi. Data sekunder tersebut
antara lain (Tabel 3): a. Konservasi bangunan yang berhubungan dengan bangunan; b.
Sejarah dan perkembangan bangunan; dan c. Karakteristik bentuk asitektural pada bangunan.

Tabel 3. Jenis Data Sekunder, Sumber Data, dan Kegunaan


Jenis Survei
Sekunder

Jenis Data Sekunder

Sumber Data
Sekunder

Kegunaan Data Sekunder

Studi Literatur

Karakter Arsitektural

Data literatur

Mengetahui karakter pada pada


bangunan kolonial sebagai acuan
untuk upaya konservasi bangunan

Pelestarian Bangunan

UU No. 5 th. 1992

Mengetahui pengertian, kriteriakriteria, klasifikasi, dan manfaat


pelestarian bangunan.

UU No. 10 th. 2010


Data literatur

Makna Kultural
Bangunan

Piagam Burra 1981


Guidelines to the
Burra Charter 1988

Mengetahui makna kultural


bangunan dalam upaya menentukan
elemen-elemen objek studi yang
layak untuk dilestarikan

Data literatur

Strategi Pelestarian
Bangunan

Data literatur

Mengetahui strategi pelestarian yang


tepat untuk diterapkan pada objek
penelitian

Wawancara

Mengetahui perubahan dan


perkembangan bangunan.

Instansi Terkait

Penngelola bangunan

Data literatur
Arsip bangunan

Bappeda Kota

RTRW Kota
RDTRK Kecamatan
Kota
Zoning Regulation
Kawasan Strategis

Mengetahui pedoman-pedoman
dalam upaya pelestarian, serta
arahan kebijakan pengembangan
pelestarian dalam skala
kawasan/kota

Kota
Data literatur

Berdasarkan kebutuhan data, dalam penelitian ini dibagi data yang digunakan terbagi menjadi
dua kategori, antara lain data umum dan data pustaka:
Data umum
Data umum dibagi menjadi dua macam: 1. Data fisik, berupa informasi yang
berhubungan dengan bangunan, seperti: a. Sejarah perkembangan bangunan dan berbagai
alasan yang melatar-belakangi pembangunannya; dan b. Identifikasi/analisis ciri-ciri dan
karakter pembentuk bangunan. Data ini akan digunakan sebagai bahan analisa komparasi
karakter bangunan; dan 2. Data non-fisik: Data non-fisik merupakan informasi yang didapat
yang bersifat kualitatif (tidak terukur) berupa kondisi di lapangan, yang meliputi kondisi
politik, ekonomi, sosial, serta nilai-nilai historis bangunan.
Data pustaka
Data pustaka merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur yang berhubungan
dengan objek penelitian, misal buku-buku mengenai arsitektur kolonial, jurnal dan penelitian
sejenis yang dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Data pustaka tersebut digunakan sebagai
konsep dasar untuk memperkuat analisis, sehingga dapat dihasilkan sebuah analisa yang
jelas.
Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu alat yang digunakan dalam pembahasan dan
penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang
menjadi dasar bagi penyelesaian suatu keputusan. Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintrepretasikan
(Singarimbun, 1995). Analisis data yang dilaukan dalam upaya pelestarian bangunan
menggunakan analisis kualitatif. Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis
(pemaparan kondisi), metode evaluatif (pembobotan) dan metode development.
Metode deskriptif analisis
Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data
berupa kondisi objek penelitian yang telah diperoleh melalui hasil survey lapangan, yaitu
pengamatan dan wawancara. Dari hasil survey lapangan tersebut akan ditemukan
kemungkinan perubahan pada unsur-unsur pembentuk karakter bangunan, baik dari tinjauan
gaya bangunan, atap, interior, eksterior, dan lain sebagainya. Beberapa aspek yang akan
dilakukan analisis menggunakan metode deskriptif analisis ini, yaitu 1) Identifikasi
Karakter Bangunan: Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui karakter bangunan yang
didapat dari berbagai sumber, baik melalui obeservasi lapangan maupun wawancara. Dalam
tahap ini diperlukan analisis yang membahas mengenai: a. Usia Bangunan, menunjukan
bahwa bangunan tersebut masuk ke dalam kategori pelestarian; b. Fungsi Bangunan,
menunjukan bahwa bangunan tersebut masih memiliki fungsi yang sama seperti pada saat

pertama kali dibangun; dan c. Kondisi Fisik Bangunan, menunjukkan tingkat keterawatan dan
keaslian bangunan; 2) Kondisi Bangunan: Analisis bangunan dilakukan pada seluruh bagian
bangunan. Analisis tersebut meliputi luas bangunan, jumlah dan pola tata ruang serta orientasi
bangunan. Analisis secara khusus dilakukan untuk mengetahui kriteria bangunan, yaitu
meliputi gaya bangunan, fungsi dan bahan. Hasil analisis berupa gambaran umum kondisi
bangunan yang sekarang dibandingkan dengan kondisi asli bangunan: dan 3) Masalah
Pelestarian: Analisis mengenai permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui kendala
kendala yang terdapat pada kegiatan pelestarian dan juga konservasi bangunanbangunan tua
yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Permasalahan fisik, yaitu kesadaran dan
inisiatif, dasar implementasi (dasar hukum), konsep dan rencana, organisasi dan realisasi
serta pendanaan kegiatan. Hasil pada tahap ini akan digunakan dalam pertimbangan upaya
konservasi yang akan dilakukan.
Metode evaluatif
Untuk menentukan nilai makna kultural bangunan didasarkan pada kriteria-kriterianya
(estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, keluarbiasaan, dan karakter bangunan).
(Tabel 4)
Tabel 4. Kriteria Penilaian Bangunan
No

Kriteria

Definisi

Tolak ukur

1.

Estetika

Terkait dengan perubahan estetis


dan arsitektonis bangunan (gaya
bangunan, atap, fasade/selubung
bangunan, ornamen/elemen, dan
bahan)

Perubahan gaya bangunan, atap,


fasade/selubung bangunan,
ornamen/elemen serta struktur dan
bahan

2.

Keluarbiasaan

Memiliki ciri khas yang dapat


diwakili oleh faktor usia, ukuran,
bentuk bangunan, dan lain
sebagainya

Peran kehadirannya dapat


meningkatkan kualitas serta citra
dan karakter bangunan

3.

Peranan sejarah

Berkaitan dengan sejarah baik


kawasan maupun bangunan itu
sendiri

Berkaitan dengan peristiwa


bersejarah sebagai hubungan
simbolis peristiwa dahulu dan
sekarang

4.

Kelangkaan

Bentuk, gaya serta elemen-elemen


bangunan dan penggunaan
ornamen yang berbeda dan tidak
terdapat pada bangunan lain

Merupakan bangunan yang langka


dan tidak terdapat di daerah lain

5.

Karakter
Bangunan

Memiliki peran yang penting


dalam pembentukan karakter

Memiliki ciri khas seperti usia


bangunan, ukuran/luas bangunan,

6.

Memperkuat citra
kawasan

bangunan

bentuk bangunan, dan sebagainya

Memiliki peran yang penting


dalam pembentukan karakter
kawasan

Peran kehadirannya dapat sesuai


dengan fungsi kawasan dan
meningkatkan kualitas serta citra
dan karakter kawasan

Sumber : Catanese (1989), Budiharjo (1985), Nurmala (2003), Hastijanti (2008)

Masingmasing kriteria tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Yang sesuai dengan kondisi bangunan ditinjau dari makna kultural elemenelemen
bangunan. Setiap tingkatan mempunyai bobot nilai tertentu.
Bobot penilaian ini juga dapat digunakan pada bobot nilai yang berbeda juga. Penelitian ini
menggunakan scoring dengan tiap kriteria dibagi menjadi tiga tingkatan mulai rendah, sedang
dan tinggi, yaitu 1,2 dan 3.
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai bobot dan penilaian makna kultural bangunan serta
batasan yang digunakan pada tiap tingkatan sebagai berikut:
1. Estetika
Estetika bangunan terkait dengan variabel konsep dan kondisi bangunan. Penilaian
estetika berdasarkan terpeliharanya elemenelemen bangunan dari suatu perubahan, sehingga
bentuk dan gaya serta elemenelemen bangunan masih sama dengan bentuk dan gaya
bangunan asli. (Tabel 5)
Tabel 5. Kriteria Penilaian Estetika Bangunan
No.

Penilaian

Bobot Nilai

Keterangan

1.

Rendah

Variabel dan konsep bangunan mengalami


perubahan / tidak terlihat karakter aslinya.

2.

Sedang

Terjadi perubahan yang tidak merubah karakter

3.

Tinggi

Tingkat perubahan sangat kecil, karakter asli tetap


bertahan

2. Keluarbiasaan

Kriteria keluarbiasaan terkait erat dengan bentuk bangunan serta elemen elemennya
terutama yang berhubungan dengan ukuran, sehingga menjadi faktor pembentuk karakter
bangunan. (Tabel 6)
Tabel 6. Kriteria Penilaian Keluarbiasaan Bangunan
No.

Penilaian

Bobot Nilai

Keterangan

1.

Rendah

Bangunan tidak mendominasi keberadaan


lingkungan bangunan sekitarnya.

2.

Sedang

Bangunan memiliki beberapa elemen yang


berbeda dengan lingkungan bangunan di
sekitarnya

3.

Tinggi

Keseluruhan bangunan terlihat dominan sehingga


dapat menjadi landmark.

3. Peranan Sejarah
Penilaian terhadap peranan sejarah berhubungan dengan peristiwa bersejarah atau
perkembangan Kota yang dapat dilihat dari gaya dan karakter bangunan serta elemen
elemennya yang mewakili gaya arsitektur pada masa itu. (Tabel 7)
Tabel 7. Kriteria Penilaian Peranan Sejarah Bangunan
No.

Penilaian

Bobot Nilai

Keterangan

1.

Rendah

Bangunan tidak memiliki kaitan dengan periode


sejarah / periode sejarah arsitektur tertentu

2.

Sedang

Bangunan memiliki fungsi yang terkait dengan


periode sejarah

3.

Tinggi

Bangunan memiliki kaitan dan peranan dalam


suatu periode sejarah / periode sejarah tertentu

4. Kelangkaan
Kelangkaan bangunan serta elemenelemen bangunan sangat terkait dengan aspek
bentuk, gaya dan struktur yang tidak dimiliki oleh bangunan lain pada kawasan studi,

sehingga menjadikan bangunan tersebut satusatunya bangunan dengan ciri khas tertentu
yang terdapat pada kawasan studi. (Tabel 8)
Tabel 8. Kriteria Penilaian Kelangkaan Bangunan
No.

Penilaian

Bobot Nilai

Keterangan

1.

Rendah

Ditemukan banyak kesamaan variabel pada


bangunan di sekitarnya

2.

Sedang

Ditemukan beberapa kesamaan variabel pada


bangunan lain di sekitarnya

3.

Tinggi

Tidak ditemukan kesamaan / ditemukan


sangat sedikit kesamaan dengan bangunan
lain di sekitarnya

5. Karakter Bangunan
Penilaian terhadap kriteria memperkuat karakter berhubungan dengan elemenelemen
bangunan yang mempengaruhi bangunan dan berfungsi sebagai pembentuk dan pendukung
karakter bangunan asli. (Tabel 9)
Tabel 9. Kriteria Penilaian Memperkuat Karakter Bangunan
No.

Penilaian

Bobot Nilai

Keterangan

1.

Rendah

Tidak memiliki nilai tinggi dari kelima aspek


sebelumnya

2.

Sedang

Memiliki minimal satu nilai tinggi dari kelima


aspek sebelumnya

3.

Tinggi

Memiliki minimal dua nilai tinggi dari kelima


aspek sebelumnya

6. Memperkuat Citra Kawasan


Penilaian terhadap kriteria memperkuat citra kawasan berkaitan dengan pengaruh kehadiran
bangunan terhadap kawasan sekitarnya yang dapat meningkatkan dan memperkuat kualitas
dan citra lingkungan (Tabel 10).

Tabel 10. Kriteria Penilaian Memperkuat Citra Kawasan

No.

Penilaian

Bobot
Nilai

11

Rendah

22.

Sedang

33

Tinggi

Keterangan

Apabila elemen bangunan dan bangunan secara keseluruhan tidak


menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan.
Apabila elemen bangunan dan bangunan secara keseluruhan cukup
menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan.
Apabila elemen bangunan dan bangunan secara keseluruhan
menciptakan kontinuitas dan laras arsitektural pada kawasan.

Nilai pada masingmasing elemen bangunan untuk tiap kriteria selanjutnya akan
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total yang dimiliki oleh masingmasing elemen. Nilai
inilah yang menjadi patokan dalam klasifikasi elemen yang selanjutnya menjadi dasar dalam
penentuan arahan pelestarian.
Langkahlangkah dalam penilaian makna kultural bangunan sebagai berikut: Menjumlahkan hasil dari masingmasing kriteria:
- Menentukan total nilai tertinggi dan terendah. Total nilai tertinggi sesuai dengan
penilaian makna kultural pada bangunan dalam penelitian ini adalah 18, sedangkan
total nilai terendah adalah 6
- Menentukan jumlah penggolongan kelas pada data dengan rumus Sturgess:
k= 1 + 3,22 log n
Keterangan:
k = jumlah kelas
n = jumlah angka yang terdapat pada data
- Menentukan pembagian jarak interval dengan cara mencari selisih antara total nilai
tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas.
i= jarak: k
Keterangan:
i = interval kelas
jarak = rentang nilai tertinggi dan terendah
k = 1 + 3,322 log n

- Mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai dengan jarak interval.
Nilai rata rata tersebut akan dibagi dalam tiga interval untuk kemudian digolongkan
dalam kelompok potensi bangunan dilestarikan. Pengelompokkan tersebut terbagi atas nilai
potensial rendah,sedang dan tinggi (Tabel 11).
Tabel 11 Kelompok Penilaian

Penilaian

Keterangan

Nilai < 10

Potensial rendah

Nilai 11 15

Potensial sedang

Nilai > 16

Potensial tinggi

Metode development
Metode development yang dilakukan untuk menentukan arahan dalam upaya pelestarian
bangunan yang terdiri dari arahan fisik. Di dalam penelitian dengan metode ini pengujian
datanya dibandingkan dengan suatu kriteria atau standar yang sudah ada/ditetapkan terlebih
dahulu pada waktu penyusunan desain penelitian. Standar yang telah ditetapkan tersebut
adalah penetapan arahan yang dilakukan dengan cara menyesuaikan hasil analisis terhadap
bangunan dengan teoriteori pelestarian yang dijabarkan oleh para ahli serta bentukbentuk
arahan yang telah diterapkan pada kondisi yang sama dengan kondisi pada penelitian.
Penentuan arahan tindakan fisik pada metode ini didasarkan pada hasil metode
sebelumnya, yakni metode evaluatif. Berdasarkan hasil analisis pada metode evaluatif,
didapatkan elemen-elemen bangunan berdasarkan klasifikasi potensial tinggi, sedang, dan
rendah. Setiap elemen pada kelas potensial tertentu kemudian diarahkan untuk tindakan
pelestarian lebih lanjut.
Bentuk arahan yang dimaksud difokuskan pada arahan tindakan fisik. Arahan tindakan fisik
pada bangunan diklasifikasikan lagi ke dalam empat kelas, yaitu preservasi, konservasi,
rehabilitasi dan rekonstruksi (Tabel 10).
Tabel 10. Teknik Pelestarian Fisik
Klasifikasi Elemen
Bangunan Potensial

Arahan Pelestarian Fisik

Tingkat Perubahan Fisik


yang Diperbolehkan

Potensial Tinggi

Preservasi

Sangat kecil

Konservasi

Kecil

Konservasi

Kecil

Rehabilitasi

Sedang Besar

Rehabilitasi

Sedang Besar

Rekonstruksi

Besar

Potensial Sedang

Potensial Rendah

Arahan tindakan fisik tersebut berfungsi untuk menentukan batas-batas perubahan fisik
yang diperbolehkan bagi setiap elemen-elemen bangunan. Setelah batas perubahan fisik
ditentukan, kemudian akan ditentukan tindakan teknis pelestarian berdasarkan tiap tingkat
perubahan yang diperbolehkan bagi setiap elemen pembentuk karakter bangunan. Penentuan
strategi dan arahan pelestarian yang ditetapkan melalui metode development terkait dengan
hasil yang didapat dari penilaian pada metode evaluasi berupa penilaian makna kultural
bangunan terbagi atas tiga kategori, yakni bangunan yang berpotensi tinggi, sedang dan
rendah. Penilaian yang diperoleh tidak hanya pada keseluruhan bangunan namun juga pada
tiap elemenelemen bangunan yang memungkinkan memiliki potensi yang berbeda.
Perbedaan pada tingkat potensi bangunan berpengaruh pada arahan pelestarian fisik yang
akan dilakukan. Bangunan yang memiliki potensi tinggi perlakuan preservasi maupun
restorasi sangat disarankan untuk mengembalikan wujud asli bangunan maupun elemenelemen bangunan yang memiliki nilai tinggi dan telah banyak berubah. Pengembalian elemen
tersebut disarankan menggunakan bahan maupun material yang sama atau mendekati agar
dapat menghasilkan nilai bangunan sesuai kondisi aslinya. Bangunan maupun elemen yang
memiliki potensi sedang dilakukan usaha konservasi untuk melestarikan kondisi bangunan
dan mengatur arah perkembangannya. Upaya konservasi juga berkaitan dengan usaha
pemeliharaan bangunan yang dapat dilakukan dengan pemeliharaan secara rutin maupun
berkala. Elemen bangunan yang memiliki potensial rendah dapat dilakukan upaya rehabilitasi
yakni penggantian bagian bagian yang rusak agar dapat berfungsi kembali. Pengembalian
kondisi bangunan tersebut tidak harus menggunakan bahan material maupun motif dan gaya
yang sama, yang lebih ditekankan kesan bangunan harus tampak sama. Pada upaya
rehabilitasi elemen bangunan yang berpotensi rendah dimungkinkan untuk melakukan
penambahan-penambahan elemen baru yang dapat disesuaikan dengan fungsi bangunan.

Desain Survei
Untuk menghasilkan suatu hasil penelitian yang valid dan sesuai dengan tujuan
penelitian yang diharapkan, maka perlu dibuat suatu desain survei yang merupakan rencana
mengenai cara pengumpulan dan analisis data.
Daftar Pustaka

Attoe, W. 1989. Perlindungan Benda Bersejarah. Dalam Catanese, Anthony J. dan Snyder,
James C. (Editor). Perencanaan Kota: 413-438. Jakarta: Erlangga.
Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Wedatama Widya Sastra. Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Jakarta: UI
Budihardjo, E. 1985. Arsitektur dan Pembangunan Kota di Indonesia. Bandung: Alumni.
Budiharjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta: Djambatan
Budiharjo, E. 1997. Arsitektur sebagai Warisan Budaya. Jakarta: Djambatan
Dobby, Al. 1984. Conservation and Palnning. London: Hunchinson
Farchan, A. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional. Surabaya.
Fitch, J.M. 1992. Historic Preservation:Curatorial Management of The Build World. New
York: Mc Graw Hill Book company.
Hastijanti, R. 2008. Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya.
http://saujana17.wordpress.com/2008/analisis-penilaian-bangunan-cagar-budaya .html.
(diakses 27 Februari 2011)
Kerr, J. 1982. The Conservation Plan: A Guide to the Preparation of Conservation Plans for
European Cultural Significant. New South Wales: The National Trust of Australia.
Krier, R. 1988. Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga.
Marzuki. 1977. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII.
Mills, E. 1876. Planning: Building for Education, Culture, and Science. London: NewnesButterworth.
Mills, E. 1994. Building Maintenance and Preservation: a Guide for Design and
Management. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Moelyono, P., Abdy, D., Djaya, H., & Ghufron, M. 1988. Pengantar Metode Penelitian.
Jakart : Penerbit Fero.
Nurmala. 2003. Panduan Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kawasan Pecinan-Pasar Baru
Bandung. Tesis. Tidak dipublikasikan. Bandung: ITB
Pontoh, N.K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota.
Jurnal PWK, IV (6):34-39.
Singarimbun, M & Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Das könnte Ihnen auch gefallen