Sie sind auf Seite 1von 14

TUTORIAL KLINIK

KASUS MATI

Disusun Oleh :
Rizqy Afina Ulya (20090310096)
Cynthia Hikmah (20090310099)
Delia Anisha (20090310113)
Tilovi Gani Ciputra (20090310161)
Kurniati Hatmi (20090310168)
Ricky Andy Setyawan (2009310169)
Listya Normalita (20090310193)

Diajukan Kepada :
dr. Martiana, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


UNIVERSITAS GAJAH MADA
2015

IDENTITAS JENAZAH
Nama

: Ny.S

Umur

: 75 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Sonokulon Rt 03/30 Tempel, Sleman

No.Visum

: 018/2015

Tanggal Dan Waktu Otopsi

: 24 Februari 2015, pukul 10.35-11.16 WIB

KRONOLOGIS KEJADIAN
Pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 05.30 keponakan korban mendapatkan kabar bahwa
ditemukan jenazah yang tergeletak di pinggir jalan yang diduga sebagai Ny.S, di daerah
Tempel (jalan Sedogan, Lumbungrejo, tepatnya depan toko Bu Sugeng). kemudian
dilakukan konfirmasi ke Resort Sleman. berdasarkan keterangan keponakan korban,
mereka terakhir kali bertemu satu hari yang lalu. Menurut keponakan korban, Ny.S
sering keluyuran di luar rumah dengan berjalan kaki tetapi tidak dapat pulang karena lupa
jalan pulang ke rumahnya. Menurut keterangan saksi yang meneukan korban di tempat
kejadian, kemungkinan korban jatuh terserempet mobil dan tergeletak di pinggir jalan.
Namun tidak ada saksi mata yang mengetahui secara pasti kronologis kejadian tersebut.
PEMERIKSAAN LUAR
1. Keadaan jenazah : jenazah tak berlabel terletak diatas meja otopsi dibungkus
dengan kantong jenazah berwarna putih. kantong jenazah dibuka, jenazah dalam
keadaan memakai baju kebaya berlengan panjang, berkerah, berbahan katun,
berwarna coklat bermotif batik dengan kancing berwarna kuning dan biru muda,
bermotif polos. jenazah memakai kain berbahan katun berwarna coklat muda
bermotif batik. jenazah memakai stagen berbahan katun bermotif garis-garis
berwarna biru tua. di atas kepala ada sarung tangan berbahan karet berjumlah dua.
jenazah beralasakan Koran berjumlah delapan dan kain batik berbahan katun,
berwarna coklat dan topi rajutan berbahan wool berwarna merah. dibawah
kakinkanan ada sandal jepit berwarna biru tua.

2. Sikap jenazah : jenazah terlentang dengan muka menghadap ke kiri atas, kedua
lengan lurus sejajar sumbu tubuh, kedua tangan menekuk menelungkup di
samping paha. tungkai atas kanan lurus sejajar sumbu tubuh dengan telapak kaki
kanan menghadap ke bawah dan jari-jari kaki menghadap ke atas. tungkai atas
kiri terhadap sumbu tubuh membentuk sudut empat puluh lima derajat. tungkai
atas kiri dan tungkai bawah kiri membentuk sudut Sembilan puluh derajat. telapak
kaki kiri menghadap ke dalam dan jari-jari kaki kiri menghadap ke bawah.
3. Kaku jenazah : terdapat kaku jenazah yang sukar digerakkan pada leher. terdapat
kaku jenazah yang mudah digerakkan pada sendi bahu kanan dan kiri, siku kanan
dan kiri, pergelangan tangan kanan dan kiri, panggul kanan dan kiri, lutut kanan
dan kiri, dan pergelangan kaki kanan kiri.
4. Lebam jenazah : terdapat bercak jenazah berwarna merah kehitaman yang tidak
hilang dengan penekanan pada tengkuk sebelah kiri, lengan kiri bagian belakang
dan tungkai bawah kiri.
5. Pembusukan : tidak ditemuka pembusukan ada tubuh jenazah.
6. Penemuan abnormal : pada dahi sebelah kiri terdapat luka robek dan patah tulang
terbuka bentuk tidak beraturan, warna merah, kondisi kotor, dasar tulang dengan
ukuran panjang empat koma lima sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter,
dalam tiga millimeter, dan teraba derik tulang. Pada bibir kanan atas terdapat luka
robek. Terdapat luka lecet geser pada kaki kanan. ditemukan darah keluar dari
hidung.
7. Ukuran jenazah : panjang seratus tiga puluh satu senti meter, berat dua puluh
delapan koma dua puluh lima kilogram.

PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai surat permintaan penyidik.

MASALAH YANG DIKAJI

1. Bagaimana kelengkapan surat-surat pemeriksaan sesuai aspek medikolegal


pada kasus ini ?
2. Bagaimana cara kematian korban ? Apakah karena tabrak lari, dipukul
3.
4.
5.
6.

atau karena sebab lain ?


Bagaimana mekanisme kematian pada kasus ini ?
Apa sebab kematian yang mungkin pada kasus ini ?
Kapan perkiraan saat kematiannya ?
Bagaimana cara membedakan antara luka antemortem dengan luka

postmortem ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan ?
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana kelengkapan surat-surat pemeriksaan sesuai aspek
medikolegal pada kasus ini ?
KELENGKAPAN ADMINISTRASI
Berita acara penerimaan jenazah
Surat permintaan penyidik sementara
Surat permintaan penyidik definitive
Laporan medis sementara
Surat pernyataan persetujuan keluarga
Surat pengantar pemeriksaan laboratorium

ASPEK MEDIKOLEGAL
KUHAP Pasal 133 Ayat 1 dan 2 (permintaan tertulis dari penyidik)
KUHAP Pasal 133 Ayat 3 (pelabelan jenazah)
KUHAP Pasal 134 Ayat 2 dan 3 (persetujuan tertulis dari keluarga)

2. Bagaimana cara kematian korban ? Apakah karena tabrak lari,


dipukul atau karena sebab lain ?
Hasil pemeriksaan mayat pada pejalan kaki, khususnya jika korban
ditubruk oleh mobil, tergantung dari berbagai faktor, diantaranya :
a. Faktor dari korban sendiri : posisi, keadaan fisik, pakaian yang
dikenakan
b. faktor dari kendaraan (misal : jenis, kecepatan , jarak antara jalan
dengan bagian terendah dari kendaraan)
c. Faktor keadaan jalan (permukaan jalan)

Luka-luka pada tungkai pejalan kaki merupakan kelainan terpenting dalam


bagian mana dari kendaraan yang mengenai tubuh korban :
1) Pada korban dewasa kebanyakan ditabrak dari belakang atau dari
samping. Luka yang khas biasanya terdapat pada tungkai bawah,
pada satu tungkai atau kedua tungkai.
2) Jika korban berdiri pada kedua tungkainya sewaktu terjadi
tubrukan, luka yang hebat dapat dilihat pada tungkai dimana
sering terjadi patah tulang, yang mana ujung dari tulang yang
patah tersebut dapat merusak dan keluar pada tempat yang
berlawanan dengan tempat impaknya (primary impact injury),
dengan demikian adanya kelainan tersebut (patah tulang) dapat
ditentukan bagaimana posisi korban sewaktu kecelakaan terjadi,
dalam arti dari arah mana kendaraan yang bersangkutan
menubruk korban.
3) Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya impak pada tungkai
bawah (bumper injuries, bumper fractures), maka bagian bokong
dan bagian punggung korban akan terkena oleh radiator, kap
mobil, lampu atau kaca depan (secondary impact injury).
4) Lanjutan dari poin ke-2 dan ke-3 tubuh korban dapat terjatuh dari
kendaraan tersebut ke jalan, hal ini menimbulkan luka-luka
akibat benturan atau sentuhan antara korban dengan jalan
(secondary injuries).
5) Lokasi dari luka-luka yang ada pada tubuh korban tergantung
dari posisi korban ditabrak dari belakang atau dari samping.
6) Pada saat korban terbaring atau tergeletak di jalan dapat terjadi
roda kendaraan menggilas korban, dan ini sering dapat dikenali
dengan tiremarks atau jejas ban, yang tidak lain merupakan luka
memar (marginal hemorages), ini dapat membantu dalam
menentukan kendaraan yang bertanggung jawab akan tabrak lari.
7) Jika kendaraan yang menabrak korban bukan mobil sedan tetapi
truk atau kendaraan besar lainnya, maka kejadian seperti yang
diuraikan pada poin 3 tidak akan terjadi. korban akan terdorong
dan terbawa dan kemudian akan jatuh kedepan, pada keadaan

seperti ini tubuh korban akan tergilas, dan terdapat kelainan yang
dikenal dengan nama crush injuries atau compression injuries.
8) Jika bagian kendaraan cukup rendah jaraknya dengan permukaan
jalan maka ini dapat memungkinkan tubuh korban dapat berputar
(rolling injuries), hal ini dapat dikenal dari luas di seluruh tubuh
dan beberapa bagian dari kulit dapat terkelupas.
9) Pemeriksaan toksikologis pada korban perlu juga dikerjakan
untuk memperoleh gambaran rekontruksi kejadian kecelakaan
yang tepat, demikian pula dengan pemeriksaan mikroskopis.
Kesimpulan: jadi pada kasus ini korban mengalami luka robek pada
dahi kiri dan luka lecet geser pada tungkai kanan sehingga
diperkirakan korban ditabrak dari arah belakang kanan korban lalu
korban terjatuh kearah depan kiri kemudian kepala korban
membentur trotoar yang berada di sebelah kiri korban. Namun pada
korban tidak ditemukan luka/jejas primer dari kendaraan terhadap
korban seperti jejas ban, bumper, radiator dan sebagainya.
3. Bagaimana mekanisme kematian pada kasus ini ?
Untuk mengetahui mekanisme pasti dari suatu kematian khususnya pada
kecelakaan masih belum cukup apabila hanya dilakukan pemeriksaan luar.
untuk lebih mendalam mengenai mekanisme pasti kematian diperlukan
pemeriksaan dalam. Dari pemeriksaan luar tersebut kemungkinan utama
yang menjadikan mekanisme kematian korban adalah adanya trauma
kepala karena kekerasan tumpul yang terjadi. Dengan ditemukannya luka
robek dan patah tulang terbuka pada dahi kiri dan ditemukannya cairan
merah yang keluar dari lubang hidung yang dicurigai darah. Hal tersebut
dapat menjadi kecurigaan terjadinya fraktur basis cranii. Kemungkinan
lain mekanisme kematian korban tersebut adalah adanya penyebab
sekunder dari fraktur basis cranii seperti adanya herniasi serebri,
peningkatan tekanan intracranial karena proses pendesakan yang
diakibatkan oleh aglutinasi darah akibat robeknya pembuluh darah di otak,
dimana hal tersebut mempengaruhi sistem kerja dari susunan saraf pusat

sehingga fungsi semua organ terganggu termasuk sistem kardiovaskuler


dan pernafasan. Selain itu kemungkinan asfiksia yang diakibatkan dari
aspirasi darah yang berasal dari fraktur basis cranii masih belum bisa
disingkirkan selain dengan dilakukannya pemeriksaan dalam. Oleh karena
itu untuk mengetahui mekanisme pasti dari kematian korban tersebut
harus dilakukan pemeriksaan dalam.
4. Apa sebab kematian yang mungkin pada kasus ini ?
Dengan ditemukannya luka robek dan patah tulang terbuka pada dahi kiri
dan ditemukannya cairan merah yang keluar dari lubang hidung yang
dicurigai darah. Hal tersebut dapat menjadi kecurigaan terjadinya fraktur
basis cranii.
Dari referensi disebutkan cedera kepala dapat pula mengakibatkan
perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan epidural, subdural
dan subarachnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak. Lesi otak
tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup), tetapi dapat terjadi
di seberang titik benturan (contrecoup).
5. Kapan perkiraan saat kematiannya ?
Perkiraan saat kematian berdasarkan tanda-tanda kematian sekunder
Tanda Kematia Sekunder :
1. Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis)
Penurunan suhu tubuh setelah meninggal sampai sama dengan suhu
lingkungan,karena pusat pengatur suhu

tubuh (Hipotalamus) tidak

berfungsi lagi.
Hal ini terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda
yg lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk seperti sigmoid atau huruf S.
Penurunan suhu tubuh lebih cepat bila :
Suhu keliling lebih rendah
Kelembaban rendah
Tubuh yg kurus
Posisi terlentang
Tidak berpakain/pakaian tipis
Orang tua & anak2

Perkiraan saat mati dengan penurunan suhu tubuh sulit dilaksanakan karena suhu
lingkungan harus dianggap konstan
Formula untuk suhu dalam o c : PMI : 37oc RT o c + 3
2. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terendah tubuh dan yg bebas
tekanan.
Mekanismenya : Orang setelah meninggal sistem kardiovaskulernya berhenti,
terjadi stasis aliran darah, pengaruh gaya gravitasi darah menuju bagian tubuh yg
terendah tapi masih dalam pembuluh darah.
Darah tetap cair karena masih ada aktivitas fibrinolisin yg berasal dari endotel
pembuluh darah.
Lebam mayat mulai nampak 30 menit-1 jam postmortem. Menetap 6-8 jam
postmortem. Jadi sebelum 6 jam pada penekanan masih hilang atau memucat.
Lebam mayat menetap disebabkan karena pembuluh darah sudah penuh terisi selsel darah & otot-otot pembuluh darah sudah mengalami kekakuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cepatnya muncul lebam adalah :

Kadar Hb yang tinggi (Polisetimia),sebaliknya kadar Hb yg rendah,dan


perdarahan memperlambat munculnya lebam.
Lebam mayat dapat digunakan untuk :
1. Tanda pasti kematian
2. Memperkirakan sebab kematian
3. Mengetahui perubahan posisi mayat,setelah lebam mayat menetap
4. Memperkirakan saat kematian
3. Kaku mayat (Rigor Mortis)

Kekakuan otot baik otot volunter maupun non volunter yang terjadi setelah
meninggal,dan didahului oleh relaksasi primer.

Mekanismenya:

Setelah meninggal,lama-lama kadar ATP habis sehingga protein otot (aktin &
miosin) menggumpal & otot kaku.

Kaku mayat dibuktikan dgn memeriksa persendian.


Mulai muncul 2 jam postmortem pada otot-otot kecil,menetap 12 jam sampai 24
jam,setelah 24 jam menghilang.
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat :
A. Aktivitas fisik
B. Suhu tubuh & lingkungan yg tinggi
C. Bentuk tubuh kurus
4. Pembusukan (Decomposition)

Proses kerusakan atau degradasi jaringan yg terjadi akibat autolisis dan kerja
bakteri.

Autolisis karena faktor enzim.

Terjadi 24 jam postmortem. Ada warna kehijauan pada perut kanan bawah (daerah
sekum).

Pembusukan lebih cepat bila :

suhu lingkungan optimal (26,5oc sampai suhu tubuh normal),


Kelembaban udara yang cukup,
Banyak bakteri pembusuk
Tubuh gemuk
Menderita penyakit infeksi/sepsis
5. Adiposera (Mayat Lilin)

ADIPOSERA adalah terbentuknya bahan yg berwarna keputihan, lunak atau


berminyak, berbau tengik yg terjadi di dalam jaringan lunak tubuh post mortem.

Terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yg terbentuk oleh hidrolisis lemak &
mengalami hidrogenisasi shg terbentuk asam lemak jenuh post mortem yg
tercampur dgn sisa2 otot, jaringan ikat,jaringan saraf yg termumifikasi (Mant &
Furbank,1957).

Adiposera membuat gambaran permukaan luar tubuh bertahan hingga bertahuntahun,shg identifikasi mayat & perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan.

Faktor yg mempermudah terbentuknya :

Kelembaban & lemak tubuh yg cukup

Suhu hangat

Invasi bakteri endogen ke jaringan

Faktor yg menghambat :
Air yg mengalir
Udara dingin
Pembusukan terhambat karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan
bertambah.
Jelas terlihat setelah 3 bulan (12 minggu).

6. Mumifikasi

Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup cepat shg terjadi
pengeringan jaringan yg selanjutnya dpt menghentikan pembusukan.

Jaringan menjadi keras, kering, gelap & berkeriput.

Terjadi bila : suhu hangat,kelembaban rendah, aliran udara yg baik, tubuh yg


dehidrasi & waktu yg lama (12-14 minggu).

7. Entomologi Forensik

Perkiraan saat kematian bisa dengan metode entomologik, yaitu pemeriksaan


belatung pada mayat yang sudah membusuk.

Menentukan jenis spesies larva : musca domestica, sarchophaga cranaria , dll.

Metamorphosis lalat :

Lalat-telur-larva (maggot)-pupa(kepompong)-lalat

Larva musca domestica panjang 8 mm pada hari ke-7 & menjadi kepompong hari
ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14.

Larva sarchopaga crania mencapai panjang 20 mm hari ke 9, menjadi kepompong


hari ke 10, dan menjadi lalat hari ke 18.

Siklus Lalat Musca Domestika


Perkiraan Saat Kematian

Dengan metode analisis bersama-sama tanda-tanda kematian sekunder (perubahan


suhu, lebam mayat, kaku mayat dan pembusukan). Cara lain :

Pengosongan lambung (3-5 jam setelah makan terakhir)

Pertumbuhan rambut kumis dan jenggot (0,4 mm/hari), kuku (1 mm/hari)

Kekeruhan kornea (6 jam post mortem)

Perubahan biokimiawi (dlm vitreus humor peningkatan kadar K+ (24 -100 jam
P.M)

Metode entomologik

Reaksi supravital : kontraksi otot paska mati 90-120 menit post mortem.

Scene marker : a tv scedule, dll

Perkiraan saat kematian kasus diatas :


Lebam mayat tidak hilang dengan penekanan : 6 8 jam
Kaku mayat pada leher korban : lebih dari 2 jam
Pembusukan tidak ada : kurang dari 24 jam
saat kematian diperkirakan kurang dari 8 jam
6. Bagaimana cara membedakan antara luka antemortem dengan luka
postmortem ?
a. Perdarahan

Karena tubuh manusia ditunjang oleh sirkulasi darah dengan tekanan


jantung, maka daya kekuatan dari luar yang menyebabkan pembuluh
darah pecah akan menyebabkan perdarahan terbuka dan koagulasi.
Luka terjadi pasca mati pada jenazah, perdarahan seperti mengalir
tetapi sulit koagulasi.
b. Perdarahan di bawah kulit
Terjadi karena kulit dipukul oleh benda tumpul sehingga pembuluh
darah pecah dan terjadi perdarahan dalam jaringan lunak. Bila jenazah
dipukul dengan benda tumpul sekalipun tidak akan terjadi perdarahan
dibawah kulit.
c. Mulut luka terbuka
Jaringan tubuh yang vital memiliki daya kekenyalan, sehingga bila
ototo kulit terpotong, mulut luka akan terkuak besar seperti buah
delima.
d. Resapan darah
Bila tubuh yang vital terluka, di tempat itu darah arteri terkumpul dan
terjadi kongesti darah. Akhirnya terjadi pembengkakan dan berwarna
merah.
e. Bercak merah
Perubahan histologi yang terjadi akibat luka adalah :
30 menit-4 jam terjadi pengumpulan leukosit PMN pada luka

dan terbentuknya benang-benang fibrin.


4-12 jam terjadi udem jaringan dan pembengkakan endotel

pembuluh darah.
12-24 jam terdapat peningkatan jumlah makrofag dan
dimulainya pembersihan jaringan mati.

7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan ?


Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah diperlukan untuk mengetahui identitas
korban sehingga jika diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk

mencocokan dengan golongan darah keluarga. Selain itu dapat


digunakan untuk mencocokkan dengan identitas korban seperti KTP.

Alkohol
Pemeriksaan alkohol diperlukan untuk mengetahui apakah korban
dalam pengaruh alkohol atau tidak yang mungkin berhubungan dengan
kematian. Selain itu untuk mengetahui kesehatan fisik korban, apakah
ada penyakit lain yang berhubungan dengan konsumsi alkohol terkait
dengan kejadian kematian atau tidak.

Das könnte Ihnen auch gefallen