Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SESUAI UU 36 TH.2008
DP TAX ADVISORY
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat mempersembahkan sebuah buku dengan judul
AKUNTANSI PAJAK sebagai revisi edisi sebelumnya kehadapan pembaca
sekalian.
Buku Akuntansi Pajak ini disusun untuk memberikan kemudahan bagi
mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan Perpajakan khususnya masalah
penyusunan Laporan Keuangan Fiskal (LKF), dan bagi masyarakat yang ingin
mempelajari masalah pajak sebagai acuan didalam pemenuhan kewajiban pajak
secara umum.
Disamping membahas secara teori, buku ini menyajikan secara sistematika
ketentuan-ketentuan dalam penyusunan Laporan Keuangan Fiskal (LKF) beserta
contoh-contoh dengan harapan dapat lebih membantu didalam pemahaman
mengenai permasalahan pajak.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan dan penerbitan buku ini, segala saran dan kritik untuk
penyempurnaan buku ini di waktu-waktu mendatang sangat penulis harapkan.
DP TAX ADVISORY
RIWAYAT PENULIS
DP TAX ADVISORY
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
RIWAYAT PENULIS iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN 6
1. Pengertian Umum
6
2. Akuntansi Sebagai Sumber Data
9
9
10
10
12
16
18
2. Koreksi Tetap
19
a. Pengeluaran Natura dan Kenikmatan
19
b. Sumbangan/Bantuan/Hibah
20
c. Pemakaian Untuk Kepentingan Pribadi
20
d. Biaya Bunga 21
e. Pengalihan Aktiva Tetap
24
f. Penghasilan Yang Telah Dikenakan Pajak Bersifat Final
g. Penghasilan Yang Tidak Termasuk Obyek Pajak
26
BAB 4 KAPITA SELEKTA
27
1. Penjualan Konsinyasi 27
2. Ability to Pay
27
3. Penjelasan Pos-Pos Dalam Neraca Fiskal
a. Aktiva Lancar 28
b. Aktiva Tetap 28
c. Kewajiban
28
d. Modal 30
E-Book Akuntansi Pajak Terapan
25
27
DP TAX ADVISORY
32
33
36
DAFTAR PUSTAKA
40
BONUS :
PETUNJUK PENGHITUNGAN PPH BADAN 2012
41
DP TAX ADVISORY
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pengertian Umum
Dalam setiap pembicaraan mengenai perpajakan muncul permasalahan yang
selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan
perkembangan kondisi sosial ekonomi. Dimana kita menyadari adanya
perbedaan deamental antara pemerintah (fiskus) dengan wajib pajak, fiskus
berusaha memperoleh pemasukan sebesar-besarnya dari pajak sedangkan
wajib pajak berpikir sebaliknya, yaitu bagaimana memperkecil atau menghindari
pembayaran pajak.
Kontroversi tersebut dalam kenyataan selalu ada, namun bagaimana hal ini
dapat dijembatani dengan suatu kebijakan pemerintah yang dapat meminimalisir
ekses negatif yang mungkin timbul. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya
perangkat aturan yang jelas, transparan dan adil yang didukung dengan aparat
yang profesional dengan birokrasi yang sederhama.
Sejak dilaksanakan Tax Reform tahun 1984 terdapat perubahan yang sangat
mendasar didalam sistem pemungutan pajak, yaitu dengan digunakan Self
Assessment System dimana wajib pajak diberi wewenang untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri. Fiskus melakukan
pembinaan , pelayanan dan pengawasan terhadap kepatuhan pemenuhan
kewajiban pajak yang dilakukan wajib pajak (tax compliance). Salah satu
bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak adalah menyusun
laporan keuangan yang dalam istilah pajak disebut pembukuan/pencatatan
sebagai sumber data dalam proses penghitungan pajak.
DP TAX ADVISORY
DP TAX ADVISORY
Dengan mengalikan Penghasilan Kena Pajak (PKP) tersebut dengan tarif PPh
pasal 17, akan diperoleh besarnya PPh terhutang yang menjadi kewajiban wajib
pajak pada tahun pajak yang bersangkutan.
Koreksi fiskal juga dilakukan pada laporan perubahan modal dan neraca.
Pada laporan perubahan modal akuntansi dilakukan koreksi sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku sehingga menjadi laporan perubahan modal
fiskal. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan laba ditahan fiskal atau modal
fiskal yang akan dicantumkan dalam Neraca Fiskal . Selain pos laba ditahan atau
modal, pos-pos lain dalam neraca akuntansi juga harus dikoreksi agar menjadi
neraca fiskal yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
DP TAX ADVISORY
BAB 2
REKONSILIASI FISKAL
1. Akuntansi Komersial
Perusahaan dalam menyampaikan informasi keuangannya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (manajemen, pemilik / pemegang saham, Bank dan lainlain) yaitu dengan menggunakan Informasi Akuntansi.
Informasi Akuntansi
(generally accepted)
AKUNTANSI KOMERSIAL
2. Akuntansi Fiskal
Untuk keperluan menghitung Pajak Penghasilan (PPh), Dirjen Pajak (fiskus)
menghendaki informasi akuntansi yang disusun secara Khusus (tidak
berdasarkan pada SAK)
berlaku.
Informasi Akuntansi
Yang disusun scr khusus
AKUNTANSI FISKAL
DP TAX ADVISORY
3. Rekonsiliasi Fiskal
Untuk membuat Akuntansi Fiskal perlu dilakukan Koreksi Fiskal terhadap
Akuntansi Komersial.
Akuntansi Komersial
Akuntansi Fiskal
Koreksi Fiskal
L/R Fiskal
Laba Fiskal
PPh Terhutang
(yang menjadi kewajiban perusahaan pada tahun yang bersangkutan)
DP TAX ADVISORY
10
b. Neraca
Koreksi fiskal ini dilakukan pada : Laporan perubahan modal dan pos-pos lain
didalam neraca.
Hal ini untuk mendapatkan laba ditahan fiscal atau modal fiscal yang
tercantum dalam neraca fiscal.
DP TAX ADVISORY
11
BAB 3
MACAM REKONSILIASI (KOREKSI) FISKAL
1. KOREKSI WAKTU
Koreksi waktu dapat dilakukan pada pos-pos antara lain :
a. Penyusutan
Pengertian penyusutan adalah : sebagian harga perolehan aktiva tetap yang
secara sistematis dialokasikan sebagai biaya. Dimana besarnya penyusutan
yang dibebankan setiap tahunnya dipengaruhi oleh metode penyusutan yang
digunakan.
Berdasarkan metode penyusutan yang digunakan, maka :
Menurut Akuntansi Komersial
Banyak metode, antara lain :
Garis Lurus
Saldo Menurun
Saldo Menurun Ganda
Jumlah Angka Tahun, dll.
DP TAX ADVISORY
12
Catatan : Pada akhir masa manfaat, Nilai Sisa Buku (NSB) yang ada
disusutkan sekaligus (closed ended).
Didalam pemilihan metode penyusutan yang ada, wajib pajak dapat memilih
salah satu diantara 2 (dua) metode tersebut, dengan ketentuan Taat Asas.
Taat Asas :
Sekali memilih untuk menggunakan salah satu metode penyusutan, maka untuk
tahun-tahun berikutnya harus menggunakan metode yang sama. Hal ini berlaku
untuk seluruh aktiva tetap dalam perusahaan.
DP TAX ADVISORY
13
b. Amortisasi
Harta tidak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun,
misalnya :
Tarif Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
Bukan Bangunan
Kelompok I
4 Th
25 %
50 %
Kelompok II
8 Th
12,5 %
25 %
Kelompok III
16 Th
6,25 %
12,5 %
Kelompok IV
20 Th
5%
10 %
Permanen
20 Th
5%
Tidak Permanen
10 Th
10 %
Bangunan
DP TAX ADVISORY
14
Tarif Amortisasi
Masa Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok I
4 Th
25 %
50 %
Kelompok II
8 Th
12,5 %
25 %
Kelompok III
16 Th
6,25 %
12,5 %
Kelompok IV
20 Th
5%
10 %
AKUNTANSI KOMERSIAL
AKUNTANSI FISKAL
1.
Aktiva yang disusutkan adalah Aktiva yang disusutkan hanya aktiva yang
seluruh aktiva tetap yang dimiliki dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan,
atau dikuasai
menagih, dan memelihara penghasilan.
2.
Saat
dimulainya
pengakuan Saat dimulainya pengakuan
penyusutan adalah pada tanggal adalah pada bulan pembelian.
pemakaian.
penyusutan
3.
menjadi
4.
Banyak metode
yang dapat dipilih.
DP TAX ADVISORY
15
- Rata-Rata
- Identifikasi Khusus
DP TAX ADVISORY
16
KELUAR
MASUK
FIFO
RATA-RATA
SALDO
LIFO
FIFO
RATA-RATA
SALDO AWAL
100 @9 = 900
100 @ 9 = 900
100 @ 9 = 900
1900
100 @9 =
100 @9 = 900
LIFO
100 @9 = 900
1900
900
100 @9 = 900
3300
100 @ 9 = 900
2400
1900
1400
100 @ 9 = 900
100 @11 = 1100
900
Dari penghitungan persediaan diatas, maka penghitungan HPP untuk masingmasing metode penilaian persediaan sebagai berikut :
KETERANGAN
FIFO
RATA-RATA
LIFO
900
900
900
Pembelian
2.400
2.400
2.400
Persediaan Akhir
1.400
1.100
900
1.900
2.200
2.400
Persediaan Awal
DP TAX ADVISORY
17
PIUTANG / TAGIHAN
Akuntansi Komesial
Dibuat rekening cadangan -
Akuntansi Fiskal
Tidak boleh menggunakan -
Kerugian piutang.
Metode cadangan.
Catatan :
Nilai piutang dalam neraca harus dicantumkan secara Netto, dalam arti saldo
piutang setelah dikurangi dengan piutang yang tidak dapat ditagih lagi.
DP TAX ADVISORY
18
2. KOREKSI TETAP
Koreksi tetap dapat dilakukan pada pos-pos antara lain :
a. Pengeluaran Natura dan Kenikmatan
DP TAX ADVISORY
19
3.
Hal ini dapat terjadi karena adanya penarikan dana / aktiva untuk
keperluan pribadi pemilik perusahaan atau pengeluaran biaya untuk
pribadi pemilik perusahaan.
DP TAX ADVISORY
20
d. Biaya Bunga
KREDIT / HUTANG
Mengakibatkan perusahaan
Membayar biaya bunga
DP TAX ADVISORY
21
Contoh :
PT. MAJU pada tahun 2013 mendapat pinjaman dari pihak ketiga dengan
batas maksimal sebesar Rp. 200.000.000,- dan tingkat bunga 20%
pertahun. Dari jumlah tersebut telah diambil dengan rincian sebagai
berikut :
- Bulan Februari diambil Rp. 125.000.000,- Bulan Juni diambil Rp. 25.000.000,- Bulan Agustus diambil Rp. 50.000.000,-
DP TAX ADVISORY
22
Pinjaman
Januari
Jangka Waktu
0 1 bulan = Rp.
500.000.000
Rp. 150.000.000
2 bulan = Rp.
300.000.000
Rp. 200.000.000
Rp. 150.000.000,-
RATA-RATA DEPOSITO :
Bulan
Januari
Deposito
Jangka Waktu
0 1 bulan = Rp.
RP. 25.000.000
Rp. 46.000.000
Rp. 50.000.000
DP TAX ADVISORY
23
Penjualan
Pertukaran
Penghapusan karena sebab luar biasa
(Hilang, kebakaran, atau rusak berat)
DP TAX ADVISORY
24
Apabila :
Aktiva Tetap
Dijual
Maka penjualan tersebut (yaitu adanya hubungan istimewa) secara fiskal yang
diakui adalah Harga Pasar.
Aktiva Tetap
Diserahkan
Apabila harga pasar Lebih Besar dari nominal saham, maka selisih lebih
dibukukan sebagai Agio Saham.
Semua pendapatan, baik yang telah dikenakan pajak final atau tidak final
diakui sebagai pendapatan.
DP TAX ADVISORY
25
Pendapatan yang telah dikenakan pajak yang bersifat final tidak boleh
diakui sebagai pendapatan.
Semua pendapatan, baik yang tidak dikenakan pajak (bukan obyek pajak)
diakui sebagai pendapatan.
Pendapatan yang tidak termasuk obyek pajak, boleh tidak diakui sebagai
pendapatan, misalnya :
a. Sumbangan, bantuan, hibah, sepanjang tidak dalam rangka hubungan
kerja / usaha dan hubungan kepemilikan.
b. Deviden / pembagian laba atas penyertaan modal yang diperoleh PT,
Koperasi, Yayasan, BUMN / BUMD.
DP TAX ADVISORY
26
BAB 3
KAPITA SELEKTA
1. Penjualan Konsinyasi
System penjualan konsinyasi adalah barang telah diserahkan tetapi hak
pemilikan masih berada dipihak pabrik (yang menyerahkan).
Penyerahan barang
Sistem Konsinyasi
Bukan Penghasilan
2. Ability to Pay
Dalam perpajakan konsep ability to pay, yaitu pajak harus dipungut pada saat
WP mempunyai kemampuan untuk membayar (likuid).
Misalnya : Sewa yang diterima dimuka, dalam perpajakan diakui sekaligus
sebagai penghasilan saat diterimanya uang sewa tersebut.
DP TAX ADVISORY
27
a. AKTIVA LANCAR :
1. Kas (sama dengan pada akuntansi komersial)
2. Kas Bank (sama dengan pada akuntansi komersial)
3. Piutang
Yang dicantumkan adalah piutang netto, yaitu setelah dikurangi dengan
piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih, yang telah dibebankan
dalam biaya operasional.
4. PPh dibayar dimuka
Merupakan besarnya PPh yang telah dibayar selama tahun pajak
yang bersangkutan, yang dapat dikreditkan dalam penghitungan PPh
terhutang.
5. Persediaan
Merupakan persediaan barang dagangan yang telah dihitung berdasarkan
metode FIFO atau Rata-rata.
b. AKTIVA TETAP :
1. Jumlah Aktiva tetap
Merupakan jumlah harga perolehan aktiva tetap yang dimiliki dan
digunakan secara langsung dalam kegiatan usaha.
2. Akumulasi Penyusutan
Merupakan nilai akumulasi dari penyusutan yang dilakukan secara fiskal
selama masa manfaat.
Pada sisi Pasiva dalam neraca fiscal terdapat pos-pos antara lain :
c. KEWAJIBAN :
Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan dimasa yang
akan datang yang timbul karena adanya transaksi dimasa sebelumnya,
misalnya pembelian barang / jasa atau menerima pinjaman uang.
DP TAX ADVISORY
28
Klasifikasi Kewajiban :
1. Kewajiban (hutang) jangka pendek.
Merupakan hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu sampai
dengan satu tahun, misalnya :
Hutang usaha
Hutang pajak
Hutang sewa
Hutang deviden
Pinjaman bank
Pinjaman gadai
Pendapatan ditangguhkan
DP TAX ADVISORY
29
Berdasarkan :
a. Nilai tukar tetap, atau
b. Nilai tukar pada akhir tahun pajak
Catatan :
Dalam neraca, kewajiban disajikan disisi pasiva berdasarkan urutan jatuh
temponya (dari yang terdekat sampai dengan yang paling lama)
d. MODAL :
Adalah sejumlah harta yang menjadi hak milik suatu usaha.
Rekening modal terdiri dari :
1. Modal disetor
Yaitu : harta yang ditanamkan pemiliknya ke perusahaan.
2. Laba ditahan
Yaitu : akumulasi laba setelah pajak termasuk laba tahun berjalan dan
telah dikurangi dengan laba yang dibagikan (deviden).
DP TAX ADVISORY
30
Catatan :
Semua pembayaran yang bersumber dari Laba Ditahan tidak boleh
dibebankan sebagai biaya untuk tahun buku selanjutnya. Misalnya :
Pembayaran bonus
Gratifikasi
Jasa produksi
Tantiem
Dll
DP TAX ADVISORY
31
Uraian
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Jumlah
Rp
Rp
Rp
Yang besangkutan
Rp(+)
Rp(+)
Rp.(+)
Bahan tersedia
Rp
Rp...
Rp
Rp (-)
Rp... (-)
Rp..(-)
Pemakaian bahan
Rp.
Rp
Rp.
Gaji/upah
Rp
Penyusutn / amortisasi
Rp
Biaya lain-lain
Rp.(+)
Rp
Rp.(+)
Rp.
Rp..(-)
Rp
Rp....(+)
Rp.
Rp.(-)
Rp.
Catatan :
1. Persediaan dan pemakaian persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan
yang dilakukan secara Rata-rata atau FIFO.
2. Penyusutan / amortisasi dilakukan dengan metode Garis Lurus atau Saldo
Menurun.
3. Jumlah pembelian adalah nilai pembelian setelah dikurangi dengan
pengembalian barang, potongan, dan rabat dalam tahun yang bersangkutan.
DP TAX ADVISORY
32
RINGKASAN REKONSILIASI
LAPORAN KEUANGAN FISKAL
NO
I.
KETERANGAN
PENGHASILAN USAHA
1. Penjualan Neto
a. Metode pengakuan
b. Potongan penjualan/rabat
- Metode realisasi
- Metode penyisihan
c. Retur penjualan
- Metode realisasi
- Metode penyisihan
2.Harga Pokok Penjualan (HPP)
a. Penilaian persediaan
- Harga perolehan
- HP & H.Pasar terendah
- Prosentase laba bruto
- Harga eceran
b. Metode
- FIFO
- LIFO
- Rata-rata
c. Pencatatan
- Fisik
- Perpetual
KOMERSIAL
KOREKSI
FISKAL
Akrual
Akrual
DP TAX ADVISORY
33
II.
Harga Pasar
Harga Pasar
DP TAX ADVISORY
34
Bukan
Biaya
Bukan
Biaya
50%
-
Bukan
Biaya
Bukan
Biaya
50%
DP TAX ADVISORY
35
2.
3.
4.
5.
Jenis Usaha
Jenis Harta
Semua
Jenis a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk
Usaha
meja, bangku, kursi, almari dan sejenisnya yang bukan
bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin hitung,
duplikator, mesin photo copy, accounting machine dan
sejenisnya. Komputer, printer, scanner dan
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/casette,
video recorder, televisi, dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang
e.
bersangkutan.
f. Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman.
Dies, jigs, dan mould.
Pertanian,
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin
Perkebunan,
Kehutanan,
Perikanan
Industri Makanan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti huller,
dan Minuman
pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
Perhubungan,
Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai
Pergudangan dan angkutan umum.
Komunikasi
Industri
Semi Flash memory tester, writer machine, bipolar test system,
Konduktor
eliminator (PE8-1), pose checker.
Jenis Usaha
Semua Jenis
Usaha
Jenis Harta
a Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku,
. kursi, almari, dan sejenisnya yang bukan merupakan
bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin, dan sejenisnya.
b Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
.
c Container dan sejenisnya
.
DP TAX ADVISORY
36
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian,
Perkebunan,
Kehutanan,
Perikanan
Industri Makanan
dan Minuman
a
.
a
.
b
.
DP TAX ADVISORY
37
Industri Kimia
5.
Industri Mesin
6.
Perhubungan
Komunikasi
DP TAX ADVISORY
38
Telekomunikasi
Jenis Harta
Mesin berat untuk konstruksi
2.
Perhubungan dan
Komunikasi
DP TAX ADVISORY
39
DAFTAR PUSTAKA
3. -----------------------------------, 2009
Peraturan
Menteri Keuangan
Nomor : 83/PMK.03/2009. Tentang
Pemberian Natura & Kenikmatan yang
Dapat Mengurangi Penghasilan Bruto.
4. -----------------------------------, 2009
5. -----------------------------------, 2001
Himpunan
Peraturan Pelaksanaan
Perubahan Undang-Undang Perpajakan
Tahun 2001, CV Eko Jaya, Jakarta.
7. -----------------------------------, 2000
9. ----------------------------------
DP TAX ADVISORY
40
BONUS
PETUNJUK PENGHITUNGAN
PAJAK PENGHASILAN BADAN
( UU No.36 Tahun 2008)
A. Formulasi Penghitungan
(-)
(=)
PENGHASILAN BRUTO
BIAYA-BIAYA
PENGHASILAN NETO
(-)
KOMPENSASI
KERUGIAN
(=)
PPH
TERUTANG
(=)
TARIF
PASAL 17
(X)
PENGHASILAN
KENA PAJAK
(-)
PPh YG DIPOTONG /
DIPUNGUT PIHAK LAIN
(=)
PPh YG HARUS
DI BAYAR SENDIRI
(-)
(=)
PPh KURANG/LEBIH
BAYAR
B. Keterangan :
1. Penghasilan Bruto
Merupakan penghasilan yang diperkenankan sebagai obyek pajak, baik
penghasilan dari usaha maupun penghasilan dari luar usaha kecuali
penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final.
2. Biaya-Biaya
Merupakan
pengurang-pengurang
yang
diperkenankan
didalam
DP TAX ADVISORY
41
DP TAX ADVISORY
42
Contoh :
PT.
dalam
tahun
2007
mengalami
kerugian
fiskal
sebesar
DP TAX ADVISORY
43
: Rp. 200.000.000
: (Rp. 300.000.000)
: NIHIL
: Rp. 100.000.000
: Rp. 800.000.000
: (Rp. 1. 200.000.000)
200.000.000 (+)
( 1.000.000.000)
( 300.000.000)
( 1.000.000.000)
( 1.000.000.000)
NIHIL
100.000.000 (+)
( 900.000.000)
800.000.000 (+)
( 100.000.000)
Rugi fiskal tahun 2007 sebesar Rp. 100.000.000,- yang masih tersisa akhir
tahun 2012 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun
2013. Sedangkan rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 300.000.000,- hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2013 dan 2014, karena
jangka waktu 5 (lima) tahun yang dimulai sejak tahun 2009 berakhir pada
tahun 2014.
4. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif dihitung dengan jalan
mengurangkan penghasilan neto dengan kompensasi kerugian tahun
sebelumnya. Dengan kata lain jika tidak ada kompensasi kerugian tahun
DP TAX ADVISORY
44
Selanjutnya sesuai Pasal 31E ayat (1) menyatakan bahwa : Wajib Pajak
badan
dalam
negeri
dengan
peredaran
bruto
sampai
dengan
Contoh 1:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp4.500.000.000,00
(empat miliar lima ratus juta rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
DP TAX ADVISORY
45
Contoh 2:
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000,00
(tiga puluh miliar rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
6. PPh Terhutang
Besarnya
pajak
terhutang
(PPh
terhutang)
diperoleh
dengan
jalan
mengalikan Penghasilan Kena Pajak (PKP) dengan Tarif Pajak Pasal 17.
Untuk keperluan penerapan tarif pajak ini jumlah Penghasilan Kena Pajak
(PKP) dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh.
pelunasan
pajak
dalam
tahun
berjalan
yaitu
melalui
DP TAX ADVISORY
46
DP TAX ADVISORY
47
Apabila terdapat hasil PPh kurang bayar, maka kekurangan tersebut harus
dilunasi
selambat-lambatnya
sebelum
Surat
Pemberitahuan
Tahunan
C. KREDIT PAJAK
Yang dimaksud dengan kredit pajak adalah pelunasan / pembayaran pajak
dalam tahun berjalan yaitu melalui dibayar sendiri oleh wajib pajak ataupun
melalui pemotongan/pemungutan oleh pihak lain (pada saat wajib pajak
menerima penghasilan) yang boleh diperhitungkan sebagai Kredit Pajak
(dikreditkan) terhadap PPh terhutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Kredit Pajak hanya dapat diperhitungkan untuk penghasilan yang pengenaan
pajaknya tidak bersifat final.
Adapun Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan yaitu :
1. Pajak Penghasilan Pasal 22
2. Pajak Penghasilan Pasal 23
E-Book Akuntansi Pajak Terapan
DP TAX ADVISORY
48
Dalam hal ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud kredit
pajak adalah :
1. Pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak
2. Baik dengan cara dipotong/dipungut pihak lain
3. Maupun dengan cara dibayar sendiri
4. Yang tidak bersifat final
5. Untuk tahun pajak yang sama
6. Yang dapat diperhitungkan sebagai angsuran pajak
DP TAX ADVISORY
49