Sie sind auf Seite 1von 59

I.

Skenario F blok 23 tahun 2014

Mrs. Lina, 29 years old attends the primary health centre with her husband. They have been
trying to get pregnant for 3 years but failed. She has regular menstrual cycles, every 28 days.
There was no history of intermenstrual or postcoital bleeding. There was no pain during her
period, no contraception used, no history of drug consumption (including alcohol and
tobacco). She didnt have previous abdominal surgery, no history of allergies, no pelvic
infection and no chronic disease. Her husband (32 years old) is a bank employee. He had no
history of mumps and medication for any disease. He was not smoking and no alcohol
consumption. He also didnt have any allergies. This coupe enjoyed regular intercourse.
You act as the doctor in the clinic and be pleased to analyse this case
In the examination findings:
Wife
Height= 160 cm; Weight 55 kg; BMI = 21 kg/m2; Blood pressure = 110/70 mmHg; Pulse =
80 x/m; RR= 18 x/m
Palpebra conjunctiva looked normal, no exophtalmus, no sign of hirsutism, no thyroid
enlargement, no galactorrhoea, secondary sexual characteristics are normal.
External examination: abdomen flat and souffl, symmetric, uterine fundal not palpable, there
are no mass, pain tenderness and free fluid sign.
Internal examination:
Speculum examination: portio not livide, external os closed, no fluor, no fluxus, there are no
cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is firm, the external os closed, uterine size normal, both
adnexa and parametrium within normal limit.
Laboratory examination: Hb 12 gr/dL; WBC 8000/mm3; RBC 4,3x106/mm3; Ht 36 vol%;
Platelets 250000/mm3; ESR 15 mm/hour; Blood type A Rh (+); Blood film: Normal.
Urine: normal

Ultrasound: normal internal genitalia; Sonohysterography: normal uterine and both tubal
patency.
Postcoital test: normal
Husband
Height: 176 cm; Weight 72 kg; BMI = 23 kg/m 2; Blood pressure = 120/80 mmHg; Pulse =
76x/m; RR= 20x/m.
Palpebral conjunctiva looked normal, no exopthalmus, no thyroid enlargement, no
gynecomastia, secondary sexual characteristics are normal.
External examination: abdomen flat and tender, symmetric, no sign of hepatomegaly and
inguinal hernia.
Genitalia examination: Penis: normal; Testes: normal size and volume; Scrotum: no
varicocele
Laboratory examination:
Hb 14 gr/dL; WBC 8000/mm3; RBC 4,3x106/mm3; Ht 42 vol%; Platelets 250000/mm3; ESR 6
mm/hour; Blood type O Rh (+); Blood film: Normal. Blood chemistry: Normal. Hormonal:
FSH, LH, and testosterone level: Normal.
Urine: normal
Semen Analysis: volume 4,5 ml; sperm concentration 0,1x106/ml; motility 22% forward
progression; 15% rapid forward progression; morphology 5% with normal forms.
II.

Klarifikasi istilah

1. Mumps

: Suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi virus

(paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah atau parotis di antara telinga dan
rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas.
2. Postcoital bleeding : Perdarahan non menstruasi setelah hubungan seksual.
3. Contraception
: Pencegahan konsepsi/kehamilan.
4. Hirsutism
: Kondisi medis berupa munculnya rambut pada bagian tubuh
perempuan yang biasanya tidak ditumbuhi rambut seperti di bawah dagu atau di atas
bibir.
5

5. Galactorrhoea
6.
7.
8.
9.

: Aliran air susu yang berlebihan atau spontan atau sekresi air

susu secara terus menerus yang tidak berhubungan dengan menyusui.


Fluor
: Sekret vagina.
Fluxus
: Cairan yang keluar dari vagina dalam jumlah yang banyak.
Sonohysterography : USG pada uterus.
Gynecomastia
: Perkembangan kelenjar susu laki-laki yang berlebihan bahkan

sampai tingkat fungsional.


10. Varicocele
: Varikositas plexus pampiniformis chorda spermatica yang
membentuk benjolan pada skrotum membentuk seperti kantong.
11. Semen
: Pengeluaran cairan sewaktu ejakulasi pada seorang pria terdiri
dari sekresi kelenjar yang berhubungan dengan traktus urogenitalis dan berisi
spermatozoa.
12. Intermenstrual bleeding
13. Secondary sexual characteristic

: Perdarahan di luar siklus menstruasi.


: Ciri seks sekunder pada pria seperti tampak

kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga
menjadi lebih besar/kasar, dada melebar serta kulit menjadi relatif lebih kasar,
sedangkan pada wanita tampak rambut mulai tumbuh disekitar alat kelamin dan
ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar dan kulit menjadi lebih halus.
III.

Identifikasi masalah
1. Ny. Lina, 29 tahun datang bersama suaminya ke puskesmas karena belum hamil
2.
3.
4.
5.

IV.

setelah mencoba selama 3 tahun.


Riwayat Ny. Lina
Riwayat suami Ny. Lina
Interpretasi pemeriksaan pada istri
Interpretasi pemeriksaan pada suami
Analisis masalah

1. a. Apa etiologi dari gagal hamil selama 3 tahun?


Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.
Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri
pernah hamil. (Siswandi, 2006). Pada kasus ini termasuk infertilitas primer. Infertilitas
tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan
bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 4055%,keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
6

Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi


ovarium primer
Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder. Namun tidak semua
pasien infertilitas dengan gangguan ovulasi memiliki gejala klinis amenorea,
beberapa diantaranya menunjukkan gejala oligomenorea.
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas, yaitu:
Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin
hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,
prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10% dari
seluruh kelainan ovulasi.
Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism).
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol
normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus kelainan ovulasi.
Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea
yang banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan
puluh sampai sembilan puluh persen pasien SOPK akan mengalami oligomenorea
dan 30% akan mengalami amenorea.
Kelas

Kegagalan

ovarium

(hipergonadotropin-hipogonadism).

Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar
estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi.
Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
-

Gangguan tuba dan pelvis


Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea, TBC)
maupun endometriosis. Endometriosis merupakan penyakit kronik yang umum
dijumpai. Gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan endometriosis adalah
nyeri panggul, infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa. Dari studi
yang telah dilakukan, endometriosis terdapat pada 25%-50% perempuan, dan 30%
sampai 50% mengalami infertilitas. Hipotesis yang menjelaskan endometriosis
dapat menyebabkan infertilitas atau penurunan fekunditas masih belum jelas,
namun ada beberapa mekanisme pada endometriosis seperti terjadinya perlekatan
dan distrorsi anatomi panggul yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat
kesuburan. Perlekatan pelvis pada endometriosis dapat mengganggu pelepasan
oosit dari ovarium serta menghambat penangkapan maupun transportasi oosit.
7

Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip endometrium,


leiomyomas.

Ada banyak penyebab infertilitas pria, namun dapat dirangkum menjadi 3 faktor
utama: kelainan produksi sperma, kelainan fungsi sperma, dan obstruksi pada sistem
duktal.
a.

Kelainan produksi sperma dapat berasal dari kegagalan testis primer

(hipergonadotropic hipogonadism), akibat kelainan genetik (Klinefelter syndrome, Y


chromosome microdeletions), kerusakan pada anatomi testis (cryptorchidism,
varicocele), infeksi (mumps orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin
yang abnormal akibat genetik (defisiensi gonadotropin terisolasi), efek langsung
maupun tidak langsung tumor hipofisis atau hipotalamus, atau penggunaan androgen
eksogen (penekanan sekresi gonadotropin) merupakan penyebab lain produksi sperma
yang kurang.
b.

Kelainan fungsi sperma ada kaitannya dengan antibodi antisperma,

peradangan saluran genital (prostatitis), varicocele, kegagalan reaksi akrosom,


kelainan biokimia (spesies oksigen reaktif), atau masalah dalam pengikatan sperma
(ke zona pellucida) atau penetrasi.
c.

Obstruksi pada sistem duktal dapat berasal dari vasektomi, tidak adanya vas

deferens kongenital bilateral, maupun obstruksi kongenital atau didapat pada


epididimis atau duktus ejakulatorius.

Gonadotoksin. Paparan lingkungan yang

relevan mencakup panas, rokok, radiasi, logam berat, pelarut organik, dan pestisida.
Peningkatan suhu skrotum dapat mempengaruhi spermatogenesis, dan febris juga
dapat berakibat pada penurunan densitas dan motilitas sperma yang sementara
maupun permanen.
Selain itu, infertilitas dapat juga disebabkan bentuk dan gerakan sperma yang
tidak sempurna, Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur. Ada juga disebabkan konsentrasi sperma rendah yang
disebabkan testis yang kepanasan, merokok, alcohol. Kemudian dari factor
pekerjaan,produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu dibawah temperatur
tubuh, spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan
8

tertentu misal petugas pemadam kebakaran dan pekerjaaan yang terlalu lama duduk
(Henderson C & Jones K, 2006 :89).
b. Apa makna klinis tidak hamil selama 3 tahun?
Infertilititas adalah kondisi tidak terjadinya kehamilan setelah dilakukan koitus

regular tanpa kontrasepsi pada pasangan usia subur.


Adapun definisi menurut para ahli:
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah coitus

tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun. (WHO)


Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama 1 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat

kontrasepsi, tetapi belum mempunyai anak. (Sarwono, 2000)


Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama 1 tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998)

Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami-istri dikatakan infertil jika:


Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali

seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali

seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (3742 minggu).
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup

yang penuh stress, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang.
Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan.
Sekitar 40 persen ketidakmampuan pasangan untuk memiliki keturunan disebabkan
oleh pihak istri. Sementara, hanya 20 persen yang disebabkan ketidakmampuan

suami.
Infertilitas Primer vs Infertilitas Sekunder
Infertilitas sendiri ada dua macam, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama

sekali.
Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu
tidak pernah hamil lagi.
Pada kasus termasuk dalam kriteria infertilitas primer karena pasangan ini
belum memiliki anak satupun.
Kesuburan erat kaitannya dengan terjadinya proses kehamilan. Angka infertilitas
dan masalah kesuburan di Indonesia tercatat sekitar 1 2 juta pasangan. Sedangkan
9

data infertilitas di seluruh dunia menurut WHO adalah sekitar 80 juta pasangan yang
belum dikarunia anak.
Pasangan yang sehat dan subur memiliki peluang berhasil melakukan
pembuahan (konsepsi) selama masa subur sekitar 20 30 % tiap bulannya.
Diperlukan hanya satu sel telur wanita dan sel sperma dari pria agar pembuahan bisa
terjadi. Namun, sel sperma yang mampu mencapai dan membuahi sel telur haruslah
sel sperma yang sehat dan berkualitas. Bila selama lebih dari setahun mencoba untuk
mendapatkan kehamilan namun belum juga membuahkan hasil, kemungkinan adanya
masalah infertilitas/ketidaksuburan.
c. Bagaimana hubungan umur dengan gagal hamil?
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang
teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia
maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami
penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun
setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan
penelitian yang

dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan

bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 44
tahun.
Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi
morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga
pria yang berusia diatas 40 tahun mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan
dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga
mempengaruhi kualitas sperma ( Kasdu, 2001:63 )
2. a. Apa makna klinis dari siklus menstruasi normal 28 hari?
Siklus menstruasi normal artinya kemungkinan infertilitas bukan dikarenakan
faktor istri karena siklus normal menyiratkan bahwa ovulasi tidak terganggu. Siklus
menstruasi yang jedanya panjang/ tidak teratur seringkali mengindikasikan adanya
sindrom ovarium polikistik yang menyebabkan terjadinya anovulasi yang sering
menjadi penyebab infertilitas pada wanita, walaupun ada beberapa hal yang
menyebabkan siklus tidak teratur seperti stress, faktor diet, kadar insulin tinggi, dan
lain-lain, yang pada kasus ini tidak terjadi.
10

b. Apa makna klinis dari tidak ada riwayat perdarahan post coitus atau
intermenstrual?
Perdarahan postcoitus mengindikasikan adanya erosi serviks, polip di serviks,
kehadiran AKDR, pemakaian pil KB, infeksi vagina, PMS, infeksi di serviks, Ca
serviks,

Ca

uterus

dll.

Sedangkan

perdarahan

intermenstrual

biasanya

mengindikasikan adanya erosi serviks, polip di serviks, Ca serviks, Ca intrauterine,


endometriosis, infeksi pada vagina, adanya AKDR, pemakaian pil KB, infeksi uterus,
dll.
Hal-hal di atas dapat menyebabkan terganggunya pertemuan sperma-sel telur
serta lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan sulit tumbuh. Pada
kasus ini, tidak ditemukannya perdarahan post coitus atau intermenstrual menandakan
bahwa infertilitas pada kasus ini tidak disebabkan oleh adanya kelainan pada organ
genitalia wanita.
c.

Apa makna klinis dari tidak ada dysmenorrhea?


Nyeri saat menstruasi atau dismenorea mengindikasikan adanya penyakit

radang panggul, endometriosis, dan kehamilan ektopik.


Jaringan parut dari endometriosis dapat menyebabkan adhesi di sekeliling
ovarium dan memperkecil luas permukaan ovarium untuk melepaskan telur.
Sedangkan adhesi yang terjadi pada tuba fallopi berpengaruh pada penangkapan telur
setelah pelepasan oleh ovarium untuk ditransportasikan ke dalam uterus. Biasanya
endometriosis terbentuk di dalam tuba fallopi sehingga menghasilkan sumbatan di
sana dan menghalangi terjadinya konsepsi. Selain menyebabkan sumbatan,
endometriosis juga mengganggu siklus perkembangan dan pelepasan sel telur olah
ovarium. Cairan peritoneum pada wanita dengan endometriosis mengandung
konsentrasi sel scavenger yang tinggi. Sel-sel ini dapat menghancurkan spermatozoa
sehingga dapat mencegah terjadinya konsepsi.
Tidak ada dismenorrhea pada kasus ini berarti Ny. Lina tidak menderita
endometriosis, PID, maupun mengalami KET.
d.

Apa makna klinis dari tidak menggunakan kontrasepsi?


Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang

telah menikah minimal selama 1 tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh keturunan.
Jadi, tidak menggunakan kontrasepsi disini termasuk dalam kriteria
penegakkan diagnosis infertilitas. Dimana, hal ini menunjukkan bahwa infertilitas
11

tersebut bukan diakibatkan oleh kontrasepsi ( pencegahan kehamilan ), melainkan


dapat diakibatkan oleh masalah reproduksi baik pada istri maupun suami. Namun,
yang harus diingat penggunaan alat kontrasepsi tidak menjadi penyebab infertilitas
tetapi hanya mencegah pertemuan ovum dan sperma sehingga proses konsepsi tidak
terjadi.
e. Apa makna klinis dari tidak menggunakan obat, alkohol, tembakau?
Kebiasaan merokok dapat menurunkan kesuburan terutama pada wanita.
Setidaknya 60% wanita perokok mengalami infertilitas. Pengaruh rokok pada
kesuburan wanita dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap per hari. Mengisap
rokok kurang dari 20 batang per hari akan menurunkan kesuburan hingga 25%. Bila
lebih dari 20 batang per hari kesuburannya akan menurun hingga 50%. Nikotin dapat
meningkatkan amplitude gelombang uterotuba, sehingga meningkatkan angka
kejadian kehamilan ektopik, selain itu juga meningkatkan prosentase kasus keguguran
dan kelainan genetik.
Alkohol dapat menurunkan kesuburan wanita dan bisa menyebabkan vagina
menjadi kering karena berkurangnya jumlah cairan di dalam vagina.
Pengobatan kanker yaitu radiasi dan kemoterapi dapat mempengaruhi
kemampuan wanita untuk bereproduksi. Kemoterapi dapat merusak fungsi reproduksi
dan kesuburan pada wanita.
f.

Apa makna klinis dari tidak memiliki riwayat operasi perabdominam?


Salah satu penyebab utama infertilitas adalah kerusakan tuba (20%).

Kerusakan tuba dapat berupa perlengketan tuba dan ovarium. Perlengketan tuba ini
dapat terjadi akibat endometriosis dan adanya riwayat operasi sebelumnya. Adanya
riwayat operasi pelvis seperti ovarian cysterectomy bisa menimbulkan jaringan parut
dan perlengketan tuba. Oleh karena itu pada anamnesis perlu ditanyakan ada tidaknya
riwayat operasi sebelumnya yang dilakukan disekitar organ genitalia interna sehingga
menyebabkan komplikasi berupa perlengketan.
g.

Apa makna klinis dari tidak ada riwayat alergi?


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zac et.al di portugis pada tahun

2005, didapatkan data bahwa wanita yang memilki riwayat alergi (secara umum)
mengalami insidens infertilitas yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak.
Meski hubungan riwayat alergi secara umum dan infertilitas masih belum
jelas, namun riwayat alergi sperma terhadap infertilitas sudah jelas. Sekitar 5% pria
dan wanita menderita alergi terhadap sperma
12

Saat terjadi presentasi sperma, maka respon imun individu yang bersangkutan
akan menghasilkan antibody terhadap sperma tersebut. Kurang dari 2% pasangan
subur memiliki alergi terhadap semen. Persentase ini meningkat pada pasangan yang
infertile.
Wanita bisa mengalami alergi sperma yang bersifat terlokalisasi (gejala hanya
di tempat kontak saja) maupun yang bersifat sistemik. Alergi sperma adalah reaksi
abnormal tubuh seorang wanita terhadap protein baik itu protein yang berasal dari
tubuh si wanita itu sendiri maupun protein yang bersumber dari cairan semen atau
cairan mani yang dihasilkan pria. Menurut Dr Johannes Soedjono, M.Kes,
SpAnd dokter spesialis andrologi Unit Kesehatan Reproduksi / Andrologi RS AL Dr
Ramelan Surabaya, Alergi sperma bisa terjadi karena adanya cairan antibodi di mulut
rahim (serviks) yang anti atau menolak kedatangan sperma karena dia menganggap
sperma sebagai benda asing dan membunuh sel sperma yang datang. Jadi dia bisa
menimbulkan alergi sebagi reaksinya. Menurut dr Johannes secara teoritis, yang
dikatakan alergi terhadap sperma bisa saja karena tubuh si wanita melawan
(hipersensitivitas) terhadap komponen yang ada di sperma.

h.

Apa makna klinis dari tidak ada penyakit kronis?

Berikut beberapa penyakit kronis yang berpengaruh terhadap infertilitas pria:

Diabetes
Kerusakan akibat neuropati diabetik dapat menimbulkan ejakulasi retrograde atau
disfungsi ereksi.

Hipertensi:
Dapat menimbulkan masalah ereksi, baik secara langsung maupun sebagai efek
samping pengobatan antihipertensif.

PJK:

13

Pengerasan arteri yang terjadi, khususnya di penis, dapat menimbulkan masalah


pada ereksi. Hal yang sama juga berlaku pada obat-obatan yang dugunakan untuk
PJK.

Gangguan neurologis:
Penyakit seperti multiple sklerosis, strok, dan trauma medulla spinalis juga dapat
menimbulkan masalah ereksi dan ejakulasi

Penyakit hati:
Manifestasi penyakit hati berupa hepatomegali dapat berhubungan dengan
metabolism hormon androgen.

Penyakit ginjal:
Pada gagal ginjak kronis, sisa metabolism tubuh akan menumpuk dan
mempengaruhi kualitas sperma serta menyebabkan masalah ereksi.

Kanker:
Kanker yang berpengaruh langsung pada traktus genitalia atau endokrin dapat
menyebabkan infertilitas secara langsung. Selain itu, obat-obatan dan radiasi yang
digunakan untuk terapi kanker juga bisa menurunkan bahkan menghentikan
produksi sperma.

i.

Apa makna klinis dari tidak ada infeksi pelvis?


Penyakit radang panggul (PID) adalah peradangan pada saluran
kelamin bagian atas terutama dicirikan oleh salpingitis. Gangguan dapat
bersamaan dengan endometritis atau ooforitis, dapat menyebar sebagai
peritonitis, dan dapat menyebar sepanjang usus ke hati menyebabkan FitzHugh-Curtis sindrom.
Pada kasus PID tidak ditemukan dan berarti fungsi tuba masih baik dan
tidak menghalangi fertilisasi. Artinya infertilitas pada kasus ini bukan
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba karena PID.

3. a. Apa makna klinis tidak ada riwayat mumps?


Mumps atau gondongan suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh
virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau
pipi bagian bawah. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab orchitis (inflamasi
pada testis), dimana orchitis sendiri merupakan salah satu peenyebab infertilitas. Jika
orchitis terjadi pada salah satu testis (unilateral) selama yang satunya lagi masih bisa
14

berfungsi dengan baik maka testis masih bisa menghasilkan spermatozoa. Namun jika
keduanya terkena maka baru menyebabkan infertilitas. Hal ini disebabkan oleh pada
orchitis dapat terjadi atrofi pada testis sehingga terjadi penurunan fungsi. Namun pada
kasus ini tidak ada riwayat mumps menyingkirkan kemungkinan bahwa infertilitas
terjadi akibat kerusakan pada testis akibat orchitis.
b.

Apa makna klinis tidak dalam pengobatan?


Beberapa

pengobatan

tertentu

(sulfasalazine,

antidepresan,

cimetidine,

cyclosporine, colchycine, allopurinol dll ) merupakan faktor resiko untuk terjadinya


infertilitas. Contohnya, pada penggunaan obat antidepresan terutama golongan SSRI (
selective serotonin reuptake inhibitor ) obat tersebut akan menyebabkan gangguan
ereksi dan juga libido melalui efek antikolinergik, serotonergik, dan efek pada serum
prolaktin. Antidepresan juga dapat secara langsung mengganggu fertilitas pada pria
dengan mempengaruhi sperma. Tidak adanya riwayat pengobatan menunjukkan
bahwa infertilitas ini tidak diakibatkan oleh obat-obatan / penyakit tertentu.
c.

Apa makna klinis tidak merokok dan mengonsumsi alkohol?


Rokok mengandung zat berbahaya bagi sperma (menyebabkan tingginya

kerusakan morfologi, menurunkan kualitas sperma, dan meningkatkan jumlah sperma


abnormal). Sebuah studi menyatakan bahwa merokok meningkatkan ROS dan
menurunkan antioksidan di cairan semen, sehingga seorang perokok lebih rentan
mengalami infertilitas disebabkan karena meningkatnya produksi radikal bebas di
dalam sperma, menyebakan kerusakan DNA dan apoptosis sel sperma. Radikal bebas
yang berasal dari partikel asap rokok juga menyebabkan terjadinya aglutinasi sperma
sehingga berakibat terhadap menurunnya motilitas sperma.
Alkohol dapat menganggu produksi testoteron dan menyebabkan atrofi testis
yang berpotensi menyebabkan infertilitas, menurunkan kualitas sperma, mengurangi
tingkat glutathione sehingga memicu kerusakan testis, dan meurunkan libido.
d.

Apa makna klinis tidak ada riwayat alergi?


Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang melibatkan IgE. Antigen

yang terpapar di dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor IgE yang menempel di
sel mast atau basofil. Ikatan ini akan menyebabkan terlepasnya mediator vasoaktif.
15

Mediator vasoaktif seperti histamine, prostaglandin dan leukotrien. Selain itu akan
terbentuk banyak antibodi IgE. Antibodi ini dapat menekan aktivitas dari sperma
sehingga sperma tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu adanya
riwayat alergi menunjukkan gangguan sensitivitas terhadap antigen. Bila hal ini
terjadi pada sperma maka bisa terbentuk antibodi terhadap sperma sehingga sperma
akan dihancurkan.
e.

Apa makna klinis menikmati regular intercourse?


Menikmati regular intercourse artinya fertilitas ini bukan karena faktor

psikologis. Stressor pada pasangan suami istri merupakan faktor pemicu infertilitas.
Regular intercourse artinya pasangan suami istri tersebut melakukan coitus
dengan frekuensi yang normal dan teratur, tidak terlalu sering ataupun jarang.
Frekuensi berhubungan suami istri dapat menentukan peluang terjadinya kehamilan.
Apabila coitus dilakukan terlalu sering maka akan menyebabkan kualitas sperma
menurun. Coitus yang terlalu jarang pun akan sulit mendapatkan keturunan.
Contohnya jika pasangan suami istri berhubungan seminggu sekali, maka
kemungkinan untuk mendapatkan kehamilan akan sulit terjadi. Ditambah lagi jika
wanita tidak mengetahui masa suburnya.
Semakin sering melakukan intercourse semakin besar peluang untuk memperoleh
kehamilan namun jangan lebih dari tiga kali dalam seminggu.
Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase
excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi
a. Tahap excitement (peningkatan bertahap dalam rangsangan (seksual).
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah lubrikasi vaginal yaitu dinding vagina
berkeringat, ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka),
peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia, kemudian terjadi ereksi
puting dan peningkatan ukuran payudara. Sedangkan pada pria yang terjadi pada
tahap ini yaitu ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya),
penebalan dan elevasi skrotum, pembesaran skrotum, ereksi puting susu dan
pembengkakan (tumescence).
b. Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement).
Pada tahap berikutnya yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah pembesaran
klitoris (retraksi klitoris dibawah topi klitoris), pembentukan platform orgasmus:
pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora, elevasi serviks dan uterus:
perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora, pembesaran areola dan
16

payudara, peningkatan tegangan otot dan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut


jantung, tekanan darah dan prekuensi pernafasan. Sedangkan pria yang terjadi pada
tahap ini yaitu peningkatan ukuran glans (ujung) penis, peningkatan intensitas warna
glans, elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis, peningkatan tegangan otot dan
pernafasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi
pernapasan.
c. Tahap orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah kontraksi volunter platform orgasmik, ,
rektal dan spinter uretral, dan kelompok otot lain, hiperventilasi dan peningkatan
frekuensi jantung, memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi
pernafasan. Sedangkan pada pria yang terjadi adalah penutupan sfinter urinarius
internal, sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan, kontraksi duktus deferens vesikel
seminalis prostat dan duktus ejakulatorius, relaksasi sfinter kandung kemih eksternal,
memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan, ejakulasi.
d. Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak
terangsang).
Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah relaksasi bertahap pada dinding
vagina, perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora, berkeringat, secara
bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan normal, wanita
mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode refraktori
seperti yang terjadi pada pria (Purnawan, 2004). Sedangkan yang terjadi pada tahap
ini pada pria adalah kehilangan ereksi penis, periode refraktori ketika dilanjutkan
stimulasi menjadi tidak enak, reaksi berkeringat, penurunan testis, secara bertahap
frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan kembali normal.
4. a. Bagaimana interpretasi dan makna klinis dari hasil pemeriksaan pada istri?
- Pemeriksaan fisik
TB= 160 cm
BB= 55 kg
BMI= 21.5 kg/m2
BP= 110/70 mmHg
Pulse= 80 x/menit
RR= 18x/menit
Konjunctiva palpebral
No exopthalamus

Normal
Obesitas mempengaruhi kesuburan. Terlalu gemuk dan
terlalu kurus merupakan faktor risiko infertilitas
Normal
Normal
Normal
Normal, tidak anemis
Normal, tidak menderita hipertiroid
Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat
17

mempengaruhi kesuburan.
Normal
Hirsutism merupakan manifestasi

No sign of hirsutism

No thyroid enlargement

androgen

yang

berlebih, sindrom virilisasi.


Normal, tidak menderita hipertiroid
Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat
mempengaruhi kesuburan.
Normal
Galaktore dapat ditemukan pada:
Lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan

No galactorrhoea

dopamine
Obat-obat yang mempengaruhi sistem susunan
saraf (fenotiazin, antidepresan, haloperidol, alfa
metildopa)
Kontrasepsi oral dan estrogen
Gangguan endokrin seperti

hipotiroid

&

hipertiroid
Faktor-faktor neurogenik lokal
Perangsangan payudara
Cedera pada dinding dada
Lesi pada medulla spinalis
Pada galaktore terjadi prolaktin. Prolaktin menghambat
sekresi hormone gonadotropin dengan mengganggu
sekresi GnRH dari hipotalamus. Selain itu, prolaktin
dapat menghambat pengaruh gonadotropin terhadap
gonad.
Secondary sexual
Menyingkirkan diagnosis seperti Sindrom Turner
characteristic are normal
External Examination
Abdomen
flat
and Normal
souffl
Symmetric
Uterine

Normal
fundal

not Tidak hamil

palpable
There are no mass, pain Normal, tidak ada KET
tenderness,

and

free

fluid sign
18

Inspekulo

Speculum Examination:

Portio not livide

Tidak hamil

External os closed

Normal

No fluor

Normal, tidak ada infeksi

No fluxus

Normal, tidak ada perdarahan abnormal

No

Normal, tidak ada kelainan serviks

cervical

erotion,
laseration,

or

polip
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa infertilitas tidak disebabkan oleh kelainan serviks
maupun infeksi
- Bimanual
Cervic is firm
External os closed
Uterine size normal

Both
adnexa
&
parametrium
within
normal limit

Normal, tidak ada kelainan serviks


Normal
Normal, tidak ada kelainan pada uterus
(contoh: malformasi uterus, mioma uteri dan
adhesi uterus)
Normal, tidak ada kelainan pada adnexa dan
parametrium (contoh: PID)

Pemeriksaan laboratorium
Nilai normal

Pada kasus

interpretasi

Makna klinis

Hb

12 -15 g/dl

12 g/dl

Normal

Tidak ada anemia

WBC

5000 10.000 /mm3

8000 / mm3

Normal

Tidak ada infeksi

RBC

4,2 5,4 x 106 / mm3

4,3 x 106 / mm3

Normal

Tidak ada anemia

Ht

38-48 %

36 vol%

Normal

Platelets

150.000 400.000

250.000 / mm3

Normal

ESR

0-20 mm/hour

15 mm / hour

Normal

Blood type

A, B , O, AB Rh ( +)

A Rh (+)

Normal

19

Tidak ada gangguan


pembekuan darah

Blood film

Normal

Normal

Normal

Tidak ada m.o patogen


pada darah.

USG dan postcoital test


Oklusi Tuba merupakan penyebab penting dari infertilitas dan harus di eklusi
secara spesifik. Tuba falopii dinilai paten apabila tidak ada sumbatan yang
dapat menghambat aliran tuba falopii. Sumbatan dan perlengketan tuba falopii
ini akan menyebabkan hambatan pada pergerakan sperma yang akhirnya akan
mengganggu fertilitas.
Pada pemeriksaan USG cavum uteri normal. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada kelainan pada genitalia dalam wanita dan penyebab infertilitas bukan
berasal dari wanita.
Postcoital test:
Untuk menganalisis lendir serviks yang dikumpulkan dalam waktu 2-8 jam
sesudah koitus untuk mengetahui interaksi sperma dangan lendir serviks, juga
untuk menilai ada tidaknya radang panggul yang disebabkan oleh bakteri,
dilakukan saat masa ovulasi hari ke 12, 13, 14 menstruasi.

5. a. Bagaimana interpretasi dan makna klinis dari hasil pemeriksaan pada suami?
- Pemeriksaan fisik

TB= 176 cm
BB= 72 kg
BMI= 23 KG/M2
BP= 120/80 mmHg
Pulse= 76 x/menit
RR= 20x/menit
Konjunctiva palpebral

No exopthalamus

No thyroid enlargement

No gynecomastia

Normal
Obesitas mempengaruhi kesuburan. Terlalu gemuk dan
terlalu kurus merupakan faktor risiko infertilitas
Normal
Normal
Normal
Normal, tidak anemis
Pada anemia sel sabit dapat menurunkan kualitas testis,
menurunkan potensi seksual
Normal, tidak menderita hipertiroid
Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat mempengaruhi
kesuburan
Normal, tidak menderita hipertiroid
Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat mempengaruhi
kesuburan
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat
unilateral maupun bilateral. Ginekomastia dapat terjadi
pada keadaan-keadaan yang mengakibatkan kadar estrogen
20

meningkat seperti tumor testis, tumor hipofisis, beberapa


sindrom hipogonadisme, sirosis hati, pemberian estrogen
untuk pengobatan karsinoma prostat, dan pemakain
preparat steroid
Menyingkirkan diagnosis seperti Sindrom Klinefelter

Secondary sexual
characteristic are normal
EXTERNAL EXAMINATION
Abdomen flat and
tender
Symmetric
No sign of
hepatomegali and
inguinal hernia

GENITALIA EXAMINATION
Penis: normal

Normal

Normal
Tidak ada penyakit hati, penyakit hati
mempengaruhi infertilitas. Operasi hernia dapat
menimbulkan kerusakan vas deferen dengan
obstruksi total atau parsiel, atau reaksi imunologis
dengan produksi antibodi antisperma. Hernia
Scrotalis (Hernia berat sampai ke kantung testis)
merupakan salah satu etiologi infertilitas pria

Testis : normal size


and volume
Scrotum:No
Varicocele

Prostate:no
enlargement

Menyingkirkan kemungkinan mikropenis yang


merupakan salah satu penyebab infertilitas pria
Normal
Varicocele dapat menyebabkan infertilitas karena
adanya peningkatan suhu pada testis akibat aliran
darah tidak lancer
Tidak ada hiperplasi prostat, tumor prostat,
prostatitis

Pemeriksaan laboratorium

Nilai normal

hasil

ket

Hb

14 -18 gr/dl

14 gr/dl

normal

WBC

4.00010.000/mm3

8.000/mm3

normal

RBC

(4,3-5,9)x106/mm3

4,3x106/mm3

normal

Ht

42-52 vol%

42 vol %

normal

Platelet

150.000-450.000/mm3

250.000/mm3

normal

ESR

0-10 mm/jam

6 mm/jam

Normal

21

Blood type O Rh (+); Blood film: Normal. Blood chemistry: Normal.


Hormonal: FSH, LH, and testosterone level: Normal.
Urine: normal
-

Analisis semen
Nilai normal

hasil

ket

Volume

1,5 ml

4,5 ml

normal

Sperm concentration

15 x 106/ml

0,1 x 106/ml

oligozoospermia

forward 28 %

22 %

asthenozoospermia

Motility % rapid forward 25 %


progression

15 %

asthenozoospermia

Morphology

5%

normal

Motility
progression

3%

6. a. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?


A.

Istri

Anamnesis :
o

Lama infertilitas

Riwayat haid. Ovulasi, dimenore

Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareuni

Riwayat komplikasi postpartum, abortus, KET, kehamilan terakhir

Kontrasepsi yang digunakan sebelumnya

Pemeriksaan infertilitas dan pengobatab sebelumnya

Riwayat penyakit sistemik ( TBC, DM, Tiroid)

Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoolisme

Riwayat bedah perut/ hipofisis/ ginekologi

Riwayat PID, PHS, Lekore

Riwayat keluar ASI

Pengetahuan kesuburan

Pemeriksaan fisik :
o

Tanda-tanda kelebihan androgen seperti hirsutisme yang diukur dengan skala


Ferriman dan Gallway, kebotakan, dan jerawat
22

o
o
o
o
o
o

Pembesaran kelenjar tiroid


Galaktorea
Ukuran dan mobilitas organ reproduksi
Adanya nodul endometriosis
Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa

Profil ovulasi dan endokrin :


o FSH, prolaktin, estradiol, progesteron
o Fungsi tiroid
o Uji gestagen
o Suhu basal badan
o USG
o Biopsi endometrium
Pemeriksaan utero-tuba-peritoneum :
o HSG, histeroskopi, laparoskopi
Uji pasca sanggama
Untuk menilai reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
B. Suami
1. Anamnesis :

Lamanya infertilitas, primer / sekunder

Pemeriksaan dan pengobatan sebelumnya

Riwayat penyakit sistemik yang mungkin mengganggu fertilitas : parotitis,


sinusitis kronis, bronkitis kronis, KP, hipertensi, DM, penyakit tiroid

Kelainan pada testis ; kelainan kongenital, kriptorkhidi, trauma / torsi testis

Penggunaan obat-obatan : sitostatika, radiasi, androgen, kortikosteroid, antihipertensi, anti-ulkus peptikum, psikotropika, narkotika

Operasi terdahulu : daerah genital, hernia, torsi testis, kriptorkidi, prostat

Infeksi saluran kencing-kelamin (PHS)

Sanggama : - frekuensi (>3x/minggu, baik)


- keteraturan
- ereksi
23

- ejakulasi (di dalam / di luar vagina)


2. Pemeriksaan fisik :
Defisiensi androgen seperti rambut tubuh berkurang dan ginekomastia
3. Pemeriksaan genital :

Adanya epispadia atau hipospadia, yang dapat mengganggu deposisi sperma di

vagina.
Pemeriksaan pada skrotum untuk menyingkirkan varikokel
Tanda-tanda peradangan epididimis seperti penebalan epididimis atau nyeri tekan
dapat ditemukan pada palpasi skrotum

4. Laboratorium:

Analisis sperma (sebaiknya 2x pemeriksaan sebagai data dasar, dengan interval 2

minggu)
Pemeriksaan hormon (FSH, LH, Testosteron)

Pemeriksaan bakteriologis terhadap sperma dan pijatan prostat bila perlu

Pemeriksaan

urine

pasca

orgasmus

untuk

memeriksa

adakah

sedimen

spermatozoa, bila perlu fruktosa.

Antibodi antisperma

Sitologi sperma

Biokimia plasma semen


b. Apa DD dan WD kasus ini?
Idiopathic

Hypogonadism

Infection

Cryptorchidism

Obstruksi

Varikokel

<20juta/ml

<20juta/ml

<20juta/ml

normal/menurun

<25%
gerak ke
depan
<15%
bentuk
normal

<25% gerak ke
depan

<25% gerak
ke depan

normal/menurun

normal
>20juta/ml
<25% gerak ke
depan

<15% bentuk
normal

<15%
bentuk
normal

normal/menurun

<20juta/m
l
<25%
gerak ke
depan
normal

Analisa
Hormon
FSH

normal

menurun

normal

normal/menurun

normal

normal

LH

normal

menurun

normal

normal/menurun

normal

normal

Testosteron

normal

menurun

normal

normal/menurun

normal

normal

Estrogen

normal

menurun

normal

normal/menurun

normal

normal

Analisa
Sperma
Jumlah
Motilitas
Morfologi

24

normal

Pemeriksaan
Fisik

Tidak
ditemukan
adanya
ginecomast
ia,
galaktore,
dan penis,
testis,
scrotum
nomal

Ada gangguan
perkembangan
organ seksual,
terlihat pada
gangguan
perkembangan
seksual
sekunder

Ditemukan
adanya
radang pada
penis,
duh/dischar
ge, disuria,
bengkak
pada testis,
penis dan
skrotum
terutama
pada
orchitis

Ditemukan
adanya skrotum
yang kosong,
bisa salah satu
atau keduanya,
pada refleks
muskulus
kremaster tidak
terlihat

Secara
fisik sulit
dilihat,
namun
jika
penyebab
obstruksi
besar
dapat
menyebab
kan
inflamasi,
terutama
pada testis
dan
vasdefere
ns

Terlihat adanya
skrotum yang
membengkak

Infertilitas primer: belum pernah punya anak sebelumnya, setelah dilakukan


coitus secara rutin dan gagal hamil lebih dari 12 bulan
Infertilitas sekunder: sudah pernah punya anak sebelumnya, namun gagal
hamil lagi setelah dilakukan coitus secara rutin dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan
Oligozoospermia: jumlah spermatozoa yang sedikit, <15 juta/ml
- Rendah : <15 juta/ml
- Sangat rendah : <5 juta/ml
- Tidak ada sama sekali
Asthenozoospermia: pergerakan spermatozoa yang lambat
- Kelas 1 (Progressive): sperma yang berenang maju dengan cepat dalam
garis lurus seperti peluru, maupun sperma yang berenang maju tapi dalam
-

garis melengkung, atau bergerak lurus namun lambat


Kelas 2 (Non Progressive): sperma yang menggerakkan ekornya tapi tidak
maju
Kelas 3 (Immotility): tidak bergerak sama sekali
Normal sperma : jika terdapat 40% kelas 1 dan 2, dan terdapat 32% hanya
untuk kelas 1

Jadi Ny.Lina dan suaminya mengalami Infertilitas primer et causa Idiopatik


Oligoasthenozoospermia
c.

Apa epidemiologi kasus ini?


Secara umum, diperkirakan 1 dari 7 pasangan didunia bermasalah dalam hal

kehamilan. Di Indonesia, angka kejadian perempuan infertil primer 15% pada usia 3034 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.
25

Berdasar survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil telah meningkat
mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia. Penyebab
infertilitas sebanyak 40% berasal dari pria, 40% dari wanita, 10% dari pria dan
wanita, dan 10% tidak diketahui
Insiden infertilitas meningkat ( sekitar 100% selama 20 tahun terakhir ) di
Negara-negara maju karena meningkatnya penyakit menular seksual (terutama gonore
dan klamydia yang kemudian menyebabkan kerusakan tuba), meningkatnya jumlah
mitra seksual (meningkatkan kemungkinan mendapat PMS), sengaja menunda
kehamilan, penggunaan kontrasepsi dan merokok > 1 bungkus / hari menurunkan
kesempatan hamil sebesar > 20% ).
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa faktor risiko kasus ini?


Faktor risiko yang dapat meningkatkan infertilitas pria:
Suka minum alkohol
Polusi udara.
Merokok.
Masalah kesehatan lainnya misalnya obesitas ,penyakit menular seksual
Obat obatan yang tidak jelas.
Terpapar radiasi misalnya radiasi nuklir, sinar X dan sinar ultraviolet serta

menjalani kemoterapi untuk pengobatan kanker.


7. Berusia lebih 35 tahun
8. Duduk dalam waktu lama
9. Memakai celana yang ketat
10. Kekurangan vitamin
11. Terpapar logam berat, racun seperti arsenic dan pestisida
12. Sering mengguakan sauna, atau bak mandi air panas
13. Menderita gangguan ejakulasi
e. Apa patofisiologi kasus ini?
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan
LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas
26

adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak berkembang dengan
baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebabkan inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis terjadi didalam tubulus seminiferous dimana awal mulanya
ialah ketika pembentukan embrio, primordial germ sel bermigrasi ke dalam testes
dan menjadi germ sel yang belum matang yang dinamakan spermatogonia.
Spermatogenesis mulai terjadi ketika pada saat masa pubertas dimana terdapat
stimulasi dari anterior pituitary yang melepasakan GnRH. Didalam proses
spermatogenesis terdapat proses spermiogenesis. Pada tahap pertama dari
spermatogenesis, spermatogonia akan melakukan mitosis dan hasilnya ialah
spermatogonia A dan B. Spermatogonia A akan menjadi stem sel yang berfungsi
untuk menyediakan spermatogonia yang akan menjadi sperma, sedangkan
spermatogonia B akan berdiferensiasi dengan menembus barier kedalam sel
sertoli dan akan menjadi primary spermatosit. Proses ini terjadi sekitar 25 hari.
Pada tahap yang ke dua, primary spermatosit akan melakukan proses miosis I,
dimana jumlah kromosom yang mulanya 2n menjadi n dan primary spermatosit
menjadi secondary spermatosit. Proses ini terjadi selama 9 hari. Pada tahap ketiga,
secondary spermatosit akan melakukan miosis ke dua dan menjadi spermatid,
dimana jumlah anak yang dihasilkan yang tadinya 2 menjadi 4. Proses ini terjadi
selama 19 hari. Setelah itu spermatid akan berdiferensiasi menjadi bentuk sperma
dimana akan terbentuk ekor, kepala serta akrosom yang berfungsi dalam proses
fertilisasi. Proses ini dinamakan spermiogenesis dimana proses ini terjadi selama
21 hari. Kemudian sperma yang sudah terbentuk tersebut akan di simpan didalam
epididimis dan akan terjadi pematangan sperma yang berlangsung 18-24 jam
karena sperma yang sebelumnya terbentuk belum motil. Pada pematangan sperma,
sperma akan diberi enzim-enzim yang berguna dalam pergerakannya dan
membantu dalam proses fertilisasi.
Pada

kasus

infertilitas,

salah

satu

etiologinya

adalah

gangguan

spermatogenesis sehingga menghasilkan abnormalitas jumlah, bentuk, atau


afinitas spermatozoa. Suhu disekitar areal testis berpengaruh pada abnormalitas
27

spermatogenesis. Pada skenario, suami Ny. Lina merupakan pegawai bank yang
kemungkinan besar jarang melakukan aktivitas (banyak duduk), hal ini sebagai
faktor resiko terjadinya pengumpulan panas berlebih di daerah pelvis, termasuk
pada areal testis. Hal ini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
abnormalitas spermatogenesis.

f. Apa manifestasi klinis kasus ini?


Wanita

Terjadi kelainan system endokrin


Hipomenore dan amenore
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah

pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik


Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak

berkembang,dan gonatnya abnormal


Wanita infertil dapat memiliki uterus
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi,

atau tumor
Traktus reproduksi internal yang abnormal
Pria

Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,

rokok, narkotik, alkohol, infeksi)


Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
28

Hipertiroidisme dan hipotiroid


Tumor hipofisis atau prolactinoma
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam lipat paha)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
g. Apa tatalaksana kasus ini?
Konseling kasus infertilitas pria dan wanita dan pemeriksaan penunjang
Konseling yang harus diberikan oleh dokter kepada pasangan infertile adalah:
1. Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan tersebut. Dokter harus memahami
psikologis pasangan tersebut yang menginginkan seorang anak. Dokter harus
menyadari bahwa mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.
2. Memberikan pengertian terhadap pasangan tersebut untuk saling menghargai satu
sama lain. Jangan saling menyalahkan karena infertilitas adalah suatu kesatuan
fungsi pasangan tersebut dan bukan salah/akibat dari salah satu anggota pasangan
saja.
3. Memberi support bahwa keadaan seperti ini tidak hanya menimpa satu pasangan
saja.
4. Menjelaskan bahwa ada kemungkinan pasangan tidak infertil. Belum hamilnya
sang istri dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian waktu koitus dengan masa subur
istri. Oleh karena itu, dokter harus menjelaskan kepada pasangan tentang masa
subur istri, sehingga mereka dapat menyesuaikan jadwal koitus dengan masa
subur istri.
5. Jika diagnosis infertil sudah ditegakkan (misalnya karena pasangan tersebut telah
mengatur jadwal koitus sesuai dengan masa subur istri dalam 12 bulan, namun
istri masih belum hamil juga), maka dokter harus menjelaskan tahapan-tahapan

29

pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan kausa infertilitas pasangan


tersebut.
6. Dokter juga harus menjelaskan tatalaksana yang dapat dilakukan kepada pasangan
infertil tersebut (sesuai dengan kausanya).
7. Dokter

harus

menjelaskan

bahwa

penanganan

kasus

infertilitas

untuk

mendapatkan keturunan memerlukan kesabaran dari segi waktu dan harus


melibatkan pemeriksaan pasangan pria-wanitanya. Oleh karena itu, pasangan
tersebut harus saling bekerja sama (tidak boleh salah satunya saja yang rutin
kontrol, harus kedua-duanya).
8. Bagi pasangan yang mempunyai resiko infertil/ada riwayat penyakit pada sistem
reproduksi semasa kecil, ada riwayat keluarga kurang subur, atau adanya kelainan
genetik, sebaiknya tidak menunggu setelah 1 tahun. Pemeriksaan dini lebih bagus
(tidak perlu menunggu setelah 1 tahun perkawinan). Penundaan berarti usia
pasangan wanitanya terus bertambah dan akan menambah resiko terhadap
kehamilannya.
Pada kasus-kasus idiopatik, tidak ada terapi medis yang benar-benar efektif.
Namun secara empiris ada beberapa yang dapat digunakan seperti :
1. Clomiphene citrate
2. Tamoxifen (pemberian tamoxifen dikombinasi dengan testosterone
dapat meningkatkan situasi sperma)
3. Testosteron
4. HMG
5. FSH
6. HCG
7. Vitamin E
8. Vitamin C
9. Anti oksidan lain
10.Carnitine
11. Acetyl-L-carnitine
12.Zinc
13.Diet tinggi protein
Perubahan pola hidup dan mengurangi stress dapat meningkatkan jumlah sperma.
Hindari berendam di air bersuhu lebih dari 360C selama lebih dari 15 menit. Jangan
menggunakan celana yang terlalu ketat, berhenti merokok dan hindari mengkonsumsi

30

makanan

instan.

Diberi

obat-obatan

penambah

kesuburan

dan

disarankan

mengkonsumsi zat gizi dan makanan yang dapat meningkatkan jumlah sperma.
Makanan yang dapat meningkatkan kesuburan antara lain :
1. Buah dan sayuran berwarna cerah
Buah-buahan segar dan sayur-sayuran kaya antioksidan dan fitokimia yang membantu
menghilangkan radikal bebas yang menghambat kesuburan
2. Daging ayam
Daging ayam mengandung nutrisi yang penting untuk tubuh kita salah satunya adalah
protein dan zat besi. Protein berguna untuk pertumbuhan sel-sel dan zat besi berguna
untuk pembentukan sel darah merah sehingga tidak terjadi anemia. Kedua manfaat
tersebut sangat penting bagi perempuan yang sedang berusaha untuk hamil. Besi dan
protein sangat penting bagi perempuan sebelum dan selama kehamilan.
3. Kacang-kacangan dan biji-bijian
Kacang-kacangan dan biji-bijian memiliki sifat dicerna lebih lambat di dalam tubuh,
yang membantu meningkatkan ovulasi. Selain itu, kacang-kacangan dan biji-bijian juga
mengandung asam lemak Omega-3, asam lemak esensial yang memiliki efek langsung
pada peningkatan hormon serta meningkatkan kualitas baik sperma atau pun sel
telur.
6. Sayuran berdaun hijau
Selain semua antioksidan yang ditemukan dalam sayuran berdaun hijau seperti bayam
dan kangkung, sayuran ini juga kaya dengan zat besi. Zat besi berguna untuk
pembentukan sel darah merah..
8. Telur
Telur kaya akan vitamin dan nutrisi penting seperti protein dan kolin. Asupan kolin
sangat dibutuhkan sebelum dan saat kehamilan karena meningkatkan kemampuan
tubuh untuk menyerap asam folat.
TERAPI BERDASARKAN BASIL ANALISIS RUTIN
31

a) Hipospermia
Volume semen disebut hiposperma jika kurang dari 1,5 ml.
Penyebab :

- Stres

- Retrograde ejaculation
- Frekuensi sanggama.
Untuk stres maka pengobatan diarahkan untuk menghilangkan stres ;
retrograde ejaculation dapat diberi terapi obat atau terapi khusus berupa pencucian
sperma dari urine. Untuk endokrinopati dapat diberikan testosteron, sedangkan bila
kohl's terlalu sering, dapat dikurangi frekuensinya. Jika tidak jelas penyebabnya
dapat dilakukan AIH.
b) Oligozoospermia
Sampai saat ini masih disepakati bahwa jumlah spermatozoa kurang dari 20
juta/ml disebut oligozoospermia dan jika kurang

dari 5 juta/ml disebut

olgozoospermia berat.
Terapi medikamentosa yaitu :
1. Klomifen sitrat dengan dosis 1 x 50 mg selama 90 hari atau 1 x 50 mg 3 x
25 hari dengan interval antara terapi 5 hari.
2. Tamoxifen, dapat diberikan dengan dosis 2 x 1 tablet selama 60 hari.
3. Kombinasi HMG dan hCG; HMG (Pergonal) diberikan dengan dosis
150 IU 3 x/minggu dan hCG (Profasi) dengan dosis 2000 IU 2 x/minggu
selama 12-16 minggu.
4. Kombinasi FSH (Metrodin) dan hCG; dosisFSH 75IU 3 x/ minggu dan
dosis hCG 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16 minggu.
Selain medikamentosa, terapi dapat dilakukan dengan AIH (IBS) dengan
atau tanpa treated sperm.
c) Abnormalitas kualitas spermatozoa
32

Kualitas spermatozoa abnormal jika motilitas baik dan cukup tetapi morfologi
normal kurang dari 50%. Terapi gangguan kualitas ini dapat berupa medikamentosa
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

ATP
Androgen dosis rendah
Phosph6lipid esensial
Antibiotika
Vitamin E + Vit B
Pentoksifilin
Atau dilakukan AIH (IBS) dengan atau tanpa sperm treated yang dapat

berupa :
sperm washing
sperm swim up
Jika masih belum memberikan basil yang diharapkan dapat

dilanjutkan dengan terapi

hormonal berupa kombinasi FSH dengan dosis 75 IU 3 x/minggu ditambah hCG 2000 IU 2
x/ minggu selama 12-16 minggu. Pengobatan ini dapat diteruskan sampai 4 tahun.
Jika melalui tahap pengobatan selama beberapa waktu dan istri tidak kunjung hamil maka
pasangan direkomendasikan menggunakan metode inseminasi buatan, mengikuti program
bayi tabung, ataupun teknologi lainnya.
Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) dan mekanismenya
Teknologi Reproduksi berbantu adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma),
atau embrio (konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara alami, tidak
termasuk tindakan kloning atau duplikasi manusia. TRB terbagi atas dua kelompok besar,
yaitu: Intra-Corporeal dan Extra-Corporeal.
Intra-Corporeal
1. Intra Uterine Insemination (IUI)
Intra Uterine Insemination (IUI) adalah cara memasukkan sel-sel sperma yang telah
dipreparasi (pencucian sperma supaya lebih aktif) langsung ke dalam rongga rahim dengan
suatu kateter pada saat menjelang ovulasi (masa subur). Indikasi dilakukannya IUI adalah:

33

a. Gangguan penyampaian sel-sel sperma ke dalam vagina karena kerusakan anatomi


pada penis atau vagina, disfungsi seksual pada pria/wanita, atau ejakulasi retrograd
(tertahan).
b. Hasil uji pasca sanggama yang buruk yaitu kemampuan sel-sel sperma untuk hidup
dan berenang di dalam cairan rahim wanita kurang baik.
c. Gangguan faktor lendir dan leher rahim. Dengan IUI, sperma dikirim langsung ke
rahim tanpa menyentuh vagina.
d. Berkurangnya jumlah, bentuk, dan gerakan sel-sel seperma (oligoasthenozoospermia)
tingkat sedang. Dengan IUI, perjalanan sel sperma melewati organ reproduksi wanita
akan terbantu. Namun keberhasilan IUI masih sangat ditentukan oleh jumlah sperma
(idealnya masih di atas 20 juta sperma/ml).
e. Gangguan hormon seperti gangguan fase luteal atau sindroma LUF dan setelah dicoba
dengan pengobatan selama beberapa bulan tetap tidak berhasil.
f. Endometriosis minimal.
g. Infertilitas yang belum diketahui sebabnya.
Syarat dilakukannya IUI adalah:
a. Pasangan suami istri sah dengan usia istri tidak lebih dari 45 tahun. Tapi idealnya usia
b.
c.
d.
e.

istri sebaiknya di bawah 35 tahun sehingga kemungkinan berhasilnya lebih tinggi.


Tidak ada kontraindikasi untuk hamil.
Reproduksi istri dapat merespon terhadap obat pemicu ovulasi.
Kedua tuba Fallopii normal.
Bebas dari infeksi TORSH-KM, hepatitis, sifilis, dan HIV/AIDS.
Pemeriksaan/persiapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan prosedur IUI,

a.
b.
c.
d.
e.

antara lain:
Anamnesis: Data diri pasien, riwayat kehamilan, dan siklus haid 6 bulan terakhir
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan USG transvaginal
Pemeriksaan HSG untuk melihat keadaan sal telur dan Rahim
Pemeriksaan hormonal untuk melihat FSH, LH, Prolaktin, dan E2. Namun biasanya
ini dilakukan pada wanita dengan siklus haid tak teratur, amenorea, dan kurang respon

terhadap obat-obatan pemicu ovulasi


f. Trial sounding (sondase rahim) untuk mengetahui arah panjang leher dan rongga
Rahim
g. Analisa sperma pada suami (termasuk pemeriksaan antibodi sperma) untuk melihat
apakah memungkinkan untuk dilakukan IUI.
h. Pada istri diberi obat untuk memicu ovulasi (pemberian tergantung pada kasus).
i. Pasangan suami istri normal hanya diberi klomifen sitrat (serophene, dll) mulai hari
ke 3-5 menstruasi selama 5 hari.

34

j. Pasangan suami istri dengan masalah seperti anovulasi atau gangguan hormon diberi
HMG atau FSH untuk memicu perkembangan sel telur. Dosis ini umumnya diberikan
pada hari ke 5-9.
k. Pemeriksaan USG vaginal untuk melihat perkembangan folikel.
l. Setelah dilihat dan sel telur ukurannya sudah mencapai minimal 18 mm maka akan
diberikan suntikan HCG untuk memecah sel telur. Ovulasi (pecahnya folikel dan
mengeluarkan sel telur) terjadi 36-42 jam setelah suntik HCG.
m. Pada hari perkiraan IUI, suami harus menahan ejakulasi setidaknya 2-3 hari untuk
mendapatkan jumlah dan kualitas yang baik pada sperma.
n. Minimal 2 jam sebelum IUI, cairan sperma sudah diberikan ke laboratorium untuk
dipreparasi (dicuci). Disarankan untuk dikeluarkan di klinik infertil (ada tempat
khususnya). Proses preparasi atau pencucian tersebut dilakukan untuk menghitung
konsentrasi, motilitas, dan morfologi sel sperma. Melalui pencucian, jumlah dan
kualitas sperma akan sedikit meningkat.
o. Tahap pelaksanaan, yaitu pemasukan sel-sel sperma yang telah dipreparasi ke rongga
rahim 36 jam setelah suntik HCG. Rincian tahap pelaksanaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pasien berbaring telentang di meja periksa khusus (meja untuk
pemeriksaan obstetrik dalam ibu hamil).
2. Pasien tidur dengan posisi pinggang lebih tinggi dari badan dan kepala.
Kaki dalam posisi terbuka dan tergantung pada penyangga kiri dan kanan.
3. Dokter memasukkan speculum ke dalam vagina sampai tampak mulut
rahim.
4. Sperma dimasukkan melalui kateter, lalu ujung kateter dimasukkan
melalui cervix, canalis cervikalis, sampai ke cavum uteri secara hati-hati
untuk menghindari cedera lapisan rongga rahim.
5. Setelah ujung kateter berada di rongga rahim paling luas, sperma
disemprotkan dari dalam kateter. Lalu kateter yang telah kosong ditarik
kembali.
6. Pasien tetap berbaring dengan posisi sama selama kurang lebih satu
jam. Lalu pasien diperbolehkan pulang (sebaiknya tetap dilakukan
bedrest)
Tingkat keberhasilan IUI hanya sekitar 10%. Jika gagal lebih baik tidak
diulang lebih dari 1 kali lagi (jadi IUI hanya boleh dilakukan sebanyak 2
kali). Hal ini didasarkan kepada hasil penelitian bahwa IUI yang
35

dilakukan 3 kali atau lebih akan tetap memberikan kegagalan pada


pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu disarankan agar melakukan
program lain seperti IVF.
2. Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)
Pada metode GIFT, ovarium wanita distimulasi agar dapat memproduksi lebih banyak
ovum daripada jumlah normalnya melalui konsumsi obat-obatan tertentu, seperti Clomifene
dan Gonadotropin. Jika telah terdapat folikel yang matang, wanita tersebut akan disuntikkan
Hcg dan ovulasi akan terjadi 36 jam setelahnya. Ovum yang berhasil diproduksi kemudian
dipindahkan dari ovarium dengan memasukkan jarum melalui dinding vagina (menggunakan
USG sebagai pedoman). Lalu, ovum tersebut (3-4 ovum) dicampurkan dengan sperma pria
pasangannya ( 200.000 sperma motil) dalam cawan petri. Ovum dan sperma yang telah
dicampurkan tersebut secepatnya dipindahkan ke tuba Fallopii wanita dengan laparoskopi,
sehingga fertilisasi terjadi di dalam tubuh wanita. Dengan demikian, zigot hasil fertilisasi
tersebut dapat berkembang pada lingkungan naturalnya sejak dari tahap yang paling dini.
GIFT dapat menjadi pilihan TRB bagi pasangan infertil yang disebabkan oleh
rendahnya jumlah atau kemampuan motilitas sperma pria serta pasangan infertil yang
penyebab infertilitasnya tidak dapat ditentukan. Syarat dilakukannya GIFT adalah tuba
Fallopii wanita harus dalam kondisi sehat. GIFT biasanya dipilih oleh pasangan yang telah
mencoba IUI, namun tetap gagal. Keuntungaan dari GIFT adalah fertilisasi dapat terjadi di
dalam tubuh, sehingga prosesnya cenderung lebih alamiah daripada IVF. Namun,
kerugiannya adalah adanya prosedur laparoskopi, sehingga cenderung lebih rumit daripada
IVF. Selain itu, resiko terjadinya kehamilan ektopik juga lebih besar.

Extra-Corporeal
1. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)
Secara garis besar, teknik ZIFT memiliki prosedur yang sama dengan GIFT. Namun,
pada ZIFT, yang dimasukkan ke dalam tuba Fallopii bukanlah campuran antara ovum dan
sperma, melainkan hasil fertilisasi antara keduanya, yaitu zigot. Kelebihan dari teknik ZIFT
ini adalah dokter dapat memastikan langsung apakah fertilisasi terjadi atau tidak. Namun,

36

teknik ZIFT memiliki kerugian yaitu memerlukan prosedur yang lebih invasif daripada GIFT
maupun IVF. Selain itu, resiko kehamilan ganda pada ZIFT juga lebih besar.
2. Tuba Embrio Transfer (TET)
Secara garis besar, prosedur TET sama dengan prosedur GIFT dan ZIFT, namun yang
dimasukkan ke dalam tuba Fallopii adalah embrio. Jika pada ZIFT zigot dimasukkan ke
dalam tuba 1 hari setelah fertilisasi, pada TET embrio dimasukkan ke dalam tuba 2 hari
setelah fertilisasi. TET dapat dilakukan pada wanita yang memiliki setidaknya satu tuba
Fallopii yang sehat namun tidak cocok dengan metode GIFT/teknik transfer embrio melalui
vagina.
3. In Vitro Fertilization (IVF)
IVF juga merupakan salah satu TRB yang fertilisasinya terjadi di luar tubuh wanita.
Prosedur pengambilan ovum wanita pada IVF ini juga sama dengan prosedur pada GIFT,
ZIFT, dan TET. Perbedaan IVF dengan metode-metode tersebut adalah embrio hasil fertilisasi
tidak dimasukkan ke dalam tuba Fallopii, namun ke dalam uterus. Proses pemasukan 1-2
embrio tersebut dilakukan 6 hari setelah fertilisasi, dengan menggunakan kateter tipis
melalui serviks ke uterus (biasanya menggunakan USG sebagai panduan). Oleh sebab itu,
IVF tidak membutuhkan laparoskopi. Embrio yang dimasukkan Sebelum dilakukan proses
pemasukan embrio ke dalam uterus, wanita tersebut harus diberi progesterone, sehingga
endometriumnya menebal dan siap untuk menerima implantasi.
IVF dapat dilakukan jika terdapat hambatan pada tuba Fallopii pasangan
wanita/malah tidak memiliki tuba Fallopii sama sekali atau jika terdapat abnormalitas ringan
pada sperma pasangan pria. Selain itu, IVF juga dapat menjadi pilihan bagi pasangan infertile
yang tidak diketahui penyebab infertilitasnya serta pasangan yang telah mencoba IUI namun
tetap belum berhasil. Para pakar biasanya lebih menyarankan IVF daripada GIFT atau ZIFT
karena IVF lebih tidak invasif dan kualitas embrio yang dihasilkan lebih dapat dikontrol.
Dibandingkan dengan beberapa prosedur TRB lainnya, IVF lebih dahulu ditemukan sehingga
lebih banyak penelitian yang dilakukan terhadap metode IVF ini. Berdasarkan berbagai
penelitian/studi tersebut, diketahui bahwa sebagian besar anak yang lahir dari proses IVF ini
sehat, namun memiliki riwayat kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit,
operasi, atau intervensi medis lainnya) yang lebih banyak daripada anak yang lahir secara
konsepsi alamiah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh
37

komplikasi selama kehamilan, seperti prematuritas atau kehamilan multiple. Kerugian lain
dari metode ini adalah lebih tingginya resiko kehamilan multiple.
4. Assisted Fertilization: Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan salah satu TRB yang dapat mengatasi masalah infertilitas pria,
seperti jumlah atau kemampuan motilitas sperma yang rendah, vas deferens yang rusak, serta
pria yang pernah melakukan vasektomi. Prosedur pengambilan ovum wanita pada ICSI sama
dengan prosedur GIFT, ZIFT, dan TRB lainnya. Namun, tidak seperti metode lain yang
membiarkan sperma menembus dinding ovum dengan tenaganya sendiri, pada ICSI sperma
disuntikkan ke dalam sitoplasma ovum. Embrio yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke
dalam uterus wanita.
Karena metode ICSI ini memungkinkan suatu sperma abnormal untuk membuahi
ovum, terdapat kekhawatiran bahwa anak yang dihasilkan melalui metode ICSI ini akan
memiliki kesehatan atau perkembangan yang terganggu, seperti BBLR, abnormalitas pada
kromosom Y, dan resiko keterbelakangan mental
Adanya sumbatan saluran sperma pada pria akan menunjukkan azoospermia, kadar
hormonal dalam batas-batas normal (FSH, LH, Testosteron) dan volume testis normal (16-30
ml), dapat dilakukan tindakan pembedahan mikro (vasoepididimostomi) dapat membantu
dengan 90% ejakulatnya mengandung spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya
berkisar antara 5-30 %
h. Bagaimana pencegahan kasus ini?
Pencegahan:
1. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi
prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah
tersebut harus ditangani serius
2. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma
3. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone
testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma
4. Berperilaku sehat
i. Bagaimana prognosis kasus ini?
Faktor utama yang mempengaruhi prognosis infertilitas:
Durasi (lamanya) infertilitas
Penelitian Collins dkk membuktikan bahwa prognosis baik apabila

lama

infertilitas < 3 tahun dengan kemungkinan kehamilan 1.49 kali lebih besar. Akan
tetapi kalau sudah dihadapkan selama 5 tahun lebih, prognosisnya buruk.
38

Infertilitas primer atau sekunder


Pasangan dengan keluhan infertilitas sekunder memiliki risiko relatif untuk hamil
sebesar 1.38 kali lebih besar dibandingkan pasangan dengan keluhan infertilitas
primer serta waktu untuk hamil 51-80% lebih cepat.
Hasil analisis semen
Jika analisa semen abnormal namun tidak menunjukkan azoospermia,
pasangan ini memiliki kandidat untuk inseminasi intrauterin dengan memakai
teknik perbaikan sperma.
Umur dan status fertilitas pasangan
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun
perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.
Prognosis:
Vitam: bonam
Fungsionam: dubia ad bonam
j. Apa komplikasi kasus ini?
Infertilitas dapat menimbulkan masalah psikologis yang berat bagi pasangan
suami-istri.
k. Apa SKDI kasus ini?
3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya
pemeriksaan lab atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
V.

Learning Issue
1.
Anatomi sistem reproduksi pria
GENITALIA INTERNA
1. Testis
Testis adalah sepasang kelenjar oval yang terletak didalam scrotum.
Panjangnya 5 cm, diameter 2.5 cm, dan massanya 10 15 gram. Testis dilapisi oleh
suatu lapisan eksternal yang terdiri dari; Tunica Vaginalis dan Tunica Albuinea.
Tunica Vaginalis adalah membran serosa, yang merupakan derivat dari peritoneum.
Sedangkan Tunica Albuginea adalah jaringan ikat padat yang dibentuk dari septa dan
membagi testis kedalam lobus. Lobus yang ada dalam epididimis sekitar 200 300
lobus, dan setiap lobusnya mengandung 1-3 gulungan tubule yang kuat yakni tubula
seminiferus, dimana dalam lobus seminiferus ini sperma diproduksi. Tubula
39

seminiferus mengandung sel spermatogenik, yaitu tempat spermatogenesis dan


spermiogenesis dan sel sertoli yang untuk membantu spermatogenesis meliputi
nutrisi, fagosit, kontrol perpindahan dan pelepasan. Panjang tubule ini adalah 75 cm.
Di tunica vaginalis terdapat cairan hidrokel untuk mencegah peradangan epididimis.
2. Duktus
a.

Epididimis

Berawal dari duktus efferent yang sangat berbelit belit. Panjangnya sekitar 6
m. Terdiri dari head, body, dan tail. Head dari epididimis berada di bagian superior
dan paling besar, Body letaknya diantara head dan tail dan berukuran sedang,
sedangkan tail adalah bagian paling kecil yang letaknya di inferior. Epididimis dilapisi
oleh epitel berlapis kubus, yang dipermukaannya terdapat stereosilia yang
memperbesar area untuk reabsorbsi ketika sperma berdegenerasi. Fungsinya adalah
untuk pematangan sperma.Kemudian selain itu fungsi dari duktus ini sendiri adalah
membantu mendorong sperma ke duktus (vas) deferens sewaktu hubungan seksual
dengan kontraksi peristaltik dengan otot polosnya dan juga menyimpan sperma.
b. Duktus deferens
Duktus deferens panjangnya 45 cm, naik disepanjang batas posterior dari
epididimis, melewati spermatic cord dan kemudian masuk ke pelvic cavity, memutari
ureter dan melewati bagian atas dan bawah dari urinary blader. Lalu ada bagian
terminal perbesaran duktus deferens yang disebut ampula. Mukosanya terdiri dari
epitel berlapis kubus dan lamina propria (arveolar connective tissue). Fungsinya
membawa sperma selama hubungan sexual dari epididimis ke arah uretra dengan
kontraksi peristaltik.
c. Ejaculatory ducts
Panjangnya 2 cm. Dibentuk dari penyatuan seminalis vesikel dan ampula (vas
deferens). Berasal dari superiorkedasar dari prostat dan melewati bagian inferior dan
anterior prostat. Ini merupakan sebuah terminal lanjutan setelah pengeluaran sperma
dan sekresi seminal vesicle,sebelum sperma diteruskan ke uretra.
d. Uretra
40

Uretra ini adlah saluran bersama sama system reproduksi dan sistem urin.
Menyediakan tempat jalan terusan untuk semen dan urin. Uretra ini memiliki panjang
20 cm. Melewati prostat, otot dalam perineum dan penis.
3. Accesory Gland :
a.

Vesikula seminalis

Adalah sebuah kantung dengan struktur berbelit dengan panjang sekitar 5 cm.
Terletak didasar urinary bladder dan anterior dari rektum. Melewati saluran seminal
vesikel yang menyekresi alkalin, cairan kental yang mengandung fruktosa,
prostaglandin, dan gumpalan protein yang berbeda dari darah.
a. Alkalin dari seminal vesicle fungsinya adalah membantu menetralkan lingkungan
asam dalam reproduksi wanita yang dapat membunuh sperma.
b. Fruktosa yaitu untuk produksi ATP.
c. Prostaglandin yaitu untuk menambah pergerakan sperma dan kelangsungan hidup ,
dan mungkin menstimulasi kontraksidari otot polos ketika di saluran reproduksi
wanita.
d. Bekuan protein membantu pembekuan semen setelah ejakulasi. Cairan yang
disekresi normalnya sekitar 60 % dari total semen.
b. Prostat
Prostat ada 1 buah, berbentuk bulat seperti donat dengan ukuran sebesar bola
golf. Ukuran dari prostat itu sendiri adalah 4 cm dari sisi ke sisi, 3 cm dari atas ke
bawah, dan 2 cm dari depan ke belakang. Bagian inferior dari urinary bladder dan
mengelilingi prostetic uretra. Prostat bertambah ukurannya perlahan ketika tahun
pubertas, berkembang dengan cepat sampai umur 30 tahun, dan stabil pada umur 45
tahun. Didalam kelenjar prostat ini ada suatu spinchter yang mengatur pergantian
pengeluaran urine dan cairan semen saat ejakulasi yaitu smooth muscle spinchter.
Menyekresi 25 % volume semen untuk pengerakan dan pertahanan hidup.
c. Bulbourethral gland
Disebut juga Cowpers gland, ukuran / bentuk seperti kacang berlokasi di
inferior prostat di kedua bagian membranous uretra dengan deep muscles of
perineum, ducts terbuka ke dalam spongy uretra. Selama seksual, bulbouretral
menyekresi basa alkaline ke dalam uretra, yang melindungi pada saat sperma
41

melewati lingkungan asam dari urine dalam uretra. Kelenjar ini juga menyekresi
mucus yang melumasi bagian akhir dari penis (batas uretra), untuk mengurangi
kematian sperma selama ejakulasi.
GENITALIA EKSTERNA
1. Penis
Mengandung uretra dan jalan / saluran ejakulasi dari semen dan eksresi urine.
Bentuknya silinder terdiri dari body, gland dan root.
-

Body. Dalam body, 3 lapisan silindris mengandung jaringan fibrous disebut tunica
albuginea. Corpora covernosa penis terletak di kedua sisi dorsolateral. Paling
kecil di midventral yaitu corpus spongiosum mengandung spongy uretra.

Gland. Bagian membesar yang terletak di bagian distal corpus spongiosum.


Dibagian akhir dari gland ada external uretral orifice. Disini juga terdapat bagian
kulit longgar (bagian yang di circumsisi) yang dinamakan prefuce (foreskin).

Root. Terletak di bagian proximal yang mengandung bulb of penis dan crura of
penis yang dipisahkan oleh corpora covernosa. Disokong oleh 2 ligamen yaitu
fundiform dan suspensori.

2. Scrotum
Kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat. Tempat
bergantungnya testis, mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap. Scrotum terdiri
dari 2 kantung scrotal, setiap kantung scrotal berisi 1 testis tunggal, dipisahkan oleh
septum internal terdiri dari otos dartos, yaitu lapisan serabut dalam fascia dasar yang
berkontraksi untuk membentuk kerutann / lipatan pada scrotal sebagai respon terhadap
udara dingin. Sperma yang normal dibentuk/ diproduksi sekitar 2 3 C dibawah
suhu tubuh normal.
2.

Anatomi sistem reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ interna. organ
eksterna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi , sebagai
tempat fertilitas sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi , dapat
dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.
Genitalia Eksterna
42

Yaitu alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi, fungsinya
adalah untuk kopulasi. Yang termasuk genetalia eksterna :
1. Mons Veneris / Mons Pubis
Daerah yang menggunung di atas simfisis berupa bantalan yang berisi lemak , yang akan
ditumbuhi rambut kemaluan (pubis) apabila wanita beranjak dewasa. Rambut ini membentuk
sudut lengkung (pada wanita) sedang pria membentuk sudut runcing ke atas.
2. Labia Mayora (bibir besar)
Berada pada kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa di
tumbuhi rambut lanjutan dari mons veneris.bertemunya labia mayor membentuk komisura
posterior
3. Labia Minora (bibir Kecil)
Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Merupakan suatu lipatan kanan
dan kiri bertemu diatas preputium klitoridis dan dibawah klitoris. Bagian belakang kedua
lipatan setelah mengelilingi orifisium vagina bersatu disebut faurchet (hanya nampak pada
wanita yang belum pernah melahirkan).
4. Klitoris
Identik dengan penis pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi
frenulum klitorodis. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif
karena banyak memiliki serabut saraf.
5. Vestibulum
43

Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh
klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada vestibulum juga bermuara uretra dan 2 buah kelenjar
skene dan 2 buah kelenjar bartholin, yang mana kelenjar ini akan mengeluarkan sekret pada
waktu koitus. Introitus vagina juga terdapat disini.
6. Hymen (selaput dara)
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, biasanya berlubang membentuk
semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia
himenalis atau hymen imperforata. Hymen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin
(hymen ini disebut karunkulae mirtiformis). Lubang-lubang pada hymen berfungsi untuk
tempat keluarnya sekret dan darah haid.
7. Perineum
Terletak diantara vulva dan anus, panjang sekitar 4 cm.
8. Vulva
Bagian dari alat kandungan yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris,
kanan kiri diatas bibir kecil, sampai ke belakang di batasi perineum.
Genitalia Interna

Merupakan alat kelamin yang tidak dapat dilihat dari luar, terletak disebelah dalam dan hanya
dapat dilihat dengan alat khusus atau dengan pembedahan.
1. Vagina (liang sanggama)
44

Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara kandung
kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11
cm. dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri
dari 3 lapisan yaitu : lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan
ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral
kanan kiri, forniks anterior dan posterior. Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina
disebut portio. Suplai darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior,
arteria hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna. Fungsi penting vagina adalah :

saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari Rahim
alat untuk bersenggama
jalan lahir pada waktu bersalin

2. Uterus (rahim)
Adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum,
sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim
terletak dalam rongga panggul kecil diantara kandung kencing dan rektum.
Bentuknya seperti bola lampu yang gepeng atau buah alpukat yang terdiri dari 3 bagian yaitu

badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga


leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder
rongga rahim (kavum uteri)

Bagian rahim antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal
rahim. Besarnya rahim berbeda-beda, tergantung pda usia dan pernah melahirkan anak atau
belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm
x 3,4-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3- 3,5 cm. Beratnya 40-50 gram
pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara. Serviks uteri terbagi 2 bagian yaitu pars
supravaginal dan pars vaginal (portio) saluran yang menghubungkan orifisium uteri interna
(oui) dan orifisium uteri eksterna (oue) disebut kanalis servikalis. Bagian rahim antara
serviks dan korpus disebut isthmus atau segmen bawah rahim (SBR), bagian ini penting
dalam kehamilan dan persalinan karena akan mengalami peregangan.
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu :
45

lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar


lapisan otot (lapisan miometrium)di tengah
lapisan mukosa (endometrium) di dalam

Dalam siklus menstruasi yang selalu berubah adalah endometrium.


Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan
dipertahankan oleh :

tonus rahim sendiri


tekanan intra abdominal
otot-otot dasar panggul
ligamentum-ligamentum

Ligamentum-ligamentum uterus adalah :


1.

Ligamentum Latum

Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga panggul dan dasar panggul,
seolah-olah menggantung pada tuba. Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh
jaringan yang longgar disebut parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina pembuluh
limpa dan ureter.
2.

Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)

Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba, kedua ligamen ini
melelui kanalis inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot polos dan
jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
3.

Ligamentum Infundibulo Pelvikum ( Ligamen suspensorium)

Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium, ligamen ini menggantungkan uterus
pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
4.

Ligamentum Kardinale ( lateral pelvic ligament/Mackenrodts ligament)

Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul. Ligamen ini
membantu mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah (menghalangi pergerakan ke
kanan ke kiri) dan mencegah prolap.
46

5.

Ligamentum Sakro Uterinum

Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
6.

Ligamentum Vesiko Uterinum

Dari uterus ke kandung kencing


Fungsi utama uterus :

setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan dan

pelepasan dari endometrium


tempat janin tumbuh dan berkembang
tempat melekatnya plasenta
pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk lancarnya
persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.

3. Tuba Falopii (saluran telur)


Tuba ini terdapat pada tepi atas lig. Latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri
kanan kiri. Panjangnya 12 cm, diameter 3-8 cm.
Tuba ini dibagi 4 bagian :
1. Pars interstisialis (intramuralis)
Bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai dari ostium tuba.
2. Pars ismika
Bagian tuba setelah keluar dari dinding uterusa, merupakan bagian tuba yang lurus
dan sempit.
3. Pars ampullaris
Bagian tuba antara pars ismika dan infundibulum merupakan bagian tuba yang paling
lebar dan berbentuk S, disini biasanya terjadi konsepsi.
4. Infundibulum
Merupakan ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbriae, lubangnya
disebut ostium abdominale tuba.
Fungsi tuba yaitu untuk menangkap, membawa ovum yang dilepas ovarium ke jurusan
cavum uteri, serta tempat terjadinya konsepsi.
4. Ovarium (indung telur)

47

Ovarium ada 2, kanan dan kiri, dihubungkan dengan uterus oleh ligamen ovarii propium dan
dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligamen infundibulo pelvicum, disini
terdapat pembuluh darah untuk ovarium.

Ukuran ovarium:2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0.9-1,5 cm dan beratnya 4-5 gram.


Terletak pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk yang disebut fossa ovarica

Waldeyeri.
Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medulla). Pada korteks
terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu folikel akan
matang dan keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini
akan menjadi folikel de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan
pembuluh lympha. Fungsi ovarium adalah :
o mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
o mengeluarkan telur setiap bulan

5. Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat diantara kedua lembar ligamentum latum disebut parametrium.
Parametrium ini dibatasi oleh :
o Bagian atas terdapat tuba falopii dengan mesosalphing
o Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
o Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
o Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii propium
Ke samping berjalan ligamentum suspensorium ovarii. Pada parametrium ini terdapat uretra
kanan dan kiri dan pembuluh darah arteria uterina.
Pertumbuhan alat genetalia wanita berasal dari duktus Muller (tuba falopii, uterus, vagian
bagian atas) dan kloaka (vagina bagian bawah, hymen, kandung kemih, anus).

3. Infertilitas pada pria


Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah
1tahun hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas (pasangan mandul) adalah
pasangansuami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan
48

seksualtanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang
telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun.
ETIOLOGI
Infertilitas pria dapat disebabkan oleh karena kelainan-kelainan yang terdapat pada
fase-fase: (1) pre testikuler yaitu kelainan pada rangsangan proses spermatogenesis, (2)
testikuler yaitu kelainan dalam proses spermatogenesis, dan (3) pasca testikuler yaitu
kelainan pada proses transportasi sperma hingga terjadi fertilisasi. Selain itu, 40% penyebab
infertilitas pria adalah idiopatik yaitu infertilitas yang masih belum dapat diketahui
penyebabnya.
Kelainan pada hipotalamus
o Defisiensi hormone gonadotropin yaitu LH dan
FSH
Kelainan pada hipofisis

Pre Testikuler

Testikuler

Pasca Testikuler

o Insufisiensi hipofisis oleh karena tumor, radiasi,


atau operasi
o Hiperprolaktinemia
o Hemokromatosis
o Substitusi/terapi hormone yang berlebihan
o Anomali kromosom
o Anorkhismus bilateral
o Gonadotoksin: obat-obatan, radiasi
o Orkitis
o Trauma testis
o Penyakit sistemik: gagal ginjal, gagal hepar,
anemi bulat sabit
o Kriptorkismus
o Varikokel
Gangguan transportasi sperma
o Kelainan bawaan: vesikula seminalis atau vas
deferens tidak terbentuk yaitu pada keadaan
congenital bilateral absent of the vas deferens
(CBAVD)
o Obstruksi vas deferens/epididimis akibat infeksi
atau vasektomi
o Disfungsi ereksi, gangguan emisi, dan gangguan
ejakulasi (ejakulasi retrograd)
49

Kelainan Fungsi dan motilitas sperma


o
o
o
o

Kelainan bawaan ekor sperma


Gangguan maturasi sperma
Kelainan imunologik
Infeksi

MANIFESTASI KLINIS
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
d. Hipertiroidisme dan hipotiroid
e. Tumor hipofisis atau prolactinoma
f. Disfungsi ereksi berat
g. Ejakulasi retrograt
h. Hypo/epispadia
i. Mikropenis
j. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha.
k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n. Abnormalitas cairan semen
PATOFISIOLOGI
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obatobatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran

sperma.

Suhu

disekitar

areal

testis

juga

mempengaruhi

abnormalitas

spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograd misalnya akibat pembedahan sehingga


menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
50

EVALUASI DAN DIAGNOSIS


Evaluasi pasutri yang menderita infertilitas harus dilakukan secara komprehensif bersama
ahli obstetri dan ginekologi, yang bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan
dari pihak istri. Evaluasi dari pihak pria meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang yang mungkin dapat menemukan penyebab infertilitas.
ANAMNESIS
I.

Riwayat Seksual:
o Libido/potensi seksual, frekuensi senggama dan penggunaan lubrikan pada
saat senggama
II. Riwayat Penyakit Dahulu:
o Penyakit sistemik (kencing manis, gangguan faal ginjal, faal liver, dan
fungsi tiroid), infeksi saluran kemih, mump
o Riwayat pemakaian obat-obatan dalam jangka lama : marijuana dan steroid
o Riwayat operasi : pasca herniorafi, orkidopeksi, dan pembedahan pada
retroperitoneal
o Pekerjaan dan kebiasaan : perokok, alcohol, terpapar oleh radiasi, dan
pestisida
III. Riwayat Reproduksi Pasangannya (istri)
Libido maupun potensi seksual yang lemah mengurangi kemampuan sperma
mengumpul di vagina, sedangkan penggunaan pelican sewaktu senggama dapat mengurangi
motilitas sperma seperti pada pemakaian air ludah/saliva, dan bahkan dapat membunuh
sperma seperti pada pemakaian jeli KY.
Tindakan pembedahan yang pernah dijalani pada masa lalu dapat pula mempengaruhi
sistem reproduksi, antara lain: herniorafi dapat merusak pembuluh darah vas deferens,
pembedahan pada pelvis dan rongga retroperitoneal dapat mempengaruhi fungsi seksual.
Penyakit sistemik (kencing manis, gagal ginjal, gagal liver, anemia bulan sabit, dan
disfungsi tiroid) dapat menurunkan kualitas testis dan mengurangi potensi seksual. Infeksi
gonore atau tuberculosis pada masa lalu menyebabkan pembuntuan vas deferens, epididimis,
maupun duktus ejakulatorius. Demikian pula serangan parotitis akut (mump) yang diderita
pada usia pubertas dapat menyebabkan kerusakan testis.
Testis yang pernah mengalami torsio, trauma serta didapatkannya varikokel atau
kriptorkismus dapat mempengaruhi spermatogenesis. Di samping itu, torsio atau trauma pada
testis dapat menyebabkan reaksi imunitas testis akibat rusaknya blood testis barier.
51

Pemakaian obat-obatan nitrofurantoin, simetidin, kokain, nikotin, dan marijuana dapat


menurunkan kemampuan spermatogenesis. Pada pemakaian steroid dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan hipogonadotropik hipogonadisme yang menghambat spermatogenesis.
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis dicari kemungkinan adanya kelainan sistemik atau kelainan
endokrinologi yang mempengaruhi proses spermatogenesis dan proses transportasi sperma.
Diperhatikan penampilan pasien apakah tampak feminine atau seperti orang yang
telah dikebiri (orang kasim atau eunuchoidism) yaitu badannya tubuh besar, pertumbuhan
rambut pada ketiak, pubis, dan badan sangat jarang, dan organ genitalia ukurannya kecil.
Dicari kemungkinan adanya ginekomasti, anosmia (pada sindrom kallmann), galaktore, dan
gangguan lapangan penglihatanyang terdapat pada tumor hipofisis.
Pemeriksaan genitalia pria meliputi testis, epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, prostat, dan penis. Pada palpasi testis diperhatikan konsistensi dan ukurannya.
Panjang testis diukur dengan kaliper, sedangkan volume testis diukur dengan orkidometer
atau ultrasonografi. Panjang testis normal orang dewasa adalah lebih dari 4 c dengan volume
20 ml. testis yang engecil merupakan tanda adanya kerusakan tubulus seminiferus. Dicari
pula kemungkinan adanya varikokel yang dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
sperma.
Epididimis diperiksa mulai dari kaput, korpus, dan kauda. Adanya obstruksi pada
epididimis ditandai dengan adanya jaringan fibrosis yang teraba seperti tasbeh akibat infeksi
kuman tuberculosis.
Tidak didapatkannya vas deferens pada kedua sisi perlu dipikirkan adanya kelainan
bawaan pada vas deferens atau congenital bilateral absent of the vas deferens (CBAVD), yang
menyebabkan kegagalan dalam transportasi sperma.
I.

II.

Pemeriksaan Umum:
o Fisik tubuh kekar, ginekomasti, galaktore, anosmia atau penyempitan
lapangan pandang (fisual field)
Pemeriksaan Genitalia:
o Jaringan parut (bekas herniotomi atau bekas orkidektomi), keadaan testis
(jumlah, ukuran dan konsistensinya) varikokel, epididimis atau vas
deferens menebal atau tak teraba, adanya hipospadi atau penyempitan
muara uretra
52

III.

Colok Dubur: menilai pembesaran/nyeri pada prostat, keadaan vesikula


seminalis, dan reflex bulbokavernosus.

Untuk mencari keberadaan dan adanya kelainan pada vesikula seminalis serta kelenjar
prostat, dilakukan colok dubur atau ultrasonografi transrektal. Tidak didapatkannya vesikula
seminalis mungkin disebabkan karena kelainan bawaan. Prostat yang teraba keras, besar dan
nyeri merupakan tanda dari prostatitis. Pada penis diperhatikan adanya hipospadi atau korde
yang keduanya dapat mempengaruhikemampuan pengumpulan sperma di vagina.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa Semen dan Sperma
Analis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria.
Pengumpulan sample sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian
dimasukkan kedalam container steril. Fakor sperma adalah factor tunggal penyebab
infertile yang terpenting dari pria, dimana berkisar antara 40-50%. Oleh karena itu
setiap pria dengan pasangan infertile harus diperiksa cairan maninya yang
mengandung sperma. Sebelum pemeriksaan ini, pria diharapkan tidak melakukan
hubungan seksual sekurang-kurangnya selama 3 hari.

Menurut WHO, nilai nomal untuk analisa sperma adalah :


Likuifaksi
30 menit
Volume
> 2,0 ml
Konsentrasi sperma
> 20 juta/ml
Jumlah sperma
40 juta
Motilitas/pergerakan sperma > 50 %
Morfologi/bentuk sperma
> 30 % bentuknya normal
WBC
< 1 juta/ml
pH
7,2 7,8
b. Evaluasi Hormonal: FSH, LH, prolaktin, dan testosteron. Diagnosis hormonal adalah
hipergonadotropik-hipogonad atau hipogonadotropik-hipogonad.

53

c. Evaluasi Mikrobiologi: Urinalisis, kultur urin, dan EPS. Volume ejakulat kurang dan
leukosit semen banyak kemungkinan terjadi obstruksi parsial duktus ejekulatorius
karena inflamasi prostat atau vesika seminalis.
d. Evaluasi Genetik: melalui riwayat keluarga dan analisis karyotipe. Kelainan genetik
sering ditemukan pada OAT yang ektrim atau azoospermia. Diagnosis kelainan
genetik yang sering adalah sindroma Klinefelter (47 XXY), kromosom translokasi
dan delesi. Indikasi evaluasi genetik adalah pada OAT ekstrim atau oligozoospermia
kandidat ICSI (bayi tabung).
e. Penunjang Ultrasonografi:
- Colour Doppler Ultrasound: penunjang diagnosis varikokel, tumor testis, dan
-

mikrokalsifikasi testis.
TRUS prostat: melihat adanya kista midline prostat dan stenosis duktus

ejakulatorius.
f. Biopsi Testis: diindikasikan pada azoospermia atau ekstrim OAT dengan volume testis
dan level FSH normal. Tujuan biopsi untuk melihat diferensiasi testis atau insufisiensi
testis.
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Kelainan-kelainan yang mungkin masih dapat dikoreksi secara medikamentosa
adalah: defisiensi hormone, reaksi imunologik antibody antisperma, infeksi dan ejakulasi
retrograde.
Pada hipogonadotropik-hipogonadismus (hipogonadismus sekunder) dapat dicoba
diberikan LH untuk merangsang sel Leydig memproduksi testosteron, kemudian diberikan
hormone human chorionic gonadotropin atau hCG (misalkan dengan pregnyl atau profasi).
Adanya antibodi antisperma yang didapatkan pada pemeriksaan imunologik dapat
dicoba dengan pemberian kortikosteroid. Ejakulasi retrograde dapat diberikan golongan
adrenergic alfa atau trisiklik antidepresan (imipramin) yang dapat menyebabkan kontraksi
leher buli-buli pada saat emisi sperma pada uretra superior.
Pembedahan
Usaha pembedahan yang dilakukan ditujukan pada tempat kelainan penyebab
infertilitas yaitu mungkin operasi pada organ pretestikuler, koreksi terhadap penyebab
54

kerusakan testis dan koreksi saluran yang membuntu penyaluran sperma. Tindakan itu bisa
berupa:
1. Adenomektomi hipofisis pada adenoma hipofisis.
2. Varikokel yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada spermatogonium
dilakukan operasi vasoligasi tinggi atau varikokelektomi.
3. Jika terdapat pembuntuan pada vas deferens karena infeksi atau setelah menjalani
vasektomi dilakukan penyambungan kembali vas deferens atau vaso-vasostomi
sedangkan pada pembuntuan yang lebih proksimal yaitu pada epididimis
dilakukan penyambungan epididimo-vasostomi yaitu penyambungan epididimis
dengan vas deferens. Melalui teknik bedah mikroskopik angka keberhasilan
penyambungan vas deferens (yang ditandai dengan terdapatnya sperma pada
ejakulat) lebih kurang 80 90% sedangkan angka keberhasilan fungsional
(pasangan menjadi hamil) lebih kurang 50 60%.
4. Pembuntuan pada duktus ejakulatorius dilakukan reseksi transuretal.
Ringkasan Penatalaksanaan dan Evaluasi Pasangan Infertil.

55

5. Infertilitas pada wanita


1. Penyebab Infertilitas pada Wanita
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan
menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai
ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada
tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi
seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat
asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma ( Stright B,
2005 : 60 ).
b.

Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan
peningkatan sekresi ( Stright B, 2005, hal. 60 ).

c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini
tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara
lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma,bekas
kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu
implantasi, pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002 :
509 ).
d. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut,
maka dapat menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya
sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di
tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan
56

tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang
disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas
yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah
adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul ( pelvic inflammatory
disease PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba
fallopi.
e. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil,
ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan
sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah
ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium,
penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu
korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara
pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.( Handersen C & Jones K,
2006 : 86 ).
Penyebab Infertilitas Sekunder
Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada
pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas
sekunder menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi
berbagai faktor meliputi :
1. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang
teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia
maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami
penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun
setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan
bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 44
tahun. Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan.
Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi
57

morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga


pria yang berusia diatas 40 tahun mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan
dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga
mempengaruhi kualitas sperma ( Kasdu, 2001:63 ).
2. Masalah reproduksi
Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal
bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi
yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang
melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah
pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan dalam reproduksi yaitu
ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran
sperma.
3.Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan
setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan
yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil.
Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh
mereka,yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam
yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).
6. Analisis semen
Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria.
Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisi sperma yang dilepaskan saat ejakulasi.
Pengumpulan sampel sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukan
ke dalam kontainer steril. Juga, dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan
menggunakan kondom khusus. Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah
tidak melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes.
Tes ini penting untuk mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan
apakah permasalahannya karena gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang
menyebabkan infertilitas. Selain untuk pemeriksaan kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan
setelah vasektomi untuk memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.

58

Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2 jam sejak pengumpulan sampel. Semakin cepat
diperiksa, hasilnya semakin akurat.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

Koagulasi cairan (menjadi bentuk padat) dan pencairan


Kekentalan cairan, keasaman dan kandungan gula
Resistensi terhadap aliran (viskositas)
Pergerakan sperma dan motilitas
Jumlah dan struktur sperma
Volume semen

Adapun nilai normal variabel pada semen adalah sebagai berikut.


Volume dan konsentrasi semen. Sampel semen pertama kali akan diinspeksi. Sampel yang
normal akan nampak keabu-abuan, homogen dan mencair dalam 60 menit pada suhu ruang
karena enzim-enzim yang berasal dari prostat. Pada beberapa kasus, pencairan tidak terjadi
dalam waktu normal yang dapat menandakan adanya gangguan fungsional pada prostat.
Semen normal dapat berisi butiran seperti jeli yang tidak mencair. 4
Pria umumnya ejakulasi 2,5 5 mililiter semen (1/2 1 sendok teh). Jumlah yang terlalu
tinggi atau rendah dapat menandakan adanya masalah prostat, sumbatan maupun ejakulasi
retrograde. Jika konsentrasi spermanya sedikit, sampel akan nampak jernih. Bisa juga sampel
berwarna kecoklatan jika terdapat sel darah merah pada ejakulasi (haematospermia). Adanya
mukus dapat mengganggu prosedur pengukuran dan menandakan adanya inflamasi dan
pencairan secara abnormal. Sampel yang tidak mencair membutuhkan tambahan prosedur
sepertin eksposure pada bromelin, untuk membuat sampel dapat dianalisis.
Jumlah gula (fruktosa) pada sperma akan diukur.Karena fruktosa ditambahkan ke air mani di
epididimis, tidak adanya fruktosa menunjukkan bahwa obstruksi terjadi baik dalam vas
deferens atau epididimis. Sebaliknya, jika ada fruktosa dalam air mani tetapi tidak ada
sperma, maka saluran dari epididimis terbuka tetapi ada cacat dalam produksi sperma.
Faktor lain juga dapat diukur:
Jumlah sel darah putih yang diambil untuk mendeteksi infeksi.
Rendahnya tingkat zat yang disebut inhibin B, yang tampaknya hanya diproduksi di testis,
dapat mengindikasikan penyumbatan atau cacat lainnya dalam tubulus seminiferus.
59

Rendahnya tingkat senyawa lain, alfa-glukosidase, juga dapat menunjukkan penyumbatan


pada epididimis.
Hitung sperma. Sebuah jumlah sperma rendah tidak harus dilihat sebagai diagnosis definitif
infertilitas melainkan sebagai salah satu indikator dari masalah kesuburan. Secara umum,
jumlah sperma yang normal dianggap 20 juta per mililiter semen.4
Motilitas sperma. Motilitas (kecepatan dan kualitas gerakan) dinilai pada 1 4 sistem
peringkat. Untuk kesuburan, motilitas harus lebih besar dari 2. 4

Kelas 1. Sperma bergerak lamban dan membuat sedikit kemajuan. (Sperma yang, pada
kenyataannya, mengumpul mungkin menunjukkan bahwa adanya antibodi terhadap

sperma.
Kelas 2. Sperma bergerak maju, tetapi mereka baik sangat lambat atau tidak bergerak

dalam garis lurus.


Kelas 3. Sperma bergerak dalam garis lurus pada kecepatan yang wajar dan dapat menuju

telur dengan akurat.


Kelas 4. Sperma seakurat kelas 3 sperma, tetapi bergerak dengan kecepatan yang sangat
cepat.
Morfologi Sperma. Morfologi bentuk dan struktur sperma. Menentukan morfologi
sperma sangat penting bagi keberhasilan treatment kesuburan in vitro fertilization (IVF)
dan injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI).
Tes Penetrasi Sperma.
Cervical Mucus Penetration Test. Tes post-coital dirancang untuk mengevaluasi efek dari
lendir leher rahim wanita pada sperma pria. Biasanya, seorang wanita diminta untuk
datang ke kantor dokter dalam waktu 2 24 jam setelah hubungan seksual di pertengahan
siklus (saat ovulasi seharusnya terjadi). Sebuah sampel kecil dari lendir serviks nya
diperiksa di bawah mikroskop. Jika dokter mengamati tidak ada sperma yang masih hidup
atau tidak ada sperma sama sekali, lendir leher rahim kemudian harus dikultur untuk
melihat kemungkinan adanya infeksi. Tes ini tidak dapat mengevaluasi gerakan sperma
dari leher rahim ke tuba falopi atau kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Micro-Penetrasi Assay Test. Tes ini memeriksa untuk melihat apakah sperma bisa
menembus sel telur hamster. Jika kurang dari 5 20% dari telur yang menembus,
didiagnosis infertilitas.
Pada analisis semen dan sperma, hasilnya dapat disimpulkan normal apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut.
Volume antara 1,5-5 mililiter tiap ejakulasi
Jumlah sperma antara 20 sampai 150 juta sperma tiap mililiter
60

Sedikitnya 60% sperma dalam bentuk normal dan menunjukan pergerakan maju yang
normal (motilitas)
Namun, nilai normal pada masing-masing laboratorium dapat sedikit berbeda.

VI.

Kerangka konsep
Suami Ny.Lina, 32 tahun
mengalami gangguan
spermatogenesis

Oligozoospermia

Idiopatik

Asthenozoospermia

Infertilitas primer

Ny. Lina gagal hamil


selama 3 tahun

VII.

Kesimpulan

Ny. Lina dan suaminya


oligoasthenozoospermia.

mengalami

61

infertilitas

primer

idiopatik

et

causa

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Ayu Chandradinata, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Wiknjosastro, Prof. dr. Hanifa, SpOG.2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sumapraja S. Pemeriksaan pasangan infertil. Dalam : Sumapraja S, Moeloek FA.Manual
infertilitas. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 1985 : 1-44
Quallich S. Examining Male Infertility: Physical
http://www.medscape.com/viewarticle/543999_4.

Examination.

Diunduh

Rrumbullaku
L.
Semen
Analysis.
Diunduh
http://www.gfmer.ch/Endo/PGC_network/Semen_analysis_rrumbullaku.htm.
Simon

dari
dari

H.
Infertility
in
Men.
Diunduh
dari
http://www.umm.edu/patiented/articles/what_causes_of_male_infertility_000067_4.ht
m.

http://sisterindo.org/wpcontent/uploads/2013/Konsensus%20Infertilitas%20Revisi%2091.pdf (diunduh tanggal 3 Maret 2014)


http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php?
option=com_content&view=article&id=358:merokok-tingkatkan-resikoinfertilitas&catid=55:artikel&Itemid=91 (diakses tanggal 4 Maret 2014)
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/infertility.html (diakses tanggal 4 Maret 2014)

62

Das könnte Ihnen auch gefallen