Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
RENCANA KERJA
DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
(RKS TEKNIS)
Nama Kegiatan
Nama Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan
Tahun Anggaran
: 2011
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana yang sudah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pati, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan
sudah disahkan / disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.
Pasal VI.05. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai dengan gambar yang lain, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS
tidak dicantumkan sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan dan Kontraktor mengikuti keputusan dalam rapat.
Pasal VI.06. JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart dan curve bahan/tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari
kalender setelah SPPBJ diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, akan disahkan oleh Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada
dinding di bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan (prestasi
kerja).
4. Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan akan menilai prestasi pekerjaan
Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
Pasal VI.07. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut
Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa
penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal STM atau sederajat dengan pengalaman minimum
3 (tiga) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola
Teknis Kegiatan, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan, Pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu
kepada Kontraktor secara tertulis untuk menggantinya dengan personil yang memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor harus sudah
menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang
akan memimpin pelaksanaan.
Pasal VI.08. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak, kontraktor
dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan nomor telepon di lokasi kepada
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
2. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama pekerjaan. Bila terjadi
perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secar tertulis.
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya
permohonan pemeriksaan , tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak dipenuhi oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang sebenarnya diperiksakan dianggap telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Hal ini dikecualikan bila
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan berhak memerintahkan membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal VI.15. KENAIKAN HARGA/FORCE MAJEURE
1. Kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.
2. Kenaikan harga yang diakibatkan kebijaksanaan moneter oleh Pemerintah dan bersifat nasional
dapat mengajukan klaim sesuai petunjuk yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
3. Semua kerugian akibat Force Majeure yang dikarenakan gempa bumi, angin puyuh, badai topan,
kerusuhan, peperangan dan semua kejadian karena faktor alam serta kejadian tersebut
dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal VI.16. PEKERJAAN TAMBAH/KURANG
1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam buku harian
oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan serta persetujuan Pemberi
Tugas.
2. Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan atas persetujuan Pemberi Tugas.
3. Biaya pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan,
yang dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan bersama-sama angsuran
terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan bersama-sama Kontraktor dengan
persetujuan Pemberi Tugas.
5. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
Pasal VI.17. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Uitzet/Bouwplank
a. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kuat kelas II dengan ketebalan 2 cm dipasang
terentang pada patok kayu ukuran 5/7 dan diserut rata pada permukaan atas dan terpasang
water pass dengan peil + 0.00.
b. Bouwplank dipasang memanjang keliling bangunan, pada as kolom dan dinding penyekat
supaya diberi tanda dengan cat warna merah / meni.
c. Bouwplank dipasang di luar garis bangunan dengan jarak minimal 2 m untuk mencegah
kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
d. Setelah pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor wajib melapor kepada Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan
selanjutnya.
2. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam kotoran dan dalam
keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang sudah digunakan yang berupa apapun
harus dibersihkan atau dibuang.
1. Pekerjaan Pasangan
a. Pasangan pondasi batu kali dengan campuran 1Pc : 4Ps seperti yang ditunjukkan pada
gambar kerja.
b. Pasangan batu bata dengan campuran 1Pc : 4Ps tebal bata untuk semua pasangan
dinding batu bata seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja.
c. Pasangan batu bata dengan campuran 1Pc : 4Ps tebal 1 bata untuk pasangan Rollag bata
seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja.
d. Batu bata sebelum dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
e. Pasangan batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap ditunggu sampai kuat betul minimal 1
hari untuk pasangan berikutnnya.
f. Batu bata yang kurang dari 1/2 (setengah) tidak boleh dipasang kecuali pada bagian-bagian
yang membutuhkan.
g. Siar harus dikorek sebelum diplester dan pasangan batu bata yang menempel dengan beton
tidak boleh tembus pandang.
h. Pasangan batu bata yang telah berdiri harus terus menerus dibasahi air selama 7 (tujuh) hari,
setiap hari sekali pada pagi hari.
2. Pekerjaan Plesteran
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk pekerjaan
pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester harus dibersihkan
terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar plesteran tidak cepat kering dan tidak
retak-retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak terlihat pecahpecah.
e. Tebal plesteran 1,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC sehingga tidak
terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus dengan bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus, halus, tidak
bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
e) Pembesian
f) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
g) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran masingmasing besi penulangan rangka maupun besi-besi penulangan bergelombang
(Deformed bar) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7.
h) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi atau dengan bahan cairan sejenis Vikaoxy off yang
disetujui Pengawas.
i) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan untuk menambah besi tulangan
di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5 % dari tulangan yang ada di
tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
j) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan Baja lunak U 24
sesuai SNI 03-2847-2002.
5) Kawat pengikat
a) Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 bab 3.7.
6) Air
a) Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
b) Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan pada
laboratorium PAM / PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor.
c) Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
d) Additive
e) Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan
campuran beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau yang
setaraf.
f) Bahan tersebut harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola
Teknis Kegiatan. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat tidak boleh
digunakan
4. Pelaksanaan
a. Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed design yang
dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test
tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan,
deviasi standar yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.
b. Pengecoran beton
1) Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis
dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
2) Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek
maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balokbalok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan
instalasi.
3) Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan angker-angker dipasang
dengan jarak setiap 1 meter.
4) Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan
stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung
jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
5) Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.
6) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
7) Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebaganya,
harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan.
8) Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.
10) Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
11) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami Initialset
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
12) Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
penyerapan air semen dengan tanah.
13) Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikelpertikel yang terlepas samapi suatau kedalaman yang cukup sampai tercapai beton
yang padat.
14) Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
c. Pemadatan beton
1) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkat dan
menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa menggetarkan
secara berlebihan.
2) Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat
dilakukan denan cara memukul mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk nusuk
adukan beton secara kontinyu.
3) Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan
dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton
yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton
tidak akan diterima.
4) Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
5) Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar
frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
6) Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih dan
pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
Slump/Max
(mm)
125
150
150
125
Min (mm)
50
75
75
50
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas
dapat dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
f.
Pemeriksaan lanjutan
1) Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka pemeriksaaan
lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core
drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada sesuai
dengan SNI 03-2487-2002.
10
11
Syarat-syarat pelaksanaan
a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola
Teknis Kegiatan.
b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan
harus disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
c. Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug sub grade
dan lantai kerja di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan
sesuai persyaratan) dan memiliki kemiringan permukaan 2,5 % dan telah mempunyai daya
dukung maksimal sesuai yang ditujukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas / Pemberi Tugas.
d. Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus dikerjakan dan
diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.
e. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola paving
block untuk disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
f. Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama
lebar maksimum 5 mm, atau sesuai detail gambar serta petunjuk Konsultan Pengawas /
Pemberi Tugas, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebarnya, untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus
sesamanya.
g. Pertemuan unit paving block dengan curb, trotoir harus menggunakan key block dan
pemotongan harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan.
h. Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator ukuran plate 0,3
0,5 m2 dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 2,0 ton. Pemadatan dilakukan 3 kali
sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu dipadatkan dan diratakan beberapa kali dengan roller
3 ton.
i. Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan terkunci.
j. Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan perbedaaan ketinggian
setiap blok tidak lebih dari 2 mm.
k. Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.
l. Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan, seluruh area
paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan lainnya.
12
2. Pelaksanaan pekerjaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Sebelum kayu dipesan untuk dikerjakan terlebih dahulu diawetkan dengan bahan anti rayap
(perendaman garam wolfman) atau sesuai dengan petunjuk direksi.
Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak bengkok,
serta tidak mempunyai derajat kelembaban kurang dari 15 % dan memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam PPKI 1971-SNI.
Semua pekerjaan kayu yang tampak harus diserut rata dan licin hingga memberikan
penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.
Gording, Murplat, Gapit dan Nok kayu menggunakan kayu Bengkirai kualitas baik dengan
ukuran sesuai gambar rencana.
Bahan penutup atap sebelum dipasang harus diseleksi terlebih dahulu, dan bahan yang
dipasang harus sesuai dengan contoh yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penutup atap menggunakan asbes gelombang yang dipasang rapat sehingga tidak bocor
bila ada hujan.
Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, harus dicek kemiringan dan kerataan
rangka atap sehingga diperoleh bidang yang sesuai.
13
Housing/Kap Lampu
Menggunakan kap lampu luar ruangan kedap air dan serangga dengan kualitas baik.
Lampu penerangan jalan dan halaman menggunakan lampu type SON T 150 watt dan
ballast BSN 150 watt, dilengkapi innector dan kapasitor sesuai ukuran tabel SII/LMK/SPLN.
3.
Lampu Taman 1
Menggunakan kap lampu luar ruangan type borobudur dengan lampu hemat energi 45/36
watt dengan kualitas baik dan tertera SII/LMK/SPLN.
4.
Lampu Taman 2
Menggunakan kap lampu luar ruangan type TO-66 E-27 OPAL GLASS & CASTING dengan
lampu hemat energi 45/36 watt dengan kualitas baik dan tertera SII/LMK/SPLN.
5.
Hantaran Tanah
Kabel NYY 4 x 16 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Kabel NYY 4 x 4 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Kabel NYY 4 x 3 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Semua hantaran tanah menggunakan pipa pelindung PVC sesuai ukuran kabel dengan
kualitas baik
14
6.
7.
Panel Lampu
Menggunakan box panel ukuran 0,4 x 0,6 x 0,2 meter dengan kualitas baik dan terkunci, di
dalamnya terdiri dari : Contactor Magnetis 25 A, timer otomatis, 3 MCB @ 10 A, terminal
kabel 125 A
Semua bahan yang akan dipasang harus terlebih dahulu harus ditunjukkan dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
Pati,
31 Mei 2011
15