Sie sind auf Seite 1von 20

SATUAN ACARA BERMAIN

Menggambar dan Mewarnai


Untuk memenuhi tugas praktik Profesi Keperawatan
Di IRNA IV Ruang 7A IKA Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Department Anak

Disusun Oleh :
Siti Chotijah
Dedit Budianto
Desi Putri Hermawati
Rifa Diana Kurniawati

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh
dengan stres yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak yang sesuai dengan
perkembangannya, diantaranya anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan
akibat perpisahan dengan keluarga ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat
lama.
Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana ini merupakan
kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak yang di
hospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak
untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada
anak. Pada anak prasekolah dan sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak prasekolah dan sekolah, maka
dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan
bermain akan membuat anak menjadi lebih rileks.
Adapun sasaran utama dalam terapi ini adalah anak-anak yang dirawat dengan
diagnosa medis Typhoid ataupun DHF ( Dengue Haemorhagic Fever ), karena pada
dasarnya penyakit ini memiliki manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh ( demam ).
Selain terapi yang diberikan kepada anak terapi medikasi yang tidak kalah pentingnya
yaitu memperbanyak minum air putih untuk mengembalikan homeostatis ( kecendrungan
menetap dalam keadaan tubuh normal dalam suatu organisme ) cairan tubuh. Selain itu
anak-anak juga harus mengetahui cara untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh

( demam )lainnya ,yaitu dengan cara kompres untuk menurunkan suhu tubuh serta
mengenal lebih dekat thermometer sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh.
Banyaknya anak-anak yang menderita Thypoid dan DHF di RSUD Budi asih
Lantai V timur dengan berbagai tingkat usia anak, maka kami mengambil tingkat
populasi anak usia pre school dan usia sekolah yaitu rentang usia 3 hingga usia 12 tahun
untuk melakukan terapi bermain puzzle yang berkaitan dengan demam setelah itu pasien
diminta bercerita tentang puzzlenya dan lomba minum aer putih sebagaimana salah satu
cara menurunkan demam.
Alasan kelompok kami mengadakan therapy kelompok bermain pada anak usia
prasekolah dan sekolah

karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak

bermain. Selain itu alasan kelompok kami mengadakan therapy bermain menyusun
puzzle gambar pada usia prasekolah dan sekolah adalah untuk mengembangkan motorik
halus, intelektual, keterampilan kognitif dan pasien dapat bercerita tentang puzzlenya
terkait dengan kemampuan berbahasa. Selain itu pada usia ini merupakan usia awal
dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif untuk diajak bermain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia preschool (3-6 tahun)
selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak dapat mengenal demam dan
mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat melanjutkan
tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :
a. Dapat menambah wawasannya
b. Dapat merangsang imajinasi anak
c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak
d. Dapat merangsang rasa kreatif anak
e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Bermain
Bermain menurut J.Cpaing ( 2002 ) adalah cara unik bagi anak memahami dan
mempelajari dunianya. Bermain yang merupakan cara anak untuk memenuhi
kebutuhannya,
Sedangkan menurut Chaterine Garvey ( 2007 ) bermain adalah cara anak lebih
sering berperan aktif, berkaitan dengan sisi dari kehidupannya seperti untuk melanjutkan
perkembangan social dan meningkatkan kreatifitasnya bermain merupakan media untuk
belajar karena melalui bermain anak akan:
1. Berkomunikasi
2. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
3. Melakukan apa yang dapat dilakukan
4. Mengenal waktu, warna dan jenis, dsb
Sebagian besar interaksi antara teman sebaya selama masa kanak-kanak
melibatkan permainan. Karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya
dalam masa ini terjadi dalam permainan. Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas
sosial yang dominan pada awal anak-anak, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih
banyak waktunya di luar rumah dengan teman-temannya dibanding dengan aktivitas

lainnya. Permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk
kepentingan kegiatan itu sendiri. Bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik
daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartman, 2008)

B. Fungsi Permainan.
Permainan memiliki banyak fungsi, permainan juga memiliki arti yang sangat
penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan meningkatkan afliasi
dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,
meningkatkan daya jelajah dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang
secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak
akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak
mempraktekkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.
Hetherington & Parker (2009) menyebutkan ada tiga fungsi utama dari
permainan:
1. Fungsi Kognitif.
Fungsi kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak, yaitu dengan
permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya
dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Fungsi Sosial.

Fungsi sosial permainan dalam meningkatkan perkembangan sosial anak,


khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran. Anak belajar
memahami orang lain dan peran-peran yang akan dimainkan dikemudian hari setelah
tumbuh menjadi orang dewasa.
3. Fungsi Emosi
Fungsi emosi permainan memungkinkan anak memecahkan sebagian dari
masalah emosionalnya, anak belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin karena
kemungkinan besar permainan anak melepaskan energi fisik yang dan membebaskan
perasaan-perasaan yang terpendam.
Bagi Freud dan Erikson permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia
yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik karena tekanantekanan terlepas di dalam permainan anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.
Piaget melihat permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan
kognitif anak-anak. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak
membatasi cara mereka bermain. Piaget juga yakin, bahwa struktur-struktur kognitif
perlu dilatih dan permainan memberi setting yang sempurna bagi latihan ini. Misalnya :
saat anak belajar dengan angka-angka mereka akan tertawa dan bahagia saat berhasil
menyelesaikan dengan baik.
Vygotsky, ia yakin bahwa permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi
perkembangan kognitif. Ia tertarik khususnya pada aspek-aspek simbolis dan kayalan

suatu permainan. Contoh : seorang anak menganggap boneka sebabagai sosok bayi yang
hidup.
Daniel Berlyne menjelaskan permainan sebagai suatu yang menegaskan dan
menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan penjelajahan kita, yang
meliputi keingintahuan dan hasrat akan informasi tentang sesuatu yang baru atau yang
tidak bisa.
C. Jenis-Jenis Permainan.
Studi kalsik terhadap aktivitas permainan anak-anak pra sekolah di lakukan oleh
Mildred Perten. Berdasarkan oservasinya terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun,
Perten menentukan 6 ketegori permainan anak-anak yaitu:
1. Unoccupied Play. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang
tidak terkontrol.
2. Solitary Play. Anak dalam sebuah kelompok asik bermain sendiri-sendiri dengan
bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain
dan tidak peduli terhadap apapun yang yang sedang terjadi.
3. Onlooker Play. Terjadi ketika anak melihat orang lain bermain, anak ikut berbicara
dengan anak-anak lain itu dan mngajukan pertanyaan. Tetapi anak tidak ikut terlibat
dalam permainan tersebut.
4. Parallel Play. Anak-anak bermain dengan permainan yang sama, tetapi tidak ada
kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar permainan.

5. Assosiative Play. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi p
ermainan itu tidak mengarah kepada sastu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan
pembagian alat-alat permainan
6. Cooperative Play. Anak-anak bermain dalam kelompok yang teroganisir, dengan
kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata dimana setiap anak
mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kelompok ini di pimpin dan diarahkan oleh satu
atau dua orang anak sebagai pimpinan kelompok.
Kategori Parten tersebut berdasarkan kategori permainan yang menekankan di
dalam dunia sosial anak, tetapi ada juga permainan yang menekankan pada aspek kognitif
dan sosial dari suatu pemainan.
1.

Permainan Sensorimotor / Praktis.Permainan Sensorimotor ialah perilaku yang


diperlihatkan oleh bayi untuk memperoleh kenikmatan dan melatih perkembangan
sensorimotor mereka. Selama tahun-tahun pra sekolah anak terlibat dalam permainan

2.

yang melibatkan praktek beragam keterampilan.


Pemainan Pura-Pura / Simbolis.Pemainan Pura-Pura / Simbolis terjadi ketika anak
mentransformasikan lingkungan fisik kedalam suatu simbol. Jenis permaian khayalan ini
seringkali nampak pada usia kurang lebih 18 bulan dan mencapai puncak pada usia 4

3.

hingga 5 tahun, kemudian menurun secara berangsur-angsur.


Permainan Sosial.Permainan Sosial ialah permainan yang melibatkan interaksi sosial

4.

dengan teman-teman sebaya.


Permainan Konstruktif.Permainan Konstruktif mengkombinasikan kegiatan sensorimotor
yang berulang dengan representasi gagasan-gagasan simbolis. Permainan konstruktif
terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk

atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Misalnya menggerakkan jari-jari mereka
ke kuas (permainan praktis), anak-anak lebih suka mengambar kerangka rumah atau
orang (permainan konstruktif).

D. Tujuan Bermain
Adapun tujuan bermain pada usia prasekolah dan usia sekolah adalah diantaranya:
1. Menyalurkan emosi / peran anak
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan kognitif
3. Melatih motorik halus kasar
4. Mampu menyusun gambar yang sudah ditentukan
5. Meningkatkan kemampuan berbahasa
6. Dapat melanjutkan tumbang yang normal
7. Dapat mengekspresikan perasaan,keinginan dan fantasi /ide-ide
8. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
9. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat

I.

Topik

BAB III
PENGORGANISASIAN KEGIATAN BERMAIN
: Menggambar objek untuk terapi hospitalisasi

Jenis Permainan

: Menggambar dan Mewarnai.

II.

Terapis

: Empat orang mahasiswa

Sasaran

: Lebih kurang 5 6 klien.

Waktu

: 1 x 45 menit

Tempat

: Ruang rawat anak 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Kelompok Usia
Permainan ini dikelompokkan bagi anak kelompok usia prasekolah dan usia
sekolah yaitu dengan rentang usia 3 6 tahun.

III.

Organisasi
A. Waktu Pelaksanaan.
Hari/tanggal
Waktu
Perkenalan
Permainan
Terminasi

B. Tim Terapis
1. Leader

: Jumat 20 Februari 2014


: 09.00 09.45 WIB
: 5 menit
: 30 menit
: 10 menit

Tugas :

Memimpin jalannya terapi bermain


Dapat mempelajari anggota kelompok dalam waktu yang sama.
Memonitor perkembangan kelompok untuk mencapai tujuan
Waspada dalam kegiatan terapi kelompok

Memberikan kenyamanan setiap anggota dalam melaksanakan


kegiatan terapi
Memiliki kemampuan untuk bersikap asertif, sehingga kelompok

dapat mencapai tujuan yang disampaikan.


Dapat mengorganisasikan keputusan yang diambil dalam kelompok
Memperkenalkan diri dan anggota kelompok lainnya.
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
Menjelaskan peraturan bermain

2. Co.Leader
Tugas

Menyampaikan informasi kepada leader, observer dan fasilitator.


Mengingatkan leader tentang waktu pelaksanaan dan mengingatkan
prosedur pelaksanaan kegiatan yang tertinggal.
3. Fasilitator
:
Tugas :
Memotivasi anggota kelompok yang kurang aktif
Memotivasi agar anggota kelompok merespon sesuai dengan perilaku
anggota yang lain.
4. Observer:
Tugas

Mengamati keamanan jalannya terapi bermain


Mencatat perilaku dn aktivitas klien baik verbal maupun non verbal
Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
(Stuart and Laraia, 1998)
C. Media dan alat
Buku gambar
Crayon
Pensil
Objek Gambar

D. Setting Tempat
1. Tempat
: Ruang rawat anak 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2. Bentuk Setting :

Keterangan :

: Meja

: Leader

: Co. leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

E.
1.

2.

Implementasi
Persiapan
Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Fase orientasi
salam terapeutik
Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok

lain peserta memperkenalkan diri satu persatu.


Evaluasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

Kontrak
Terapis menjelaskan waktu, tempat, dan tujuan kegiatan yaitu anak dapat lebih
mengenal karakteristik dirinya sendiri serta mengekpresikan imajinasi anak.
3. Fase Kerja
Terapis menjelaskan aturan bermain:
-Leader meminta anak untuk menggambar objek yang disedikan oleh therapis.
-Waktu untuk menggambar dan mewarnai tersebut adalah 10 menit
-Jika gambar telah selesai, leader meminta anak untuk menyebutkan dan
menceritakan kembali.
-Setelah semua gambar selesai, peserta diajak menceritakan tentang gambarnya.
-Pemenang dibagi menjadi tiga yaitu juara 1, 2 dan 3

-Jika ada peserta yang ingin keluar harus menunjuk tangan dan memberitahukan
fasilitator
-Jika ada peserta yang drop out fasilitator menanyakan alasan kalau mungkin

4.

motivasi kembali kegiatan


-Peserta harus hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung
Fasilitator menyiapkan peralatan bermain
Fasilitator memberi motivasi kepada anak.
Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama program bermain
Fase terminasi
Evaluasi respon subyektif
Leader menanyakan perasan klien setelah mengikuti program bermain.
Evaluasi respon obyektif
observer mengobservasi prilaku peserta selama kegiatan terkait dengan tujuan
Tindak lanjut
Menganjurkan kepada masing- masing anak untuk menebak gambar yang telah
digambar.

BAB IV
EVALUASI PROGRAM BERMAIN PADA ANAK
A. Struktur
1. Proposal sudah disetujui oleh pembimbing
2. Persiapan alat dilakukan 3 ( tiga ) hari sebelumnya.
3. Persiapan klien terpilih, melakukan kontak untuk pelaksanaan program bermain
satu hari sebelumnya
4. Izin menggunakan tempat dengan kepala ruangan
5. Diskusi kelompok untuk membagi tugas dalam bermain ( leader, Co leader,
pasilitator, observer )
B. Proses
1. Klien atau peserta aktip mengikuti kegiatan sampai selesai
2. Tidak ada perubahan posisi bermain
3. Leader dan Coleader dapat mengarahkan peserta untuk aktip melaksanakan
kegiatan
4. Fasilitator dapat dekolitasi peserta untuk aktif menyelesaikan kegiatan sampai
selesai
5. Observer dapat melaporkan jalannya kegiatan
6. Hasil
a. Klien mampu bergabung dengan temanya dalam kelompok kecil
b. 80% peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai dan dapat menggambar
sesuai dengan kemampuan kognitif.
c. 50% peserta aktif mengikuti kegiatan permainan karena peserta dalam kondisi
yang lemah
7. Kendala dan hambatan
a. Kurangnya persiapan personil
b. Kurangnya persiapan alat
c. Peserta yang kurang kooperatif
d. Ada peserta yang keadaan umunya lemah

BAB V
PENUTUP
Dengan diadakannya terapi bermain ini diharapkan tujuan yang diharapkan dalam terapi
ini dapat terlaksana dan memberikan banyak manfaat yang baik bagi anak, keluarga maupun
terapis pelaksana dan perawat ruangan.
Dengan lomba menggambar yang berkaitan dengan sensorik diharapkan peserta lebih
mengenal karakteristik dirinya. Serta anak dapat atau mampu mengekspresikan perasaannya
lewat bermain yang tentu saja juga memberikan manfaat terhadap proses penyembuhan dan
tumbuh kembangnya baik saat berada di Rumah Sakit maupun selama perawatan di rumah.

A. Rencana Pelaksanaan :
No

Terapis

Waktu

Subjek terapi

Persiapan

10 menit

a.

Menyiapkan ruangan.

b.

Menyiapkan alat-alat.

c.

Menyiapkan anak dan

Ruangan,alat,anak dan keluarga


siap

keluarga
Proses :
a.

Membuka
proses terapi bermain dengan
mengucap

kan

salam,
5 menit

memperkenalkan diri.
b.

Memperkenalkan

Menjelaskan
pada anak dan keluarga tentang
tujuan dan

manfaat

Menjawab

salam,
diri,

Memperhatikan
15 menit

bermain,

menjelaskan cara permainan.


2.
3.
4.
5.

Mulai menyusun puzzle


Anak bercerita tentang puzzle
Lomba minum air putih
Permainan
berakir
ketika
semua

anak

menghabiskan

sudah

aqua

yang

diberikan ( yang paling cepat


menghabiskan

air

putih

menjadi pemenang)
c. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.

Bermain bersama dengan antusias


dan mengungkapkan perasaannya

5 menit

Penutup (1 menit).
Menyimpulkan, mengucapkan salam

IV.

10 menit

Memperhatikan

dan

menawab

salam

Evaluasi
1. Jenis evaluasi yang digunakan evaluasi formatif
2. Menggunakan evaluasi lisan,anak mampu :
a. Anak termotifasi untuk melakukan anjuran yang diberikan oleh dokter dan
perawat
b. Anak dapat menghabiskan minuman yang diberikan oleh perawat
c. Anak termotifasi untuk minum setelah berakirnya terapi bermain

DAFTAR REFERENSI
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong,
Read

Donna

L.

2008.

Pedoman

Klinis

Keperawatan

Pediatrik.

Jakarta

EGC

more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/12/satuan-acara-bermain-

terapi.html#ixzz3S78uw4K0

Das könnte Ihnen auch gefallen