Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
Siti Chotijah
Dedit Budianto
Desi Putri Hermawati
Rifa Diana Kurniawati
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh
dengan stres yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak yang sesuai dengan
perkembangannya, diantaranya anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan
akibat perpisahan dengan keluarga ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat
lama.
Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana ini merupakan
kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak yang di
hospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak
untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada
anak. Pada anak prasekolah dan sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak prasekolah dan sekolah, maka
dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan
bermain akan membuat anak menjadi lebih rileks.
Adapun sasaran utama dalam terapi ini adalah anak-anak yang dirawat dengan
diagnosa medis Typhoid ataupun DHF ( Dengue Haemorhagic Fever ), karena pada
dasarnya penyakit ini memiliki manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh ( demam ).
Selain terapi yang diberikan kepada anak terapi medikasi yang tidak kalah pentingnya
yaitu memperbanyak minum air putih untuk mengembalikan homeostatis ( kecendrungan
menetap dalam keadaan tubuh normal dalam suatu organisme ) cairan tubuh. Selain itu
anak-anak juga harus mengetahui cara untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh
( demam )lainnya ,yaitu dengan cara kompres untuk menurunkan suhu tubuh serta
mengenal lebih dekat thermometer sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh.
Banyaknya anak-anak yang menderita Thypoid dan DHF di RSUD Budi asih
Lantai V timur dengan berbagai tingkat usia anak, maka kami mengambil tingkat
populasi anak usia pre school dan usia sekolah yaitu rentang usia 3 hingga usia 12 tahun
untuk melakukan terapi bermain puzzle yang berkaitan dengan demam setelah itu pasien
diminta bercerita tentang puzzlenya dan lomba minum aer putih sebagaimana salah satu
cara menurunkan demam.
Alasan kelompok kami mengadakan therapy kelompok bermain pada anak usia
prasekolah dan sekolah
bermain. Selain itu alasan kelompok kami mengadakan therapy bermain menyusun
puzzle gambar pada usia prasekolah dan sekolah adalah untuk mengembangkan motorik
halus, intelektual, keterampilan kognitif dan pasien dapat bercerita tentang puzzlenya
terkait dengan kemampuan berbahasa. Selain itu pada usia ini merupakan usia awal
dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif untuk diajak bermain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia preschool (3-6 tahun)
selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak dapat mengenal demam dan
mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat melanjutkan
tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :
a. Dapat menambah wawasannya
b. Dapat merangsang imajinasi anak
c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak
d. Dapat merangsang rasa kreatif anak
e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Bermain
Bermain menurut J.Cpaing ( 2002 ) adalah cara unik bagi anak memahami dan
mempelajari dunianya. Bermain yang merupakan cara anak untuk memenuhi
kebutuhannya,
Sedangkan menurut Chaterine Garvey ( 2007 ) bermain adalah cara anak lebih
sering berperan aktif, berkaitan dengan sisi dari kehidupannya seperti untuk melanjutkan
perkembangan social dan meningkatkan kreatifitasnya bermain merupakan media untuk
belajar karena melalui bermain anak akan:
1. Berkomunikasi
2. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
3. Melakukan apa yang dapat dilakukan
4. Mengenal waktu, warna dan jenis, dsb
Sebagian besar interaksi antara teman sebaya selama masa kanak-kanak
melibatkan permainan. Karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya
dalam masa ini terjadi dalam permainan. Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas
sosial yang dominan pada awal anak-anak, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih
banyak waktunya di luar rumah dengan teman-temannya dibanding dengan aktivitas
lainnya. Permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk
kepentingan kegiatan itu sendiri. Bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik
daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartman, 2008)
B. Fungsi Permainan.
Permainan memiliki banyak fungsi, permainan juga memiliki arti yang sangat
penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan meningkatkan afliasi
dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,
meningkatkan daya jelajah dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang
secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak
akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak
mempraktekkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.
Hetherington & Parker (2009) menyebutkan ada tiga fungsi utama dari
permainan:
1. Fungsi Kognitif.
Fungsi kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak, yaitu dengan
permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya
dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Fungsi Sosial.
suatu permainan. Contoh : seorang anak menganggap boneka sebabagai sosok bayi yang
hidup.
Daniel Berlyne menjelaskan permainan sebagai suatu yang menegaskan dan
menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan penjelajahan kita, yang
meliputi keingintahuan dan hasrat akan informasi tentang sesuatu yang baru atau yang
tidak bisa.
C. Jenis-Jenis Permainan.
Studi kalsik terhadap aktivitas permainan anak-anak pra sekolah di lakukan oleh
Mildred Perten. Berdasarkan oservasinya terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun,
Perten menentukan 6 ketegori permainan anak-anak yaitu:
1. Unoccupied Play. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang
tidak terkontrol.
2. Solitary Play. Anak dalam sebuah kelompok asik bermain sendiri-sendiri dengan
bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain
dan tidak peduli terhadap apapun yang yang sedang terjadi.
3. Onlooker Play. Terjadi ketika anak melihat orang lain bermain, anak ikut berbicara
dengan anak-anak lain itu dan mngajukan pertanyaan. Tetapi anak tidak ikut terlibat
dalam permainan tersebut.
4. Parallel Play. Anak-anak bermain dengan permainan yang sama, tetapi tidak ada
kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar permainan.
5. Assosiative Play. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi p
ermainan itu tidak mengarah kepada sastu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan
pembagian alat-alat permainan
6. Cooperative Play. Anak-anak bermain dalam kelompok yang teroganisir, dengan
kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata dimana setiap anak
mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kelompok ini di pimpin dan diarahkan oleh satu
atau dua orang anak sebagai pimpinan kelompok.
Kategori Parten tersebut berdasarkan kategori permainan yang menekankan di
dalam dunia sosial anak, tetapi ada juga permainan yang menekankan pada aspek kognitif
dan sosial dari suatu pemainan.
1.
2.
3.
4.
atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Misalnya menggerakkan jari-jari mereka
ke kuas (permainan praktis), anak-anak lebih suka mengambar kerangka rumah atau
orang (permainan konstruktif).
D. Tujuan Bermain
Adapun tujuan bermain pada usia prasekolah dan usia sekolah adalah diantaranya:
1. Menyalurkan emosi / peran anak
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan kognitif
3. Melatih motorik halus kasar
4. Mampu menyusun gambar yang sudah ditentukan
5. Meningkatkan kemampuan berbahasa
6. Dapat melanjutkan tumbang yang normal
7. Dapat mengekspresikan perasaan,keinginan dan fantasi /ide-ide
8. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
9. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat
I.
Topik
BAB III
PENGORGANISASIAN KEGIATAN BERMAIN
: Menggambar objek untuk terapi hospitalisasi
Jenis Permainan
II.
Terapis
Sasaran
Waktu
: 1 x 45 menit
Tempat
Kelompok Usia
Permainan ini dikelompokkan bagi anak kelompok usia prasekolah dan usia
sekolah yaitu dengan rentang usia 3 6 tahun.
III.
Organisasi
A. Waktu Pelaksanaan.
Hari/tanggal
Waktu
Perkenalan
Permainan
Terminasi
B. Tim Terapis
1. Leader
Tugas :
2. Co.Leader
Tugas
D. Setting Tempat
1. Tempat
: Ruang rawat anak 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2. Bentuk Setting :
Keterangan :
: Meja
: Leader
: Co. leader
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
E.
1.
2.
Implementasi
Persiapan
Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Fase orientasi
salam terapeutik
Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok
Kontrak
Terapis menjelaskan waktu, tempat, dan tujuan kegiatan yaitu anak dapat lebih
mengenal karakteristik dirinya sendiri serta mengekpresikan imajinasi anak.
3. Fase Kerja
Terapis menjelaskan aturan bermain:
-Leader meminta anak untuk menggambar objek yang disedikan oleh therapis.
-Waktu untuk menggambar dan mewarnai tersebut adalah 10 menit
-Jika gambar telah selesai, leader meminta anak untuk menyebutkan dan
menceritakan kembali.
-Setelah semua gambar selesai, peserta diajak menceritakan tentang gambarnya.
-Pemenang dibagi menjadi tiga yaitu juara 1, 2 dan 3
-Jika ada peserta yang ingin keluar harus menunjuk tangan dan memberitahukan
fasilitator
-Jika ada peserta yang drop out fasilitator menanyakan alasan kalau mungkin
4.
BAB IV
EVALUASI PROGRAM BERMAIN PADA ANAK
A. Struktur
1. Proposal sudah disetujui oleh pembimbing
2. Persiapan alat dilakukan 3 ( tiga ) hari sebelumnya.
3. Persiapan klien terpilih, melakukan kontak untuk pelaksanaan program bermain
satu hari sebelumnya
4. Izin menggunakan tempat dengan kepala ruangan
5. Diskusi kelompok untuk membagi tugas dalam bermain ( leader, Co leader,
pasilitator, observer )
B. Proses
1. Klien atau peserta aktip mengikuti kegiatan sampai selesai
2. Tidak ada perubahan posisi bermain
3. Leader dan Coleader dapat mengarahkan peserta untuk aktip melaksanakan
kegiatan
4. Fasilitator dapat dekolitasi peserta untuk aktif menyelesaikan kegiatan sampai
selesai
5. Observer dapat melaporkan jalannya kegiatan
6. Hasil
a. Klien mampu bergabung dengan temanya dalam kelompok kecil
b. 80% peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai dan dapat menggambar
sesuai dengan kemampuan kognitif.
c. 50% peserta aktif mengikuti kegiatan permainan karena peserta dalam kondisi
yang lemah
7. Kendala dan hambatan
a. Kurangnya persiapan personil
b. Kurangnya persiapan alat
c. Peserta yang kurang kooperatif
d. Ada peserta yang keadaan umunya lemah
BAB V
PENUTUP
Dengan diadakannya terapi bermain ini diharapkan tujuan yang diharapkan dalam terapi
ini dapat terlaksana dan memberikan banyak manfaat yang baik bagi anak, keluarga maupun
terapis pelaksana dan perawat ruangan.
Dengan lomba menggambar yang berkaitan dengan sensorik diharapkan peserta lebih
mengenal karakteristik dirinya. Serta anak dapat atau mampu mengekspresikan perasaannya
lewat bermain yang tentu saja juga memberikan manfaat terhadap proses penyembuhan dan
tumbuh kembangnya baik saat berada di Rumah Sakit maupun selama perawatan di rumah.
A. Rencana Pelaksanaan :
No
Terapis
Waktu
Subjek terapi
Persiapan
10 menit
a.
Menyiapkan ruangan.
b.
Menyiapkan alat-alat.
c.
keluarga
Proses :
a.
Membuka
proses terapi bermain dengan
mengucap
kan
salam,
5 menit
memperkenalkan diri.
b.
Memperkenalkan
Menjelaskan
pada anak dan keluarga tentang
tujuan dan
manfaat
Menjawab
salam,
diri,
Memperhatikan
15 menit
bermain,
anak
menghabiskan
sudah
aqua
yang
air
putih
menjadi pemenang)
c. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.
5 menit
Penutup (1 menit).
Menyimpulkan, mengucapkan salam
IV.
10 menit
Memperhatikan
dan
menawab
salam
Evaluasi
1. Jenis evaluasi yang digunakan evaluasi formatif
2. Menggunakan evaluasi lisan,anak mampu :
a. Anak termotifasi untuk melakukan anjuran yang diberikan oleh dokter dan
perawat
b. Anak dapat menghabiskan minuman yang diberikan oleh perawat
c. Anak termotifasi untuk minum setelah berakirnya terapi bermain
DAFTAR REFERENSI
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong,
Read
Donna
L.
2008.
Pedoman
Klinis
Keperawatan
Pediatrik.
Jakarta
EGC
more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/12/satuan-acara-bermain-
terapi.html#ixzz3S78uw4K0