Sie sind auf Seite 1von 42

LAPORAN KASUS GENERAL

ANESTESI PADA STRUMA


NODUSA NON TOKSIK
Pembimbing

Dr. Hj. Ade Susanti, Sp. An


Oleh

Cici DamaiYanti, S.ked


G1A108057

Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan


Universitas Jambi
2014/2015

PENDAHULUAN

Struma adalah reaksi adaptasi terhadap


kekurangan yodium yang ditandai dengan
pembesaran kelenjar tyroid.2 Struma adalah
suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandulatiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya
Untuk struma non toksik prevalensinya 10 kali
lebih sering pada wanita dibanding pria. Di
Inggris,
prevalensi
Hypertiroidisme pada
praktek umum adalah 25 35 kasus dalam 10.000
wanita, sedang di rumah sakit didapatkan 3
kasus dalam 10.000 pasien. 2

KETERANGAN PRABEDAH

Identitas Pasien

Tanggal

: 15 juli 2014
Nama
: Ny. Bollo
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat : Palmerah Lama, Kecamatan Jambi
Selatan
Ahli Bedah
: dr. Riadi Ali, Sp.B ( K )Onk
Ahli Anestesi : dr. Sulistiowaty Sp.An

MRS : 11 juli 2014

Anamnesis
Keluhan Utama : timbul benjolan 2 tahun
yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Timbul benjolan 2 tahun yang lalu Benjolan
muncul pada leher bagian depan lobus kanan
sejak 2 tahun yang lalu, awalnya kecil sehingga
tidak begitu dihiraukan semakin lama semakin
besar. Benjolan tidak sakit. . Pasien suka
mengeluh cepat capek, malam hari agak susah
tidur karena merasa sedikit ada yang
mengganjal di leher. pasien mengatakan tidak
ada perubahan nafsu makan, frekuensi makan
malah bertambah hingga pasien mengaku
takut gemuk.

Suara serak dan sulit menelan tidak ada. Pasien


menyangkal tangan suka berkeringat dan
bergetar serta menyangkal adanya perasaan
cemas yang berlebihan. Pasien juga menyangkal
adanya penurunan berat badan. Makanan yang
dimakan pasien mengaku tidak pernah terlalu
asin atau terlalu manis, pasien juga mengatakan
semenjak terdapat benjolan ini pasien
menggunakan garam beryodium saat masak.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat penyakit : alergi disangkal
Riwayat penyakit : asma disangkal
Riwayat tbc 3 tahun yg lalu dan mengkonsumsi
obat selama 6 bulan dan pengobatan tuntas
Pasien tidak sedang dalam pengobatan suatu
penyakit tertentu dan tidak mengkonsumsi obatobat apapun

Riwayat penyakit keluarga :


keluhan yang sama disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: composmentis
Tanda vital
:
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 74 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Tinggi Badan
: 164 cm
Berat badan
: 52 Kg
Status gizi
: cukup

Kepala : normocephali
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil Isokhor
THT
: discharge (-), dbn, mallampati grade
1
Mulut : Mulut
: Mukosa tidak anemis, lidah
kotor (-), gigi menonjol (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba
membesar, leher pendek (-)

Leher : simetris, pembesaran KGB (-),


pergeseran trakea (-), teraba massa diameter 4
x 5 di lobus kiri dan 6 x 5 cm di lobus kanan,
Nyeri ( - ) dan mengikuti pergerakan saat
menelan

Thorax :

Paru
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Palpasi
: Vocal Fremitus normal, kanan kiri
sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)

Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop


(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi

Nilai

Nilai Normal

WBC

8. 103 / mm3 4-10. 103 / mm3

RBC

4,3 . 106/ mm3 3,8-5,8. 106/ mm3

HB
HCT
PLT
PCT

12,7 g/dl 11,0-16,5 g/dl


39,2 % 35-50%
186. 103 / mm3 150-390. 103 / mm3
0,135 % 0,100-0,500 %

Massa pembekuan

4 menit 2-6 menit

Massa perdarahan

2 menit 1-3 menit

LED

22 /jam < 15 /jam

Kimuia Darah

Protein total

7,1 gr/dl 6,4-8,4 gr/dl

Albumin

4,1 gr/dl 3,5-5,0 gr/dl

Globulin

3,0 gr/dl 3,0-3,6 gr/dl

SGOT

23 U/L <40 U/L

SGPT

14 U/L <41 U/L

Ureum

13,0 mg/dl 15-39 mg/dl

Kreatinin

0,7 mg/dl L 0,9-1,3 ; P 0,6-1,1 mg/dl

Hormon Tiroid

T3
T4
TSH

0,95 nmol/L 0,95- 2,5 nmol/L


74,16 nmol/L 60-120 nmol/L
1,5 IU/ ml Eutyroid = 0,25-5
Hipertyroid = <0,15
Hipotyroid = >7

Elektrolit (24 juni 2014)


Na
: 136,7 mmol/L (135-148 mmol/L)
K : 3,5 mmol/L
(3,5-5,3 mmol/L)
Cl : 100,7 mmol/L (98-110 mmol/L)
USG tiroid: tiroid dekstra dan sinistra
membesar, tampak nodul sinistra berukuran
3,8 x 4,7 x 3,9cm dan nodul dextra berukuran
5,6 x 4,7 x 3,9cm , intensitas echoparenkim
homogen rata, tak tampak kista maupun
kalsifikasi. tiroid sinistra normal

Rontgen thoraks : kesan pulmo tb tidak aktif,


cor : kardiomegali

PENATALAKSANAAN AWAL
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Ondancentron 4 mg
Inj. Ranitidine 2x1 amp
Inj. Ketorolac 2x1 amp
Pasang NGT, Kateter

PRA ANASTESI

Penentuan Status Fisik ASA: 1 / 2 / 3 / 4 / 5

Mallampati: (1)

Persiapan Pra Anestesi:


Pasien

telah diberikan Informed Consent


Rawat inap bila setuju operasi
Pro operasi subtotal lobektomi elektif
Persiapan operasi : IVFD RL 30 tetes / menit,
Puasa 6 jam ,Surat persetujuan tindakan operasi
& Lab darah rutin, masa pembekuan, masa
perdarahan

LAPORAN ANESTESI
Operasi subtotal lobektomi dilaksanakan
pada tanggal 16 Juli 2014
Tindakan Anestesi
Metode : Anestesi Umum (Intubasi)
Premedikasi
: Ondansentron 4mg, Ranitidin
50 mg, Sulfas Atropin 0,25mg 2 ampul ,
Phentanyl 60 mcg
Induksi : Recofol (Propofol) 120 mg
Intubasi : Insersi ETT no.7 difasilitasi
dengan roculax 30mg
Maintenance : Sevoflurans + N2O : O2

KEADAAN SELAMA OPERASI


Posisi Penderita : Supine
Penyulit waktu anestesi : tidak ada
Lama Anestesi
: 2 jam
Jumlah Cairan
Input
: RL 4 Kolf 2000ml
Fima HES 1 Kolf 500ml
NaCl 500ml +
Total 3000 ml
Output
: 600 cc
Perdarahan : 650 cc

KEBUTUHAN CAIRAN PASIEN INI:

BB = 52 kg

Defisit Cairan karena Puasa (P)


P

= 6 x BB x 2cc
P = 6 x 52 x 2cc = 624 cc

Maintenance (M)
M

= BB x 2cc
M = 52 x 2 cc = 104 cc

Stress Operasi (O)


O

= BB x 8cc (operasi besar)


O = 52 x 8 = 416 cc

Perdarahan
Total

= Suction + Kassa + duk


Total = 150cc + 150 cc + 0cc = 650cc

KEBUTUHAN CAIRAN SELAMA OPERASI:


Jam

I : (624) + 104 + 416 + = 572cc


Jam II : (624) + 104 + 416 = 286cc
Jam III : (624) + 104 +416 = 286cc
Total cairan: 572cc + 286cc +286cc + 160cc =
1304cc

MONITORING
TD awal: 100/70 mmHg, N: 87 x/I, RR:
16x/I
Jam

TD (mmHg)

Nadi (x/i)

RR (x/i)

09.45

120/80

105

14

10.00

140/92

105

14

10.15

120/82

105

14

10.30

112/68

102

14

10.45

130/87

100

14

11.00

120/78

98

14

11.15

120/82

97

14

RUANG PEMULIHAN (RR)


Masuk Jam : 11.20
Keadaan Umum : Kesadaran CM, GCS:15
Tanda Vital : TD: 110/70 mmHg,
N: 92x/I, RR: 22 x/i
Pernafasan : baik

Skoring Alderate :
Aktifitas : 1
Pernafasan
:2
Warna Kulit : 1
Sirkulasi : 2
Kesadaran
:2
Jumlah
:8

INSTRUKSI POST OP:


Tidur tanpa bantal, puasa hingga pasien sadar
penuh.
Monitoring KU dan TV tiap 15
Pantau balance cairan dan output
Cek Hb post op dan transfusi
Ikuti terapi sesuai operator

DIAGNOSA POST-OP
Post. op sub totall obektomi et.causa SNNT
PROGNOSIS
Quo

ad vitam: ad bonam
Quo ad fungsionam: ad bonam

ANESTESI UMUM (GENERAL ANESTHESIA)


Definisi
Anestesi merupakan suatu peristiwa hilangnya sensasi, perasaan
nyeri bahkan hilangnya kesadaran sehingga memungkinkan
dilakukan pembedahan. Tujuan anestesi yaitu :
- Hipnotik
- Analgesi
- Relaksasi otot
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi, dan
relaksasi otot. Cara pemberian anestesi umum :
1. Parenteral (intramuscular/intravena).
2. Parekteral.
3. Anestesi inhalasi

PROSEDUR ANESTESI UMUM


1.
2.
3.

Persiapan pra anestesi umum


Persiapan pasien
Persiapan pra anestesi umum

MACAM- MACAM TEHNIK


ANASTHESI UMUM
ANESTESI INHALASI
anesteai inhalasi salah satu teknik anestesi
umum yang dilakukan dengan jalan memberikan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas
dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat
atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Indikasi:
Pada operasi kecil dan sedang di daerah
permukaan tubuh dan berlangsungsingkat dengan
posisi terlentang, tanpa membuka rongga perut.
Keadaan umum pasien cukup baik status fisik I
lambung dalam keadaan kosong.

Kontraindikasi :
1.operasi di daerah kepala dan jalan napas.
2.operasi dengan posisi miring atau tertelungkup

LARINGEAL MASK AIRWAY


Laringeal mask airway ( LMA ) alat supra
glotis airway, didesain untuk memberikan dan
menjamin tertutupnya bagian dalam laring
untuk ventilasi spontan dan memungkinkan
ventilasi kendali
Macam-macam LMA
1. Clasic LMA
2. Fastrach LMA
3. Proseal LMA
4. Flexible LMA

Indikasi :
a. Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET
untuk airway management. LMA bukanlah suatu penggantian
ET, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi.
b. Pada penatalaksanaan dificult airway yang diketahui atau
yang tidak diperkirakan.
c. Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang
tidak sadarkan diri.
Kontraindikasi ( 4 ) :
a. Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung
( penggunaan pada emergency adalah pengecualian ).
b. Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem
pernafasan
c. Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi
mekanik jangka waktu lama.
d. Pasien-pasien dengan reflex jalan nafas atas yang intack
karena insersi dapat memicu terjadinya laryngospasme.

Efek Samping :
Efek samping yang paling sering ditemukan
adalah nyeri tenggorok, dengan insidensi 10 %
dan sering berhubungan dengan over inflasi cuff
LMA. Efek samping yang utama adalah aspirasi.

INTUBASI ENDOTRAKEAL

Intubasi endotracheal ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke


dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada
kira-kira pada pertengahan antara pita suara dan bifurkasio trakea

Tujuan :
- Pembebasan jalan napas
- Pemberian napas buatan dengan bag and mask
- Pemberian napas buatan secara mekanik (respirator)
- Memungkinkan penghisapan sekret secara adekuat
- Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang
dikembangkan)
- Mencegah distensi lambung.
- Pemberian oksigen dosis tinggi.

Indikasi :
1. Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.
Misalnya akibat kelainan anatomi, bedah khusus, bedah
posisi khusus, pembersihan sekret jalan napas, dan lainlainnya.
2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi.
Misalnya saat resusitasi dan ventilasi jangka panjang.
3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.

Komplikasi :
1. selama intubasi
- Trauma gigi geligi
- Laserasi bibir, gusi , laring
- Merangsang saraf simpatis
- Intubasi bronkus
- Intubasi esophagus
- Aspirasi
- Spasme bronkus
2. Selama Ekstubasi
- Spasme laring
- Aspirasi
Gangguan fonasi
- Edema glotis-subglotis
- Infeksi laring, faring, dan trakea

Ekstubasi
a. Ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika :
- intubasi kembali menimbulkan kesulitan
- adanya resiko aspirasi
b. Ekstubasi umumnya dikerjakan pada keadaan anestesia
sudah ringan dengan catatan tidak terjadi spasme laring
c. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut, laring,
faring, dari sekret dan cairan lainnya.

Penyulit :
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila/gigi depan menonjol
Uvula tak terlihat
Gerak sendi temporal-mandibular terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas.

STRUMA
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)
Menurut American society for Study of Goiter
membagi :
1.Struma Non Toxic Diffusa
2.Struma Non Toxic Nodusa
3.Stuma Toxic Diffusa
4.Struma Toxic Nodusa

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena


adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis
kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid,
sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih
kepada perubahan bentuk anatomi.

ANALISA KASUS
Pasien Ny. B, 49 tahun, dirawat dengan
diagnosa SNNT. Pasien ini telah dirawat 5 hari
dibangsal bedah RSUD Raden mattaher jambi.
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan
tindakan pembedahan Subtotalobektomi.
Pada saat kunjungan pemeriksaan (anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan
penunjang), didapatkan status fisik pada pasien
ini adalah ASA II, yaitu Pasien dengan penyakit
sistemik ringan atau sedang

Sebagai
obat
premedikasi,
yaitu:
ondansentron 4mg, ranitidine 50 mg, sulfas
atropine 0,25 mg 2 ampul dan fentanyl 60
mcg.

induksi intravena dan rumatan inhalasi.


Induksi pada pasien ini dengan injeksi recofol
(propofol) 120 mg dan insersi ETT ukuran 7
difasilitasi dengan roculax 30 mg. Dosis
pemeliharaan
dengan
menggunakan
anestesi inhalasi: sevoflurans + N2O : O2

Kebutuhan total cairan pada pasien ini, yaitu


1304 cc selama operasi, terdiri dari jumlah
cairan pengganti puasa 628cc, maintenance
104cc, stress operasi 416cc dan perdarahan
160cc. pada jam I dibutuhkan 572cc, jam II
286cc, dan jam III 286cc. cairan yang telah
masuk (RL, dan FimaHes,) sebesar 3000cc.
Kebutuhan cairan pada pasien ini telah
tercukupi, namun tetap harus dipantau dalam
pengawasan ketat.

Pasien ini diberi obat tambahan yaitu ketorolac,


tramadol dan kalnex bertujuan sebagai
analgetik dan dan membantu pembekuan
darah. Pasien dapat keluar dari RR apabila
sudah mencapai skor Aldrete lebih dari 8.
Sedangkan pada pasien ini, didapatkan
skornya 8. Setelah keluar dari ruang RR, pasien
pindah dan dibawa ke ruang perawatan
paviliun NH.

KESIMPULAN

Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan


penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi.

Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak


ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi
maupun dari tindakan operasinya.

Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal


yang memerlukan penanganan serius.

Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan


anestesi berlangsung dengan baik.

TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen