Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
dan vegetasi serta benda yang diatasnya termasuk didalamnya hasil kegiatan
manusia dimasa lalu dan sekarang (FAO dalam Arsyad, 1989). Pemanfaatan laban
oleh manusia selanjutnya dikenal sebagai penggunaan lahan. Adapun pengertian
penggunaan lahan ialah setiap bentuk eampur tangan manusia terhadap lahan
dalam rangka mernenuhi kebutuhan hidupnya baik rnateril maupun spiritual
(Arsyad, 1989). Dalam pemanfaatan laban diperlukan kebijakan atau keputusan
pada suatu penggunaan lahan. Tujuannya tidak lain sebagai bentuk pencegahan
atau pengurangan akan dampak degradasi lahan. Pada dasarnya, sumberdaya alam
ada yang dapat diperbaharui, ada yang tidak dapat diperbaharui, dan ada yang
terbatas, Penggunaan lahan vegetasi yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan
dan tanpa adanya pengelolaan tanaman yang tepat, dapat menyebabkan
berkurangnya kemarnpuan lahan dalam memproduksi basil pertanian. Serta
memieu timbulnya lahan kritis. Hal ini berlaku juga untuk penggunaan lahan non
vegetasi. Bangunan yang dibangun pada suatu lahan tanpa mempertimbangkan
kemampuan lahan tersebut dapat menimbulkan masalah. Pentingnya akan
pengetahuan lahan, mengharuskan rnasyarakat rnengenal penggunaan lahan yang
terjadi, Karena masyarakat ialah pemeran utama dalam pernanfaatan lahan.
Kekurangtahuan masyarakat barus ditindak lanjuti dengan eara mernberikan suatu
informasi yang akurat terkait laban yang berJangsung dalam lingkungan masyarakat
tersebut, Informasi lahan sendiri dapat tersaji dalam peta penggunaan lahan.
Peta penggunaan lahan berisikan basil delineasi jenis guna laban yangada diseluruh
daerah kajian yang mana memuat fungsi dominan untuk suatu kawasan, blok
peruntukan, atau persillahan (Permen PU No. 20 Tahun 2011). Peta penggunaan
laban dibuat sesuai dengan kebutuhan, Dapat dibuat untuk skala menengah
ataupun skala detail tergantung dari kebutuhan ternatik yang hendak dikerjakan,
Pembuatan peta penggunaan laban dibantu dengan teknik penginderaan jauh.
Karena teknik penginderaan jauh dapat memaksimalkan proses pengerjaan dan
hasil yang dikehendaki sehingga mampu menghasilkan suatu informasi yang akurat
dan memenuhi kriteria yang diharapkan.
Pengertian penggunaan laban ialah segala bentuk campur tangan atau kegiatan
manusia (secara siklis rnaupun permanen) terhadap suatu kumpulan sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik material rnaupun spritual
atau kedua-duanya (Malingreau, 1979). Penggunaan Lahan merupakan aktivitas
manusia pada dan dalam kaitannya dengan laban, yang biasanya tidak secara
langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut
pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang benar-benar tepat
di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya melihat
penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan
mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik
alami yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental construct yang
didisain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan (Malingreau dan
Rosalia, 1981). Identifikasi, pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan perlu
selalu dilakukan pada setiap periodetertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk
penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan.
Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha
melakukan perencanaan dan pertimbangan dalarn merumuskan kebijakan
keruangan di suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan
untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan pengadaan lahan untuk menampung
berbagai aktivitas perkotaan. Dalam hubungannya dengan optimalisasi penggunaan
lahan, kebijakan penggunaan laban diartikan sebagai serangkaian kegiatan
tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam penyediaan lahan, serta tepat pada
waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan
kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002).