Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
danau, lembah, jurang, saluran irigasi, jalan kereta api dan semacamnya. Jenis jembatan
berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah
mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang kompleks.
Jenis jembatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan fungsi, lokasi, dan bahan
konstruksinya. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
a.
c.
sebagainya.
Struktur bawah (sub structure), dibagi menjadi 2 bagian yaitu kepala jembatan
(abutments) atau pilar (pier) dan pondasi untuk kepala jembatan atau pilar.
Struktur bangunan bawah perlu didesain khusus sesuai dengan jenis kekuatan
tanah dasar dan elevasi jembatan.
2.2
menahan beban yang dimunculkan dalam bentuk faktor ketahanan (resistance factor)
dibahas dalam tulisan di bawah ini. Faktor ketahanan dibagi dalam dua jenis :
a.
Faktor ketahanan yang mendasarkan pada beban tertinggi (operating rating)
b.
Faktor ketahanan yang mendasarkan pada pada beban lebih rendah (inventory
rating, inv). Beban tertinggi (operating rating) bersifat sementara, tidak terlalu sering
dilakukan dan mendasarkan pada tegangan 75% tegangan lelehnya, sedang beban lebih
rendah (inventory rating) mendasarkan pada 55% tegangan lelehnya, sering dilakukan
dan berjangka panjang
2.3
2.3.1
Beton merupakan material yang lemah menahan gaya tarik tetapi kuat menahan
gaya tekan. Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14 persen dari kuat
tekannya. Rendahnya kapasitas tarik beton menimbulkan tejadinya retak lentur pada
taraf
pembebanan
yang
masih
rendah.
Untuk
mengurangi
atau
mencegah
berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah
longitudinal elemen struktural.
Gaya longitudinal tersebut disebut gaya prategang, yaitu gaya tekan yang
memberian prategang pada penampang di sepanjang bentang suatu elemen struktural
sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal aau beban hidup horizontal
transien. Gaya prategang ini berupa tendon yang diberikan tegangan awal sebelum
memikul beban kerjanya yang berfungsi mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik
pada saat beton mengalami beban kerja, menggantikan tulangan tarik pada struktur
beton bertulang biasa.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam
konstruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu
tingkat yang diinginkan. Beton yang digunakan dalam beton prategang adalah beton
yang mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi dengan nilai f c min K-300, modulus
elastis yang tinggi dan mengalami rangkak ultimate yang lebih kecil yang menghasilkan
kehilangan prategangan yang lebih kecil pada baja.
Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat
tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan. Tipikal diagram
tegangan-regangan beton dapat dilihat pada gambar 2.4
10
2.3.2
b.
c.
Pada tabel 2.2 di bawah akan ditunjukkan tipikal baja yang biasa digunakan
Tabel 2.2 Tipikal Baja Prategang
Jenis Material
Diameter
(mm)
Luas
(mm)
Beban
Putus (kN)
Tegangan Tarik
(Mpa)
Kawat
Tunggal
3
4
7,1
12,6
13,5
22,1
1900
1750
11
(Wire)
Untaian
Kawat
(Strand)
Kawat
Batangan
(Bar)
2.3.3
5
7
8
9,3
12,7
15,2
23
26
29
32
38
19,6
38,5
50,3
54,7
100
143
415
530
660
804
1140
31,4
57,8
70,4
102
184
250
450
570
710
870
1230
1600
1500
1400
1860
1840
1750
1080
1080
1080
1080
1080
12
selama masa transfer sampai masa layan dan tegangan serat bawah tidak sama
dengan nol.
Ada tiga konsep berbeda yang dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis sifatsifat dasar dari beton prategang :
a. Konsep pertama, sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang
elastis.
Ini
merupakan
buah
pemikiran
Eugene
Freyssinet
yang
13
..............................................................................................................(2.1)
Akibat beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan
tarik di bawah garis netral dan tegangan tekan di atas garis netral yang besarnya
pada serat terluar penampang adalah :
.............................................................................................(2.2)
Dimana
M
= Momen lentur pada penampang yang ditinjau
c
= Jarak garis netral ke serat terluar penampang
I
= Momen Inersia Penampang
Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen lentur
ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang
adalah:
Di atas garis netral:
Konsep kedua, sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan)
dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan
dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel
penahan untuk melawan momen eksternal (gambar 2.7). Pada beton prategang,
14
baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton di
sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan
(gambar 2.8). Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap
beton. Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan
regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya
ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.
Gambar 2.6 Momen Penahan Internal pada Balok Beton Prategang dan Beton
Bertulang
15
Metode Prategangan
Ada dua jenis metode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :
a.
16
Metode ini yaitu baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum
beton dicor, oleh karena itu disebut metode pratarik. Adapun prinsip
pratarik secara singkat dijelaskan seperti pada gambar 2.10
17
Tahap (A) :
18
dirangkai.
Tahap Pembebanan
Tidak seperti pada perencanaan beton bertulang biasa, pada perencanaan beton
prategang ada dua tahap pembebanan yang harus dianalisa. Pada setiap tahap
pembebanan harus selalu diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian yang tertekan
maupun bagian yang tertarik untuk setiap penampang. Dua tahap pembebanan pada
beton prategang yaitu tahap transfer dan tahap layan (service).
a.
Tahap transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker dilepas dan
gaya prategang ditransfer ke beton. Untuk metode pascatarik, tahap transfer ini
terjadi pada saat beton sudah cukup umur dan dilakukan penarikan kabel
prategang. Pada saat ini beban yang bekerja hanya berat sendiri struktur, beban
pekerja dan peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja sepenuhnya, jadi
beban yang bekerja sangat minimum. Sementara gaya prategang yang bekerja
b.
19
mulai harus bekerja, sedangkan pada tahap ini semua kehilangan gaya prategang
2.6
(pengurangan secara perlahan) sejak gaya prategang awal diberikan. Pada dasarnya nilai
masing-masing kehilangan gaya prategang adalah kecil, tetapi apabila dijumlahkan
dapat menyebabkan penurunan gaya yang cukup signifikan yaitu 15% - 20%, sehingga
kehilangan gaya prategang harus dipertimbangkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meminimalkan kehilangan gaya prategang
adalah :
a.
Mutu beton yang digunakan minimal 40 MPa untuk memperkecil rangkak.
b.
Tendon yang digunakan adalah mutu tinggi yang memiliki relaksasi rendah.
Secara umum, reduksi gaya prategang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
a.
Kehilangan elastis segera yang terjadi pada saat proses fabrikasi atau konstruksi,
termasuk perpendekan (deformasi) beton secara elastis, kehilangan karena pengangkuran
dan kehilangan karena gesekan.
b.
Kehilangan yang bergantung pada waktu, seperti rangkak, susut dan kehilangan
akibat efek temperatur dan relaksasi baja, yang semuanya dapat ditentukan pada
kondisi limit tegangan akibat beban kerja di dalam beton prategang.
2.6.1 Kehilangan Akibat Gesekan
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan antara tendon dan saluran
beton sekitarnya dan juga sistem pengangkuran yang digunakan. Gesekan dalam
saluran tendon disebabkan oleh :
a.
Gesekan fisis yang normal terjadi antara dua benda yang bergeser satu
terhadap lainnya, dalam hal ini tendon yang bergerak terhadap dinding
saluran yang diam, terutama pada tracee tendon berbentuk lengkung.
b.
20
c.
21
Koefisien
Kelengkungan,
Tendon kawat
0,0033 0,0049
0,15 0,25
Strand (7 kawat)
0,0016 0,0066
0,15 0,25
0,0003 0,0020
0,08 0,30
0,0007
0,15 0,25
0,0010 0,0066
0,03 0,15
0,0033 0,0066
0,05 0,15
Tipe tendon
Tendon pada selubung logam fleksibel
memperhitungkan secara cermat nilai modulus elastisitas beton pada saat transfer
tegangan, modulus elastisitas baja prategang, dan tegangan beton pada titik berat
baja prategang yang diakibatkan oleh gaya prategang dan beban mati segera
setelah transfer.
22
Jika tidak ada perhitungan yang lebih teliti, maka kehilangan tegangan
dalam tendon
berikut:
Untuk komponen pratarik
....................................................................................(2.7)
Untuk komponen pasca tarik
................................................................................................(2.8)
2.6.3
23
...................................................................................................(2.9)
Dimana
...............................................................................................(2.10)
2.6.5
pada
beton
harus
...............................................................................................(2.12)
24
dalam tendon
................................................................................(2.13)
Dimana
jenis tendon.
2.6.7 Kehilangan Akibat Pengaruh Lain
Bilamana dianggap perlu, dalam perencanaan harus diperhitungkan
kehilangan tegangan akibat pengaruh lain yang belum disebutka di atas,
tergantung dari jenis dan kepentingan struktur beton prategang, antara lain untuk
faktor kehilangan seketika :
a. Perubahan suhu antara saat penegangan tendon dan saat pengecoran beton
b. Deformasi pada sambungan struktur pracetak
c. Relaksasi tendon sebelum transfer
d. Deformasi acuan pada komponen pracetak
e. Perbedaan suhu antara tendon yang ditegangkan dan struktur yang di
prategang selama perawatan pemanasan beton.
Demikian juga bila dianggap perlu, diperhitungkan kehilangan yang tergantung
waktu, yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
25
sering terjadi.
Perencanaan Beton Prategang
Ada dua metode perencanaan beton prategang, yaitu :
a.
b.
26
......................................................................................................(2.14)
Dimana:
= Aksi desain
= Kapasitas bahan
= Faktor reduksi
Sehingga untuk aksi desain momen, geser, puntir, dan gaya aksial berlaku:
.....................................................................................................(2.15)
.........................................................................................................(2.16)
........................................................................................................(2.17)
........................................................................................................(2.18)
27
Harga-harga
maksimum, sedangkan
= 0,80
= 0,80
= 0,70
= 0,65
= 0,75
Sedangkan batas ijin tegangan untuk masa peralihan dan masa layan sesuai
dengan RSNI 2005 tentang pembebanan pada jembatan.
- Masa peralihan
Serat Tertekan
= 0,6 f ci .......................................................................(2.19)
Serat Tertarik
= 0,25
................................................................. (2.20)
- Masa Layan
Serat Tertekan
= 0,45 f c......................................................................(2.21)
28
Serat Tertarik
= 0,5
....................................................................(2.22)
Dengan f ci
................................(2.24)
Analisa Dinamik
Pada ilmu statika keseimbangan gaya-gaya didasarkan atas kondisi statik, artinya
gaya-gaya tersebut tetap intensitasnya, tetap tempatnya dan tetap arah/garis kerjanya.
Gaya-gaya tersebut dikategorikan sebagai beban statik. Kondisi seperti ini akan berbeda
dengan beban dinamik dengan pokok-pokok perbedaan sebagai berikut ini:
a.
Beban dinamik adalah beban yang berubah-ubah menurut waktu (time varying)
sehingga beban dinamik merupakan fungsi dari waktu.
b.
Beban dinamik umumnya hanya bekerja pada rentang waktu tertentu. Untuk
beban gempa bumi maka rentang waktu tersebut kadang-kadang hanya beberapa
detik saja. Walaupun hanya beberapa detik saja namun beban angin dan beban
gempa misalnya dapat merusak struktur dengan kerugian yang sangat besar.
c.
Beban dinamik dapat menyebabkan timbulnya gaya inersia pada pusat massa
yang arahnya berlawanan dengan arah gerakan.
d.
Beban dinamik lebih kompleks dibanding dengan beban statik, baik dari bentuk
fungsi bebannya maupun akibat yang ditimbulkan.
e.
29
30
kebebasan tunggal (SDOF). Struktur bangunan gedung justru banyak yang mempunyai
derajat kebebasan banyak (MDOF). Pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak
umumnya massa struktur dapat digumpalkan pada tempat-tempat tertentu (lumped mass)
yang umumnya pada tiap-tiap lantai-tingkat, maka struktur yang tadinya mempunyai
derajat kebebasan tak terhingga akan menjadi struktur dengan derajat kebebasan
terbatas.
2.8.1
Tipe Getaran
Secara umum gerakan massa suatu struktur dapat disebabkan baik oleh
adanya gangguan luar maupun adanya suatu nilai awal (initial conditions).
Peristiwa dengan gerakan massa akibat adanya nilai awal, misalnya simpangan
awal atau kecepatan awal, biasa disebut dengan getaran bebas (free vibration
systems). Sedangkan apabila goyangan suatu struktur yang diakibatkan oleh
adanya gaya luar ataupun adanya getaran tanah akibat gempa, biasa disebut
dengan getaran dipaksa (forced vibration systems). Namun gerakan suatu massa
umumnya akan dihambat/diredam baik karena gesekan dengan benda-benda
sekelilingnya maupun oleh peristiwa intern yang ada pada benda yang
bersangkutan, sehingga gerakan massa tersebut lambat laun akan melemah.
Gerakan massa struktur yang memperhitungkan adanya gaya redam disebut
damped systems atau sistem gerakan yang diredam. Walaupun demikian, suatu
struktur kadang-kadang dianggap tidak mempunyai redaman atau undamped
systems.
Tipe gerakan pada struktur dapat dirangkum menjadi:
31
a.
b.
c.
d.
2.8.2
matematik dari struktur SDOF seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13. Pada
Gambar 2.12, P(t) merupakan beban dinamik yang intensitasnya merupakan
fungsi dari waktu. Akibat beban dinamik, struktur akan bergoyang berganti-ganti
ke kanan maupun ke kiri. Terdapat beberapa parameter penting yang
mempengaruhi besar kecilnya goyangan yaitu massa (m), kekakuan kolom (k)
dan koefisien redaman (c). Struktur tersebut kemudian digambar secara ideal
seperti pada Gambar 2.13 dimana pada gambar ini telah memperhatikan
parameter-parameter yang berpengaruh. Pada Gambar 2.15 ditampilkan model
matematik untuk struktur SDOF yang mempunyai redaman. Apabila beban
dinamik P(t) seperti pada Gambar 2.14 bekerja ke arah kanan, maka akan
terdapat perlawanan pegas, damper dan gaya inersia. Gambar 2.15 adalah
gambar keseimbangandinamik yang bekerja pada massa (m), gambar ini
umumnya disebut free body diagram.
32
.....................................................................................(2.25)
dimana:
........................................................................................................(2.26)
.........................................................................................................(2.27)
.........................................................................................................(2.28)
dimana FI, FD, FS berturut-turut adalah gaya inersia, gaya redaman dan gaya
pegas, sedangkan , dan y berturut-turut adalah percepatan, kecepatan dan
simpangan.
33
m*
k*
c*
p*
Ada 2 cara untuk memodelkan struktur MDOF menjadi SDOF dengan GSDOF :
-
Model kontinyu/distributed
Model tergumpal/diskrit
(x)
34
Fungsi bentuk / shape function yang dipilih harus memenuhi syarat batas
untuk kasus struktur kantilever, ada banyak sekali kemungkinan bentuk
deformasi akibat gaya dinamik dan sebagainya. Sehingga dapat ditentukan syarat
batasnya. Misalnya pada x = 0 (x = 0) = 0
Berdasarkan syarat batas tersebut, masih banyak kemungkinan persamaan
yang bisa memenuhi untuk digunakan sebagai fungsi bentuk / shape factor
diantaranya
.............................................................................. (2.30)
...................................................................................................(2.31)
Dan sebagainya
Pada analisis GSDOF, diasumsikan bahwa struktur berdeformasi dalam 1 bentuk
tertentu atau mengikuti suatu shape function tertentu. Shape function sendiri
ditentukan sebagai suatu pendekatan sehingga hasil analisa juga merupakan
susatu hasil pendekatan. Setelah shape function ditentukan, langkah berikutnya
adalah menghitung:
-
Generalized m
= m*
Generalized k
= k*
Generalized c
= c*
35
a.
Model kontinyu/distributed
m* =
....................................................................(2.32)
k* =
c* =
...................................................................(2.34)
k* =
p(t)* =
b.
................................................................(2.36)
Model Tergumpal
M* =
M ...................................................................................................(2.37)
K* =
K ....................................................................................................(2.38)
36
P* =
F(t).....................................................................................................(2.39)
Dimana
M : matriks massa
K : matriks kekakuan
F : matriks gaya luar dinamik
: fungsi bentuk diskrit (berupa angka-angka/bukan persamaan)
2.8.3
derajat kebebasan banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada
struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF). Untuk memeperoleh
persamaan diferensial tersebut
dinamik (dynamic equation equilibrium) pada suatu massa yang ditinjau. Namun
pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial
gerakannya merupakan persamaan yang dependent atau coupled karena
kesimbangan dinamik suatu massa yang ditinjau dipengaruhi oleh kekakuan,
redaman dan simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Penyelesaian
persamaan coupled harus dilakukan secara simultan artinya dengan melibatkan
semua persamaan yang ada. Sehingga persamaan keseimbangan dinamik untuk
derajat kebebasan banyak dapat ditulis dalam matriks:
MCKYF(t)(2.40)
37
dimana:
[M]
= Matriks massa
[C]
= Matriks redaman
Parameter Dinamis
Penilaian kondisi bangunan atas jembatan dengan menggunakan
38
adalah bentuk lendutan struktur pada frekuensi yang spesifik. Nilai frekuensi
alami dapat digunakan sebagai pedoman apakah suatu struktur akan mengalami
resonansi atau tidak. Suatu struktur akan mengalami resonansi apabila nilai
frekuensi beban yang diterima struktur mendekati atau sama dengan frekuensi
alaminya.
Frekuensi alami struktur dipengaruhi oleh properti internal struktur, yaitu
kekakuan dan massa struktur. Pada umumnya untuk jembatan yang relatif baru,
frekuensinya berkisar antara 3-5 Hz. Nilainya akan tetap kecuali apabila struktur
tersebut mengalami perubahan pada kekakuan dan massa strukturnya. Kerusakan
yang terjadi pada struktur akan menyebabkan degradasi pada kekakuannya. Hal
ini akan mempengaruhi secara langsung pada nilai frekuensi alaminya. Dengan
demikian frekuensi alami merupakan indikator yang baik terhadap kerusakan
yang dialami oleh suatu sistem struktur.
2.8.6 Analisa Penurunan Struktur
Getaran bebas adalah ketika tidak ada getaran eksternal yang
diaplikasikan dan redaman struktur diabaikan. Respon jembatan berkaitan erat
dengan kondisi kerusakan struktural. Nilai kerusakan struktural relatif adalah
sebagai berikut :
.............................................................................(2.41)
Dimana:
Drelatif = Nilai kerusakan struktural relatif
F0
= Frekuensi alami awal
Fi
= Frekuensi alami ke-i
Pada analisis noda lebih tinggi akan terlihat perbedaan perubahan bentuk untuk
jembatan lurus dan jembatan miring (skew) seperti pada gambar 2.16. Jembatan
lurus mempunyai perubahan bentuk lentur yang terpisah dari punter sedangkan
jembatan miring (skew) mempunyai kombinasi antara lentur dan puntir.
39
Dimana :
K
atriks kekakuan
M
Matriks massa
40
a.
b.
c.
koresponding alami.
Faktor partisipasi modal : merupakan rasio dari pengaruh mode spesifik
ke mode total.
2.8.7.1 Tipe analisis
Eigen Vectors
-
Subspace Iteration
Kalkulasi matriks kecepatan iterasi digunakan untuk menjalankan
analisis eigenvalue. Metode ini secara efektif digunakan ketika
menjalankan analisis eigenvalue untuk sistem finite elemen dalam
skala besar (sistem matriks besar) dan umumnya digunakan di
kalangan engineer.
Lanczos
Matriks tridiagonal digunakan untuk menjalankan analisis eigenvalue.
Metode ini secara efektif digunakan ketika sedang menjalankan analisis
eigenvalue untuk mode lebih rendah.
Ritz Vectors
Tidak seperti mode alami eigenvalue, beban tergantung ritz vectors
menghasilkan hasil yang lebih bisa diandalkan dalam analisis dinamis dengan mode
yang lebih sedikit. Ritz vectors dihasilkan mencerminkan distribusi spasial atau
karakteristik dari pembebanan dinamis.
41
2.8.8
dari hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 2.3. Hasil pengamatan visual juga harus
diperhitungkan dalam penilaian kondisi bangunan atas jembatan.
Luas retakan dari pengamatan visual merupakan keterangan objektif dalam evaluasi
rasio redaman. Kondisi retakan dapat diklasifikasi sebagai kondisi baik, cukup, buruk
sesuai dengan pengamatan retak rambut, retak setempat, retak menyeluruh.
42
Jenis Kerusakan
baik
cukup
sedang
buruk
utuh
rusak ringan (non struktural)
rusak ringan (struktural)
rusak berat (struktural)
Nilai Kerusakan
Relatif
Drel
0% - 5%
6% - 10%
11% - 17%
18% - 20%
Nilai Penurunan
Kapasitas
Dcap
0% -10%
11% - 20%
21% - 34%
35% - 40%
Catatan :
-Nilai dalam tabel 2.3 berlaku untuk bahan bangunan atas yang sejenis, untuk penilaian bangunan atas komposit
perlu diperhitungkan penampang sisa.
-Penilaian objektif dibantu oleh pemeriksaan visual
2.9
MIDAS CIVIL
MIDAS CIVIL merupakan software yang berfungsi untuk pemodelan struktur
dan menganalisa struktur itu sendiri. Program MIDAS dapat menganalisa tahapan
metode pelaksanaan sekaligus dalam satu eksekusi program, dimana hasil analisa pada
saat analisa statis dibandingkan dengan hasil analisa pada saat pelaksanaan konstruksi.
MIDAS CIVIL dipilih karena mempunyai berbagai fitur untuk analisis yang bisa
menjawab kerumitan analisis struktur dengan proses input yang relatif mudah. Untuk
jembatan berbentang panjang seperti jembatan cable stayed dan jembatan gantung,
Midas Civil mempunyai pula wizard yang cukup canggih dalam membantu proses
analisis dan perencanaan yang rumit dengan derajat ketidak-tentuan statik yang
sangat tinggi.