Sie sind auf Seite 1von 5

1.

Dasar Teori
Proses separasi minyak bumi adalah proses pertama untuk pemisahan
minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya. Proses ini meliputi proses distilasi
atmosfer dan distilasi vakum, yang menghasilkan nafta, kerosin, distilat vakum,
dan residu (residu atmosferik dan residu vakum). Dalam rangka meningkatkan
nilai tambah fraksi minyak bumi tersebut, maka dilakukan proses tahap kedua,
yaitu: konversi, baik berupa proses termal maupun proses katalitik. Residu
direngkah secara proses termal, yaitu proses visbreker dan proses koker, dan
menghasilkan produk bensin dan solar bermutu rendah.
Proses perengkahan katalitik residu dan distilat vakum menghasilkan
produk bensin rengkahan katalitik (cat. cracked gasoline) yang bermutu tinggi,
tetapi mutu produk solar (cycle gas-oil) yang dihasilkannya masih rendah. Proses
isomerisasi fraksi nafta ringan dan proses reformasi katalitik fraksi nafta berat
dapat menghasilkan komponen utama bensin, yaitu masing-masing isomerat dan
reformat. Proses penggabungan alkilasi dan polikondensasi dari produk samping
gas olefin rendah (C3/C4) dari proses perengkahan dapat menghasilkan
komponen utama bensin, yaitu masing-masing alkilat dan bensin polimer.
Bensin mempunyai kisaran titik didih dari 30oC sampai 215oC yang
mengandung grup hidrokarbon parafin, olefin, naftena, dan aromatik dengan
variasi nilai angka oktananya cukup besar. Proses pembuatan bensin dimulai
dengan separasi minyak bumi pada proses distilasi atmofer dan distilasi vakum.
Minyak bumi difraksionasi menjadi nafta (sd.180oC), kerosin (180250oC), solar
(250350oC), distilat vakum (350550oC), dan residu vakum (> 550oC).
Fraksi nafta diseparasi menjadi gas (C1/C2), LPG (C3/C4), nafta ringan
(C5/C6) untuk umpan proses isomerisasi, dan nafta berat dipakai sebagai umpan
reformasi katalitik. Sehubungan dengan banyaknya fraksi nafta yang digunakan
untuk umpan proses petrokimia (sekitar 40% dari total produk nafta), maka
kebutuhan umpan nafta dipenuhi dengan hasil dari proses perengkahan termal dan
katalitik fraksi berat, dan juga dari proses penggabungan (alkilasi dan
polimerisasi) yang menggunakan umpan gas (C3/C4).
Proses pembuatan komponen bensin terdiri atas:

(1) proses separasi atas distilasi (menghasilkan straight-run naphtha) dan


(2) proses konversi, yaitu: (a) proses konversi termal, yaitu proses visbreker
(visbreaker naphtha), dan proses koker (coker naphtha), dan (b) proses konversi
katalitik yaitu: proses perengkahan katalitik (bensin rengkahan katalitik cat.
cracked gasoline), proses penghidrorengkahan (hydrocracked naphtha), proses
isomerisasi (isomerat), proses reformasi katalitik (reformat), proses alkilasi
(alkilat) dan proses polimerisasi (bensin polimerpolygasoline).
1.1. Alkilasi
Alkilasi didefinikan sebagai proses memasukkan gugus alkil atau aril ke
dalam suatu senyawa.
a) Gugus alkil : -CnH2n+1; misal : -CH3, -C2H5
b) Gugus Aril : -

CH3

Proses alkilasi terbagi menjadi 2 yaitu :


1) Alkilasi Termal
Produk utama termal alkilasi adalah neoheksana yang mempunyai bilangan
oktana 104,8. Kondisi termal alkilasi adalah 5000 psi dan 950 oF. (kondisi yang
sangat mengkhawatirkan)
2) Alkilasi dengan katalisator HF
Reaksi alkilasi olefin dengan isoparafin menggunakan katalisator HF cair
anhidrid. Alkilat berkualitas tinggi dihasilkan dari reaksi isobutilena dengan
isobutana

membentuk

isooktana

(2,2,4-trimetilpentana).

Untuk

menyempurnakan reaksi perlu pengadukan karena hidrokarbon hanya sedikit


larut dalam HF cair. Suhu reaksi 27oC dan waktu kontak 5 menit.
Penggunaan Proses Alkilasi di Industri :
1) Industri Minyak Bumi
Untuk membuat bahan bakar sintesis. Yaitu dalam pembuatan senyawa
bercabang untuk meningkatkan kualitas bahan bakar. Bahan bakar motor yang
mempunyai angka oktan tinggi adalah yang bercabang.
2) Industri Zat Warna, misalnya membuatan anilin menjadi dimetil anilin
3) Industri Obat-obatan

1.2. Alkilasi Termal


Alkilasi termal adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti oleh
propilena, butena, dan isobutilena dengan bantuan panas. Kondisi operasi proses
ini tinggi, suhu sekitar 950oF dan tekanan sekitar 3000-5000 psia. Umpan olefin
yang diperkaya seperti tersebut diatas dapat diproduksi dari proses dekomposisi
hidrokarbon yang beroperasi pada suhu 1200-1425 oF dan tekanan 1 atm. Kondisi
sedemikian sangat memungkinkan untuk pembentukan etilena. Etilena diserap
didalam isobutana untuk dimasukkan kedalam dapur melalui zona perendaman.
Sedikit ter atau material yang mempunyai titik didih diatas gasoline dapat
dihasilkan karena konsentrasi etilennya rendah dalam zona reaksi. Diperlukan
waktu 2-7 detik untuk mencapai suhu 950oF, tergantung pada jumlah hidrokarbon
yang diolah dan jumlah isobutilena yang didaur ulang.
Campuran etana dan propane direngkah pada suhu sekitar 1400 oF dan
tekanan 6-8 psig utnuk pembentukan propilena yang optimum. Gas-gas yang
terbentuk dibebaskan dari material yang lebih besar dari C 2 melalui scrubber, lalu
diikuti dengan kompresi dan pendinginan. Etilena kemudian diserap oleh cairan
isobutana pada suhu -30oF, sedangkan gas hydrogen dan metana dipisahkan dari
system. Campuran etilena dan isobutana pada dapur alkilasi melalui preheater
pada suhu 950oF. Nisbah isobutana daan etilena pada 9/1 atau lebih pada zona
reaksi. Yield yang dikirim kemenara depropanizer berupa cairan pada bagian
bawah yang menghabiskan 7% (berat etana, propane dan isobutana yang
mengandung kira-kira 30-40% neoheksana. Neoheksana dikarakterisasi sebagai
bahan campuran avgas dengan sifat-sifat yang sempurna dan sangat mudah
menerima TEL. Senyawa ini mempunyai RVO 9,5 psi ; titik didh 121oF dan angka
oktan 95.
1.3. Zat-zat Pengalkilasi :
1) Olefin : etilena, propilena, butilena.
RH harus banyak karena olefin mudah mengalami polimerisasi.
2) Alkohol ROH : metanol dan etanol.
Digunakan pada pembuatan eter, isopropil eter, etil eter, naphtil metil eter.
3) Alkil Halogenida : RX , sangat reaktif tetapi mahal.

RH + R11X RR1 + HX
RNa + R1X RR1 + NaX
Pb(Na)y + y R1X Pb(R1)y + yNaX
4) Alkil sulfat
a. Yang sering digunakan adalah dimetil sulfat, metil hidrogen sulfat dan
dietilsulfat.
b. Alkil sulfat rantai panjang digunakan pada beberapa hal saja.
c. Dimetil sulfat sangat beracun dan harus ditangani secara hati-hati.
d. Alkil sulfat digunakan untuk mendapatkan senyawa dialkil eter, alkil aril
eter, etil selulosa dan polivinil eter.
1.4. Zat-zat yang dialkilasi
1) Alkana
Pada umumnya alkana hanya dapat dialkilasi dengan olefin. Dalam
alkilasi alkana, perlu dibedakan dua kelompok :
a. alkana lurus : hanya bisa dilakilasi dengan mekanisme radikal bebas,
pada suhu tinggi
b. alkana bercabang : lebih mudah dialkilasi dengan mekanisme ion.

DAFTAR PUSTAKA

http://doanddoo.blogspot.com/2011/12/minyak-bumi-alkilasi-polimerisasi.html
(diakses pada 1 Maret 2015)
http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x-2/minyak-bumi/ (diakses pada 1
Maret 2015)
https://www.google.com/search?
newwindow=1&biw=1281&bih=707&q=alkilasi+termis+minyak+bumi&
oq=alkilasi+termis+minyak+bumi&gs_l=serp.3...5463.10345.0.10693.14.
13.1.0.0.0.223.1512.5j7j1.13.0....0...1c.1.31.serp..13.1.126.91GQmywPsu4
(diakses pada 1 Maret 2015)
http://www.google.com/imgres?
newwindow=1&sa=X&tbm=isch&tbnid=wVRMaFAVMKvsgM:&imgref
url=http://catatanabimanyu.wordpress.com/category/oilknowledge/page/2/
&docid=IWLlfnbPNPuHKM&imgurl=http://www.chem-is-try.org/wpcontent/uploads/2009/09/table_19_2300x262.jpg&w=300&h=262&ei=5tSAUtb9B4iMrQewloHgBg&zoom=1
&ved=1t:3588,r:13,s:0,i:122&iact=rc&page=1&tbnh=160&tbnw=184&sta
rt=0&ndsp=16&tx=57&ty=33 (diakses pada 1 Maret 2015)
https://hmtkupnyogya.files.wordpress.com/2012/02/5-alkilasi-compatibilitymode.pdf (diakses pada 1 Maret 2015)
http://www.lemigas.esdm.go.id/id/pdf/buku_populer/Proses%20Pembuatan
%20BBB%20Solar%20Ramah%20Lingkungan.pdf (diakses pada 1 Maret
2015)

Das könnte Ihnen auch gefallen