Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan
karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya
manusia suatu bangsa, pangan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan
ketahanan pangan merupakan komponen utama ketahanan Nasional.
Sasaran pembangunan nasional di bidang pangan dan gizi adalah terwujudnya
ketahanan pangan dan gizi pada tingkat rumah tangga yang tercermin pada ketersediaan
dan konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman
dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Ketahanan Pangan diartikan sebagai kondisi tersedianya pangan dalam jumlah yang
cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga
untuk mendorong aktivitas sehari-hari sepanjang waktu. Dengan demikian ketahanan
pangan ini mencakup tingkat rumah tangga dan tingkat nasional. Paradigma yang
digunakan dalam perencanaan pangan dan gizi adalah keanekaragaman pangan dan
keseimbangan gizi yang sesuai
sumberdaya lokal.
Dalam kaitannya
analisa
perencanaan penyediaan kecukupan gizi, potensi sumberdaya alam dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat.
B. Tujuan
1. Untuk memberikan gambaran situasi pola konsumsi dari setiap komoditas pangan.
Di samping itu untuk mengetahui tingkat keragaman produksi maupun konsumsi pangan
dengan pendekatan norma gizi atau Pola Pangan Harapan (PPH).
2. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi penduduk sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi
(nutiritional balance) yang didukung oleh cita rasa (palatability), daya cerna
(digestability), daya terima masyarakat (acceptability) serta kuantitas dan kemampuan
daya beli (affortability).
C. Pengertian dan Kegunaan
1. Pengertian
Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas`sumbangan energi terhadap
total energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu
pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
pangan
penduduk
secara
kualitas,
kuantitas
maupun
keragamannya,
dengan
menyediakan zat gizi secara lengkap. Dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari berbagai
kelompok pangan sesuai PPH maka secara implisit kebutuhan zat gizi lainnya juga
terpenuhi.
Untuk tingkat Nasional telah disepakati susunan Pola Pangan Harapan (PPH)
berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 sebagai
acuan dalam pembagunan pangan dan gizi. Angka Kecukupan Energi (AKE) di tingkat
konsumsi sebesar 2.000 Kkal/kap/hari, dan 2.200 Kkal/kap/hari di tingkat ketersediaan.
Sedangkan Angka Kecukupan Protein (AKP) di tingkat konsumsi adalah sebesar 52
gram/kap/hari, dan 57 gram/kap/hari di tingkat ketersediaan.
2. Kegunaan
Kegunaan analisis konsumsi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH)
Regional Provinsi Bengkulu Tahun 2011 adalah sebagai pedoman dalam evaluasi dan
perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk Provinsi Bengkulu
pada tahun 2011 baik secara kualitas maupun kuantitas dan keragamannya serta dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.
D. Batasan
1. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan atau minuman yang dimakan
atau yang diminum oleh penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hayatinya.
2. Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan
jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi penduduk
dalam jangka waktu tertentu.
3. Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas`sumbangan energi
terhadap total energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif)
dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan yang mampu mencukupi
kebutuhan
konsumsi
pangan
penduduk
secara
kualitas,
kuantitas
maupun
BAB. II
KONSEP DASAR
Zat gizi esensial (utama) yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Tiga di antara zat gizi tersebut yaitu karbohidrat,
protein dan lemak disebut juga zat gizi makro. Selain membutuhkan zat gizi makro, tubuh juga
membutuhkan zat gizi mikro seperti yodium, zat besi, vitamin-vitamin dan mineral dalam
jumlah yang kecil. Meskipun dalam jumlah yang kecil, kekurangan zat gizi mikro akan
mengakibatkan masalah-masalah gizi yang serius seperti Gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY), kurang vitamin A dan Anemia Gizi.
Diperkirakan ada 50 (lima puluh) senyawa dan unsur dari zat gizi yang diperlukan oleh
manusia yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya untuk hidup
sehat. Zat gizi tersebut pada umumnya diperoleh dari pangan (makanan dan minuman).
Secara umum zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dikelompokkan menjadi 6 (enam)
kelompok utama yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat
berguna sebagai penghasil tenaga (energi), lemak berguna sebagai penghasil tenaga dan
asam-asam lemak, protein berguna sebagai zat pembangun, sedangkan vitamin, mineral dan
air berguna sebagai zat pengatur yang berperan penting dalam berbagai proses metabolisme
zat gizi dalam tubuh.
Sejumlah kelompok bahan makanan yang akan memenuhi kebutuhan gizi individu
adalah kelompok bahan makanan pangan mencakup padi-padian, umbi-umbian, pangan
hewani, minyak dan lemak, kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayuran dan
buah.
Untuk mencapai status gizi baik setiap individu harus mengkonsumsi zat-zat gizi sesuai
kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan makanan yang seimbang antara konsumsi dan
kebutuhan tubuh serta keseimbnagan antar kelompok pangan sumber zat gizi. Selain itu
makanan harus memenuhi cita rasa, daya cerna, kualitass dan terjangkau daya beli
masyarakat.
Hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 menetapkan
bahwa Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2.000 Kkal per
kapita per hari dan Protein 52 gram per kapita per hari, dan 57 gram per kapita per hari di
tingkat ketersediaan.
Atas
dasar
Angka
Kecukupan
Konsumsi
Energi
dan
Protein,
maka
dengan
menggunakan komposisi PPH dapat dihitung kontribusi dari masing-masing kelompok bahan
pangan dalam bentuk angka mutlak yaitu kualitas energi dan proteinnya dengan perhitungan
sebagai berikut : PPH konsumsi yang diharapkan per kelompok bahan pangan adalah
persentase PPH setiap kelompok bahan pangan dikalikan dengan kecukupan konsumsi energi
pangan (2.000 Kkal/kap/hari) dan kecukupan konsumsi protein dikalikan dengan angka (52
garm/kap/hari).
BAB. III
METODOLOGI
A.
energi
(kkal/kap/hari)
dan
ke
dalam
bentuk
protein
dengan
satuan
(gram/kap/hari).
B.
Metode Analisis
Data konsumsi pangan aktual berdasarkan hasil Susenas tahun 2011, terlebih
dahulu dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan yang ada di dalam Pola Pangan
Harapan. Pengelompokkan tersebut disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan
yaitu kelompok :
1.
Padi-padian
2.
Umbi-umbian
3.
Pangan Hewani
4.
5.
Buah/Biji berminyak
6.
Kacang-kacangan
7.
Gula
8.
9.
Lain-lain
Data yang telah dikelompokkan tersebut selanjutnya akan dibandingkan antara skor
konsumsi pangan aktual dengan skor sasaran pola konsumsi pangan tahun 2011 dan sasaran
PPH Nasional apakah sudah sesuai atau belum dengan susunan pola konsumsi pangan yang
diharapkan, dan selanjutnya dilakukan analisa secara deskriptif.
BAB. IV
PENYUSUNAN POLA PANGAN HARAPAN 2011
Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama
yang dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan
Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan
dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Sesuai Pola Pangan
Harapan (PPH), secara implisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang
sangat defisit dalam suatu kelompok pangan. Oleh karena itu skor pola konsumsi pangan
mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompk pangan
yang didasarkan pada sumbangan energinya baik secara absolute maupun relatif terhadap total
energi penyediaan atau konsumsi pangan yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
pangan penduduk baik kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan aspek-aspek sosial,
ekonomi, budaya dan cita rasa.
Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yang
menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan
Harapan (PPH) tahun 2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk hidup sehat
bagi penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan Nasional adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Susunan Pola Pangan Harapan Nasional
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kelompok
Pangan/
Jenis Pangan
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan buah
Lain-lain
Jumlah
Berat
Energi
(gr/Kap/Hr) (Kkal/Kap/Hr)
275
100
150
20
10
35
30
250
-
1.000
120
240
200
60
100
100
120
60
2.000
%
AKE
Bobot
Skor
PPH
50.0
6.0
12.0
10.0
3.0
5.0
5.0
6.0
3.0
100
0.5
0.5
2.0
0.5
0.5
2.0
0.5
5.0
0.0
-
25.0
2.5
24.0
5.0
1.0
10.0
2.5
30.0
0.0
100
Sumber : Harmonisasi PPH Nasional PPKP BKP dan GMSK IPB, 2002
pangan
yang
dikonsumsi
(gram/kap/hari),
jumlah
energi
yang
dikonsumsi
Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Berat
Energi
(gr/Kap/Hr) (Kkal/Kap/Hr)
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan buah
Lain-lain
Jumlah
328,0
37,6
87,4
23,4
14,9
14,5
23,8
205,2
30,2
-
1.255,4
42,8
149,1
206,2
80,7
41,0
84,7
90,7
33,9
1.984,6
%
AKE
Skor
PPH
62,8
2,1
7,5
10,3
4,0
2,1
4,2
4,5
1,7
99,2
25,0
1,0
14,9
5,0
1,0
4,1
2,1
22,7
0,0
75,8
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa sasaran konsumsi energi tahun 2011
adalah 1.984,4 Kkal/Kap/hari yang berasal dari 9 (sembilan) kelompok bahan pangan dengan
persentase Angka Kecukupan Energi 99,2 % dan capaian skor PPH 75,8 sehingga sasaran
tahun demi tahun sampai pada tahun 2025 diharapkan akan tercapai konsumsi energi sebesar
2.000 Kkal/Kap/hari dengan skor Pola Pangan Harapan sebesar 100.
Selanjutnya dalam rangka memenuhi penyediaan kebutuhan pangan untuk dikonsumsi
penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 adalah dengan memperhatikan pola konsumsi pangan
yang dinyatakan dalam Kkal/Kap/hari seperti tabel diatas yang kemudian dapat dikonversikan
kedalam bentuk (gram/kap/hari; kg/kap/tahun dan ton/tahun).
Dari hasil perhitungan target penyediaan pangan untuk keperluan konsumsi pangan
(gram/kap/hari; kg/kap/tahun dan ton/tahun) penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 seperti
tabel dibawah ini.
Tabel 3. Sasaran/Proyeksi kebutuhan konsumsi Pangan menurut kelompok Pangan
Provinsi Bengkulu Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
4.
5.
6.
7.
8.
9.
31,9
8,5
5,4
5,3
8,7
74,9
11,0
57.444
14.790
9.146
10.081
15.266
130.435
18.352
Untuk lebih jelasnya data proyeksi konsumsi pangan menurut kelompok pangan tahun
2009, 2015 dan 2025 dalam (gram/kap/hari), (Kg/kap/tahun) dan (ton/Tahun) dapat dilihat
dalam lampiran 2-4.
10
BAB. V
EVALUASI SKOR DAN KOMPOSISI PPH 2011
1.
terletak antara 2 16- 3 31 Lintang Selatan dan 101 01- 103 41 Bujur Timur, dengan
suhu udara relatif sama dengan daerah-daerah kota pinggiran pantai lainnya di Indonesia yaitu
maksimum berkisar antara 32.9 - 34 C dan suhu udara minimum antara 22 23.3 C.
Wilayah Provinsi Bengkulu sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah Barat berbatasan
dengan
Samudera Indonesia, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan
Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di sepanjang kaki bukit barisan dan diatas
tiga lempeng dan satu patahan, yang kerap mengalami gempa bumi, disamping gempa vulkanik
juga gempa tektonik yang dapat dirasakan hampir diseluruh wilayah Bengkulu.
2.
memenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang relatif rendah. Data konsumsi pangan yang diolah
dan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.
No.
Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan buah
Lain-lain
Total
Konsumsi
(gram)
Energi
(Kalori)
%
AKE
Protein
(gram)
%
Protein
Skor
PPH
301,6
29,6
95,5
23,2
13,6
12,5
22,8
203,1
58,1
1.177
30
160
208
73
34
82
83
35
1.880
58,8
1,5
8,0
10,4
3,7
1,7
4,1
4,2
1,7
94,0
27,1
0,3
15,1
0,0
0,7
3,3
0,0
3,3
1,7
51,6
52,1
0,6
29,1
0,1
1,4
6,3
0,0
6,3
3,2
99,3
25,0
0,7
16,0
5,0
1,0
3,4
2,0
20,9
0,0
74,0
11
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 9 kelompok bahan pangan yang
dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 menunjukkan rata-rata konsumsi
energi adalah 1.880 Kkal/kap/hari atau sebesar 94,0 % dari AKE (2.000 Kkal/Kap/hari), dan
konsumsi protein sebesar 51,6 gram/kap/hari atau 99,3 % dari angka Kebutuhan Protein (52
gram/kap/hari), sedangkan skor PPH yang dicapai adalah 74,0.
a.
Konsumsi energi penduduk Provinsi Bengkulu Tahun 2011 adalah 1.880 kkal/kap/hari atau
94,0 % lebih rendah dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan yaitu 2.000
Kkal/Kap/hari. Jika dibandingkan angka ketersediaan energi berdasarkan analisa NBM yaitu
2811,86 Kkal/Kap/hari dengan angka konsumsi pangan aktual 1.880 Kkal/Kap/hari tahun
2011, maka ketersediaan energi untuk dikonsumsi lebih besar 931,9 Kkal/Kap/hari (49,6
%) dari energi yang dikonsumsi penduduk provinsi Bengkulu tahun 2011.
b.
Konsumsi protein penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 adalah 51,6 gram/kap/hari (99,3
%) lebih rendah dari Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan yaitu 52
gram/kap/hari. Jika dibandingkan antara protein yang tersedia dari analisa NBM yaitu 91,72
gram/kap/hari dengan konsumsi protein aktual 51,6 gram/kap/hari, maka ketersediaan
protein untuk dikonsumsi penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 lebih besar 40,1
gram/kap/hari (77,7 %) dari protein yang dikonsumsi penduduk provinsi Bengkulu tahun
2011.
c.
Skor aktual PPH yang dicapai pada tahun 2011 adalah 74,0 lebih rendah dari target skor
yang harus dicapai pada tahun 2011 yaitu 75,8. Hal ini menyebabkan tingkat keragaman
konsumsi dan mutu pangan penduduk Provinsi Bengkulu relatif masih rendah.
d.
Jika dilihat dari komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk Provinsi Bengkulu, belum
berimbang antara kelompok pangan sumber zat gizi (karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral) dan zat gizi lainnya. Dan jika dibandingkan dengan sasaran target konsumsi
pangan tahun 2011 dan standar konsumsi pangan yang ideal (konsumsi pangan harapan),
pada umumnya masih rendah, hanya kelompok Pangan Hewani yang lebih tinggi dari
target sasaran seperti terlihat dibawah ini :
12
Dari kelompok padi-padian terlihat bahwa kontribusi beras masih dominan yaitu
mencapai 273,8 gr/kap/hari (83,14 %), jika dibandingkan dengan jagung 0,2
gr/kap/hari (0,06 %) dan terigu 55,3 gr/kap/hari (16,80 %).
8 gr/kap/hari (21,2 %) dari target sasaran 37,6 gr/kap/hari, setara dengan 42,8 Kkal
(2,1 %) dari AKG, demikian juga jika dibandingkan dengan standar konsumsi umbiumbian yaitu sebesar 100 gr/kap/hari, setara dengan 120 Kkal (6 %) dari AKG,
menunjukkan angka lebih rendah yaitu 70,4 gr/kap/hari (70,4 %).
Kontribusi ubi kayu merupakan komoditi yang paling tinggi terhadap konsumsi
pangan umbi-umbian yaitu sebesar 14,8 gr/kap/hari (53,0 %), kemudian diikuti oleh
kentang 8,6 gr/kap/hari (30,8,0 %), ubi jalar 4,3 gr/kap/hari (15,4 %), umbi lainnya
0,2 gr/kap/hari (0,7 %) dan yang paling rendah adalah sagu 0,0 gr/kap/hari (0,0 %).
Konsumsi aktual kelompok pangan hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan
target sasaran konsumsi tahun 2011 mencapai 95,5 gr/kap/hari, setara dengan 160
Kkal (8,0 %) dari AKG, lebih tinggi 8,2 gr/kap/hari (9,4 %) dari target tahun 2011
yaitu 87,3 gr/kap/hari, setara dengan 149,1 Kkal (7,5 %) dari AKG. Sedangkan jika
dibandingkan dengan standar nasional konsumsi pangan hewani yaitu sebesar 150
gr/kap/hari atau setara dengan 240 Kkal (12 %) dari AKG, maka konsumsi pangan
hewani lebih rendah 54,5 gr/kap/hari (36,3 %).
Dari kelompok pangan hewani terlihat bahwa komoditi ikan memberikan kontribusi
yang paling tinggi yaitu 54,3 gr/kap/hari (39,0 %) kemudian diikuti oleh susu 44,8
gr/kap/hari (32,2 %), telur 21,4 gr/kap/hari (15,4 %), daging unggas 15,9
gr/kap/hari (11,4 %) dan kontribusi yang paling rendah adalah daging ruminansia 2,8
gr/kap/hari (2,0 %).
Konsumsi kelompok pangan minyak dan lemak mencapai 23,2 gr/kap/tahun setara
dengan 208 Kkal (10,4 %) dari AKG, lebih rendah 0,2 gr/kap/hari (0,9 %) dari target
sasaran tahun 2011 yaitu sebesar 23,4 gr/kap/hari setara dengan 206,2 Kkal (10,3
%) dari AKG, jika dibandingkan dengan standar konsumsi nasional 20 gr/kap/hari
setara dengan 200 Kkal (10 %) dari AKG, lebih tinggi 3,2 gr/kap/hari (16 %), dimana
13
kontribusi konsumsi minyak sawit, minyak kelapa dan minyak lainnya berturut-turut
22,6 gr/kap/hari (85,9 %); 2,3 gr/kap/hari (8,7 %) dan 1,4 gr/kap/hari (5,3 %).
Konsumsi kelompok pangan gula tahun 2011 mencapai 22,8 gr/kap/hr setara dengan
82 Kkal, (4,1 %) dari AKG, lebih rendah 1 gr/kap/hari (4,2 %) dari target konsumsi
tahun 2011 yaitu 23,8 gr/kap/hari setara dengan 84,7 Kkal (4,2 %) dari AKG,
demikian pula terhadap standar konsumsi nasional 30 gr/kap/hari setara dengan 100
Kkal (5 %) dari AKG, lebih rendah sebesar 7,2 gr/kap/hari (24 %), dimana konsumsi
yang tertinggi adalah gula pasir 21,4 gr/kap/hari (94,7 %), kemudian diikuti gula
merah 0,7 gr/kap/hari (3,1 %) dan sirup 0,5 gr/kap/hari (2,2 %).
Konsumsi kelompok pangan sayur dan buah tahun 2011 mencapai 203,1 gr/kap/hr
setara dengan 83 Kkal, (4,2 %) dari AKG, lebih rendah 2,1 gr/kap/hari (1,0 %) dari
target konsumsi tahun 2011 yaitu 205,2 gr/kap/hari setara dengan 90,7 Kkal (4,5 %)
dari AKG, demikian pula terhadap standar konsumsi nasional 250 gr/kap/hari setara
dengan 120 Kkal (6 %) dari AKG, lebih rendah sebesar 46,9 gr/kap/hari (18,8 %),
dimana
14
Jika dilihat Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/E) yang dicapai penduduk Provinsi
Bengkulu tahun 2011 sebesar 94,0 % maka aspek kualitas konsumsi pangan penduduk
Provinsi Bengkulu termasuk dalam kategori normal ( Standar Depkes) dimana
perbandingan antara kandungan energi dan zat gizi (protein, lemak dan zat gizi lainnya)
dari pangan yang dikonsumsi dengan angka kecukupan energi 2.000 Kkal/kap/hari berada
pada kisaran 90 % - 119 %.
A. Perbandingan PPH Aktual, Sasaran PPH Provinsi Bengkulu dan PPH Nasional
1. Perbandingan Capaian Konsumsi Pangan Aktual dengan PPH Sasaran 2011
Perbandingan capaian konsumsi pangan aktual dengan sasaran konsumsi pangan
tahun 2011 Provinsi Bengkulu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 5 :
N
o
Kelompok
Pangan
Konsumsi (gr/kap/hari)
Aktual
Padi-Padian
2
3
Sasaran
Konsumsi Energi
(Kkal/kap/hari)
Selisih
301,6
328,0
Umbi-Umbian
29,6
37,6
-8
Pangan Hewani
95,5
87,4
8,2
23,2
23,4
-0,2
Buah
berminyak
13,6
14,9
Kacangkacangan
12,5
Gula
Lain-lain
Biji
1.177
Sasaran
Selisih
Aktual
Sasaran
SKOR PPH
Selisih
1.255,4
-78,4
58,8
62,8
-4
30
42,8
-12,8
1,5
2,1
-0,6
160
149,2
10,9
8,0
7,5
0,5
208
206,2
1,8
10,4
10,3
0,1
-1,3
73
80,7
-7,7
3,7
4,0
14,5
-2
34
41,0
-7,1
1,7
22,8
23,8
-1
82
84,7
-2,7
203,1
205,2
-2,1
83
90,7
58,1
30,2
27,9
35
1.880
Total
-26,4
Aktual
% AKE
Aktual
25,0
Sasaran
25,0
0,0
0,7
1,0
-0,3
16,0
14,9
1,1
5,0
5,0
0,0
-0,3
1,0
1,0
0,0
2,1
-0,4
3,4
4,1
-0,7
4,1
4,2
-0,1
2,0
2,1
-0,1
-7,7
4,2
4,5
-0,3
20,9
22,7
-1,8
33,9
1,1
1,7
1,7
0,0
0,0
0,0
0,0
1.984,6
-104,4
94,0
99,2
-5,2
74,0
75,8
-1,8
Selisih
15
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa hasil perhitungan PPH Provinsi Bengkulu tahun
2011 menunjukkan tingkat perkembangan konsumsi dan keragaman pangan relatif masih
rendah, hanya kelompok pangan hewani yang menunjukkan angka diatas sasaran/proyeksi,
sedangkan 8 (delapan) kelompok pangan lainnya masih dibawah sasaran/proyeksi tahun 2011.
Demikian pula dengan total konsumsi energi aktual, persentase angka kecukupan gizi/energi
dan skor PPH tahun 2011 masih lebih rendah dari sasaran PPH Provinsi Bengkulu Tahun 2011.
2. Perbandingan Pencapaian PPH 2011 terhadap PPH Nasional
Perbandingan pencapaian konsumsi pangan aktual tahun 2011 terhadap standar
konsumsi pangan Nasional, menunjukkan bahwa konsumsi kelompok pangan padi-padian dan
buah biji berminyak masih lebih tinggi dari standar konsumsi pangan nasional, jika
dibandingkan dengan konsumsi energi, persentase angka kecukupan energi (% AKE), dan 7
(tujuh) kelompok bahan pangan lainnya masih rendah, demikian pula dengan skor PPH masih
rendah jika dibandingkan dengan standar PPH Nasional. Selanjutnya untuk lebih jelas dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 6 : Perbandingan Konsumsi Pangan Aktual Provinsi Bengkulu Tahun 2011
Dengan Pola Pangan Harapan Nasional
N
o
Kelompok
Pangan
Konsumsi (gr/kap/hari)
Aktual
2011
Padi-Padian
PPH
Nas
Selisih
(+/-)
Konsumsi Energi
(Kkal/kap/hari)
Aktual
2011
PPH
Nas
% AKE
Selisih
(+/-)
Aktual
2011
PPH
Nas
SKOR PPH
Selisih
(+/-)
Aktual
2011
PPH
Nas
Selisih
(+/-)
301,6
275
26,6
1.177
1.000
777
58,8
50
0,8
25,0
25,0
0,0
Umbi-Umbian
29,6
100
-70,4
30
120
-90
1,5
-4,5
0,7
2,5
-1,8
Pangan Hewani
95,5
150
-54,5
160
240
-80
8,0
12
-4
16,0
24,0
-8
23,2
20
3,2
208
200
10,4
10
0,4
5,0
5,0
0,0
13,6
10
3,6
73
60
13
3,7
0,7
1,0
1,0
0,0
Kacang-kacangan
12,5
35
-22,5
34
100
-66
1,7
-3,3
3,4
10,0
-6,6
Gula
22,8
30
-7,2
82
100
-18
4,1
-0,9
2,0
2,5
-0,5
203,1
250
-46,9
83
120
-37
4,2
-1,8
20,9
30,0
-9,1
Lain-lain
58,1
0,0
58,1
35
60
-25
1,7
-1,3
0,0
0,0
0,0
1.880
2.000
-120
94,0
100
-6
74,0
100,0
-26
Total
16
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa tingginya konsumsi beras kemungkinan
disebabkan oleh pola makan masyarakat yang masih tergantung pada beras sebagai sumber
energi dan didukung oleh produksi dan ketersediaan beras yang cukup tinggi, sedangkan
konsumsi 8 (delapan) kelompok pangan lainnya baik kuantitas, kualitas maupun tingkat
keragamannya relatif masih rendah jika dibandingkan dengan standar konsumsi pangan
nasional, hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal seperti aksesibilitas terhadap
bahan pangan yang relatif masih kurang dan rendahnya rendahnya daya beli masyarakar.
Jika dilihat dari perkembangan secara keseluruhan kualitas konsumsi pangan
masyarakat Bengkulu dari tahun 2009 2011
ditunjukkan oleh capaian angka skor mutu pangan yang setiap tahun meningkat, sedangkan
untuk konsumsi energi dan protein masih dibawah standar nasional.
Untuk lebih jelasnya perkembangan kualitas konsumsi pangan masyarakat Bengkulu
dapat dilihat pada tabel berikut :
B. Perkembangan Capaian PPH Provinsi Bengkulu
Perkembangan capaian Pola Pangan Harapan Provinsi Bengkulu selama kurun waktu
tiga tahun (2009-2011) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 7 : Perkembangan Capaian PPH Provinsi Bengkulu Tahun 2009-2011
No.
Komponen
2010
2011
1.
1.982
2.007
1.880
2.
99,1
100,4
94,0
3.
52,8
54,4
51,6
4.
% Kontribusi Protein
101,6
104,6
99,3
5.
Skor PPH
72,4
73,2
74,0
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa perkembangan konsumsi energi dan protein
yang dicapai selama kurun waktu 3 tahun (2009-2011) menunjukkan adanya penurunan.
Sedangkan perkembangan skor PPH menunjukkan adanya peningkatan yang positif tiap
tahunnya. Konsumsi energi dan protein diharapkan akan meningkat mendekati standar
kebutuhan konsumsi energi yaitu 2.000 Kkal/kap/hari dan 52
protein.
17
BAB. VI
STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI
A. Strategi
Sasaran pembangunan ketahanan pangan pada saat ini adalah terwujudnya
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga yang tercermin pada ketersediaan dan
konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi,
merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Salah satu hal terpenting dari sasaran pembangunan pangan pada masa mendatang
adalah pangan yang disediakan dan dikonsumsi harus menurut kecukupan gizi dan kualitas
tertentu serta penyediaan pangan dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal
melalui
gerakan
diversifikasi
konsumsi,
pengembangan
teknologi
pangan
untuk
Tingkat pendapatan serta pengetahuan gizi yang relatif masih rendah, adalah pemicu
rendahnya dan belum beranekaragamnya pola konsumsi pangan masyarakat.
Peningkatan ketersediaan pangan untuk menutupi defisit konsumsi pada dasarnya
dapat dilakukan melalui peningkatan produksi dalam negeri (intensifikasi, ekstensifikasi,
diversifikasi maupun rehabilitasi) dan impor. Pengembangan komoditas sayuran dan buah
hendaknya diarahkan pada pola jenis buah dan sayuran yang berbasis sumberdaya lokal
seperti pisang, jeruk, pepaya serta sayuran hijau dan kacang-kacangan serta kelompok
sayuran yang relatif tidak tergantung musim, mudah dibudidayakan dan daya terima
masyarakat cukup tinggi terhadap komoditas tersebut.
18
Demikian halnya dengan pangan hewani, tingkat konsumsi ikan rata-rata masih
rendah, padahal ikan merupakan jenis pangan hewani yang mempunyai kandungan protein
dan berbagai mineral mikro yang cukup tinggi serta kandungan kolesterolnya relatif rendah
sehingga sangat baik untuk kesehatan. Untuk telur, daging ruminansia, daging unggas dan
susu masih memerlukan peningkatan konsumsi. Namum disadari bahwa peningkatan
konsumsi pangan hewani tidak dapat sepenuhnya tergantung pada peningkatan sumber
ketersediaan atau produksi di tingkat wilayah rumah tangga, namun memerlukan upaya
simultan dengan program peningkatan pendapatan, karena pada kenyataannya bahwa
rata-rata harga pangan hewani relatif lebih mahal dibandingkan harga sumber karbohidrat.
Pengembangan
komoditas
umbi-umbian
perlu
dilakukan
melalui
penyiapan
teknologi budidaya (panen dan pasca panen) serta upaya promosi dan sosialisasi teknologi
industri pengolahan.
19
BAB. VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Situasi konsumsi pangan penduduk Provinsi Bengkulu pada umumnya relatif belum
menggembirakan, karena pada umumnya masih dibawah sasaran/proyeksi PPH Provinsi
Bengkulu tahun 2011 dan standar PPH Nasional.
2. Konsumsi pangan penduduk Provinsi Bengkulu sumber karbohidrat masih didominasi
oleh kelompok padi-padian terutama beras. Konsumsi pangan hewani terlihat sedikit
berada diatas angka sasaran/proyeksi, sedangkan 8 (delapan) kelompok pangan lainnya
( umbi-umbian, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur
dan buah, lain-lain) masih dibawah angka sasaran/proyeksi dan sasaran nasional.
3. Jika dilihat dari presentase Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dicapai yaitu 94,0 %
dari standar kebutuhan gizi (2.000 Kkal/kap/hari), menunjukkan bahwa aspek kualitas
konsumsi pangan penduduk Provinsi Bengkulu termasuk dalam kategori normal (standar
Depkes) yaitu berada pada angka kisaran 90 % - 119 % dari Angka Kecukupan Energi.
4. Tingkat konsumsi energi penduduk Provinsi Bengkulu tahun 2011 mencapai 1.880
Kkal/Kap/hari (94,0 %) masih dibawah standar kebutuhan energi (2.000 Kkal/Kap/Hari).
Demikian pula dengan tingkat konsumsi protein mencapai 51,6 gram/kap/hari atau
(99,3 %) sedikit lebih rendah dari standar konsumsi protein (52 gram/kap/hari) . Namun
kontribusi yang tertinggi dari konsumsi energi dan protein masih berasal dari kelompok
pangan padi-padian, sedangkan pangan hewani, umbi-umbian dan kacang-kacangan
masih dibawah anjuran.
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang dicapai dari tahun ke tahun (2009-2011)
menunjukkan adanya kenaikan. Pada tahun 2011 skor PPH mencapai 74,0 hal ini
mencerminkan bahwa tingkat keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan penduduk
relatif masih rendah, namun jika dilihat dari trend perkembangan skor PPH rata-rata tiap
tahun mengindikasikan adanya perbaikan konsumsi pangan kerah yang lebih baik dari
kualitas maupun keanekaragaman bahan pangan yang dikonsumsi.
20
B. Saran
1. Pola Pangan Harapan (PPH) hendaknya dapat djadikan kebijakan operasional bagi
pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan
yang dikoordinasikan melalui Dewan Ketahanan Pangan.
2. Perlu adanya dukungan dana dari masing-masing kabupaten/kota untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan survey konsumsi pangan di tingkat desa (rumah tangga) sebagai
data dasar dalam penyusunan perencanaan kebutuhan konsumsi pangan (PPH) pada
masing-masing kabupaten/kota.
3. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman sejak usia dini perlu dilakukan melalui sosialisasi
dan introduksi pangan lokal non beras.
4. Dalam upaya meningkatkan konsumsi protein hewani yang berasal dari ikan perlu terus
ditingkatkan dan dilanjutkan gerakan gemar makan ikan.
5. Diharapkan Dewan Ketahanan Pangan dapat lebih efektif dalam mengakomodasikan
kepentingan berbagai sektor, tidak sektor pangan pertanian saja, tetapi juga sektor lain
terkait dengan perbaikan gizi terutama kesehatan, kelautan dan perikanan, pendidikan
dan sebagainya.
6. Diversifikasi konsumsi pangan perlu diiringi dengan pengembangan produk pangan non
beras dengan teknologi pengolahan untuk meningkatkan cita rasa dan citra pangan
lokal, agar mempunyai daya saing dengan pangan yang telah merasuk dalam pola
konsumsi masyarakat. Dengan perbaikan tersebut diharapkan masyarakat tertarik untuk
mensubtitusi beras dengan sumber karbohidrat lokal lainnya.
21
22