Sie sind auf Seite 1von 14

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat


bergantung kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara
yang bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi
pemerintah

menurut

PBB

dalam

bukunya

Manual

for Government

Accounting, antara lain disebutkan bahwa:


1.

Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi

2.

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.


Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang
akuntabel dan auditabel (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan di-

3.

audit).
Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi ke uangan

yang

diperlukan

untuk

penyusunan

rencana/program

dan

evaluasi pelaksanaan secara fisik dan keuangan.


Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang
mengolah semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah

pusat,

yang

menghasilkan

informasi

akuntansi

dan laporan

keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang
diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh
berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
A. PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban
dalam merespons tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan di
Indonesia juga belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi.
pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada
periode lama, output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia
sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif, sehingga tidak diandalkan
dalam pengambilan keputusan. Malah, segala kekurangan ada dalam akuntansi
pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk
tumbuhnya praktek-praktek KKN.
Namun

demikian,

pada

dasawarsa

terakhir

yang

berkulminasi

diundangkannya tiga paket keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk
memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia. Beberapa faktor penting

yang menjadi pendorong tumbuh dengan pesatnya perkembangan akuntansi


pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain, adalah:
1. Ditetapkannya

tiga

paket

UU

yang

mengatur

Keuangan

Negara Pasal 32 (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


mengamanatkan

bahwa

laporan

pertanggungjawaban

pelaksanaan

APBN/APBD berupa laporan keuangan yang disusun dan disajikan sesuai


dengan standar akuntansi pemerintahan.
2. Ditetapkannya

UU

tentang

pemerintahan

daerah

dan

UU

tentang penimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan


daerah. Pasal 184 ayat 1; UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menyatakan bahwa laporan keuangan disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Profesi

akuntansi. Ikatan

Akuntan

Indonesia

(IAI)

telah lama menginginkan adanya standar akuntansi di sektor publik


sebagai hal yang paralel dengan telah adanya lebih dahulu standar
akuntansi di sektor komersiil.
4. Birokrasi. Pemerintahan merupakan penyusun dan sekaligus pemakai
yang berkepentingan akan adanya suatu akuntansi pemerintahan yang
handal.

Dengan

diundangkannya

tiga

paket

keuangan

negara

mendorong birokrat secara serius menyiapkan sumber daya, sarana, dan


prasarananya.
5. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat). Masyarakat melaiui LSM dan
wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh perhatian terhadap
praktik good

governance

pada

pemerintahan

di

Indonesia.

Ditetapkannya undang-undang yang menyangkut tiga paket keuangan


negara dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi
aktif para wakil rakyat di DPR. Di samping itu, pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.

6. Sektor Swasta. Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu


signifikan karena akuntansi pemerintahan tidak terlalu berdampak
secara langsung atas kegiatan dari sektor swasta. Namun, penggunaan
teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi berbasis
akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis di sektor swasta
untuk ikut menekuninya.
7. Akademisi. Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh perhatian
yang cukup besar atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi
pemerintahan. Perhatian ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan
SDM yang menguasai kemampuan di bidang akuntansi pemerintahan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga operasional dan manajer akuntansi
di

pemerintahan.

Beberapa

anggota

Komite

Standar

Akuntansi

Pemerintahan saat ini berasal dari perguruan tinggi. Di samping itu,


jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama memberikan
kepada mahasiswa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa
perguruan tinggi juga sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi
sektor publik pada program magister akuntansinya.
8. Dunia Internasional (lender dan investor). World Bank, ADB, dan JBIC,
merupakan lembaga internasional (lender), yang ikut berkepentingan
untuk berkembangnya akuntansi sektor publik yang baik di Indonesia.
Perkembangan

akuntansi

tadi

diharapkan

dapat

meningkatkan

transparansi dan akuntanbilitas dari proyek pembangunan yang didanai


oleh lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak
langsung,

ikut

berperan

akuntansi

pemerintahan

dalam
yang

mendorong
menopang

terwujudnya
perubahan

standar
akuntansi

pemerintahan di Indonesia.
9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). UU 17/2003 dan UU 15/2004
menyebutkan

bahwa

Pertanggungjawaban

Pelaksanaan

APBN/APBD

diperiksa oleh BPK. Untuk dapat memberikan opininya, BPK memerlukan


suatu standar akuntansi pemerintahan yang diterima secara umum.
Perhatian BPK terhadap pengembangan akuntansi pemerintahan sangat

besar antara lam ditandai dengan partisipasi dari lembaga ini dalam
pembahasan tiga paket UU dengan DPR. Selain itu, pasal 32 (2) UU No.
17 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa standar akuntansi pemerintahan
ditetapkan

dengan

Peraturan

Pemerintah

setelah

terlebih

dahulu

mendapat pertimbangan dari BPK.


10.Aparat

Pengawasan

Intern

Pemerintah.

APIP

yang

meliputi

Bawasda, Irjen, dan BPKP merupakan auditor intern pemerintah yang


berperan

untuk

membantu

pimpinan

untuk

terwujudnya

sistem

pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong peningkatan


kinerja instansi pemerintah sekaligus mencegah praktek-praktek KKN.
Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap
sistem pengendalian intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus
memiliki kemampuan di bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat
berperan

untuk

mendorong

penerapan

akutansi

pemerintahan yang sedang dikembangkan.


B. PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan
perubahan dan penyempurnaan dengan heberapa kali dikeluarkannya peraturanperaturan pemerintah khususnya Keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan
dan

implementasi

Sistem

Akuntansi

Pemerintah

dapat

kita

telusuri

sejak

dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/ KMK.01/1991


pada tanggal 21 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai
pada tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor
59/PMK.06/2005

tentang

Sistem

Akuntansi

dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.


Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa
sebelum pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950 an,
pada masa itu hanya dikenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem
continental. Akibat perubahan hubungan politik dengan Belanda, banyak guru
besar berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakibat adanya
perubahan kurikulum pendidikan akuntansi dan sistem continental ke sistem
Anglo Saxis (sistem Amerika). Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi

keuangan untuk sektor swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor


pemerintah

masih mengikuti konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman

Belanda.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas, penyempurnaan
yang bersifat mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem tersebut
mempunyai kelemahan yaitu:
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran yang
setiap

tahun

ditetapkan

dengan

undang-undang.

Pencatatan

pelaksanaan anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena


berdasarkan

sistem

bookeping). Akuntansi

tata
yang

buku

tunggal (single

terpisah-pisah

tersebut

entry
semakin

mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan


yang lain karena tidak menggunakan bagan perkiraan yang standar.
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya
untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran saja; tidak dirancang untuk menganalisis efektivitas pembiayaan suatu program atau memberikan informasi yang cukup untuk pe ngendalian pengeluaran suatu program.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi
dengan keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan
anggaran tidak dibedakan secara tegas antara belanja modal dan
belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN
yang dituangkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN)
semula berdasarkan Sumbangan Perhitungan Anggaran/SPA dari seluruh
Departemen atau Lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga kewajaran dan keseragaman perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah.

6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah


APBN yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani

pemerintah

dalam sistem

semakin

akuntansi

kompleks

dan

pemerintah yang

beragam,

lama

sedangkan

tersebut

terdapat

banyak kelemahan. Hal ini berakibat pada praktek akuntasi pemerintah


yang

belum

mampu

memberikan

informasi

yang

sesuai

dengan

peningkatan transaksi keuangan negara yang semakin kompleks. Praktek


akuntansi

pemerintah

hanya

dapat

memenuhi

tujuan

pertanggungjawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup


untuk kepentingan manajerial.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan pengembangan sistem
akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utama untuk:
a.
b.
c.

Merancang sistem akuntansi pemerintah yang baru,


Menyusun standar dan prinsip akuntansi pemerintah, dan
Membentuk pusat akuntansi di Departemen Keuangan.
Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat

telah dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusunan


standar dan prinsip telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem akuntansi
dan pembentukan pusat akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya
Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35/1992 tanggal 7 Juli 1992. Untuk
mengembangan usaha yang telah ada, maka dikeluarkan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 295/KMK.012/2001 tentang Tata Pelaksanaan Pembukuan dan
Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun
2001.
Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi sistem dimaksud
bukannya tidak mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari pera turan
perundang-undangan, maka sistem akuntansi pemerintah pusat, depar temen dan
nondepartemen masih menggunakan sistem pembukuan tunggal yang dalam
banyak hal sulit dipertanggungjawabkan kualitasnya. Dalam dunia akuntansi,
sistem

yang

lebih

dapat

dipertanggungjawabkan

adalah

sistem

akuntansi

berpasangan yang mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai dengan teknologi


penjurnalan debit-kredit selalu seimbang dan berpasangan.

Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, sistem pembukuan tunggal belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut
laporan keuangan berfokus hanya pada laporan realisasi anggaran semata.
Catatan pemerintah pusat tentang investasi jangka panjang dan hutang
dilakukan secara tak terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan
pengeluaran yang menggunakan dana luar negeri, seperti bantuan, hibah dan
utang. Karena standar akuntansi kepemerintahan RI saat itu belum ada, prak tek
akuntansi pemerintah juga belum sesuai prinsip akuntansi kepemerintahan yang
berlaku

umum,

kode

rekening

akuntansi

baku

dan

berlaku

bagi

semua

departemen/lembaga belum ada, serta neraca tak mungkin disusun apalagi


diterbitkan.
Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman Bank Dunia dikembang kan
lagi sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open system me lalui
Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap II dan implementasinya
dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun 1999 telah dilakukan implementasi
sistem

akuntansi

instansi

untuk

seluruh

Departemen/lembaga

yang

dapat

menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Namun demikian masih


menghadapi masalah enforcement-nya, karena pada saat itu masih belum ada
ketentuan perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan yang
Iengkap.
Paket

Bantuan

IMF

tahun

1997/1998

berisi

persyaratan good

governance umumnya, reformasi manajemen keuangan, lebih khusus lagi tentang


reformasi akuntansi pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintah mendapat
momentumnya dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang, Keuangan
Negara yang mewajibkan adanya suatu Standar Akuntansi Pemerintahan
sebagai basis penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah, diperkuat
dengan UU

Pemeriksaan

Keuangan

Negara.

UU

tersebut

menyatakan

kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan dan audit
laporan keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar BPK tidak dapat
menerbitkan opini audit.
UU Perbedaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal
kerja amat ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah
laporan keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar

dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif maka dalam tahun


2002 (sebelum disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara)
menteri keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Pernerintah daerah.
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling
lambat 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun
laporan keuangan pemerintah pusat untuk disampaikan kepada presiden dalam
tiga bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir setidak-tidaknya meliputi
Laporan realisasi APBN, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan negara. Selanjutnya, BPK
membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi dengan
opini seperti umumnya dilakukan auditor eksternal.
C. DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry
memiliki dasar hukum sebagai berikut:
1. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN).
4. Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan
Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah.
D. TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diper lukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan
penilaian kinerja pernerintah dan sebagai upaya untuk mempercepat penyajian
Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat
pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.
Di samping itu, SAPP juga dirancang untuk mendukung transparansi Laporan Keuangan Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam

mencapai pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan


Transparansi.
Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas
(pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran. Dalam hal manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk pe rencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggar an,
perumusan

kebijaksanaan,

pengambilan

keputusan

dan

penilaian

kinerja

pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik.
E. PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah
dikembangkan dan diimplementasikan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan mulai tahun anggaran 1993/1994, dan diikuti dengan tahap-tahap
berikutnya, dan yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah
mencakup seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi.
Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat. Pada tahun
2005, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan No
59/PMK.06/2005

tentang Sistem

Akuntansi

dan

Pelaporan

Keuangan

Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undangundang Nomor l Tahun 2004; tentang Perbendaharaan Negara. Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem akutansi dan
pelaporan keuangan negara sehingga perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat.
Penerapan Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit
organisasi

pemerintah

pusat

yang

keuangannya

dikelola

langsung

oleh

pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi negara
(DPR, DPA, MA), departemen atau lembaga nondepartemen, Sedangkan SAPP
tidak diterapkan untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan
lembaga keuangan milik pemerintah.

Terdapat tujuh ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:

1.

Sistem yang terpadu;


Akuntansi Anggaran;
Sistem tata buku berpasangan;
Basis kas untuk pendapatan dan belanja;
Standar dan prinsip akuntansi;
Desentralisasi pelaksanaan akuntansi;
Perkiraan standar yang seragam.

Sistem yang terpadu


Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruhan

Pemerintah Pusat merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi tunggal. Presiden


sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas menelaah dan
mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasar kesatuan tunggal maka sistem
akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan terpadu, yang terdiri
dari berbagai subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan
bagian yang integral dari sistem yang menyeluruh.
2.

Akuntansi Anggaran
Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara digunakan

sebagai

landasan

operasional

keuangan

tahunan

Pemerintah

dan

dengan

disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan anggaran dapat dilaksanakan. Untuk itu


diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya. dengan
demikian

pertanggung .jawaban

dapat

cepat

serta

mudah

dalam

hal

pengawasannya.
3.

Sistem Tata Buku Berpasangan

4.

Basis Kas Untuk Pendapatan Dan Belanja


Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan

Indonesia dan Keppres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara.
5.

Standar Dan Prinsip Akuntansi

Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek
yang dapat diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga peme rintah yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
6.

Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi


Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang

dan dimulai pada sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai
pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun ting kat
pusat.
7.

Perkiraan Standar Yang Seragam


Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit

operasional anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun


istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasi nya
menggunakan

istilah

yang

sama,

serta

meningkatkan

kemampuan

sistem

akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat


diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas
ketaatan

yang

ditentukan

dalam

UU-APBN

dan

dalam

do-

kumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data laporan


keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah
serangkaian

prosedur

manual

maupun

yang

terkomputerisasi

mulai

dari

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi


keuangan dan operasi keuangan Pernerintah Pusat. SAPP terdiri dari Sistem
Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang menghasilkan
Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas Umum
Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan
dan barang yang dilaksanakan oleh kementerian negara/ Icmhaga.
F.

RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH


Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi dua sistem utama yang

mempunyai data dan informasi akuntansi timbal balik yaitu:

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen


Keuangan, Ditjen Perbendaharaan. Subsistem Sistem Akuntansi Pusat
(SiAP) terdiri dari:
Sistem Akuntansi Umum (SAU). Sistem ini menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.
Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN). Sistem ini menghasilkan
Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. Pada tingkat wilayah, kedua
subsistem di atas dilaksanakan oleh Kanwil Dit perbendaharaan dan

seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.


Sistem
Akuntansi
Instansi (SAI)
yang
dilaksanakan

oleh

kementerian/lembaga dan menghasilkan Laporan Barang Milik Negara.


Subsistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari:
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Sistem ini menghasilkan Laparan
Keuangan Instansi.
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
1. Sistem Akuntansi Pusat
Sistem Akuntasi Pusat, yang selanjutnya disebut SiAP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang
selanjutnya disebut SAKUN, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Arus Kas
dan Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Neraca KUN. Siste m
Akuntansi

Umum,

yang

selanjutnya

disebut

SAU adalah

sub-SiAP

yang

menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca.


Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagaimana dimaksud:
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) memproses transaksi
penerimaan dan pengeluaran;
KPPN Khusus memproses data transaksi pengeluaran yang, berasal
dari Bantuan Luar Negeri (BLN );
Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data transaksi
penerimaan dan pengeluaran Bendahara Umum Negara kantor pusat; dan

Direktorat informasi dan Akuntansi memproses data APBM serta melakukan


verifikasi dan akuntansi, untuk data transaksi penerimaan dan pengeluaran
BUN melalui kantor pusat.
2.

Sistem Akuntansi Instansi


Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,


pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan

pada

Kementerian

Negara/Lembaga.

Setiap

Kementerian

Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan


keuangan termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk
melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud dibentuk Unit Akuntansi Keuangan
terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran,
yang selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat
Kementerian Negara/ Lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan
kegiatan

penggabungan

laporan,

baik

keuangan

maupun

barang

seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.


b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPAE1, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di
wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah. Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPAW, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam
wilayah kerjanya.
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi clan
pelaporan tingkat satuan kerja.
3.

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara


Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut SABMN,

adalah subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling

berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan


informasi untuk menyusun neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial
lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
SABMN

merupakan

subsistem

dari

SAI.

Untuk

melaksanakan

SABMN,

Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sehagai berikut:


Unit Akuntansi Pengguna Barang yang selanjutnya disebut UAPB adalah
unit akuntansi BMN pada tingkat kementrian/lembaga yang melakukan
kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1. yang penanggung
jawabnya adalah Menteri/Pirnpinan Lembaga.
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya
disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon1 yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB
yang langsung berada di bawahnya yang penanggung jawabnnya adalah
pejabat Eselon I.
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang UAPPB-W adalah
unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W
dan melakukan kegiatan penggabungan BMN dari UAKPB. penanggung
jawabnya adatah Kepala Kantor Kepala unit kerja. ditetapkan sebagai UAPPBW.
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut satuan
kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang menggunakan BMN.

Das könnte Ihnen auch gefallen