Sie sind auf Seite 1von 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KIMIA KUALITATIF ANORGANIK JENIS KLASIK

Analisis Pendahuluan
Secara Organoleptik

Disusun Oleh :
Nama : Mita Nurhayati
Kelas : 2 An 2

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7


BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No. 596
2010

ANALISIS PENDAHULUAN
Secara Organoleptik
A. Tanggal Praktikum : 2 Agustus 2010
B. Tujuan Praktikum :
1. Memeriksa bentuk dan rupa zat
2. Reaksi dengan H2SO4 encer
3. Reaksi dengan H2SO4 pekat
4. Reaksi dengan NaOH
5. Reaksi dengan KHSO4
C. Dasar Teori :
Analisis pendahuluan adalah analisis untuk menentukan analisis
lanjutan, yang biasanya digunakan keberadaan suatu unsur kimia
dalam suatu cuplikan yang tidak diketahui. Dalam pelaksanaanya,
dilakukan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah mendeteksi
keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui.
Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi
kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat
dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering
yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah ;
a Pemeriksaan secara organolepik
Prinsip ini berdasarkan pengamatan pada warna, abu dan bentuk
sampel akan menunjukkan kandungan kation atau anion dalam suatu
zat. Pemeriksaan secara organoleptik ini dilakukan dengan
menggunakan panca indra. Identifikasi secara organoleptik masih
berupa prediksi. Dapat dilakukan dengan cara memperhatikan :
1 Warna
Beberapa ion-ion dalam larutan memberi warna warna tertentu,
misalnya :
Merah : Pb3O4, As2S2, HgO, HgS, Sb2S3, CrO3, K3 (Fe(CN)6)
Jingga-merah : bikromat
Ungu kemerahan : permanganate
Kemerah-merahan : garam-garam mangan dan kobal terhidrasi.

Kuning : Cds, As2S3, SnS2, Pbl2, HgO, garam-garam fero, garamgaram nikel dll
Biru : garam-garam kobal anhidris, garam-garam kupri terhidratasi,
biru berlin
Coklat : PbO2, CdO, Fe2O3 dll
Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, dll
2 sifat higroskopik
Sifat higroskopik adalah salah satu sifat zat yang cenderung
menyerap air dari udara, sehingga akan meleleh apabila
didiamkan di udara terbuka. Garam-garam yang bersifat
higroskopik antara lain CaCl2, MgCl2, dan FeCl3
3 Bau
Bau juga dapat digunakan sebagai prediksi dari keberadaan
suatu anion atau kation tertentu. Beberapa yang dapat menjadi
cirri keberadaan ion adalah :
-

Bau NH3 mencirikan garam yang mengandung NH4+

Bau H2S mencirikan garam sulfida

Bau cuka mencirikan garam asetat

Bau Halogen mencirikan garam ion halogen


Bau gas nitrous (NO2)
4 Sifat asam-basa
Untuk memprediksi senyawa dalam sampel, dapat diketahui
dengan mengetahui sifat asam-basa sampel tersebut, yaitu dengan
melarutkan sampel dengan sedikit aquadest, lalu amati dengan
lakmus atau indikator.

Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam kuat bersifat netral

Garam yang tebentuk dari basa kuat dan asam lemah bersifat basa

Garam yang tebentuk dari basa lemah dan asam lemah bersifat
asam

Garam yang tebentuk dari basa lemah dan asam lemah bersifat
tergantung pada Ka dan Kb nya

b Reaksi dengan H2SO4


Reaksi ini digunakan untuk memprediksi keberadaan asam
lemah, karena H2SO4 encer atau pekat merupakan asam kuat, maka
sebagai hasil reaksi itu asam lemah akan terdesak keluar.
Prinsipnya adalah pengamatan terhadap perubahan warna larutan,
gas, bau, dan bentuk yang disimpan diatas sampel yang
dipanaskan. Ini bertujuan untuk mengetahui asam lemah yang
terdesak keluar.
c Reaksi dengan NaOH
Reaksi ini digunakan untuk memprediksi keberadaan basa lemah
yang dapat diprediksi dari bau, perubahan lakmus dan pereaksi
Nessler. Basa lemah akan terdesak keluar dengan penambahan
NaOH, sehingga dapat diprediksi keberadaan basa lemah dalam
sampel.
d Reaksi dengan KHSO4
Reaksi dengan KHSO4 digunakan untuk mengetahui keberadaan ion
asetat. Dengan cara menggerus sampel dengan KHSO4 dan
keberadaan asetat dapat diketahui dari bau asetat yang tercium.

D. Alat dan Bahan


Alat :
Rak Tabung Reaksi
- Plat tetes
- Tabung reaksi
- Kertas lakmus merah dan
biru

Kaca arloji
Pipet tetes
Lumpang dan alu
Spatula
bunsen

Bahan :
- ZnSO4
- BaCl2
- CH3COONa
- KCl
- KCN
- CaCO3
- CaCl2
- NH4Cl
- NH4CH3COO
- Na2SO3
- PbO2
- NiSO4
- MnSO4
- MnCl2
- K3Fe(CN)6
- K2CrO4
- K2Cr2O7
E. Prosedur Kerja
a. Pengamatan Warna
1. Masukkan sedikit sampel pada plat tetes
2. Amati warna yang nampak pada sampel
b. Pengamatan Sifat Higroskopis
1. Sampel yang telah digunakan untuk pengamata warna yang ada
dalam plat tetes didiamkan pada suhu ruangan sampai
menjelang akhir praktikum
2. Amati sampel yang larut / meleleh. Itu menandakan bahwa
sampel tersebut higroskopis.
c. Pengamatan Bau
1. Ambil sedikit sampel di kaca arloji
2. Cium baunya perlahan-lahan dengan mengibaskan tangan ke
hidung dan cium baunya
d. Pengamatan sifat asam basa
1. Ambil sedikit sampel, masukkan ke tabung reaksi, lalu larutkan
dalam sedikit aquadest
2. Masukkan lakmus merah dan biru kedalam tabung reaksi yang
berisi larutan sampel

3. Identifikasi sifat asam-basanya


e. Pengamatan dengan Uji Nyala
1. Sediakan 2 tabung yang masing-masing berisi HCl Pekat
2. Celupkan kawat nikrom ke tabung I (HCl pembilasan), lalu
pijarkan
3. Setelah kawat nikrom dipastikan bersih, celupkan kawat ke
tabung II (HCl bersih)
4. Sentuhkan kawat yang telah dicelupkan ke HCl pekat ke sampel
hingga ada sedikit sampel yang menempel pada kawat nikrom
5. Pijarkan kawat dan perhatikan warna apinya
6. Bersihkan kawat dengan cara mencelupkan pada tabung I, lalu
pijarkan
7. Setelah kawat bersih baru bisa digunakan untuk pengujian
sampel selanjutnya.
f. Pengamatan dengan Reaksi H2SO4 encer
1. Masukkan sedikit sampel yang akan diamati ke tabung reaksi
2. Masukkan 0,5 mL H2SO4 1 M pada tabung tersebut
3. Amati bau dan warnanya
4. Panaskan beberapa saat
5. Amati baud an warnanya
g. Pengamatan dengan Reaksi H2SO4 pekat
1. Masukkan sedikit sampel yang akan diamati ke tabung reaksi
2. Masukkan 0,5 mL H2SO4 pekat pada tabung tersebut
3. Amati warna dan bau
4. Panaskan beberapa saat
5. Amati warna dan bau
h. Reaksi dengan NaOH
1. Masukkan sedikit sampel ke tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes NaOH
3. Amati warna dan bau
i. Reaksi denan KHSO4
1. Masukkan sedikit sampel ke dalam lumping
2. Tambahkan sedikit KHSO4
3. Gerus, amati bau yang tercium

G. Reaksi
a. Reaksi dengan H2SO4
1. Asam sitrat + H2SO4
2. SrCl2 + H2SO4
SrSO4 + 2HCl
3. 2NaOAc + H2SO4
Na2SO4 + 2HOAc
4. 2CoOAc + H2SO4
Co2SO4 + 2HOAc
5. CaCO3 + H2SO4
CaSO4 + H2CO3
H2CO3
CO2 + H2O
6. CaCl2 + H2SO4
CaSO4 + 2HCl
7. MgCl2 + H2SO4
MgSO4 + 2HCl

8. MnO2 + H2SO4
9. FeSO4 + H2SO4
10.
K3Fe(CN)6
11.
K4[Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O
Fe2+ + 6 CO + 6
NH4+ + 6 SO42- + K+
12.
BaCl2 + H2SO4
BaSO4 + 2HCl
13.
2PbO2 + 2H2SO4
2PbSO4 + 2H2O
14.
NH4Cl + H2SO4
(NH4)2SO4 + 2HCl
15.
2NaCl + H2SO4
Na2SO4 + 2HCl
16.
2KCl + H2SO4
K2SO4 + 2HCl
17.
CuSO4 + H2SO4
18.
2CrCl3 + 3H2SO4
Cr2(SO4)3 + 6HCl
19.
2Bi(NO3)3 + 3H2SO4
Bi2(SO4)3 + 6HNO3
20.
NiSO4 + H2SO4
21.
MnCl2 + H2SO4
MnSO4 + 2HCl
b. Reaksi dengan NaOH
i. Asam Sitrat + NaOH
Natrium Sitrat
ii. SrCl2 + 2NaOH
Sr(OH)2 + 2NaCl
iii. NaOAc + NaOH
iv. CoOAc + NaOH
CoOH + NaOAc
v. CaCO3 + NaOH
Ca(OH)2 + Na2CO3
vi. CaCl2 + 2NaOH
Ca(OH)2 + 2NaCl
vii. MgCl2 + NaOH
Mg(OH)2 + 2NaCl
viii. MnO2
ix. FeSO4 + NaOH
Fe(OH)2 + Na2SO4
x. K3Fe(CN)6 + 3NaOH
Na3Fe(CN)6 + 3KOH
xi. K4Fe(CN)6 + 4NaOH
Na4Fe(CN)6 + 4KOH
xii. BaCl2 + NaOH
Ba(OH)2 + 2NaCl
xiii. PbO2 + NaOH
xiv. NH4Cl + NaOH
NH4OH + NaCl
xv. NaCl + NaOH
xvi. KCl + NaOH
KOH + NaCl
xvii. CuSO4 + 2NaOH
Cu(OH)2 + Na2SO4
xviii. CrCl3 + 3NaOH
Cr(OH)3 + 3NaCl
xix. Bi(NO3)3 + 3NaOH
Bi(OH)3 + 3NaNO3
xx. NiSO4 + 2NaOH
Ni(OH)2 + Na2SO4
xxi. MnCl2 + 2NaOH
Mn(OH)2 + 2NaCl
H. Perhitungan
I. Pembahasan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pada identifikasi bau, hanya sebagian saja yang


baunya dapat diketahui dengan pasti. Ini mungkin disebabkan oleh
banyaknya zat dan gas yang dihasilkan di laboratorium yang
memiliki bau lebih menyengat daripada sampel, sehingga hanya
sampel yang berbau cukup kuat dapat teridentifikasi. Ini juga
disebabkan kurangnya kepekaan praktikan terhadap bau masingmasing sampel, sehingga kurang paham masuk ke golongan
manakah bau yang dicium.
Pada pengamatan sifat higroskopis, hanya sedikit
sampel yang nampak higroskopis. Ini mungkin disebabkan
kurangnya waktu untuk memberi kesempatan sampel untuk
mengikat air yang ada di udara.
FeSO4, CuSO4, dan NiSO4 tidak larut seluruhnya
dalam H2SO4. Ini mungkin disebabkan karena ketiganya dilarutkan
dalam larutan yang mengandung ion senama, yaitu sama-sama
mengandung ion SO42-, sehingga memperkecil kelarutan zat.
Setelah dipanaskan, sebagian sampel melarut sedikit sehingga
larutan menjadi lebih jernih karena suhu mempengaruhi kelarutan
Menurut teori, warna logam Ca saat dipijarkan
adalah merah-orange, tetapi saat pemijaran CaCO 3 yang Nampak
adalah warna kuning lembayung. Ini mungkin disebabkan kawat
nikrom yang digunakan terkontaminasi ion logam lain akibat
pencucian kawat nikrom dalam HCl yang telah digunakan beberapa
kali untuk pencucian.
Menurut teori, warna logam K saat dipijarkan adalah
warna kuning lembayung, namun saat pemijaran KCl warnanya
ungu kekuningan. Kemungkinan disebabkan terkontaminasinya
kawat nikrom akibat pencucian dalam HCl yang sudah digunakan
beberapa kali untuk mencuci, sehingga muncul warna ungu saat
dipijarkan.
Warna Bi saat dipijarkan seharusnya biru muda,
namun mungkin disebabkan kontaminasi pada kawat nikrom yang
menyebabkan Bi(NO3)3 saat dipijarkan muncul sedikit warna kuning
di pinggiran warna birunya.
Pada percobaan menggunakan H2SO4 gas yang
dihasilkan tidak dapat teridentifikasi dari baunya disebabkan
banyak gas yang terbentuk dari percobaan lain saat di laboratorium
yang baunya lebih kuat dari sampel, dan kurangnya pengenalan
bau.

8.

KHSO4 dapat diganti dengan asam sitrat. Mungkin


disebabkan karena asam sitrat merupakan asam organic yang
dapat melepaskan asetat, dapat digunakan sebagai pengganti
KHSO4.
9.
Menurut teori, gas tidak berwarna yang dihasilkan
saat reaksi dengan H2SO4 adalah HCl, yang berbau halogen dan
mengindikasikan sampel mengandung ion Cl-. Sedangkan gas yang
tidak berbau adalah gas CO2, yang dihasilkan dari penguraian
H2CO3 yang mengindikasikan sampel mengandung ion CO 32-. Dan
bau asetat ditimbulkan oleh HOAc, mengindikasikan sampel
mengandung ion asetat.
J. Jawaban Pertanyaan
K. Kesimpulan
Keberadaan kation atau anion dalam suatu sampel dapat
diprediksi dengan analisis pendahuluan. Keberadaan spesi tersebut
memiliki beberapa ciri yang dapat dianalisis secara organoleptik, yaitu
dengan dilihat warna, sifat asam basa, sifat higroskopik, dan bau.
Untuk mengetahui keberadaan logam tertentu dalam sampel
digunakan uji nyala. Warna-warna yang dihasilkan dapat digunakan
sebagai prediksi keberadaan suatu kation.
Untuk mengetahui keberadaan asam lemah dapat dilakukan
reaksi dengan H2SO4. Gas yang dihasilkan dapat dijadikan prediksi
mengenai anion yang terdapat dalam suatu sampel.
Untuk mengetahui keberadaan asetat dilakukan reaksi dengan
KHSO4. Bau asetat dapat memprediksi keberadaan ion asetat dalam
sampel, setelah sampel tersebut digerus dengan KHSO 4. Untuk
mengetahui keberadaan ammonium dapat dilakukan reaksi dengan
NaOH.
Agar kita dapat mendapatkan prediksi yang mendekati benar,
sebaiknya setelah menguji dengan uji nyala, H 2SO4, KHSO4, dan NaOH
sebaiknya dibandingkan dengan hasil analisis organoleptik. Sehingga,
keberadaan spesi-spesi tertentu dalam sampel dapat diprediksi.
L. Daftar Pustaka
- http://www.x3-prima.com/2009/08/anion-kation.html
- Shvehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Makro dan Semimikro I. PT.
-

Kalman Media Pustaka: Jakarta


Hadimoelyono, Ir. R, dkk. 1979. Petunjuk Praktek Kimia Analisa 1. NV.
Mulana : Semarang

Das könnte Ihnen auch gefallen