Sie sind auf Seite 1von 9

A+ APrint Email

Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...


Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...
Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad rhm (wafat : 1.132 H) dalam kitab "Tatsbiitul Fuaad" membahas tuntas tentang sikap Kaum Roofidhoh (-Jamaknya : Rowaafidh-) yang selalu
melecehkan Shahabat Nabi SAW dengan "dalih" membela Ahli Bait Nabi SAW, dan Kaum
Naashibah (-Jamaknya : Nawaashib-) yang sering melecehkan Ahli Bait Nabi SAW dengan
"dalih" membela Shahabat Nabi SAW.
Dan dalam juz 2 halaman 227 kitab tersebut, Imam Al-Haddad rhm menyatakan tentang
Roofidhoh dan Naashibah :

" "
"Kotoran Unta yang dibelah dua."
"Roofidhoh" dan "Nawaashib" adalah musuh bebuyutan, sepanjang sejarah tidak pernah akur,
bagaikan air dan minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu sama lainnya saling mengkafirkan,
bahkan hingga kini kedua belah pihak saling bernafsu untuk memerangi dan membunuh
pihak lainnya.

Lihat saja "Konflik Berdarah" di Iraq dan Syria saat ini, yang telah menjadi "Tragedi
Kemanusiaan" yang sangat memilukan dan menyayat hati muslim mana pun yang menyintai
"Wihdah Islaamiyyah".
Bagi Roofidhoh bahwa Nawaashib lebih berbahaya daripada Yahudi mau pun Nashrani. Dan
bagi Nawaashib justru Roofidhoh lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan Nashrani.
Baik Roofidhoh mau pun Nawaashib sama-sama anti Dialog dan Anti Toleransi Antar
Madzhab Islam. Mereka selalu menolak bahkan merusak semua upaya pemersatuan umat
Islam
sepanjang zaman.
Mereka lebih suka perang sesama muslim daripada perang melawan Zionis dan Salibis
Internasional. Mereka lebih suka membunuh sesama muslim daripada memerdekakan
Palestina dan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman Israel.
Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Rooji'uun ...
SYIAH dan ROOFIDHOH
Memang tidak semua Syiah adalah Roofidhoh, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan
Syi'ah bersikap Roofidhoh.
Harus kita akui bahwa di kalangan Ulama Syiah tidak sedikit yang berupaya mencegah dan
melarang penghinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW untuk menjaga dan membangun
Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Syiah tersebut tenggelam dalam
fanatisme Awam Syiah yang cenderung bersikap Roofidhoh.
Fanatisme Awam Syiah tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka
kitab Syi'ah dan berbagai pernyataan Ulama mereka sendiri yang menghina Shahabat Nabi
SAW sekaliber Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA. Bahkan isteri Nabi SAW
seperti Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA pun tak luput dari penghinaan
mereka.
Salah satunya, lihat saja kitab "Al-Anwaar An-Nu'maaniyyah" karya Syeikh Ni'matullaah AlJazaa-iriy yang isinya dipenuhi dengan hinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW. Bahkan
dia mengkafirkan Nawaashib, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan
Sayyiduna Ali RA di atas semua Shahabat sebagai Nawaashib yang Kafir.
Dalam kitab tersebut juz 2 halaman 307 disebutkan :



".
"Sesungguhnya mereka (-Nawaashib-) adalah Kafir dan Najis dengan Ijma' Ulama Syiah
Imamiyyah. Dan sesungguhnya mereka lebih jahat daripada Yahudi dan Nashrani. Dan
sesungguhnya daripada tanda-tanda seorang Naashibah adalah mendahulukan selain Ali di
atasnya dalam Imamah."

Di Indonesia, sejumlah Tokoh Syiah secara terang-terangan menghina para Shahabat dan
Isteri Nabi SAW, seperti :
1. Jalaluddin Rahmat dalam buku "Shahabat dalam Timbangan Al-Qur'an, Sunnah dan Ilmu
Pengetahuan" hal. 7, dan catatan kaki buku "Meraih Cinta ilahi" hal. 404 - 405 dan 493, serta
buku "Manusia Pilihan yang disucikan" hal. 164 - 166.
2. Emilia Renita AZ dalam buku "40 Masalah Syiah" hal.83.
3. Haidar Barong dalam buku "Umar dalam Perbincangan" di hampir semua bab.
Selain itu, masih ada lagi IJABI (Ikatan Jama'ah Ahlul Bait Indonesia) yang dinakhodai oleh
Jalaluddin Rahmat cs yang sering melecehkan Shahabat Nabi SAW dalam aneka seminar dan
pertemuan. Bahkan sering melecehkan Islam dengan membela aneka Aliran Sesat seperti
Ahmadiyah, sehingga patut disebut sebagai "Syiah Liberal".
Syiah Roofidhoh memang secara demonstratif dan konfrontatif serta provokatif menunjukkan
kebenciannya kepada Shahabat Nabi SAW, khususnya Sayyiduna Abu Bakar RA dan
Sayyiduna Umar RA, beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah
Hafshoh RA,
Saking bencinya kepada Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA, kalangan
Roofidhoh membuat "Doa Dua Berhala" yang isinya melaknat habis kedua Shahabat Mulia
Nabi SAW tersebut.
Bahkan mereka haramkan siapa pun dari kalangan mereka diberi nama Abu Bakar atau Umar,
atau nama putri keduanya yaitu Aisyah atau Hafshoh.
Karenanya, Aswaja sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya "Syiah Roofidhoh" adalah
firqoh yang sesat menyesatkan.
Apalagi "Syiah Ghulat" yang menabikan atau menuhankan Sayyiduna Ali RA, dan
menganggap para Imam mereka sebagai Utusan atau Titisan Tuhan, serta memvonis AlQur'an kurang dan tidak asli lagi, maka Aswaja sepakat bahwa Syiah Ghulat adalah Kafir dan
Murtad, bukan lagi termasuk Islam.
Ada pun "Syiah Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka bukan Ghulat dan bukan
Roofidhoh. Mereka adalah saudara muslim yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul
bukan dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
RIWAYAT HADITS SYIAH
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah dengan "penggeneralisiran" semua Syiah pasti Ghulat dan
pasti Roofidhoh, sehingga semuanya pasti Kafir dan Murtad atau Sesat. Sikap seperti itu
sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya
terdapat "Perawi Syiah", tapi bukan dari kalangan Ghulat yang Kafir, sehingga jika "mereka"

dikafirkan juga, maka berarti ada "Perawi Kafir" dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu sangat berbahaya, karena bisa menjadi "Bumerang" yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja . Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu
"Jarh wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya
merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Syiah dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam
periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta jauh dari sikap
Fanatisme Madzhab.
Silakan buka pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat Syi'ah" dalam kitab
"Mizaanul I'tidaal" juz 1 hal.29 No.2 pada ulasan "Perawi Syiah" bernama "Abaan bin
Taghlib" , dan juz 1 hal.53 No.86 pada ulasan "Perawi Syiah" yang bermama "Ibrahim bin
Al-Hakam".
Semua pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat Syiah" dinukilkan juga oleh
Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Lisaanul Miizaan" juz 1 hal.103 -104.
Atau cari dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti :
Ibrahim bin Yazid, Salim bin Abil Ja'di, Al-Hakam bin 'Utaibah, Salamah bin Kuhail, Zubaid
bin Al-Harits, Sulaiman bin Mihran, Ismail bin Zakaria, Khalid bin Makhlad, Sulaiman bin
Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom. Mereka semua adalah Syiah, tapi ditsiqohkan dan
diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil),
serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
WAHABI dan NAASHIBAH
Memang tidak semua Wahabi adalah Naashibah, namun tidak bisa diingkari bahwa
kebanyakan Wahabi bersikap Naashibah.
Memang di kalangan Ulama Wahabi tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang
penghinaan terhadap para Ahli Bait Nabi SAW dalam bentuk apa pun, untuk menjaga dan
membangun Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Wahabi tersebut
juga tenggelam dalam fanatisme Awam Wahabi yang cenderung bersikap Naashibah.
Fanatisme Awam Wahabi tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka
kitab Wahabi dan berbagai pernyataan Ulama panutan mereka sendiri yang menghina Ahli
Bait Nabi SAW sekaliber Sayyiduna Ali RA dan isterinya Sayyidah Fathimah RA serta kedua
putranya Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA.
Salah satunya, lihat saja kitab "Minhaajus Sunnah" karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang
panutan dan rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan terhadap
Ahli Bait Nabi SAW.
Dalam kitab tersebut, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA
tidak manfaat buat umat Islam. Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti orang

munafiq. Serta Sayyidina Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta berperang hanya
untuk dunia dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya untuk Islam tidak seberapa.
Ada pun Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak
berilmu, serta tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna Al-Husein RA
hanya masalah kecil, lagi pula dia salah karena melawan Khalifah Yazid yang benar. Dan lain
sebagainya.
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Ad-Durorul Kaaminah" juz
1 hal.181 - 182 saat mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan :

". "
"Dan di antara mereka (-para Ulama-) ada yang menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-) kepada
Nifaq, karena ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan."
Dan dalam kitab "Lisaanul Miizaan", Sang Begawan Hadits ini menyimpulkan :

". "
"Berapa banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Roofidhoh
terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali."
Sikap berlebihan Ibnu Taimiyyah pada akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun 726
H hingga wafat di tahun 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun memenjarakannya di
salah satu menara Benteng Damascus di Syria berdasarkan Fatwa Qodhi Empat Madzhab
Aswaja, yaitu :
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi'i Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syeikhul Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab "Fataawaa As-Subki"
juz 2 halaman 210 menegaskan :

.""
"Dia (Ibnu Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma' Ulama dan Umara."
Namun, akhirnya Syeikh Ibnu Taimiyyah rhm bertaubat di akhir umurnya dari sikap
berlebihan, khususnya sikap "Takfiir", sebagaimana diceritakan oleh Imam Adz-Dzahabi rhm
dalam kitab "Siyar A'laamin Nubalaa" juz 11 Nomor 2.898 pada pembahasan tentang Imam
Abul Hasan Al-Asy'ari rhm.

Namun, sayangnya Wahabi saat ini banyak yang tetap berpegang kepada sikap berlebihan
Ibnu Taimiyah yang justru sebenarnya sudah diinsyafinya. Bahkan banyak kalangan Wahabi
saat ini yang bersikap "Khawaarij" yang cenderung "Takfiirii" yaitu suka mengkafirkan
semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Wahabi secara terang-terangan menyatakan bahwa Madzhab
Asy'ari adalah bukan Aswaja, bahkan Firqoh sesat menyesatkan, antara lain :
1. Yazid Abdul Qadir Jawaz dalam buku "Mulia dengan Manhaj Salaf" bab 13 hal. 519 - 521.
2. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku "Risalah Bid'ah" bab 19 hal. 295 dan buku "Lau
Kaana Khairan lasabaquunaa ilaihi" bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad Jaiz dalam buku "Bila Kyai Dipertuhankan" hal.165 - 166.
Selain mereka, masih ada Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan Kyai NU melalui lebih
dari sepuluh buku karangannya secara eksplisit menyesatkan aneka amaliyah NU yang
bermadzhab Asy'ari Syafi'i.
Karenanya, Aswaja pun sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya Khawaarij mau pun
Naashibah adalah firqoh yang sesat menyesatkan. Jadi, Wahabi yang berpaham Khawaarij
dan bersikap Nawaashib juga merupakan firqoh yang sesat menyesatkan.
Ada pun "Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka bukan Khawaarij Takfiirii dan
bukan juga Nawaashib. Mereka adalah saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci,
dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan
bedil.
Apalagi mereka masih berpegang kepada sumber hadits yang sama dengan Aswaja, seperti
Muwaththo' Malik dan Musnad Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu : Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, Jami' At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan Ibni Maajah, dan
kitab-kitab Hadits Aswaja lainnya.
RIWAYAT NAWAASHIB
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah dengan "penggeneralisiran" semua Wahabi pasti
Khawaarij Takfiirii atau pasti Nawaashib, sehingga semuanya pasti sesat menyesatkan,
apalagi sampai mengkafirkan mereka. Sikap seperti itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah,
serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya
terdapat "Perawi Khawaarij" dan "Perawi Nawaashib", sehingga jika "mereka" dikafirkan,
maka berarti ada "Perawi Kafir" dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab
Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga sangat berbahaya, karena juga bisa menjadi "Bumerang" yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja . Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu
"Jarh wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya
merusak Aswaja.

Justru adanya riwayat Khawaarij dan Nawaashib dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan
bahwa Aswaja dalam periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan
amanat, serta jauh jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan baca kitab "Al-'Itab Al-Jamiil 'alaa Ahlil Jarhi wat Ta'diil" karya As-Sayyid
Muhammad bin Aqil bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan bin Ali As-Saqqoof seorang Ahli
Hadits dari Yordania dan ada juga dengan tahqiq DR.Alwi bin Hamid Syihab seorang Dosen
Hadits di Universitas Hadromaut - Yaman.
Atau cari dan baca saja langsung dalam kitab- kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti :
Umar bin Sa'ad, Zuhair bin Mu'awiyah, Ibrahim bin Ya'qub, Ishaq bin Suwaid, Tsaur bin
Yazid, Hariiz bin Utsman, Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah, Ziyad bin Jubair dan
Ziyad bin 'Alaaqoh. Mereka semua adalah Nawaashib para pembenci Ahli Bait Nabi SAW,
tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Selain itu, masih ada "Perawi Khawaarij" dari berbagai sektenya seperti Ibaadhiyyah,
Azaariqoh, Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara lain : Jaabir bin Zaid, Juray bin Kulaib,
Syabats bin Rib'i dan 'Imraan bin Hiththoon. Dan ada juga "Perawi Murji-ah" yaitu Khalid
bin Salamah dan "Perawi Qadariyyah" yaitu Tsaur bin Zaid. Mereka semua adalah Non
Aswaja, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal
(Adill), serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
SYAIR IMAM SYAFI'I
Imam Syafi'i RA dalam "Diiwaan" nya pada halaman 20, menyusun beberapa Bait Syair
untuk menyindir Roofidhoh yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu Bakar RA
sebagai Nawaashib, dan sekaligus juga menyindir Nawaashib yang selalu menuduh para
pecinta Ahli Bait Nabi SAW sebagai Syiah Roofidhoh.
Berikut syairnya :








Jika kami memuliakan Ali maka sesungguhnya kami ..
Menurut orang bodoh adalah Rowaafidh lantaran memuliakannya.
Dan jika aku menyebut keutamaan Abu Bakar ...
Maka aku dituduh Naashibah lantaran memuliakannya.

Maka aku akan tetap selalu menjadi Roofidhoh dan Naashibah sekaligus ...
Dengan menyintai keduanya hingga aku berbantalkan pasir (mati).
ASWAJA
Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang disingkat "Aswaja" adalah bukan Syiah dan bukan juga
Wahabi, serta bukan Roofidhoh dan bukan juga Nawaashib.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami rhm (w : 973 H) dalam kitab "Az-Zawaajir 'an Iqtiroofil Kabaair" halaman 82 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut :

"
".
"Yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaa'ah yaitu Syeikh Abul Hasan Al-Asy'ari san Abu Manshur Al-Maaturiidii."
Dan Imam Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm (wafat : 1.205 H) dalam kitab "Ittihaafus Saadah
Al-Muttaqiin" juz 2 hal. 6 menyatakan :

". "
"Jika disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah secara mutlaq, maka yang dimaksud adalah Kaum
Asy'ari dan Kaum Maaturiidii."
Hampir semua Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Hanafi mengikuti Madzhab Aqidah
Maaturiidi, karena Imam Abu Manshur Al-Maaturiidii rhm menghimpun ajaran Aqidah
Imam Abu Hanifah rhm dalam Madzhab Aqidah Maaturiidiyyah yang dibangunnya.
Dan hampir semua Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Maliki dan Syafi'i, serta sebagian
Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Hanbali mengikuti Madzhab Aqidah Asy'ari, karena Imam
Abul Hasan Al-Asy'ari rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Malik, Syafi'i dan Ahmad,
rohimahumullaah, dalam Madzhab Aqidah Asy'ariyyah yang dibangunnya.
Sebagian Ulama Hanbali mengklaim sebagai pengikut Madzhab Aqidah Ahli Hadits dan
Atsar yang "dinisbahkan" kepada Imam Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja
yang paling asli dan sejati. Kini, pengikut aliran ini banyak mendapat "label" sesuai aneka
sebab kaitannya, antara lain :
1. Atsari : Karena mengklaim sebagai pengikut Ahli Atsar.
2. Salafi : Karena mengklaim sebagai Madzhab paling Salaf.
3. Wahabi : Karena menjadikan Pemikiran Tauhid Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab
sebagai rujukan utama.
4. Khawaarij : Karena sering menyalahkan semua umat Islam yang tidak sejalan dengan
mereka.

5. Takfiirii : Karena sering mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan
mereka.
6. Nawaashib : Karena sering merendahkan Ahli Bait Nabi SAW dengan "dalih" bela
Shahabat Nabi SAW, bahkan paling suka berteriak mengkafirkan dan memusyrikkan Ibu dan
Ayah Nabi SAW.
7. Musyabbih : Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan
Makhluq.
8. Mujassim : Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT
dalam bentuk jasad Makhluq.
KESIMPULAN
Syiah dan Wahabi bukan "Agama", tapi "Firqoh", sehingga tidak tepat istilah "Agama Syiah"
dan "Agama Wahabi", bahkan istilah tersebut terlalu "Lebay".
"Syiah Roofidhoh" dan "Wahabi Nawaashib" adalah Firqoh sesat menyesatkam yang sangat
berbahaya, sehingga wajib diwaspadai oleh segenap Aswaja, dan harus dibendung
penyebarannya, serta mesti dilawan penistaannya terhadap Ahlul Bait mau pun Shahabat
Nabi SAW.
Sedang "Syiah Moderat" dan "Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka adalah
saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog
bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja adalah Madzhab Pecinta Ahlul Bait dan Shahabat Nabi SAW serta Para
Salaf yang Sholihin.
Dan Aswaja adalah Madzhab yang selalu terbuka untuk Peradaban Dialog yang berbasis Ilmu
dan Akhlaq, dalam membangun Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab mau pun
Firqoh.
Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil), serta Tawassuth
(Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
Alhamdulillaah, Aswaja adalah "Firqoh Naajiyah" yang berjalan di atas jalan Rasulullah
SAW dan Ahlil Baitnya serta Para Shahabatnya
Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin ...

Das könnte Ihnen auch gefallen