Sie sind auf Seite 1von 16

PENYULUHAN HIPERTENSI SEBAGAI PROGRAM PROMOSI

KESEHATAN DI POSYANDU LANSIA ANGGREK BULAN


KELURAHAN RABERAS

Disusun oleh :
dr. Rizka Nurul Firdaus
Pendamping :
dr. Lita Feradila Rosa

KOMITE DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


PUSKESMAS SEKETENG
KABUPATEN SUMBAWA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BAB I
PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ tubuh
manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta pertahun) di
samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di
ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik

(adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah
tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia
(DepKes RI, 2010). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar
antara 17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi
di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari
kondisi penyakitnya (Depkes RI, 2009).
Penderita hipertensi sangat heterogen, membuktikan bahwa penyakit ini diderita oleh
banyak orang yang datang dari berbagai sub kelompok berisiko didalam masyarakat. Hal
tersebut juga berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang
bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormonal dan genetik, maupun yang bersifat
eksogen, seperti pola makan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, kebiasaan merokok,
kebiasaan minum alkohol, kebiasaan kurang gerak, dan ketegangan jiwa, tiap-tiap faktor
tersebut tidak sama kuatnya dalam menimbulkan hipertensi pada seorang individu.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang hipertensi
yaitu dengan dilakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan suatu upaya yang
direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya

penyakit,

mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran penderita selama sakit,
dan membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah kesehatan (Pratiwi, 2010).
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi
kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Sehingga
pengetahuan serta sikap tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dimiliki, agar bisa menanggulangi penyakit hipertensi itu sendiri (Dewi, 2010). Dalam hal ini
penyuluhan kesehatan sangatlah penting bagi masyarakat penderita hipertensi agar lebih
memahami tentang penyakit tersebut dan dapat merubah pola hidupnya demi tercapainya
hidup sehat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Ilmu Penyakit Dalam II,
2011).
B. Epidemiologi
Di negara berkembang, sekitar 80 persen

penduduk negara mengidap

hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta


orang di seluruh dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart
Association memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari
tiga orang dewasa di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah
tinggi juga diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anakanak. Hipertensi jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Dalam
suatu data statistika di Amerika serikat pada populasi penderita dengan risiko
hipertensi dan penyakit jantung koroner, lebih banyak dialami oleh pria daripada
wanita saat masih muda tetapi pada umur 45 sampai 54 tahun, prevalensi hipertensi
menjadi lebih meningkat pada wanita. Secara keseluruhan pada penderita wanita

prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia, hanya


sekitar 3% sampai 4 % wanita pada umur 35 tahun yang menderita hipertensi,
sementara >75% wanita menderita hipertensi pada umur 75 tahun.
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata
tekanan darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada
wanita indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada
wanita. Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami
kenaikan insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan,
penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.

C. Klasifikasi Hipertensi
1. Berdasarkan Nilai Tekanan Darah
Pada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (JNC-7) mengeluarkan batasan
baru untuk klasifikasi tekanan darah, <120/80 mmHg adalah batas optimal untuk
risiko penyakit kardiovaskular. Didalamnya ada kelas baru dalam klasifikasi
tekanan darah yaitu pre-hipertensi. Kelas baru pre-hipertensi tidak digolongkan
sebagai penyakit tapi hanya digunakan untuk mengindikasikan bahwa seseorang
yang masuk dalam kelas ini memiliki resiko tinggi untuk terkena hipertensi,
penyakit jantung koroner dan stroke dengan demikian baik dokter maupun
penderita dapat mengantisipasi kondisi ini lebih awal, hingga tidak berkembang
menjadi kondisi yang lebih parah. Individu dengan prehipertensi tidak
memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk melakukan modifikasi hidup sehat
yang penting mencegah peningkatan tekanan darahnya. Modifikasi pola hidup
sehat adalah penurunan berat badan, diet, olahraga, mengurangi asupan garam,
berhenti merokok dan membatasi minum alkohol

2. Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
A. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. Paling sedikit 90% dari
semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primer.
Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni mereka
memiliki resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada
arteri-arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal
ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan
garam berlebih, bertambahnya usia, dll. Secara umum faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Factor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal
(Kumar dan Clark, 2004).
2) Ras
Orang-orang afro yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara merata
yang lebih tinggi daripada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda
3) Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat yang
banyak mengkonsumsi garam. Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan
diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum
menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen.
Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal
penyakit jantung.
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis.

Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada wanita lebih berhubungan
dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress
maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan
hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh.
Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK,
kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah
agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi.
Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh
dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan
7) Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang
mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orangorang yang memakan hanya sedikit garam
8) Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer
adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini
menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih
keras dibawah tekanan yang lebih tinggi
9) Konsumsi alkohol

Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang
tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi daripada
yang meminum dengan jumlah yang sedikit.

D. Pencegahan
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain
berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi
diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin
yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat
untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.Dengan
berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu jika masih
merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan dengan
berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat.
Mengurangi

berat

badan

juga

menurunkan

resiko

diabetes,

penyakit

kardiovaskular, dan kanker. Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan
darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan
menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol.
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air.
Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan
gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan
sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan
utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis

besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas
serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan.
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan
rendah sodium atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus
mengandung cukup zat zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan
rendah sodium dan natrium.
Sumber sodium antaralain adalah makanan yang mengandung soda kue, baking
powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat
( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega
serta obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian
lemak yaitu : kolestrol, trigliserida, dan fosfolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari
makanan sehari hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika
dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol
tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari setiap makanan.
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua
jenis yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan
buah buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :
kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun
asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan
berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu
diperhatikan hal hal berikut :

1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
3. Perlu dilakukan aktivitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika
periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah,
jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap.
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki,
jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga
isotonik mampu menurunkan hormone noradrenalin dan hormone hormone lain
penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban,
karena justru dapat menaikkan tekanan darah.
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak
berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi
kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara
ketegangan jam sibuk bekerja sehari hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan
rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk
mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam
tubuh.

E. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan
yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO
merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan

(perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan


lingkungannya.
Dalam mengembangkan promosi kesehatan puskesmas, beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Promosi kesehatan di puskesmas dikhususkan untuk individu-individu yang sedang
memerlukan pengobatan dan/atau perawatan di puskesmas. Di samping itu, promosi
kesehatan di puskesmas juga ditujukan kepada pengunjung puskesmas, baik pasien
rawat jalan, maupun keluarga pasien yang mengantar atau menemani pasien di
puskesmas. Keluarga pasien juga perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan di
puskesmas, karena keluarga pasien diharapkan dapat membantu atau menunjang
proses penyembuhan dan pemulihan keluarganya yang sakit (pasien).
b. Promosi kesehatan di puskesmas pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian
atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit
yang dideritanya. Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait
dengan penyakit yang dideritanya seperti: penyebab penyakit tersebut, cara penularan
penyakit (bila penyakit menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat
dan sebagainya. Apabila pasien atau keluarga pasien memahami penyakit yang
dideritanya, diharapkan akan membantu mempercepat proses penyembuhan, dan tidak
akan terserang oleh penyakit yang sama.
c. Promosi kesehatan di puskesmas juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan
keluarganya dalam kesehatan. Hal ini dimaksudkan, apabila pasien sudah sembuh dan
kembali

ke

rumahnya,

mereka

mampu

melakukan

upaya-upaya

preventif

(pencegahan) dan promotif (peningkatan) kesehatannya, utamanya terkait dengan


penyakit yang telah dialami.
d. Promosi kesehatan di puskesmas pada prinsipnya adalah penerapan proses belajar
kesehatan di puskesmas. Artinya semua pengunjung puskesmas, baik pasien maupun
keluarga pasien memperoleh pengalaman atau pembelajaran dari puskesmas, bukan
saja melalui informasi atau nasihat-nasihat dari para petugas puskesmas, tetapi juga
dari apa yang dialami, didengar, dan dilihat di puskesmas. Penampilan puskesmas
yang bersih, nyaman, aman, dan teduh, serta penampilan para petugas puskesmas,
terutama dokter dan perawat, yang bersih dan rapi, ramah, murah senyum, dan
sebagainya, puskesmas yang membelajarkan pasien atau keluarga pasien tentang
kesehatan.

BAB III
PERMASALAHAN
A. PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
Penyuluhan Promosi Kesehatan dilakukan pada hari Kamis, tanggal 12 Maret 2015 jam
09.00-11.00 WITA, dengan menggunakan lembar balik tentang Penyakit Tidak menular
dari Departemen Kesehatan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah
dan penimbangan berat badan bagi seluruh lansia yang hadir. Seluruh peserta yang
mengikuti penyuluhan tampak sangat antusias, kemudian penyuluhan dilanjutkan dengan
focus group discussion yang berupa tanya jawab tentang penyakit hipertensi.
Tabel Jumlah Peserta Posyandu Lansia Anggrek Bulan Kelurahan Raberas
Nama
Bapak H
Bapak T
Bapak R
Bapak M
Nyonya M
Nyonya A
Bapak Abd

Tekanan Darah
158/70
170/90
110/70
180/90
150/80
180/80
170/90

Berat Badan (kg)


66
67
60
55
67
59
48

Nyonya P
Bapak AS
Nyonya N
Bapak Ms
Nyonya R
Bapak B
Nyonya Hdj
Bapak Hd
Bapak M
Bapak Z
Nyonya S
Nyonya E
Bapak I
Bapak O
Nyonya N

110/70
160/80
180/110
110/60
180/100
180/100
140/80
160/90
150/100
140/80
120/70
160/80
180/90
170/90
160/80

56
45
75
68
55
59
62
64
56
49
65
55
48
56
60

Dari hasil pengukuran tekanan darah di dapatkan hampir sebagian besar lansia menderita
Hipertensi Stage I dan II.
Permasalahan yang di dapatkan di lapangan :
1. Masih ada sebagian warga yang didapatkan tidak rutin minum obat hipertensi dan
tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas, hanya mengandalkan kunjungan tim
posyandu lansia dari Puskesmas, sehingga apabila tim posyandu tidak datang maka
pasien terbesut tidak minum obat.
2. Media penyuluhan yang digunakan terbatas, sehingga peserta penyuluhan hanya bisa
berdiskusi saja dengan penyuluh tanpa media audiovisual yang mendukung.

BAB IV
PROBLEM SOLVING

1. Masalah Pengobatan Hipertensi yang tidak rutin


Efektifnya suatu pengobatan di puskesmas dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan
yang ada, serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga dipengaruhi oleh
lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selan itu juga dibutuhkan
kerjasama yang positif antara tenaga pelaksana dengan keluarga pasien. Jika pasien dan
keluarganya memiliki pengetahuan dan partisipasi yang baik dalam upaya pencegaha dan
pengobatan yang baik, tentunya hal ini akan membantu dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Pola pelayanan yang dilakukan bukan hanya yang berkaitan dengan kuratif dan
rehabilitatif, tapi juga ditekankan kepada preventif dan promotif. Untuk itulah, di
puskesmas perlu diadakan promosi kesehatan, sebagai salah satu upaya untuk
mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Salah satu pendekatan promotif yang dapat dilakukan di puskesmas adalah dengan
memberikan pemahaman terkait dengan masalah kesehatan seperti penatalaksanaan
penyakit Hipertensi, namun untuk meningkatkan kepatuhan minum obat khususnya bagi
penderita Hipertensi yang hanya mengandalkan obat dari kunjungan posyandu sebaiknya
dibuat kartu kontrol khusus pasien Hipertensi agar dapat dipantau penggunaan obatnya,
sehingga pasien dapat teratur minum obat. Dari kartu kontrol tersebut, dapat diketahui
jenis obat apa yang diminum oleh pasien, jumlah obat dan hasil pengukuran tekanan
darah pasien atau apabila ada komplikasi yang muncul selama pengobatan. Hal ini dapat
sebagai solusi untuk memantau para lansia dengan penyakit hipertensi yang tidak rutin
datang ke Puskesmas.
Selain itu, dapat ditunjuk seorang pengawas minum obat hipertensi dari salah satu
anggota terdekat pasien yang tugasnya adalah memantau pasien pada saat minum obat,
serta mengingatkan jadwal kontrol ke puskesmas. Hal ini bisa membantu mendukung
pengobatan rutin pasien hipertensi pada lansia yang terkadang sering lupa minum obat.

2. Masalah Media Penyuluhan


Penyuluhan kesehatan tidak dapat lepas dari media, pesan-pesan di sampaikan dengan
mudah dipahami, dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi,

memperjelas informasi, mempermudah pengertian, dapat mengurangi komunikasi yang


verbalistik, dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan
yang disampaikan.
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh
guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang
merupakan alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh
indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan
uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar
mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis
besarnya hanya ada tiga macam alat bantu, yaitu sebagai berikut :
1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata
(penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan). Alat ini terdiri dari dua
bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang
tidak diproyeksikan.
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi
indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya
piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete.
Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

BAB V
KESIMPULAN

1. Pola pelayanan yang dilakukan bukan hanya yang berkaitan dengan kuratif dan
rehabilitatif, tapi juga ditekankan kepada preventif dan promotif. Untuk itulah, di
puskesmas perlu diadakan promosi kesehatan, sebagai salah satu upaya untuk

mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan


masyarakat.
2. Promosi kesehatan di puskesmas mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah
atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan. Pengetahuan atau pengertian
yang perlu diberikan atau dikembangkan untuk pasien adalah pengetahuan tentang
penyakit yang diderita pasien, mencakup: jenis penyakit, tanda-tanda atau gejala penyakit,
penyebab penyakit atau bagaimana proses terjadinya penyakit, bagaimana cara penularan
penyakit (bila penyakit tersebut menular), dan bagaimana cara mencegah penyakit
tersebut. Dari segi perilaku atau praktik yang harus dilakukan atau dianjurkan kepada
pasien adalah tindakan yang harus dilakukan untuk terhindar atau mencegah penyakit
tersebut.
3. Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses
penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka karena faktor
rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi keluarga
pasien penting karena dapat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
4. Penyuluhan kesehatan tidak dapat lepas dari media, pesan-pesan di sampaikan dengan
mudah dipahami, dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi,
memperjelas informasi, mempermudah pengertian, dapat mengurangi komunikasi yang
verbalistik, dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan
yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Purwanti, Sri. 2005. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Pola Hidup Dengan
Hipertensi Di Kelurahan Abadi Jaya Depok Tahun 2001 (Analisis DataSekunder
Faktor Risiko PTM). Skripsi. FKM UI, Depok.

Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Republik Indonesia. Standar Promosi Kesehatan di


Rumah Sakit (PKRS). 2010
Sidabutar RP dan Wiguno. 1990. Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen