Sie sind auf Seite 1von 12

PERCOBAAN IV

STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan
larutan Fe(III)
2. Mampu meramalkan ion tembaga yang dihasilkan dari reaksi
tersebut

A. Landasan Teori

1. Stoikiometri Reaksi
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi
kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi.
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam
ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-
zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi
maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut
perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus
kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam
molekul H2O. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani
yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti
mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin
Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali
meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya
stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia
yang satu dengan yang lain. Mengapa kita harus mempelajari
stoikiometri? Salah satu alasannya, karena mempelajari ilmu
kimia tidak dapat dipisahkan dari melakukan percobaan di
laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita harus
mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan
sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah
jika kita memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B
yang akan dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita
memerlukan stoikiometri. Stoikiometri erat kaitannya dengan
perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan
kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain
persamaan kimia dan konsep mol.

2. Titrasi dengan KMnO4

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan


berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi
ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat
larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan
Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam
oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion
Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam,
ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

3. Reaksi Redoks

Pengertian Oksidasi dan Reduksi (Redoks)

Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi


transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Disini akan juga
dijelaskan mengenai zat pengoksidasi (oksidator) dan zat
pereduksi (reduktor).
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen

Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat


oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen.
Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang


bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS.
Zat pengoksidasi dan zat pereduksi

Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang


mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas,
besi(III)oksida merupakan oksidator.

Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat


lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah
karbon monooksida.

Jadi dapat disimpulkan:

• oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat


lain,
• reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen

Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini


sudah lama dan kini tidak banyak digunakan.
Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti
mendapat hidrogen.

Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi


pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:

Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol


diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang
umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang
diasamkan dengan asam sulfat encer.

Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan


menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk
reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4.
Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi


(reduktor)
• Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada
zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
• Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari
zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.
Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron

Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti


mendapat elektron.

Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang


mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam
hal transfer elektron:

Contoh sederhana

Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:

Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat


ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika
reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata
ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).
Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium
mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk
menetralkan muatan tembaga(II).

Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).


Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari
magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion
tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
1. Harga Perbandingan mol (r)
Reaksi antara logam Cu dengan larutan garam Fe (III)
dapat diperkirakan berlangsung menurut persamaan berikut ;

Cu + Fe3+ Fe 2+ + Cu+ ....(1)


Cu + 2Fe3+ 2Fe2+ + Cu2+ ...(2)

Reaksi yang teerjadi dapat diketahui dari harga perbandingan


jumlah mol antar ion Fe3+ yang bereaksi dengan logam
tembaga yang terpakai. Jika harga perbandingan jumlah mol
itu digunakan simbol (r), maka diperoleh rumus :

r=mol Fe2+yang bereaksimol Cu yang terpakai


Harga r berkisar antara 1 sampai 2. Apabila reaksi yang
terjadi hanya reaksi (1), maka r=1, dan r=2 apabila reaksi
yang terjadi hanya reaksi (2).
A. Bahan dan Alat
C.1. Bahan
1. Serbuk tembaga 0.3 gram
2. Larutan Fe(NH4)(SO4)2 dengan konsentrasi Fe3+ 0.2 M dan
mengandung H2SO4 pekat 100mL per 1000 mL
3. Larutan H2SO4 2.5 M
4. Larutan standar KMnO4 0.02 M
5. akuades

C.2. Alat
1. Gelas beker 250mL
2. Gelas arloji
3. Botol timbang 10mL
4. Labu ukur 100mL
5. Pipet gondok 25mL
6. Buret 50mL
7. 3 buah erlanmeyer 100mL
8. Pipet tetes
9. Batang pengaduk
10.Pemanas listrik

A. Cara Kerja
D.1. Standardisasi larutan 0.02M KMnO4
1. 0.63 gram asam oksalat H2C2O4 . 2H2O ditimbang. Dilarutkan
dalam labu takar 100mL dan diencerkan dengan akuades
sampai tanda.
2. Diambil 5 mL asam oksalat tersebut, kemudian ditempatkan
ke dalam erlenmeyer 100mL, dan ditambahkan 20mL H2SO4
2.5 M. Dititrasi dengan larutan KMnO4 yang akan distandarisasi
dari buret.
3. Titrasi diulangi 3 kali.
D.2. stoikiometri reaksi logam Cu dengan garam Fe(III)
1. Ditimbang 0.2 gram serbuk logam tembaga dengan botol
timbang yang diketahui beratnya.
2. Disiapkan gelas beker 250 mL dan diisi dengan 30mL larutan
besi (III) 0.2M dan 15mL larutan asam sulfat 2.5M.
3. Secara hati-hati dimasukkan botol timbang beserta isinya ke
dalam gelas beker yang telah berisi larutan besi (II) dan asam
sulfat tersebut hingga semua serbuk terendam larutan.
4. Gelas beker ditutup dengan gelas arloji dan dididihkan kurang
lebih 3 jam.
5. Ambil botol timbang dan dikeluarkan Cu sisa. Larutan
kemudian dididihkan lagi 10 menit.
6. Cu yang tidak bereaksi kemudian dioven dan ditimbang
beratnya.
7. Larutan didinginkan dan dipindahkan ke labu takar 100mL dan
diencerkan sampai tanda.
8. Ambil 25mL masukan ke erlenmeyer, ion besi(II) dalam larutan
dititrasi dengan larutan standar 0.02M KMnO4. Titrasi diulangi
2 kali.

A. Hasil Percobaan dan Pembahasan


E.1. Hasil Percobaan
Hasil percobaan adalah sebagai berikut(perhitungan
terlampir) :
Konsentrasi MnO4- rata-rata = 0.019 M
mmol Fe2+ = mmolFe3+ = 1.02mmol
mmol Cu = 1.26mmol
harga r = 0.81≈1

%Cu+ = 100%
Disimpulkan bahwa reaksi yang hanya terjadi adalah reaksi (1)
yaitu :
Cu + Fe3+ Fe 2+ + Cu+ ....(1)

E.2. Pembahasan
Awal dari percobaan adalah dilakukannya standardisasi
larutan KmnO4 dengan asam oksalat, standarisasi diperlukan
karena KmnO4 berada dalam campuran dengan senyawa
tingkat oksidasi Mn lainnya seperti MnO2, Mn2O3 yang berada
bersama-sama di dalam larutan sehingga menurunkan
kemurniannya. kristal asam oksalat dibuat menjad larutan
standar yang diketahui secara tepat konsentrasinya sehingga
konsentrasi KmnO4 dapat diketahui. Pada titrasi yang
dilakukan terdapat beberapa kesalahan (error) yang mungkin
terjadi dan menyebabkan perhitungan konsentrasi tidak
sedemikian tepat. Kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya
sebagai berikut :

Larutan pentiter KMnO4 pada buret


Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan
KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4-
dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena
membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H 2O + O 2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul
kesalahan titrasi yang dilaksanakan.

Penambahan asam sulfat (H2SO4) dilakukan untuk


membuat larutan berada pada kondisi asam sehingga reaksi
antara KMnO4 dan asam oksalat berlangsung seperti yang di
kehendaki yaitu MnO4- tereduksi menjadi Mn2+, pada kondisi
basa MnO4- akan tereduksi menjadi MnO2.
Reaksi yang diinginkan terjadi adalah sebagai berikut :

5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Reaksi yang terjadi diatas merupakan reaksi oksidasi-reduksi


dimana KMnO4 bertindak sebagai oksidator dan mengalami
reduksi yaitu dengan mendonor elektron.
Dapat disimpulkan sebagai berikut, peran pengoksidasi dalam
transfer elektron:
• Zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
• Oksidasi berarti kehilangan elektron
• Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari
zat lain.
• Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron

Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.


• Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi.
• Reduksi berarti mendapat elektron
• Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron.
Reaksi yang terjadi antara logam Cu dan garam Fe(III)
juga merupakan reaksi oksidasi-reduksi. Dalam hal ini Cu
teroksidasi atau kehilangan elektron dan Fe(III) tereduksi atau
menangkap elektron seperti pada reaksi (I) dan (II) diatas.
Pada deret potensial reduksi Cu terletak disebelah kanan Fe
artinya Cu lebih mudah tereduksi dibanding dengan Fe, Cu
merupakan salah satu logam yang terletak disebelah kanan
Hidrogen (H) sebagai potensial reduksi standar atau
merupakan logam-logam mulia yang sulit teroksidasi.
Diperlukan waktu yang lama dan perlakuan seperti
pemanasan dan penambahan asam agar reaksi dapat
berlangsung. Larutan sebelum diraksikan berwarna kuning
yang merupakan karakteristik dari larutan Fe(III) setelah
beberapa saat pemanasan dilakukan warna larutan berubah
menjadi warna hijau kebiru-biruan hal ini mengindikasikan
terjadinya reaksi antara Fe(III) dan logam Cu. Ketika kation Cu+
terbentuk warna larutan yang terjadi adalah warna biru
(karakteristik larutan Cu), warna hijau merupakan campuran
dari warna larutan Fe(III) dan larutan Cu(I) yang mempunyai
serapan pada panjang gelombang tampak yang berbeda dan
merupakan sifat fisik dari keduannya yang dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya.
Massa Cu yang bereaksi tidak mencapai 50% dari massa
yang ditambahkan yakni hanya 0.08 gram dari 0.2 gram yang
ditambahkan. Agar dapat bereaksi lebih banyak lagi
diperlukan waktu yang lebih lama karena reaksi tidak spontan
dan cenderung lamban. Perhitungan harga r dan % Cu(I) dan
%Cu(II) dengan rumus yang dipakai merupakan logika
stoikiometri sederhana :

Cu + Fe3+ Fe 2+ + Cu+ ....(1)


Cu + 2Fe3+ 2Fe2+ + Cu2+ ...(2)

Ketika harga r = 1, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi 1


karena koefisien Cu sama dengan kofisien Fe3+ artinya jumlah
Cu yang bereaksi ekivalen dengan Fe3+ yang bereaksi. Ketika
jumlah Cu yang bereaksi setengah kali jumlah Fe3+ yang
bereaksi atau Fe3+ yang bereaksi 2 kali Cu maka r = 2. Range r
antara 1-2 jika berada diantaranya maka dalam larutan ada
campuran Cu+ dan Cu2+, reaksi yang terjadi adalah keduanya,
dengan demikian persen Cu+ dan Cu2+ juga dapat diketahui.
Harga konsentrasi hasil standarisasi didapatkan
mendekati harga konsentrasi yang diketahui sebelum
standardisasi yaitu 0.019M (harga konsentrasi yang diketahui
0.02M). hal ini menunjukan walaupun KMnO4 berada pada
kondisi dalam larutan yang kurang murni namun kandungan
MnO4- nya lebih besar disbanding tingkat oksidasi Mn lainnya.
Pada titrasi kedua yaitu untuk mengetahui konsentrasi
Fe 3+
yang bereaksi dengan Cu dengan cara menghitung
konsentrasi Fe2+. Reaksi yang terjadi antara Fe2+ dan MnO4-
adalah sebagai berikut :

5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

Adanya H+ pada reaksi mengindikasikan bahwa reaksi


berlangsung pada kondisi asam.

A. Kesimpulan

Dari titrasi yang dilakukan dan harga r didapatkan :


%Cu+ = 100%
Menunjukan bahwa reaksi yang terjadi hanya adalah reaksi (1)
yaitu :
Cu + Fe3+ Fe 2+ + Cu+ ....(1)

B. Daftar Pustaka

Vogel .(1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku


Kedokteran (EGC). Jakarta.
Brown,Lemay (1994). Modern Chemistry The central science 9th.
Pearson Education.inc. New Jersey
Anonimous.(2005)."http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri
Hitam, Ramli. Anonymous (2006). http://institute.ms.utm.may/’ramli/

Das könnte Ihnen auch gefallen