Sie sind auf Seite 1von 15

CLINICAL SCIENCE SESSION

OTITIS MEDIA EFUSI


Oleh :
Denny Maulana

130112080106

Iwan Hipsa Achmad

130112080105

Ridwan Budimansyah

130112080143

Preceptor :
Ongka Muhammad Saifuddin, dr., SpTHT-KL (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL RSHS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2008

BAB I
PENDAHULUAN
Tuli terdiri atas tuli konduktif, tuli sensorineural dan tuli campuran. Tuli
konduktif terjadi bila terdapat gangguan hantaran bunyi pada sistem konduksi di
dalam telinga. Tuli sensorineural terjadi bila terdapat gangguan fungsi sistem saraf
pendengaran. Salah satu penyebab ketulian yang sering dijumpai adalah
peradangan telinga tengah, yang dapat menyebabkan ketulian tipe konduktif.
Radang telinga tengah atau otitis media merupakan salah satu penyakit infeksi
yang banyak dijumpai, terutama pada anak-anak. Jika otitis media hanya
unilateral maka fungsi pendengaran tidak akan banyak terganggu, tetapi jika
mengenai kedua telinga, fungsi pendengaran akan sangat terganggu.
Otitis media efusi atau OME ditandai oleh adanya efusi nonpurulen pada
telinga tengah, cairan efusi tersebut dapat berbentuk mukoid atau serous. Pada
OME biasanya pasien mengeluh terdapat penurunan fungsi pendengaran atau
telinga terasa penuh tapi tidak terdapat rasa sakit atau demam.
OME dapat terjadi selama masa resolusi dari akut otitis media (OMA)
ketika peradangan sudah tidak ada. Gangguan dari fungsi tuba eustachius yang
menetap dapat menyebabkan terbentuknya tekanan negatif di dalam telinga
tengah, tekanan negatif ini menimbulkan cairan transudat yang berasal dari
mukosa. OME dapat terjadi pula pada anak-anak dengan cleft palate, hal ini
disebabkan karena tidak tepatnya insersi dari otot tensor veli palatini pada soft
palate. Oleh karena itu, otot tensor veli palatini tidak dapat membuka tuba
eustachius pada saat menelan atau membuka mulut
Anak-anak dengan OME harus diobservasi selama 3 bulan sejak dari onset
efusi (jika diketahui) atau dari tanggal diagnosis jika onset tidak diketahui. Tes
pendengaran harus dilakukan jika OME menetap lebih dari 3 bulan atau lebih,
atau pada saat terdapat gangguan bahasa dan belajar, atau dicurigai adanya
penurunan fungsi pendengaran yang signifikan pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi telinga tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak
dengan enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior
sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu
membran timpani, cavum timpani dan tuba eustachius.

2.1.1. Membrana timpani


Membrana timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk
kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani
umumnya berbentuk bulat serta di dalamnya terdapat tiga buah tulang

pendengaran (auditory ossicles) yaitu maleus, inkus dan stapes. Membrana


timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus eksternus. Letak
membrana timpani pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal
dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm dan
sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.
Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar,
lapisan fibrosa dibagian tengah dimana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan
mukosa dibagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis
maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana
Shrapnell menjadi lemas. Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa
(merupakan bagian terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan
posterior dan pars placida (membran shrapnell) yang terletak diatas malleolar fold
dan melekat langsung pada os petrosa.
Lapisan membrana timpani:
-

squamous epithelium

lapisan fibrosa radier

lapisan fibrosa sirkuler

lapisan mukosa
Membrana timpani mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus

dan dari telinga tengah, dan beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina
propia membrana timpani.
2.1.2. Kavum timpani
Kavun timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler
diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium
yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang
terletak di bawah sulcus timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.
Batas kavum timpani ;
Atas

: tegmen timpani

Dasar

: dinding vena jugularis dan promenensia styloid

Posterior

: mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal

Anterior

: dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani

Medial

: dinding labirin

Lateral

: membrana timpani
Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan

stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan
dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan
membran timpani dengan forsmen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke
telinga dalam.
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral.
Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum,
manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang
menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas
korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus
sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat processus
lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum, krus anterior
dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius tepat menutup
foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal.
Dalam kavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :
- M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan
berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang kavum timpani ke
lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk
menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih
tegang.
- M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh
cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen
ovale dari getaran yang terlalu kuat.

2.1.3. Tuba eustachius


Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan kavum
timpani dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke anteroinferomedial, membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan
bidang sagital. 1/3 bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak
anterolateral terhadap kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan
kartilago. Muara tuba di faring terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi
ujung posterior konka inferior. Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk
plika yang disebut torus tubarius, dan di belakang torus tubarius terdapat resesus
faring yang disebut fossa rosenmuller. Pada perbatasan bagian tulang dan
kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus dengan diameter 1-2 mm.
Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau oleh infeksi yang
berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-anak, tuba ini
lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa,
sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.
2.1.4. Fisiologi Pendengaran
Suara terbentuk oleh getaran yang terjadi di udara, cairan atau benda
padat. Gelombang suara di udara masuk ke dalam external auditory canal yang
sebelumnya di tangkap oleh aurikel. Pada ujung kanal getaran tersebut
ditransmisikan ke dalam membrana timpani. Getaran dari membrana timpani
menggerakan tulang-tulang pengdengaran yaitu maleus, inkus dan stapes. Osikel
dari telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen sedemikian rupa sehingga
maleus dan inkus bergabung. Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes
terdorong ke depan pada cairan koklear setiap saat membrana timpani dan tangkai
maleus bergerak ke dalam, dan terdorong ke belakang pada cairan setiap saat
maleus bergerak ke luar. Getaran suara memasuki skala vestibuli dari permukaan
stapes pada fenestra ovalis. Pergerakan ke dalam menyebabkan cairan bergerak ke
dalam skala vestibuli dan skala media, dan pergerakan keluar menyebabkan cairan
bergerak ke arah belakang.

2.2 Otitis Media


Merupakan suatu keadaan infeksi dari telinga tengah yang meliputi
sebagian atau seluruh mukosa, dan bagian lain yang berhubungan dengan telinga
tengah, seperti mastoid, dan tuba eustachius.
a) Etiologi:

Bakteri, seperti: Streptococcus Haemoliticus, Haemophilus

Influenza, M. Cattarrhalis.
Virus, seperti: Rhinovirus
Faktor lain yang dapat menyumbat saluran tuba eustachius.
Faktor lain yang dapat menyumbat saluran tuba eustachius.

b) Klasifikasi:

Otitis media efusi (OME): sering disebut juga otitis media serosa,
karena pada OME telinga tengah hanya terisi oleh cairan serosa

akibat peningkatan tekanan, tidak disertai rasa sakit pada telinga.


Otitis media akut (OMA): infeksi pada telinga tengah yang
berlangsung kurang dari 3 minggu, dan disertai tanda-tanda

inflamasi akut.
Otitis media supuratif kronis (OMSK): disebut juga otitis media
perforata, merupakan suatu otitis media akut stadium perforasi
yang telah berlangsung lebih dari 2 bulan.

1.2.1

Otitis Media Efusi


suatu keadaan yang ditandai penimbunan cairan serosa pada telinga tengah

akibat perubahan tekanan negatif, biasanya akibat tersumbatnya tuba eustachius.


1.2.1.1 Etiologi
Penyebab otitis media efusi yang paling sering disebabkan oleh alergi. Dan
faktor-faktor lain yang dapat menyumbat tuba eustachius seperti infeksi saluran
napas atas, tumor, pembesaran tonsil, dan pada beberapa kasus abnormalitas
anatomi dari kavum nasi.
1.2.1.2 Epidemiologi
a)

Tingkat kematian sangat jarang pada pengobatan era modern ini.

b)

Insidensi lebih sering pada anak-anak, khususnya anak dibawah 1 tahun.

1.2.1.3 Gejala Klinis


a)

Telinga terasa penuh

b)

Pendengaran berkurang

c)

Bulging pada membran timpani

d)

penurunan elastisitas membran timpani

1.2.1.4 Diagnosis
a. Anamnesis: melihat riwayat alergi, penyakit yang diderita ( khususnya
infeksi saluran pernapasan atas ), dan tanda-tanda kelainan pada faring
( tumor nasofaring, dll ).
b. Pemeriksaan fisik:

Tanda-tanda alergi; seperti pembengkakan mukosa, penumpukan


sekret, dll.

Pemeriksaan membrane timpani; elastisitas dengan tes valsava,


kontur dengan otoskop.

1.2.1.5 Diagnosis Banding


Penyakit yang paling menyerupai otitis media efusi adalah otitis media
akut.
Otitis media akut adalah kondisi infeksi dari telinga tengah yang
berlangsung kurang dari 3 minggu.
Otitis media akut memiliki derajat keparahan, yaitu:
1. Oklusi: terlihat adanya tanda retraksi dari membran timpani akibat

terjadinya tekanan negatif pada telinga tengah, karena adanya absorpsi

udara, tapi kadang membran timpani terlihat normal. Stadium ini sukar
dibedakan dengan otitis media efusi.
2. Hiperemis ( presupurasi ): terlihat pembuluh darah pada membran timpani

melebar sehingga terlihat memerah, bahkan sering disertai edem.


3. Supurasi: edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum
timpani, sehingga membran timpani menjadi menonjol kearah liang telinga
luar, jika tekanan tidak berkurang dapat terjadi iskemi pada membran
timpani, sehingga membran timpani menjadi lembek, berwarna kekuningan,
dan menjadi tempat yang paling mudah ruptur.
4. Perforasi: jika pemberian pengobatan terlambat, maka dapat terjadi ruptur

membrane timpani sehingga nanah dapat mengalir keluar. Pada fase ini anak
terlihat tenang, suhu badan turun, dan dapat tertidur nyenyak.
5. Resolusi: jika pengobatan berhasil dan membran timpani masih utuh, lama-

kelamaan membran timpani dapat menutup kembali. Tanpa pengobatan pun


jika daya tahan tubuh baik, maka tahap resolusi juga dapat terjadi.
Hal yang membedakan otitis media efusi dan otitis media akut adalah
1.

Pada otitis media akut biasanya pasien mengalami demam akibat infeksi
ditelinganya, sedang pada otitis media efusi biasanya tidak ada demam, atau
demam yang disebabkan oleh penyakit primernya.

2.

Pada otitis media akut biasanya disertai rasa sakit pada telinga yang teinfeksi,
sedangkan pada otitis media efusi idak disertai rasa sakit.
Karena pasien kita tidak memiliki rasa sakit pada telinga yang terganggu,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien kita mengalami otitis media efusi.
2.2.1.6 Patogenesis
Faktor yang paling sering menyebabkan otitis media efusi adalah alergi. Pada
orang yang mengalami alergi, terjadi tanda-tanda inflamasi pada kavum nasinya,
antara lain; peningkatan produksi mukosa, vasodilatasi yang menyebabkan
perubahan

permeabilitas

kapiler

sehingga

mengakibatkan

edema

pada

submukosa, dan jika hal-hal tersebut terjadi pada tuba eustachius maka dapat

menimbulkan sumbatan saluran antara telinga tengah dan udara luar, akibatnya
terjadi peningkatan tekanan negatif pada telinga, sehingga terjadilah transudasi
cairan yang mengisi kavum timpani, akibatnya terjadilah otitis media efusi
(OME).
Etiologi: alergi, dll

Sumbatan tuba

Tekanan negatif telinga


tengah meningkat

Transudasi cairan ke kavum timpani

Otitis Media Efusi


2.2.1.7 Patofisiologi
Pengaruh dari penumpukan cairan ini yang dapat mengakibatkan
gangguan pendengaran pada penderita otitis media efusi. Ini disebabkan
karena penumpukan cairan ini dapat mengganggu aliran bunyi yang
merupakan rambatan getar pada telinga tengah, mulai dari membran timpani
sampai tulang-tulang pendengaran ( maleus, incus, stapes ). Selain itu
penumpukan cairan ini membuat telinga terasa penuh.
Otitis Media Efusi
Telinga terasa
penuh

Menekan membran timpani,


dan tulang-tulang
pendengaran

Mengganggu rambatan getar


bunyi dari telinga luar ke
telinga dalam
2.2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Timpanometri

Gangguan fungsi
pendengaran

Timpanometri

adalah

pemeriksaan

telinga

yang

berguna

untuk

menentukan keadaan di telinga tengah. Dengan pemeriksaan timpanometri dapat


diketahuai adanya cairan di telinga tengah, adanya kekakuan tulang-tulang
pendengaran, tekanan negatif di telinga tengah.
Pemeriksaan ini relatif tidak invasif, hanya memasukkan suatu frop ke
liang telinga dan diberikan gelombang bunyi, dan alat akan memberikan grafik
yang dapat di cetak berupa timpanogram.
Hasil dari timpanometri dapat menentukan apakah ada gangguan pada
telinga tengah seperti adanya cairan, perforasi dari membrane timpani, adanya
glue ear maupun tumor pada telinga tengah.
Audiometri
Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat
ketulian (gangguan dengar). Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis
ketulian apakah terjadi tuli konduktif atau tuli saraf (sensorineural), serta derajat
ketulian.
2.2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada otitis media efusi yaitu menghindari asap rokok,
mengenali dan menghindari sumber alergi yang dikenali yang dapat menyebabkan
terjadinya otitis media efusi.
Pada Terapi medikamentosa meliputi penggunaan antibiotik, dekongestan,
mukolitik dan kortikosteroid.
Antibiotik
Pemberian antibiotik diberikan mengingat dapat terjadi invasi dari bakteri
patogen. Antibiotik pilihan utama dalam otitis media efusi adalah golongan
beta-laktam termasuk amoxycillin (dengan atau tanpa asam klavulanat). Pada
pasien

yang

alergi

terhadap

golongan

beta-laktam

dapat

diberikan

trimethoprim-sulfamethoxazole. Antibiotik harus tetap diberikan selama 7 hari.

Dekongestan

Pada umumnya otitis media efusi dapat disertai dengan penyumbatan hidung
dan pilek, maka dekongestan diberikan untuk menghilangkan gejala tersebut.

Mukolitik
Mukolitik dapat diberikan untuk membantu mengencerkan sekret nasal jika
terjadi penyumbatan pada hidung ataupun pilek.
Terapi operatif dapat dilakukan jika masih terdapat cairan selama 3 bulan

dari masa pengobatan dan terjadi gangguan pendengaran. Tindakan operatif yang
dilakukan adalah miringotomi dengan aspirasi efusi atau dengan memasukan
pressure equilization tube (PET).
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar
terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang
menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan
pendengaran. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.
Miringotomi dengan aspirasi efusi dilakukan pada pasien dengan tuli
ringan (20-40 dB) dan miringotomi dengan PET dilakukan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi otitis media akut jika terjadi tuli sedang dan berat (41 dB).
2.2.1.10 Komplikasi
Komplikasi otitis media efusi dapat menyebabkan :

Otitis media akut

Gangguan pendengaran

Tympanosclerosi

2.2.1.11 Prognosis
Pada umumnya penderita otitis media efusi mempunyai prognosis yang
baik. Bahkan otitis media efusi dapat sembuh tanpa adanya interfensi. Namun
terdapat 5% penderita yang tidak diobati mengalami otitis media efusi menetap
hingga 1 tahun.

BAB III

KESIMPULAN
Otitis media efusi (OME): sering disebut juga otitis media serosa, karena
pada OME telinga tengah hanya terisi oleh cairan serosa akibat peningkatan
tekanan, tidak disertai rasa sakit pada telinga.
Etiologi penyebab otitis media efusi yang paling sering terjadi disebabkan
karena alergi, dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan sumbatan pada tuba
eustachius seperti tumor nasofaring dan pembesaran tonsil. Insidensi paling sering
terjadi pada anak-anak dibawah 4 tahun.
Perjalanan otitis media efusi biasanya terjadi karena penumpukan cairan
pada tuba eustachius, sehingga telinga terasa penuh. Penumpukan mengakibatkan
penekanan membran timpani dan tulang-tulang pendengaran. Maka pasien
umumnya mengalami gangguan fungsi pendengaran.
Terapi pada otitis media efusi yaitu menghindari alergan serta diberikan
terapi medikamentosa seperti antibiotik, dekongestan, dan mukolitik. Terapi
operatif dilakukan jika masih terdapat cairan selama 3 bulan. Tindakan operatif
yang dilakukan adalah miringotomi. Miringotomi dengan aspirasi efusi dilakukan
pada pasien dengan tuli ringan dan miringotomi dengan PET dilakukan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi otitis media akut jika terjadi tuli sedang dan
berat.
Prognosis otitis media efusi pada umumnya baik. Bahkan otitis media
efusi dapat sembuh tanpa adanya interfensi. Namun terdapat 5% penderita yang
tidak diobati mengalami otitis media efusi menetap hingga 1 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Boise,

L.R.

Buku

Ajar

Penyakit

THT.

Boise

Fundamentals

of

Otolaryngology. Edisi 6. EGC. Jakarta. 1997.


2.

Soepardi, E.A, Iskandar,N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung


Tenggorok Kepala Leher. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2001.

3.

Lee, K.J. Essential Otolaryngology: Head and Neck Surgery. Edisi 8.


McGraw-Hill. New York. 2003.

4.

Thibodeau, G.A, Patton K.T. Anatomy and Physiology. Edisi 5. Mosby.


Missouri. 2003.

5.

Bailey BJ. 2001. Maxillary, Ethmoid and Sphenoid Sinuses. In : Atlas of


Head and Neck Surgery Otolaryngology. Lippincott Raven Pub. Philadelphia
New York.

6.

Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al. Otolaryngology: Head &
Neck Surgery. 4th ed. St Louis, Mo; Mosby; 2005. Available from:
http://www.nlm. nih.gov/medlineplus/ency/article/003390.htm

7.

Dr. T. Balasubramanian M.S. D.L.O. Otitis Media with Effusion


Otolaryngology on line; 2006. Available from: http://www.drtbalu.com/
OME.html

8.

Kartika H. Audiometri dasar. Welcome & Joining Otolaryngology in


Indonesian language; 2007. Available from: http://hennykartika.wordpress.
com/2007/03/11/audiometri-dasar/

9.

Soepardi EA, Iskandar N. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

10. Thraser III RD, M.D. Middle Ear, Otitis Media With Effusion. eMedicine;
2007. Available from: http://www.emedicine.com/ent/topic209.htm

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • PRINT Gimul Bumil
    PRINT Gimul Bumil
    Dokument19 Seiten
    PRINT Gimul Bumil
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokument1 Seite
    Daftar Isi
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Cover
    Cover
    Dokument1 Seite
    Cover
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Cover Case DHF
    Cover Case DHF
    Dokument2 Seiten
    Cover Case DHF
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • CSS Diagnosis Banding Retardansi Mental
    CSS Diagnosis Banding Retardansi Mental
    Dokument9 Seiten
    CSS Diagnosis Banding Retardansi Mental
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Pian Presus
    Pian Presus
    Dokument27 Seiten
    Pian Presus
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Penyuluhan Somatisasi
    Penyuluhan Somatisasi
    Dokument3 Seiten
    Penyuluhan Somatisasi
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • CSS Somatoform 5 Halaman
    CSS Somatoform 5 Halaman
    Dokument6 Seiten
    CSS Somatoform 5 Halaman
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Orto Lepasan PDF
    Orto Lepasan PDF
    Dokument42 Seiten
    Orto Lepasan PDF
    Dwi Astuti
    75% (4)
  • PRINT Gimul Bumil
    PRINT Gimul Bumil
    Dokument19 Seiten
    PRINT Gimul Bumil
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • CRS Gingivitis
    CRS Gingivitis
    Dokument20 Seiten
    CRS Gingivitis
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Komplikasi OMSK
    Komplikasi OMSK
    Dokument18 Seiten
    Komplikasi OMSK
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Psikosomatis
    Psikosomatis
    Dokument12 Seiten
    Psikosomatis
    Dyana Pastria Utami
    Noch keine Bewertungen
  • SomatisasI Penyuluhan Word
    SomatisasI Penyuluhan Word
    Dokument17 Seiten
    SomatisasI Penyuluhan Word
    Dyana Pastria Utami
    Noch keine Bewertungen
  • Notes
    Notes
    Dokument2 Seiten
    Notes
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Notes
    Notes
    Dokument2 Seiten
    Notes
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Cover Case DHF
    Cover Case DHF
    Dokument2 Seiten
    Cover Case DHF
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Bronkopnemonia
    Bronkopnemonia
    Dokument15 Seiten
    Bronkopnemonia
    Tri Utami Ningrum
    Noch keine Bewertungen
  • Case Typhoid Anggun
    Case Typhoid Anggun
    Dokument13 Seiten
    Case Typhoid Anggun
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Kasus DHF Puput
    Kasus DHF Puput
    Dokument19 Seiten
    Kasus DHF Puput
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Pico Ca Mammae Arani
    Pico Ca Mammae Arani
    Dokument14 Seiten
    Pico Ca Mammae Arani
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Giant Baby
    Giant Baby
    Dokument14 Seiten
    Giant Baby
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Case Report Pian
    Case Report Pian
    Dokument28 Seiten
    Case Report Pian
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Case Vignette Presentation
    Case Vignette Presentation
    Dokument26 Seiten
    Case Vignette Presentation
    Rahmi Rahma Andini
    Noch keine Bewertungen
  • CRS OMA No Cover
    CRS OMA No Cover
    Dokument9 Seiten
    CRS OMA No Cover
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Gambaran Radiologik Mastoid
    Gambaran Radiologik Mastoid
    Dokument1 Seite
    Gambaran Radiologik Mastoid
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Crs Ome 2008
    Crs Ome 2008
    Dokument10 Seiten
    Crs Ome 2008
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • BST - OMA DK
    BST - OMA DK
    Dokument16 Seiten
    BST - OMA DK
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen
  • Bacaan Omsk 5
    Bacaan Omsk 5
    Dokument30 Seiten
    Bacaan Omsk 5
    Muhammad Julpian
    Noch keine Bewertungen