Sie sind auf Seite 1von 15
= PEKER AR ae Pn maser PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN | DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN D, ax: (022) 2500163, "hobo sere PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR a 7 - SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Peta Zona Gempa Indonesia sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan. Kita perlu sadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada perbenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng india Australia. Di samping hal tersebut, Indonesia berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama, yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transasiatic, Kondisi ini mengakibatkan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai aktivitas gempa bumi cukup tinggi. Kondisi tersebut tidak bisa dihindari, sebaliknya perlu dihadapi dengan sangat arif. Salah satu yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana gempa adalah menyiapkan semua prasarana yang dibangun di Indonesia agar direncana tahan terhadap gempa desain (design earthquake). Dalam kaitan ini, Peta Zona Gempa Indonesia sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan sangat diperlukan. Saya berharap Peta Zona Gempa Indonesia ini dapat dijadikan rujukan dan diterapkan dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Perancangan Bangunan Tahan Gempa, sehingga dampak bencana gempa yang peluang terjadinya relatif tinggi di Indonesia dapat diminimalkan. Jakarta, Desemnber 2004 Menteri Pekerjaan Umum, Kn Dioko Kirmanto PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR —— SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan kerja keras para Peneliti dan Perekayasa Bidang Bangunan Hidraulik dan Geoteknik - Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air telah diterbitkan buku Peta Zona Gempa Indonesia sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan. Peta Zona Gempa Indonesia adalah peta yang menggambarkan besamya koefisien gempa pada suatu daerah yang sesuai dengan besaran kegempaannya. Pela telah disusun dengan memperhatikan sumber gempa pada zona subduksi dan sesar aktif yang teramati selama 100 tahun pengamatan terakhir, Peta Zona Gempa indonesia ini secara berkala tetap periu diperbaharui. Selanjutnya apabila jumlah alat pencatat percepatan gempa yang terpasang di Indonesia sudah cukup banyak, maka formula empirik yang diperiukan untuk menentukan percepatan gempa maksimum di permukaan tanah atau batuan dasar dapat diturunkan berdasarkan kondisi nyata di Indonesia dan Peta Zona Gempa Indonesia dapat disempurnakan lebih lanjut. ‘Semoga dengan terbit dan disebarluaskannya buku Peta Zona Gempa Indonesia ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para Perencana Pengembangan Wilayah dan Perancang Bangunan Tahan Gempa. Kepala = Badan Litbang Eks. Dept, Kimpraswil Or, Ir, Roestam Siarief, MNRM, PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR) —— a KATA PENGANTAR Pada beberapa tahun terakhir ini bencana alam akibat gempa bumi di Indonesia makin sering terjadi. Hal ini perlu dimaklumi karena Indonesia berada pada daerah yang mempunyal tinggi. Berkaitan dengan kondisi tersebut, salah satu upaya yang bisa dil dampak bencana gempa adalah menyiapkan semua prasarana yang rencana tahan terhadap gempa desain. aktivitas gempa bumi cukup kukan untuk meminimalkan ingun di indonesia agar di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air telah mengambil inisiatif untuk memperbaharui Peta Zona Gempa Indonesia sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan. Dalam pembuatan peta, sumber gempa pada zona subduksi dan sesar aktif diperoleh dengan menggunakan data kejadian gempa yang teramati selama 100 tahun terakhir. Hasil analisis perbandingan terhadap peta - peta zona gempa terdahulu menunjukkan bahwa Peta Zona Gempa Indonesia yang dikembangkan ini memberikan nilai percepatan gempa maksimum di batuan dasar yang moderat. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan peta dalam desain tidak akan menghasilkan struktur yang lemah atau berlebihan terhadap kemungkinan gempa. Dalam buku ini disajikan pula cara penggunaan peta zona gempa Indonesia secara ringkas dan sederhana yang dituangkan dalam bentuk warna dan tabel sehingga memudahkan bagi yang menggunakannya. Seperti diketahui bersama, Tsunami sebagai bencana ikutan saat terjadi gempa merupakan fenomena alam yang banyak menimbulkan korban. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam buku ini juga disertakan Peta Zona Tsunami Indonesia yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengembangan wilayah dan perancangan bangunan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besamya Kepada Bapak Ir. Djoko Kirmanto, Dipl, HE, Menteri Pekerjaan Umum atas dukungan moral maupun material serta kesediaan beliau memberikan kata sambutan pada penerbitan buku ini. Ucapan terima kasin serupa juga kami sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Eks. Dept. Kimpraswil atas segala bantuan dan dorongan beliau sehingga penerbitan Peta Zona Gempa Indonesia sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan ini dapat terwujud ‘Sumbangan pemikiran, kritik serta saran dari semua pihak untuk penyempumaan isi buku ini dimasa- masa mendatang sangatlah kami harapkan, Sehingga informasi yang diberikan akan lebih lengkap, tepat dan akurat serta bermanfaat bagi perencana dan perancang bangunan. Terima kasih diucapkan kepada Tim Peneliti Bidang Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan dengan ketua tim Ir. Theo F. Najoan, M.Eng. dan semua pihak yang telah memberikan kemudahan dan kerjasama sehingga Peta Zona Gempa sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Bangunan ini dapat tersusun Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air It. Dyah Rahayu Pangesti, Dip_HE,, API NIP. 110013657 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN : - Menteri Pekerjaan Umum ser iii Kepala Badan Litbang Eks, Dept. Kimpraswil iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi 1. PENDAHULUAN 1 2. PETA ZONA GEMPA. i : 2 3. CARA PENGGUNAAN PETA ZONA GEMPA INDONESIA. 3 4. GELOMBANG TSUNAMI 4 5. PENUTUP 5 9 PCTA.ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN| PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR 4, PENDAHULUAN Secara goografis, kepulauan indonesia berada di antara 6° LU dan 11° LS serta di antara 95° BT dan 141° BT dan terletak pada perbenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng India Australia. Ditinjaiu secara geologis, kepulauan Indonesia berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama, yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transasiatic. Karena itu, kepulauan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai aktivitas gempa bumi cukup tinggi. Pada beberapa tahun terakhir ini bencana alam akibat gempa bumi makin sering terjadi di indonesia, Tidak bisa dilupakan gempa bumi di Laut Flores 12 Desember 1992 (M.=7,5), Lampung 16 Februari 1994 (M,=7,2), Banyuwangi 3 Juni 1994, Bengkulu 4 Juni 2000, Pulau Alor 24 Oktober - 15 Nopember 2004 (M.=7,3), Nabire 6 Pebruari 2004 (M.=6,9) dan 26 Nopember 2004 (M,=6,4) yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta penduduk yang cukup besar. Gempa terakhir yang sempat tercatat terjadi pada 26 Desember 2004 dengan pusat gempa di lepas pantai barat Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (Ms=8,9). Gempa tersebut telah memicu geloibang Tsunami yang dampaknya terasa di 11 negara Asia dengan jumlah korban diperkirakan tidak kurang dari 80.000 jiwa. PETA TEKTONIK KEPULAUAN INDONESIA, AUSTRALIAN PLATE = Patanan/ sesar aitt BAAK a0n0 su00.ks! Gambar 1. Peta tektonik kepulauan Indonesia, tampak Zona subduksi dan sesar aktif Penyebab utama bencana dan kerusakan terhadap lingkungan hidup adalah gaya inersia yang ditimbulkan oleh goncangan gempa dan berakibat merobohkan bangunan-bangunan yang tidak didesain tahan gempa. Sementara penyebab ikutan gempa berupa: PUTA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAT ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR 2). Tsunami yang menghancurkan dan menghanyutkan bangunan-bangunan ringan di desa-desa atau dusun-dusun di tepi pantal b). Perubahan struktur pertapisan tanah yang menggambarkan adanya penurunan dan proses kuifaksi ©). Longsoran di daerah perbukitan. Berdasarkan jenis kerusakan akibat gempa bumi, yang paling banyak menimbulkan korban jiwa adalah tsunami dan gaya-gaya inersia yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka untuk menanggulangi bencana akibat gempa bumi dan bencana ikutannya, perlu disusun suatu petunjuk teknik penanggulangan bencana gempa ai Indonesia. Tercakup di dalamnya pengkajian ulang terhadap Peta Zona Gempa yang telah digunakan oleh berbagai instansi di Indonesia untuk keperluan perancangan infrastruktur tahan gempa. 2. PETAZONA GEMPA Berdasarkan hasil analisis terhadap data gempa bumi yang tercatat selama 100 tahun pengamatan terakhir, dapat disusun peta zona gempa yang didalamnya sudah tercakup frekuensi kejadian gempa dan skala besaran gempa sesuai dengan zona kegempaannya, Peta Zona gempa adalah peta yang menggambarkan besarnya koefisien gempa pada suatu daerah yang sesuai dengan besaran kegempaannya. Untuk keperiuan perencanaan dan perancangan infrastruktur di Indonesia, telah disusun Peta Zona Gempa dengan menerapkan fungsi rayapan gelombang gempa Fukushima dan Tanaka (1990): log PHA = 0,41 Mg - log (r+0,030 x 10°*™s )-0,0033r+ 1,28. a) serta Joyner dan Boore (1993): fog Y = bi + bp (M—G) + bs (M —6)2 + bar + bslog (r) + be Ga + br Ge (2) r=(d+n’)? esses @) dengan: PHA Percepatan gempa horisontal maksimum (gals), Ms = magnitudo, = 0,105 ; bz = 0,229 ; bs 0.251; jarak episentrum (km), kedalaman gempa, diambil 30 km, jarak hiposentrum terdekat. 0; be = 0; bs =~ 0,778 ; bs = 0,162; Tabel 1 Kelas batuan yang bergantung pada cepat rambat ‘gelombang geser batuan Kelas batuan | vs (m/s) pada kedalaman 30 m Ge Ge A- Padat > 750 } o© | Oo | B- Medium 360 - 750 1 o C- Lunak 180 - 360 0 1 PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR Untuk mengurangi bahaya Tsunami, pada daerah yang dikembangkan tersebut perlu dilengkapi dengan alternative prasarana berupa: 1) Pagar pepohonan di pantai (Green-belt) Pagar pepohonan ini disarankan ditanam pada jarak + 100 m dari tepi pantai, jarak antar pohon 1 — 1,5 m dan ditanam secara acak dengan lebar pagar pepohonan (green-belt) + 50 m. Jenis pohon yang ditanam adalah jenis tanaman keras yang dapat tumbuh di ingkungan pantai. 2) Pembuatan tanggul penahan rayapan Tsunami, Berdasarkan hasil uji model fisik di laboratorium dapat diketahui bahwa dengan tanggul setinggi 2 — 3 m yang ditempatkan sejajar pantai pada jarak 75 — 100 m dari tepi pantai dapat menahan rayapan gelombang Tsunami hingga setinggi 4 m dengan sedikit limpasan. 5, PENUTUP Dalam pengembangan Peta Zona Gempa Indonesia ini telah dilakukan analisis dengan memperhitungkan peluang terjadinya gempa dengan variasi kala ulang antara 10 tahun sampai 10.000 tahun. Hal ini memberikan kemudahan dalam penggunaan untuk semua jenis struktur bangunan, baik bangunan hidraulk (bendungan, bendung dan sebagainya), bangunan gedung, jalan dan jembatan, maupun pelabuhan udara dan laut, Di samping kelebihan tersebut, dalam penyusunan peta juga telah digunakan data sesar aktif dan data kejadian gempa yang tercatat terjadi pada zona subduksi pada kurun waktu tahun 1900 - 2002. Atas Gasar hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa Peta Zona Gempa indonesia yang dikembangkan ini dinarapkan tidak ketinggalan zaman hingga lebih kurang 10 tahun mendatang. Hasil analisis perbandingan terhadap peta-peta zona gempa terdahulu menunjukkan bahwa Peta Zona Gempa Indonesia yang dikembangkan ini memberikan nilai percepatan gempa maksimum di batuan dasar yang moderat. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan peta dalam desain tidak akan menghasilkan struktur yang lemah terhadap kemungkinan gempa (under design) atau berlebihan (over design). Namun demikian perlu diakui bahwa rumus empiris yang digunakan untuk menentukan percepatan gempa maksimum di permukaan tanah atau batuan dasar masih berasal untuk kondisi gempa di Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini terpaksa dilakukan karena rumus untuk kondisi gempa di Indonesia belum ada. Apabila jumiah alat pencatat percepatan gempa (accelerograph) yang terpasang di indonesia sudah ‘cukup banyak, maka rumus empiris yang diperlukan untuk menentukan percepatan gempa maksimum di permukaan tanah atau batuan dasar dapat diturunkan berdasarkan Kondisi nyata di Indonesia dan Peta Zona Gempa Indonesia dapat disempurnakan lebih lanjut. PEGA ECHLA COGAAPAC WALI NGSAA SUMUIECEAT RECA CAN PUUUERCTRZAON GHLIT mE PUSAT LITBANG Untuk pembuatan Peta Zona Indonesia digunakan batuan C dikarenakan secara umum batuan di Indonesia termasuk batuan lunak. Dalam pembuatan peta, sumber gempa ~2da zona subduksi diperolen dengan menggunakan data kejadian gempa untuk interval M.= 4,5; , 7,5 yang teramati selama 100 tahun pengamatan. Data sesar aktif yang digunakan untuk analisis resiko gempa terdiri dari 14 segmen untuk Sumatera, 2 segmen untuk Jawa dan 8 Segmen untuk Papua. Selanjutnya, perhitungan dilakukan pada berbagai koordinat yang penting di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Timor Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, untuk mendapatkan peta kontur percepatan gempa maksimum boleh jadi di permukaan tanah atau batuan dasar untuk erioda ulang 10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan 10000 tahun. Hasil perhitungan untuk setiap koordinat dalam peta Zona Gempa Indonesia yang dihasilkan masih berupa percepatan gempa maksimum yang belum terkoreksi oleh pengaruh jenis tanah setempat. Untuk aplkasi dalam desain bangunan tahan gempa masin peru dikoreksi oleh pengaruh jenis tanah setempat menggunakan persamaan DEB y, ecscentttecencenseanctneienesec @ dengan v= faktor koreksi pengaruh jenis lapisan batuan setempat. ay Ingan pada suatu koordinat dan perioda ulang Untuk memudahkan penggunaan, telah disusun Peta Zona Gempa Indonesia sebagai peta dasar untuk perencanaan bangunan tahan gempa. Peta ini diperoleh dengan menerapkan nilai percepatan gempa maksimum di permukaan tanah untuk semua koordinat pulau-pulau yang dianalisis dengan perioda ulang, T = 10, 20, 50, 100, 200, $00, 1000, 5000 dan 10000 tahun, Dalam analisis sebagai percepatan gempa dasar digunakan begar percepatan gempa maksimum tanah di permukaan kota Jakarta yang berada pada koordinat 106,8° BT dan 5,8” LS. Hasil analisis dituangkan dalam 2 buah Peta Zona Gempa indonesia yang dipresentasikan pada Gambar 2 dan 3, Gambar 2 merupakan hasil analisis menggunakan persamaan rayapan gelombang gempa Fukushima dan Tanaka (1990), sedangkan Gambar 3 merupakan hasil analisis menggunakan persamaan rayapan gelombang gempa Joyner dan Boore (1993). Peta pada Gambar 2 menghasilkan nilai percepatan koefisien gempa yang lebih besar (10-15%) dibandingkan nilai percepatan koefisien gempa dengan mempergunakan peta pada Gambar 3 pada zona yang sama. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan Peta Zona Gempa Indonesia seperti pada Gambar 2 karena memberikan nilai percepatan koefisien gempa yang konservatif dan aman namun tidak berlebihan terhadap hasil desain. 3. CARA PENGGUNAAN PETA ZONA GEMPA INDONESIA 1). Dalam peta Zona Gempa Indonesia yang dipresentasikan pada Gambar-gambar 2 dan 3, wilayah Negara Kesatuan Republik indonesia dibagi dalam 6 Zona Gempa A, B, C, D, E dan F. Pembagian dilakukan dengan memperhatikan kondisi besarnya skala gempa yang mungkin terjadi. Di samping pembagian zona, pada peta juga diberikan garis-garis kontur koefisien zona gempa. 2). Percepatan gempa desain untuk suatu bangunan di lokasi tertentu di Indonesia dapat diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan koordinat rencana lokasi bangunan di peta dengan tujuan PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAT ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR untuk mendapatkan koefisien zona gempa, Z. Z dapat diperoleh langsung dari kontur koefisien zona gempa atau dapat ditentukan pula dar kisaran (nilal rata-rata atau maksimum) koefisien zona gempa yang tertera pada tabel koefisien zona pada peta. 3). Tentukan nilai percepatan gempa dasar a. (9) sesuai dengan periode ulang T (tahun) yang dipersyaratkan dalam kriteria desain bangunan yang dirancang, 4). Tentukan jenis tanah/batuan di lokasi rencana bangunan guna mendapatkan ilai periode predominan, T; dan selanjutnya nilai faktor koreksi jenis tanah, v yang sesual untuk jenis fanah/batuan di lokasi rencana bangunan. Untuk memandu penentuan jenis tanah, gunakan hasil Penyelidikan geoteknik (Uji Penetrasi Standar, SPT atau Geofisik). Sebagai panduan, nilai perioda predominan dapat dinitung dengan menggunakan persamaan berikut © Ty = 125Te ssn ister) (6) Gengan v. diitung menggunakan persamaan 7 atau 8, atau diuji di laboratorium menggunakan uj kolom resonansi (resonant column test), atau diuji di lapangan }00 N"* ; untuk tanah kohesif eseeean cae eeseseeed) Ms 80.N"*; untuk tanahnonkohesif | cas dengan : tp Perioda predominan pertapisan tanah dengan regangan kecil (detik), Hi :tebal pertapisan ke i (m), Ma : cepat rambat gelombang geser pada lapisan tanah ke i (m/detik), N + nilai uji penetrasi standar (SPT), , jumiah lapisan. 5). Hitung percepatan gempa terkoreksi as dengan rumus az = Z . a, . v, sedangkan koefisien gempa kc = ada, dengan g = percepatan gravitasi. Nilai koefisien percepatan gempa ini yang harus digunakan untuk perhitungan stabiltas dan kekuatan bangunan tahan gempa, GELOMBANG TSUNAMI Sepert telah disinggung dalam uraian terdahulu, geiombang Tsunami yang dipicu oleh gempa bumi merupakan bahaya ikutan yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan bangunan-bangunan di tepi Pantal. Berkaitan dengan potensi bencana Tsunami, pada Gambar 4 dipresentasikan Peta Zona ‘Tsunami indonesia. Peta disusun dengan memperhatikan lokasi suatu daerah dalam kaitan terhadap peluang terjadinya Tsunami akibat gempa dengan periode ulang gempa 100 tahun. Dalam peta, Wilayan {ndenesia diag dalam 5 Zona Rawan Bencana Tsunami yang disusun berdasarkan analisis data yang berhasil dikumpulkan hingga tahun 1996. Peta tersebut akan segera diperbaharui sesuai dengan dats kejadian Gempa dan Tsunami terbaru. Guna mengurangi bahaya akibat terjadinya energi gelombang Tsunami, untuk pengembangan daerah- daerah yang berada pada Zona 1, 2, 3 dan 4 disarankan agar menempatkan permukiman pada lahan dengan elevasi lebih tinggi daripada elevasi aman, Elevasi aman di sini adalah: Elevasi Aman = Elevasi Muka Air Laut Rata-rata + Desain Tinggi Rayapan Tsunami ike Karena alasan tertentu pada daerah rawan Tsunami perlu dibangun suatu infrastruktur yang terpaksa harus ditempatkan di tepi pantai, maka bangunan dan bagian-bagiannya secara keselurunan maupun bagian per bagian perlu dirancang aman terhadap desain tinggi gelombang Tsunami sosuai Zona Bahaya Tsunami untuk daerah tersebut PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN Dat PERANCANGAN BANGUNAN GAMBAR 2. PETA ZONA GEMPA INDONESIA PERSAMAAN RAYAPAN GELOMBANG GEMPA FUKUSHIMA dan TANAKA (1990) LU so 115° 120° ) = |ALAYSIA, 105° Laut Arafura 10° 110° s 2 135° 130° 135° 140° PERIODE ULANG PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR, 2004 DAN PERCEPATAN FAKTOR KOREKSI PENGARUH JENIS TANAH / BATUAN RUMUS GEMPA DASAR | Fete ee) ee Jenis Periode Predominan FaktorKoreksi = K=ad/Q, ad=ZxacxVv a KOEFISIENZZONA (tahun ) Batuan Dasar 1 (detik) (wv) A 2 = 0.00- 0.30 26 ber k = Koefisien Gempa B Z = 030- 0.60 2 0.155 Batuan 1, < 025 0.80 Koaflalin Zonalenna Sz sas: 0st ana: 02227, Ditluvium 0.25 < Ts< 0.50 1.00 Percepatan Gempa Dasar (9 ) j coeur ps oss ercepatan Gravitasi (cm/det”) D Z = 0.90- 1.20 ia igen Alluvium 0.50 < Ts ¢)0.75 1.10 v = Faktor Koreksi Pengaruh Jenis Tanah Setempat I E Z = 120-140 iteo he Alluvium Lunak ts > ars 1.20 aa = Percepatan Permukaan Tanah Terkoreksi (cm,/get’) F 2 = 1,40- 1.60 PETA ZONA GEMP _ INDONESIA PERSAMAAN RAYAPAN GELOMBANG GEMpA JOYNER dan BOORE (1993) - 125° 130° 135° 140° F A PI x TOR TT a es = of + 5° ° SAMUDERA PASIFIK [ ee) ee . ot ot = att Joma sale Laut drain {10° c Sis aA) Li 1 n p\ hE a Ma so Ls 95° 100° 105° 10° 115° 120° 125° 130° 135° 140 PERIODE ULANG PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR, 2004 DAN PERCEPATAN FAKTOR KOREKSI PENGARUH JENIS TANAH SETEMPAT RUMUS GEMPA DASAR PERIODE ULANG me JENIS BATUAN DASAR = PERIODEPREDOMINAN — FAKTOR KOREKSI. a KOEFISIEN ZONA T (Tahun ) (9) Ts ( Detik cv) k=ad/g ad=Zracxv A Z = 0.00- 0.30 10 0.103 8 2 = 0.30- 0.60 20 0.424 <0, H 50 0.148 — - i- tom c z 0.60- 0.90 100 0.169 Dilluvium 0.25 < Ts < 0.50 1.25 Percepatan Gempa Dasar (g ) D 0.90- 1.20 200 0.191 Percepatan Gravitasi ( cm/det”) E = 1.20- 1.40 saat) oats Alluvium 0.50 0.75 1,50 a 10000 0.298 GAMBAR 4. PETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA PERIODE ULANG, T = 100 TAHUN WU 95° 108 19s ne us 120° be 130° 1s 140° q \ LAUT CINA SELATAN 23 / : PASIFIK L se For 57> § : } 10° ; . Sse 100° ise ioe use 120° 125° 130° 135° 140° PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR, 2004 = a 7 ae (aa TT aT Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona4 Tinggi Rayapan Tsunami < 1m Tinggi Rayapan Tsunamyj 1 = 2m Tinggi Rayapan Tsunami 2- 4 m Tinggi Rayapan Tsunami 4 - 6 m Tinggi Rayapan Tsunami 6 - 10 m Daya Rusak Tsune.ni Tidak Ada Daya Rusak Tsunami Kecil Daya Rusak Tsunami Sedang Daya Rusak Tsunami Besar Daya Rusak Tsunami Sangat Besar PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR DAFTAR PUSTAKA BENDER, B; PERKINS, D.V,, “Seisrisk Ml: A Computer Program For Seismic Hazard Estimation’, US. Geological Survey, Bulletin no. 1772. BECA CARTER HOLLINGS & FERNER (1979), “indonesian Earthquake Study’, Vol. through VII. BOLT, BA; ABRAHAMSON, N.A. (1982), "New Attenuation Relation for Peak and Expected Acceleration of Strong Ground Motion”, Bull. Seism. Soc. Am, Vol. 72., No. 6, Dec. pp 2307-2921 BOORE, D.M.; JOYNER, W.B. (1982), “The Emperical Prediction of Ground Motion’, Bull. Seism. Soe. ‘Am., Vol. 72. , No. 6, Dec. pp 643-860. CAMPBELL, KW. (1981), “Near Source Attenuation of Peak Horizontal Acceleration’, Bull. Of Seism. Soe. Am, Vol. 71, No. 6, Dec. pp 2039-2070, CORNELL, CA. (1968), “Engineering Seismic Risk Analysis", Bull Of Seism. Soc. Of America, Vol. 58, No. 5. pp 1583-1608. birien. Pengembangan Pedesaan (1999), “Penentuan beban gempa pada Bangunan Pengairar?, Dept Kimpraswil. ENGKON, K. KERTAPATI (1999), "Probabilistic Estimate Of Seismic Ground Hazard in Indonesia’, Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, November 4-5, tahun 1999, ITB, Bandung, FIRMANSYAH, J and MASYUR IRSYAM (1999), "Development of Selsmic Hazard Map Far Indonesia’, Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, November 4-5, tahun 1999, ITB, Bandung. FUKUSHIMA, Y; TANAKA, T. (1990), "A New Attenuation Relation For Peak Horizontal Acceleration Of ‘Strong Motion in Japar’, Bull. Seism. Soc. Am., 80 (4): 757-783. JOYNER, W.8; BOORE, OM. (1982)," Prediction of Earthquake Response Spectra’, 51 st Annual Convention, SEAOC, Sept. 30- Oct. 2, 1982, Sacramento, CA, Proceedings, pp 359-375, KRAMER, S.L. (1996), “Geotechnical Earthquake Engineering’, Prentice Hall. NAJOAN, Th.F., SOEROSO, D. dan RUKHIJAT, $.(1996), “Peta Zona Gempa Dan Cara Penggunaanrya’ Sebagai Usuian Dalam Perencanaan Bangunan Pengairan Tahan Gempa’, Jum Litbang Air, no. 36, Th.ll-KW1 (1996). NAJOAN, Th, dkk (1999), "Peta Zona Gempa untuk Penentuan Percepatan Gempa Maksimum a Pemukaan Tanah untuk Desain Bendungart, Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, November 4-5, tahun 1999, ITB, Bandung, NAJOAN, Th. (2004), “Frekuensi Kejadian Gempa Di Indonesia Sebagai Acuan Untuk Analisis Fisik Gempa", Seminar Nasional Hari Air Sedunia, Jakarta Maret 2004. SHAH, C.H., and BOEN, T. (1996), “Seismic Hazard Model For Indonesia’. WELLS, D.L: Coppersmith, K.(1994) , “New Emperical Relationship among Magnitude, Rupture Length, Rupiure Width, Fupture Area And Surface Displacement , Bull Seism. Soc. Ar B4(4). PETA ZONA GEMPA INDONESIA SEBAGAI ACUAN DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN

Das könnte Ihnen auch gefallen