Sie sind auf Seite 1von 5

Aditya Wahyu Kurniawan

Nim 112310101049

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Perilaku kesehatan suku Minuangkabau dlam praktik kesehatan keluarga
dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama Islam. Sebagai contoh, kelahiran bayi
dibantu oleh dukun/bidan dan ditunggui oleh ibu mertua. Setelah bayi lahir, plasenta
bayi tersebut dimasukkan ke dalam periuk tanah dan ditutup dengan kain putih.
Penguburan plasenta dilakukan oleh orang yang dianggap terpandang dalam
lingkungan keluarga.
Pada zaman dahulu, keluarga Minangkabau lebih memilih melahirkan dengan
dibantu dukun beranak daripada pergi ke pusat kesehatan. Mereka beranggapan
bahwa melahirkan dibantu dukun beranak atau paraji biayanya lebih murah. Namun
sekarang ini sesuai dengan perkembangan zaman, keluarga Minangkabau lebih
memilih melahirkan di bidan atau Puskesmas. (Sudiharto, 2007).
Ada beberapa jenis penyakit yang menurut masyarakat Minangkabau tidak
dapat dibawa kepada pelayanan medis seperti penyakit busung, kusta atau pada suku
Minangkabau dikenal dengan biriang dan patah tulang yang biasanya hanya dibawa
kepada dukun patah. Menurut mereka, penyakit busung dan kusta tersebut disebabkan
karena guna-guna (ulah seseorang). Penyakit busung (perut membuncit, namun badan
semakin kurus) biasanya disebabkan karena seseorang tersebut terkena kutukan
karena telah memakan ikan (benda) larangan, dan untuk sembuh harus berobat
kepada orang yang telah membuat larangan tersebut. Hampir sebagian besar

masyarakat Minangkabau sudah lebih memilih untuk berobat kepada petugas


kesehatan. Kepercayaan pada fasilitas kesehatan tergantung pada individu tersebut,
lebih percaya kepada petugas kesehatan atau pengobatan alternatif (Caniago, 2009).
Keluarga Minangkabau pada kelas sosial yang rendah mempunyai pola
perilaku mencari bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana, yaitu
dengan pergi ke dukun. Sejalan dengan aktivitas ekonomi di pedesaan, banyak
warung yang menjual obat sampai ke pelosok. Oleh karena itu bila mereka sakit,
biasanya mereka hanya berobat ke warung saja. Resiko yang dapat terjadi dengan
pola mencari bantuan kesehatan seperti ini adalah terjadi komplikasi atau sakitnya
semakin parah. Dampak yang lebih luas adalah bila datang ke rumah sakit dan tidak
tertolong, mereka menganggap tenaga kesehatan di rumah sakit tidak cekatan
sehingga jiwa anggota keluarga tidak tertolong. Di lain pihak bila dukun tidak
berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, keluarga akan mengatakan mereka
belum berjodoh dengan pengobatan alternatif/dukun (Sudiharto, 2007).
Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau, sehat-sakit
menurut masyarakat suku Minangkabau tidak terlepas dari tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh masyarakat tersebut. Pada umumnya, masyarakat menganggap bahwa
seseorang dikatakan sehat adalah seseorang yang memiliki jasmani dan rohani yang
sehat, serta dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan untuk masalah sakit,
sebagian masyarakat Minangkabau masih ada yang mempercayai bahwa selain
disebabkan karena penyebab fisik, juga disebabkan karena adanya gangguan roh-roh
halus. Bagi masyarakat Minangkabau, dikatakan sakit, jika seseorang tersebut tidak
dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti berdagang, bekerja di kantor,
berladang dan lainlain. Walaupun seseorang tersebut tersebut sudah memiliki gejala
sakit seperti sakit kepala, flu ataupun masuk angin namun masih dapat beraktivitas
belum diartikan sebagai sakit. Dan jikalau kepala keluarga sakit, maka secara tidak
langsung semua anggota keluarga yang ada di dalam keluarga tersebut akan sakit.
Dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan jika salah seorang anggota keluarga sakit, biasanya diputuskan secara

bersama oleh anggota keluarga tersebut. Namun adakalanya, jika keluarga tidak
mampu lagi dalam hal dana ataupun penyakitnya sudah terlalu berat maka keluarga
tersebut meminta bantuan dari keluarga yang lain atau bahkan dari organisasi yang
diikuti oleh keluarga tersebut. Keputusan keluarga tergantung jenis penyakit yang
terjadi pada orang tersebut. Sebelum pelayanan medis berkembang dan bertambah
banyak seperti sekarang ini, kebanyakan keluarga membawa yang sakit ke
pengobatan alternatif (dukun). Untuk saat ini keluarga sudah terlebih dahulu
membawa ke dokter ataupun pelayanan medis yang lain (Piliang, 2009).
Dalam hal perawatan orang sakit, seiring dengan perkembangan teknologi dan
tingginya tingkat pengetahuan, keluarga/masyarakat Minangkabau lebih memilih
untuk meneruskan pengobatan yang didapat dari petugas kesehatan. Namun
adakalanya, keluarga memberikan perawatan-perawatan sederhana seperti jika
seseorang demam hanya dikompres dengan daun-daun yang sifatnya dingin
(kembang semangkok, daun jarak), jika batuk diberikan air daun kacang tujuh yang
telah diremas, ibu postpartum biasanya diberikan tambahan seperti minum jamu
ataupun ramuan-ramuan tertentu.
Dalam hal mepertahankan suasana rumah, suku Minangkabau biasanya
berusaha agar posisi dan letak rumah menghadap ke arah matahari terbit. Dengan
tujuan agar rumah tersebut mendapat sinar matahari yang cukup. Kebersihan rumah
pada suku ini, tergantung pada kegiatan yang dimiliki oleh keluarga tersebut,
khususnya bagi Minang perantauan yang biasanya memiliki usaha/industri rumah
tangga di rumah. Mitos yang ada pada suku Minangkabau bahwa rumah harus
dibersihkan dari depan ke belakang dengan tujuan tidak menolak rejeki yang akan
datang pada rumah tersebut. Keluarga Minangkabau memiliki waktu untuk
berkumpul bersama keluarga pada saat makan malam yang digunakan untuk
mendiskusikan ataupun mengetahui perkembangan dari setiap anggota keluarga
tersebut.
Dalam hal pemanfaatan fasilitas kesehatan, hampir sebagian besar masyarakat
Minangkabau sudah lebih memilih untuk berobat kepada petugas kesehatan.

Kepercayaan pada fasilitas kesehatan tergantung pada individu tersebut, lebih percaya
kepada petugas kesehatan atau pengobatan alternatif (Caniago, 2009).
Pendekatan atau Teknik Transkultural Nursing
Dalam melakukan pendekatan dengan teknik transkultural nursing ini, perlu
diperhatikan beberapa aspek yaitu:
1. Komunikasi
Perbedaan bahasa dan tutur bahasa yang digunakan antara Suku Minangkabau
dengan seorang perawat transkultural mungkin menjadi salah satu kendala
terbesar terkait aspek komunikasi ini. Perlunya memahami budaya dan suku
tersebut sebelum kita turun langsung ke daerahnya sangat diperlukan. Selain itu
jika memang tidak atau kurang berhasil, kita dapat menggunakan bantuan orang
ketiga untuk menghubungkan dan menyampaikan maksud dari tindakan yang
hendak kita lakukan. Dengan penddikan masyarakat suku tersebut rendah maka
perawat tidak dapat menggunakan komunikasi dengan tulisan.
2. Strata Sosial
Dalam kaitannya dengan pendekatan ke strata sosial ini, perawat transkultural
bisa melakukan pendekatan kepada orang-orang yang berpengaruh disana seperti
kepala sukunya atau tetua-tetua suku yang mereka percaya. Sehingga kita
nantinya dapat dibanntu paling tidak untuk diterima terlebih dahulu oleh
masyarakat suku minangkabau. Dengan adanya sikap saling percaya diharapkan
nantinya terjalin kerjasama yang baik antara perawat transkultural dengan
masyarakat suku minangkabau.

Peran perawat

Perawat memiliki peran aktif untuk membantu menyelesaikan permasalahan


tersebu terkait dengan kearifan lokal yang sudah menjadi tradisi adat istiadat suku
tersebut. Peran perawat dalam layanan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain:
1. perawat melakukan pendekatan dan memahami terlebih dahulu terutama kepada
tokoh adat suku tersebut, supaya tidak dipandang ikut campur dalam tradisi adat
istiadat suku tersebut;
2. perawat melakukan asuhan keperawatan pada ibu-ibu pasca melahirkan dan
bayi yang baru lahir terkait dengan membedakan apakah tradisi tersebut dapat
dipertahankan, dinegosiasikan dan di rekonstruksi yang berhubungan dengan
kelangsungan kesehatan dengan adanya kemajuan zaman yang dapat
menimbulkan masalah;
3. memberikan fasilitas untuk beradaptasi dengan perbaikan budaya sehingga
perubahan dari budaya yang lalu menuju budaya kesehatan dapat berjalan
dengan maksimal.

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Dfihuk
    Dfihuk
    Dokument1 Seite
    Dfihuk
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Asdhjhu
    Asdhjhu
    Dokument1 Seite
    Asdhjhu
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Sdfhuk
    Sdfhuk
    Dokument1 Seite
    Sdfhuk
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Sdefhiuk
    Sdefhiuk
    Dokument1 Seite
    Sdefhiuk
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Jyhjsd
    Jyhjsd
    Dokument1 Seite
    Jyhjsd
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • JBNNJKM
    JBNNJKM
    Dokument29 Seiten
    JBNNJKM
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • MBJL LK
    MBJL LK
    Dokument28 Seiten
    MBJL LK
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • ,NJLBVN, M
    ,NJLBVN, M
    Dokument18 Seiten
    ,NJLBVN, M
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Scdkuhfj
    Scdkuhfj
    Dokument1 Seite
    Scdkuhfj
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Hjbigyu
    Hjbigyu
    Dokument3 Seiten
    Hjbigyu
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Lsudkhjf
    Lsudkhjf
    Dokument15 Seiten
    Lsudkhjf
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • RPS ASIIN Biostatistik
    RPS ASIIN Biostatistik
    Dokument2 Seiten
    RPS ASIIN Biostatistik
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • 000 Berita Acara
    000 Berita Acara
    Dokument2 Seiten
    000 Berita Acara
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Proposal Lkti 2015
    Proposal Lkti 2015
    Dokument11 Seiten
    Proposal Lkti 2015
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Sdlifjk
    Sdlifjk
    Dokument1 Seite
    Sdlifjk
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Ulj (D FLKM
    Ulj (D FLKM
    Dokument2 Seiten
    Ulj (D FLKM
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • KXCN, Ojsdiljkv
    KXCN, Ojsdiljkv
    Dokument14 Seiten
    KXCN, Ojsdiljkv
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen
  • Audjamnbcksj
    Audjamnbcksj
    Dokument7 Seiten
    Audjamnbcksj
    Uphie Luphy
    Noch keine Bewertungen