Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Apabila kita menyimak berita-berita tentang usaha mikro dan UKM, setidaknya ada lima
point yang ingin disampaikan oleh media massa di Indonesia, antara lain birokrasi, kredit un-
tuk UKM, lembaga/institusi pemerintah, lembaga/institusi non-pemerintah (LSM), lem-
baga/institusi komersil, dan infrastruktur.
Pertama, birokrasi ketentuan dan perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerah
serta kalangan perbankan seperti hambatan yang ditimbulkan akibat ketidakjela-
san/ketidaktrans-paranan, ketidaksinkronan kebijaksanaan antardepartemen, minimnya so-
sialisasi ketentuan/pera-turan pemerintah, biaya-biaya siluman dalam pengurusan perizinan.
Kedua, kredit untuk UKM seperti rencana, realisasi, dan ketentuan penyaluran baik dari in-
stansi pemerintah, perbankan, maupun Bank Indonesia. Juga termasuk subsidi bunga, penja-
minan, restrukturisasi.
Ketiga, lembaga atau institusi pemerintah yang memiliki program-program pembinaan dan
pengembangan UKM.
Keempat, lembaga atau institusi sosial non-pemerintah yang membina dan mengembangkan
UKM seperti FORDA, PUPUK, Warung Bisnis, PER (Pola Ekonomi Rakyat), dan inkubator
UKM. Keempat institusi ini bisa dikategorikan sebagai unit-unit klinik konsultasi bisnis yang
diharapkan berfungsi sebagai pengembang, penarik, dan pendorong kemajuan UKM.
Kelima, lembaga atau institusi komersil yang membina dan mengembangkan UKM seperti
perusahaan dotcom yang memfasilitasi kebutuhan UKM seperti dalam hal komunikasi, in-
formasi, pemasaran, transaksi.
Keenam, infrastruktur yang tidak memadai seperti tidak adanya jaminan keamanan dalam be-
rusaha, premanisme.
Kesemuanya ini jarang atau bisa dikata hampir tidak pernah diangkat oleh media massa di
Indonesia secara komprehensif melainkan secara sporadis. Pun dalam hal penyebaran infor-
masi dari pemerintah ke UKM yaitu dengan minimnya sarana komunikasi antara kedua belah
pihak.
Komoditas politik
Sampai saat ini, dalam menyikapi isu-isu atau segala hal yang berhubungan dengan UKM,
pemerintah selalu menjadikan UKM sebagai komoditas politik. Hal ini menjadi sangat jelas
saat pemerintah selalu mengambil kebijakan top-down dalam menghadapi UKM. Kecender-
ungannya adalah pemerintah lebih suka menciptakan program-program baru untuk tujuan
yang sama yaitu memberdayakan usaha mikro dan UKM.
Sosialisasi program-program baru ini sebenarnya cukup baik sampai ke seluruh pelosok
pedesaan. Sayangnya, pada pelaksanaannya, masyarakat awam tidak mengerti sampai detil
bagaimana mereka bisa memanfaatkannya. Karena untuk mendapatkan manfaat dari program
tersebut, masyarakat harus menjalani berbagai jenjang birokrasi yang melelahkan dan sangat
menyesakkan napas.
Prosedur administrasi yang bertele-tele dan banyak memakan biaya ini membuat banyak ka-
langan dari kelompok masyarakat awam ini yang kemudian mempunyai anggapan bahwa
program-program pemerintah ini tidak layak bagi mereka. Di sisi lain, mereka melihat justru
orang-orang atau kelompok yang dekat dengan birokrasilah yang bisa memanfaatkan pro-
gram tersebut.
Mengapa bisa demikian? Jawabannya bermuara pada ketimpangan informasi yang didapat
antara elit yang dekat dengan birokrat/penguasa dengan kelompok masyarakat awam yang
minim informasi. Idealnya, kesempatan dan peluang usaha bagi UKM harus terbuka dan adil
melalui transparansi atas kebijaksanaan yang diambil dan ketentuan serta peraturan yang
ditetapkan.
SANDO SASAKO
Paper work seperti perizinan, sertifikasi, dan lainnya merupakan masalah yang paling berat
dihadapi oleh usaha mikro dan UKM. Apabila pemerintah ingin memberdayakan UKM, di
sinilah peran pemerintah sangat diharapkan untuk muncul. Dengan memotong rantai
birokrasi, 80 persen segala permasalahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi UKM telah
terselesaikan dengan baik.
Seandainya pemerintah berani mengambil langkah kebijaksanaan demikian berarti
pemerintah telah menunjukkan sikap politiknya yang riel, pemerintah berpihak kepada usaha
mikro dan UKM. Cap lip service bagi pemerintah dalam hal memberdayakan usaha mikro
dan UKM akan dengan sendirinya lepas dan segera dilupakan oleh masyarakat.
Seringnya usaha mikro dan UKM dijadikan komoditas politik ditengarai bukannya tanpa
alasan yang mendasar. Banyak kalangan menyadari arti pentingnya keberadaan usaha mikro
dan UKM di Indonesia. Daya juang dan ketahanan ekonomi berbasis kerakyatan ini diakui
masih tetap solid dan kokoh di tengah amukan badai krisis ekonomi yang masih berlangsung.
Pun dalam hal banyaknya tenaga kerja informal yang terserap di kedua sektor usaha ini.
kebutuhan yang substansil bagi kedua sektor usaha tersebut. Berikut daftar program pengem-
bangan UKM (dan usaha mikro) di Indonesia:
1. Berbagai macam kredit program bersubsidi.
2. Clustering programs.
3. Fasilitas kredit dari bank-bank pemerintah bagi usaha mikro dan UKM.
4. Inkubator bisnis.
5. Kawasan industri.
6. Klinik konsultasi bisnis.
7. Koperasi simpan pinjam.
8. Modal ventura melalui Bahana Arta Ventura dan PNM.
9. Pelatihan ISO.
10. Pelatihan kerja (vocational).
11. Pelatihan kewiraswastaan.
12. Penjaminan kredit.
13. Persyaratan hubungan bisnis bagi BUMN dan PMA.
14. Program bapak angkat.
15. Promosi disain.
16. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
17. Pusat pelayanan teknis.
18. Sumbangan BUMN untuk UKM.
UKM Telekomunikasi
Memasuki semester kedua tahun 2000, maraknya pembukaan wartel dan warnet nampaknya
mendekati titik jenuh. Ini ditandai dengan semakin sedikitnya kita melihat wartel dan warnet
yang baru dibuka. Khusus untuk warnet, menurunnya pembukaan warnet baru lebih disebab-
kan anjloknya nilai rupiah dari Rp 7000 ke Rp 9000 per dollar AS.
Penurunan pertumbuhan wartel lebih banyak dipengaruhi oleh adanya isu bahwa wartel bebas
menetapkan tarif atas pelayanan fasilitas telekomunikasi yang mereka berikan kepada
pelanggan. Hal ini seiring dengan tidak adanya lagi sistem komisi (bagi hasil 70:30) antara
PT Telkom dan pengelola wartel.
Efisiensi operasional dalam menyediakan telepon umum merupakan hal yang dituju PT
Telkom. Banyaknya pengrusakan fasilitas telepon umum kartu dan koin disiasati oleh PT
Telkom dengan menggampangkan prosedur bagi swasta yang ingin mendirikan wartel. Ham-
pir di setiap pelosok negeri ini, kita dengan mudah dapat menemukan wartel. Dengan modal
ANALISIS BERITA PEMBERDAYAAN UKM
berkisar antara Rp 5 juta sampai Rp 20an juta, seseorang dapat memiliki wartelnya sendiri.
Tidak ayal lagi usaha wartel lebih banyak dikategorikan sebagai UKM.
Tabel - 1
Telepon umum, 1995 - Sept. 2000 (lines of unit)
Pay phones
Tahun Grand total Card Phone Wartel
Subtotal Coin Phone
(Usage)
1995 108.257 90.657 na na 17.600
1996 134.542 106.613 na na 27.929
1997 166.724 121.827 na na 44.897
1998 216.651 129.469 na na 87.182
1999 269.242 120.379 na na 148.863
2000.9 327.932 117.799 70.833 46.966 210.133
Sumber: PT Telkom
Data di Tabel-1 memperlihatkan dengan jelas keberpihakan PT Telkom dalam hal mem-
bebaskan swasta memiliki wartel. Per September 2000, jumlah wartel di seluruh Indonesia te-
lah mencapai angka 210.133 unit telpon, atau meningkat 12 kali lipat dibandingkan line tel-
pon di tahun 1995. Sementara line untuk pay phones hanya meningkat 1,3 kali lipat.
Efisiensi produksi pulsa juga mempengaruhi kebijaksanaan PT Telkom. Dengan hanya
17.600 line telpon, wartel mampu memproduksi sampai 2,16 milyar pulsa selama tahun 1995,
atau 122.000 pulsa per line telpon wartel, setara dengan 5,5 kali lipat produktivitas pay
phones yang hanya mampu memproduksi 22.000 pulsa per linenya.
Ketatnya persaingan antara pengelola wartel dalam memproduksi pulsa berdampak pada
penurunan produktivitas pulsa yang menurun menjadi 60.000 pulsa per line telpon wartel per
September 2000, tetapi tetap lebih baik dibandingkan (6,6 kali lipat) produktivitas pay phones
yang hanya sebesar 9.000 pulsa per line telpon.
Tabel 2
Produksi pulsa telepon umum, 1995 - Sept. 2000 (juta pulsa)
Pay phones
Tahun Grand total Card Phone Wartel
Subtotal Coin Phone
(Usage)
1995 4,189 2,034 1,052 981 2,155
1996 6,952 2,452 1,287 1,166 4,500
1997 9,268 2,863 1,453 1,410 6,405
1998 12,811 2,539 1,449 1,089 10,272
1999 15,171 2,043 1,198 845 13,128
2000.9 13,743 1,077 615 462 12,666
Sumber: PT Telkom
Seiring dengan berkembangnya zaman ke era (teknologi) informasi, satu perekonomian baru
terlahir akibat perpaduan antara dunia telekomunikasi dengan dunia komputer. Cukup ban-
yaknya pengelola wartel yang paham dunia komputer membuat mereka tidak ragu mening-
katkan fasilitas wartelnya dengan menambahkan jaringan komputer dan mendirikan unit
usaha tambahan menjadi warnet. Tidak sedikit pula yang hanya mendirikan warnet semata.
Ekonomi yang baru ini berkembang menjadi dunia internet yang menawarkan berbagai
macam informasi dan fasilitas-fasilitas komunikasi dan bertransaksi. Berduyun-duyun orang
dari pelosok dunia mencoba memanfaatkan fasilitas internet.
Ada yang murni beroperasi sebagai perusahaan internet atau yang lebih dikenal dengan dot-
com companies. Ada pula yang memanfaatkan dunia internet sebagai sarana pendukung yang
vital bagi perusahaan dari old economy dengan menerapkan sistem supply chain management
dalam aktivitas produksinya.
Di awal tahun 2000, UKM di Indonesia yang mendirikan perusahaan dotcom telah mencapai
angka ratusan. Di awal tahun 2001 ini, jumlah perusahaan dotcom yang ada di Indonesia di-
perkirakan telah lebih dari seribuan. Daftar perusahaan dotcom yang telah dan akan diidentif-
ikasi akan semakin bertambah panjang.
Biasanya, yang menambah panjang deretan perusahaan dotcom adalah perusahaan-
perusahaan (baca: UKM-UKM) yang bergerak di bidang ISP (Internet Service Provider).
ISP-ISP ini berhasil mengidentifikasi peluang-peluang bisnis apa saja yang mampu mem-
berikan keuntungan. Pengelola dan pemilik ISP tidak akan sembarangan mendiversifikasi
usahanya seandainya tidak ada permintaan dan masukan dari para pelanggannya. Pelanggan
tetap pemakai internet saja diperkirakan telah lebih dari 300.000 orang/institusi.
Apabila diasumsikan satu user account biasa dipakai minimal 10 orang, setidaknya ada 3 juta
orang pemakai internet yang rutin menggunakan jasa internet. Belum lagi pengguna/dial up
user yang memanfaatkan fasilitas koneksi ke internet yang disediakan PT Telkom dan swasta
seperti internetinstan.com, web88888.com, dan lainnya yang menawarkan koneksi ke internet
melalui sistem voucher.
Menyimak arti pentingnya dunia internet bagi UKM, ada lembaga donor yang bersedia mem-
berikan bantuan. Sebagai contoh Bank Dunia bersedia membantu UKM di Indonesia untuk
mendapatkan matching grants for technology melalui program DAPATI dan grants for e-
commerce melalui program TATP.
Ada pula program bantuan dari USAID dengan nama GTN (Global Technology Network).
GTN menawarkan akses informasi bisnis bagi UKM di Indonesia yang ingin mendapatkan
alih teknologi dari AS tanpa dikenakan biaya. USAID bisa memberikan travel grant senilai
US$ 5.000 maksimum bagi UKM yang ada di Indonesia yang telah mendaftarkan dirinya me-
lalui perwakilan GTN di Jakarta dan sedang dalam tahap finalisasi kerjasama bisnis dengan
UKM di AS.
Sesuai dengan namanya, GTN mempunyai jaringan informasi bisnis yang tersebar sampai ke
4 benua, khususnya di mana USAID punya peranan di banyak negara sedang berkembang.
Ada empat bisnis yang menjadi fokus GTN yaitu teknologi pertanian, teknologi kesehatan,
komunikasi dan IT, dan teknologi energi dan lingkungan.
Sando Sasako
Pengamat IT dan UKM
Alamat:
redacted
Artikel di koran Bisnis Indonesia, Rabu, 10 Januari 2001, hal. 9 dengan judul
Internet Service Provider Perpanjang Deretan UKM Dotcom
direproduksi oleh Bappenas melalui websitenya, dengan url:
http://els.bappenas.go.id/upload/other/Internet%20Service%20Provider.htm
<HTML>
<HEAD>
<META HTTP-EQUIV="Content-Type" CONTENT="text/html; charset=windows-1252">
<META NAME="Generator" CONTENT="Microsoft Word 97">
<TITLE>Internet Service Provider perpanjang deretan UKM dotcom </TITLE>
</HEAD>
<BODY>
Dalam bahasan modal ada tema pembiayaan mikro, ekuitas, dan lainnya seperti kredit, sup-
plier credit, pegadaian, leasing/factoring. </P>
<P>IBSF diharap mampu menjadi katalis pertumbuhan usaha lokal melalui pemberian
asistensi langsung kepada UKM dan berbagai institusi pendukung UKM. </P>
<B><P>UKM telekomunikasi</B> </P>
<P>Salah satu bisnis yang belakangan 'giat' digeluti UKM adalah di bidang telekomunikasi.
Memasuki semester kedua 2000, maraknya pembukaan wartel dan warnet nampaknya men-
dekati titik jenuh. </P>
<P>Ini ditandai dengan semakin sedikitnya kita melihat wartel dan warnet yang baru dibuka.
Khusus untuk warnet, menurunnya pembukaan warnet baru lebih disebabkan anjloknya nilai
rupiah. </P>
<P>Penurunan pertumbuhan wartel lebih banyak dipengaruhi oleh adanya isu bahwa wartel
bebas menetapkan tarif atas pelayanan fasilitas telekomunikasi yang mereka berikan kepada
pelanggan. Hal ini seiring dengan tidak adanya lagi sistem komisi (bagi hasil 70:30) antara
PT Telkom dan pengelola wartel. </P>
<P>Efisiensi operasional dalam menyediakan telepon umum merupakan hal yang dituju PT
Telkom. Banyaknya pengrusakan fasilitas telepon umum kartu dan koin disiasati Telkom
dengan menggampangkan prosedur bagi swasta yang ingin mendirikan wartel. </P>
<P>Hampir di setiap kota-kota besar, kita mudah menemukan wartel. Dengan modal Rp 5
juta sampai Rp 20-an juta, seseorang dapat memiliki wartelnya sendiri. </P>
<P>Data di tabel menunjukkan dengan jelas keberpihakan Telkom dalam hal membebaskan
swasta memiliki wartel. Per September 2000, jumlah wartel mencapai 210.133 unit telepon,
atau meningkat 12 kali lipat dibandingkan line telepon di tahun 1995. Sementara line untuk
pay phones hanya naik 1,3 kali lipat. </P>
<P>Efisiensi produksi pulsa juga mempengaruhi kebijakan Telkom. Dengan hanya 17.600
line telepon, wartel mampu memproduksi 2,16 miliar pulsa selama 1995 atau 122.000 pulsa
per line telepon wartel, setara dengan 5,5 kali lipat produktivitas pay phones yang hanya
mampu memproduksi 22.000 pulsa per line. </P>
<P>Ketatnya persaingan antara pengelola wartel dalam memproduksi pulsa berdampak pada
penurunan produktivitas pulsa yang menurun menjadi 60.000 pulsa per line Telepon wartel
per September 2000, tetapi tetap lebih baik (6,6 kali lipat) dibandingkan dengan produktivitas
pay phones yang 9.000 pulsa per line telepon. </P>
<B><P>Era TI</B> </P>
<P>Ada perbedaan mencolok antara dengan UKM telekomunikasi dengan UKM pemanfaat
jasa telekomunikasi. Tingginya biaya telekomunikasi jadi halangan utama bagi UKM untuk
memperluas akses terhadap informasi dan Internet. Ketidakcukupan sistem komunikasi,
pemasaran, dan transportasi merupakan hal yang biasa diderita UKM. </P>
<P>Seiring dengan berkembangnya zaman ke era TI, satu perekonomian baru terlahir akibat
perpaduan dunia telekomunikasi dengan dunia komputer. </P>
<P>Cukup banyaknya pengelola wartel yang paham dunia komputer membuat mereka tak
ragu meningkatkan fasilitas wartel dengan menambahkan jaringan komputer dan mendirikan
unit usaha tambahan menjadi warnet. Banyak pula yang hanya mendirikan warnet. </P>
<P>Ekonomi yang baru ini berkembang menjadi dunia Internet yang menawarkan berbagai
macam informasi dan fasilitas komunikasi dan bertransaksi. Berduyun-duyun orang dari
pelosok dunia mencoba memanfaatkan fasilitas Internet. </P>
<P>Ada yang murni beroperasi sebagai perusahaan Internet atau yang lebih dikenal dengan
dotcom companies. Ada pula yang memanfaatkan dunia Internet sebagai sarana pendukung
yang vital bagi perusahaan dari old economy dengan menerapkan sistem supply chain man-
agement dalam aktivitas produksinya. </P>
ANALISIS BERITA PEMBERDAYAAN UKM
<P>Di awal 2000, UKM di Indonesia yang mendirikan perusahaan dotcom mencapai ratusan.
Di awal 2001 jumlah perusahaan dotcom di Indonesia diperkirakan lebih dari 1.000. Daftar
perusahaan dotcom yang telah dan akan diidentifikasi bakal bertambah panjang. </P>
<P>Biasanya, yang menambah panjang deretan perusahaan dotcom adalah UKM yang berge-
rak di bidang ISP (Internet Service Provider). </P>
<P>ISP berhasil mengidentifikasi peluang bisnis yang menguntungkan. Pengelola dan pem-
ilik ISP tak akan sembarangan mendiversifikasi usahanya seandainya tidak ada permintaan
dan masukan dari pelanggannya. Pelanggan tetap pemakai Internet saja diperkirakan telah
lebih dari 300.000. </P>
<P>Jika diasumsikan satu user account biasa dipakai minimal 10 orang, setidaknya ada tiga
juta orang pemakai Internet yang rutin menggunakan jasa tersebut. </P>
<P>Belum lagi pengguna/dial up user yang memanfaatkan fasilitas koneksi ke Internet yang
disediakan Telkom dan swasta seperti internetinstan.com, web88888.com, dan lainnya yang
menawarkan koneksi ke Internet melalui sistem voucher. </P>
<P>Menyimak arti pentingnya Internet bagi UKM, ada lembaga donor yang bersedia mem-
bantu. Sebagai contoh Bank Dunia bersedia membantu UKM di Indonesia untuk mendapat
matching grants for technology melalui program DAPATI dan grants for e-commerce melalui
program TATP. </P>
<P>Ada pula program bantuan dari USAID dengan nama GTN (Global Technology Net-
work). GTN menawarkan akses informasi bisnis bagi UKM di Indonesia yang ingin
mendapatkan alih teknologi dari AS tanpa dikenakan biaya. </P>
<P>USAID bisa memberi travel grant senilai US$5.000 maksimum bagi UKM di Indonesia
yang telah mendaftarkan dirinya melalui perwakilan GTN di Jakarta dan sedang dalam tahap
finalisasi kerja sama bisnis dengan UKM di AS. </P>
<P>Sesuai dengan namanya, GTN punya jaringan informasi bisnis yang tersebar sampai ke
empat benua, khususnya di mana USAID punya peranan di banyak negara sedang berkem-
bang. </P>
<P>Ada empat bisnis yang menjadi fokus GTN yaitu teknologi pertanian, teknologi
kesehatan, komunikasi dan IT, dan teknologi energi dan lingkungan. </FONT></TD>
</TR>
</TABLE>
<FONT SIZE=2>
<P> </P></FONT></BODY>
</HTML>