Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Semasa pemerintahan Soeharto, setiap lima tahun kita dijejali oleh Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Repelita menjadi acuan arah pembangunan di semua sektor. Semasa itu pu-
la pembangunan ekonomi Indonesia berlandaskan pada asas boleh berhutang dengan argu-
men untuk mempercepat proses pembangunan.
Boleh berhutang menjadi semacam paham ekonomi yang dipakai saat Soeharto mulai
berkuasa. Itu pun setelah beliau menghimpun rekomendasi pakar-pakar ekonomi asal Indo-
nesia tamatan perguruan tinggi di Berkeley, AS, yang tersedia kala itu. Hutang menggan-
tikan salah satu faktor utama dalam fungsi produksi ekonomi, yaitu kapital.
Dua faktor utama lainnya, tenaga kerja dan teknologi, seperti terabaikan secara tidak senga-
ja. Dua faktor ini mulai diutak-atik ketika pemerintahan Soeharto mulai memasuki Repelita
ke-6. Di akhir Januari 1993, Menristek kita melontarkan pikirannya tentang strategi dasar in-
dustrialisasi di Indonesia dengan judul Pembangunan Ekonomi Berdasarkan Nilai Tambah
dengan Orientasi Pengembangan Teknologi dan Industri.
Pada saat itu pandangan ekonomi Habibie disejajarkan dengan pandangan ekonomi Presiden
AS, Bill Clinton. Kedua pandangan tekno-ekonomi yang mirip ini memberikan kehebohan
tersendiri di kalangan media massa. Kehebohan itu mencuat dengan pemberian istilah mas-
ing-masingnya dengan sebutan Habibienomics dan Clintonomics.
Kedua paham ini dipersandingkan dengan paham ekonomi yang sudah dan/atau masih ber-
jalan. Habibienomics dipersandingkan dengan konsep ekonomi yang sedang diterapkan
Soeharto, yaitu Widjojonomics, sementara Clintonomics dipersandingkan dengan konsep
ekonomi pendahulunya, Reaganomics. Kedua konsep ekonomi ini jelas menimbulkan
kontroversi dan perdebatan pro dan kontra.
Tebel 1
Rekapitulasi 17 Skim Kredit Program
No. Kredit pro- Tujuan Penerima Kredit Sektor Usaha Plafond Kredit Suku bunga/bagi Jangka waktu (tahun) Jaminan Bank Pelaksa-
gram (Rp juta) hasil (% pa) na
1. KUT Modal kerja demi swasembada pan- Petani/kelompok tani melalui anggota Intensifikasi padi, palawija dan hortikultura: Sesuai kebutuhan 10.5 1 Kelayakan Usaha Bank Umum
gan Kop/KUD atau LSM Didasarkan pada kebutuhan nyata Petani un- (Chanelling)
tuk 2 Ha. lahan yang besarnya ditentukan
oleh Menteri Pertanian selaku Kepala Badan
Pengendali Bimas. (Saat ini untuk padi + Rp.
2 juta/Ha).
2. KKOP Modal kerja dan investasi Kop / Koperasi / KUD Pengadaan distribusi agribisnis. 350 16 1 untuk a) dan b); Kelayakan usaha Bank Umum.
KUD a) Pengadaan padi/palawija, cengkeh, pupuk 10 untuk c) investasi
dan hortikultura 1 untuk modal kerja;
b) Distribusi beras, gula pasir, minyak goreng 5 untuk modal kerja
dan kedelai terkait dengan inves-
c) Usaha agribisnis yang secara langsung tasi
mendukung kelancaran usaha anggota
Kop/KUD.
d) Usaha lain untuk memperkuat usaha
sendiri.
3. KPRS/RSS Rumah dan permukiman Masyarakat yang berpenghasilan rendah Pemilikan perumahan 30 8,5 untuk KPRSS; 20 Rumah yang dibiayai Bank Umum
11 untuk T 18 dan
T 21;
14 untuk T 27 dan
T 26
4. KMK BPR / Modal BPR/BPRS untuk meningkat- Nasabah BPR/BPRS Usaha produktif pada semua sektor ekonomi 15 30 4 Kelayakan usaha BPR/BPRS
PMKBPRS kan kemampuannya (tidak termasuk pengembangan sektor pe-
rumahan dan kantor)
5. KKPA Modal kerja dan investasi bagi ang- Anggota Koperasi Primer, kecuali Semua usaha produktif perdagangan dan jasa 50 16 15 untuk investasi; Kelayakan usaha Bank Umum
gota Koperasi Primer Koperasi Karyawan dan belum pernah mendapat fasilitas kredit 1 untuk modal kerja;
perbankan. 5 untuk modal kerja
terkait dengan inves-
tasi.
6. KKPA-TR Modal kerja bagi anggota Koperasi Petani tebu anggota koperasi primer Tanaman tebu 2-3 hektar 16 2 Kelayakan usaha Bank Umum
Primer yang membudidayakan tana-
man tebu
7. KKPA PIR Pembiayaan usaha perkebunan tana- Petani plasma di KTI seperti transmigran, Tanaman keras 50 16 3 untuk modal kerja; Kelayakan usaha Bank Umum
Trans KTI man keras petani lokal dan perambah hutan anggota 15 untuk investasi.
Koperasi Primer
8. KKPA TKI Modal kerja TKI guna persiapan dan Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Jasa pengiriman tenaga kerja (PJTKI) 50 14 bagi TKI yang 2,5 Kelayakan usaha, ta- Bank Umum
pemberangkatan ke luar negeri dijaminkan pada bungan beku PJTKI Devisa
lembaga penjamin minimum 10% dari
kredit dan 16 bagi kredit yang ditarik, ta-
yang tidak dija- bungan wajib TKI min-
minkan imal 25% dari ang-
suran hutang setiap bu-
lan
9. KKPA Bagi Modal kerja dan investasi nasabah Nasabah Usaha Kecil Usaha kecil yang produktif 50 16 bila langsung 1 untuk modal kerja; Kelayakan usaha Bank Muama-
Hasil usaha kecil yang produktif dengan dan 30 bila me- 15 untuk investasi lat Indonesia
pola bagi hasil. lalui BPRS
10. KPKM/PPKM Mengembangkan usaha kecil dan Pengusaha Kecil dan Mikro baik individ- Semua sektor ekonomi 5 bagi modal kerja 16 4 untuk investasi; BPR/BPRS/B
mikro ual maupun kelompok seperti pedagang dari BPR/BPRS/ 1-2 untuk modal kerja ank Umum
asongan, pedagang kaki lima, konpeksi BU;
25 bagi investasi
dari BU
11. KPTTG Meningkatkan kegiatan usaha Kelompok Taskin, keluarga Prase- Usaha produktif yang menggunakan teknolo- 50 16 1 untuk modal kerja; Kelayakan usaha, ta- BNI dan BRI
ekonomi produktif jahtera/Sejahtera I yang telah siap diting- gi tepat guna 3 untuk investasi bungan beku minimal
katkan 5% dari jumlah kredit
12. KKPA NE- Pembiayaan usaha penangkapan ikan Nelayan Anggota Koperasi Primer atau Usaha penangkapan ikan dan atau pen- 50 16 15 untuk investasi; Kelayakan usaha Bank Umum
LAYAN dan atau pengolahannya kelompok Nelayan Anggota Koperasi golahannya 1 untuk modal kerja
Primer dan dapat diper-
panjang sampai 4 kali
SANDO SASAKO
13. KKPA Permodalan agar dapat meningkatkan Peternak Unggas Anggota Koperasi Pri- Usaha peternakan ayam pedaging dan ayam 50 16 15 untuk investasi; Kelayakan usaha Bank Umum
Unggas usaha dan pendapatannya mer petelur 1 untuk modal kerja
dan dapat diper-
panjang sampai 2 kali
14. KUA UBP Pengusaha / koperasi angkutan umum Usaha angkutan umum bus perkotaan 6 untuk bis se- 6 1 Kelayakan usaha Bank Umum
dang;
25 untuk bis besar
15. KMK UKM Modal kerja Koperasi, pengusaha kecil dan menengah Distribusi, simpan pinjam, pengadaan bahan 3.000 16 1 Kelayakan usaha Bank Persero
baku dan usaha produktif lainnya. Diuta-
makan yang mendorong ekspor dan me-
nyerap tenaga kerja banyak.
16. KPT PUD Pengembangan produk unggulan dae- Koperasi, pengusaha kecil dan menengah 400 16 1 Kelayakan usaha Bank Persero
rah dengan teknologi tertentu dan BPD
17. Taskin KOP- Modal kerja untuk usaha ekonomi Kelompok Taskin yang siap untuk 75 per kelompok; 16 1 tanpa tenggang wak- Kelayakan usaha; Bank Bukopin
PAS produktif keluarga Taskin terutama dikembangkan menjadi koperasi, 3 per anggota tu namun dapat digu- tanggung renteng atau lembaga
keluarga pra-sejahtera dan sejahtera I bergabung dengan koperasi dan menjadi lirkan lagi apabila dengan penempatan ta- keuangan
bekerjasama dengan koperasi pengusaha kecil formal menunjukkan prestasi bungan beku minimal yang ditunjuk
yang baik 5% dari jumlah kredit oleh Bank
Bukupin
Tabel 2
Outstanding KUK menurut kegunaan dan KPR, 1991 Agustus 2000 (Rp milyar)
Kredit konsumsi
Tahun Grand total KMK KI % KPR thd % KPR thd
Subtotal KPR subtotal grand total Lainnya
1991 22.862 15.944 3.966 2.952 1.135 38,45 4,96 1.817
1992 22.621 15.061 4.495 3.065 1.784 58,21 7,89 1.281
1993 27.778 16.591 3.557 7.630 4.349 57,00 15,66 3.281
1994 34.164 19.417 4.911 9.836 4.970 50,53 14,55 4.866
1995 40.926 21.062 6.306 13.558 7.409 54,65 18,10 6.149
1996 49.291 23.125 8.073 18.093 9.431 52,13 19,13 8.662
1997 68.723 34.100 11.188 23.435 11.595 49,48 16,87 11.840
1998 45.571 17.557 8.326 19.688 10.224 51,93 22,44 9.464
1999 37.239 15.753 5.389 16.097 8.872 55,12 23,82 7.225
Agt 2000 42.078 16.290 5.892 19.896 9.058 45,53 21,52 10.838
Sumber: Bank Indonesia
KUK: Kredit Usaha Kecil
KMK: Kredit Modal Kerja
KI: Kredit Investasi
Tabel 3
Kredit untuk UKM, 1989 Okt. 2000 (Rp milyar)
KUK KUK PROGRAM KUK NONPROGRAM
Kredit untuk koperasi KIK
TAHUN pasca-
Grand Kupede Non-
FISKAL Subtotal KPR2 konver- Subtotal
total KUT KKOP1 KKPA Lainnya si PIR-
s kupedes
Trans
1989/1990 Des 14.062,0 2.786,2 292,4 66,4 105,1 26,3 2.296,0 11.275,8 1.381,8 9.894,0
1990/1991 Des 21.197,0 2.886,6 164,8 78,1 262,8 31,9 2.349,0 18.310,4 1.430,2 16.880,2
1991/1992 Des 22.862,0 3.128,4 161,0 111,2 290,9 44,3 2.521,0 19.733,6 1.536,5 18.197,1
1992/1993 Mar 22.563,0 3.311,1 166,8 112,5 310,9 156,9 2.564,0 19.251,9 1.726,3 17.525,6
1993/1994 Mar 28.364,0 4.939,8 158,5 97,5 351,9 156,7 4.175,2 23.424,2 2.075,9 21.348,3
1994/1995 Mar 35.340,0 7.029,4 161,5 98,8 457,7 126,9 6.029,1 155,4 28.310,6 2.582,8 25.727,8
1995/1996 Mar 42.143,0 9.225,4 279,9 130,7 567,3 82,9 7.848,3 316,3 32.917,6 3.374,1 29.543,5
1996/1997 Mar 49.713,0 12.066,7 346,3 142,9 1.184,3 45,9 9.846,3 501,0 37.646,3 4.140,4 33.505,9
1997/1998 Mar 65.890,0 14.475,4 400,2 128,8 1.725,2 23,4 11.436,0 761,8 51.414,6 4.624,2 46.790,4
1998/1999 Mar 38.170,9 17.115,6 4.131,0 358,0 2.048,0 12,0 9.583,7 982,9 21.055,3 4.596,2 16.459,1
1999/2000 Okt 37.418,0 21.655,0 8.001,0 805,0 2.671,0 12,0 9.104,0 1.062,0 15.763,0 4.984,0 10.779,0
Sumber: Departmen Keuangan
Tabel 4
KUT oleh Koperasi, Tahun Penyediaan 1996/1997 1999/2000
Tahun penyediaan Plafond (Rp juta) Realisasi kredit (Rp Koperasi pelaksana Luas areal (ha)
juta)
1996/1997 216,15 231.333,00 2.541 1.138.022,00
1997/1998 400,00 374.631,00 3.936 740,76
1998/1999 8.870.142,00 8.336.329,00 9.517 5.746.235,00
1999/2000 1.775.600,00 1.108.226,00 3.586 958.533,00
MT 2000* 0,00 5.904,00 34 3.896,00
Total 11.261.892,00 10.050.519,00 19.582 8.583.550,00
Sumber: Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM
* Sampai Juli
SANDO SASAKO
Tabel 4
Kredit Penyaluran Pupuk oleh Koperasi, Musim Tanam 1996/1997 1999/2000
Musim Tanam Plafond (Rp juta) Realisasi kredit (Rp Realisasi fisik (ton) Koperasi pelaksana
juta)
1996/1997 73.361 720.624 333.443 1.909
1997/1998 65.146 732.920 1.106.261 2.074
1998/1999 97.483 774.484 763.738 1.837
1999/2000 146.175 145.568 711.043 1.384
Total 382.165 2.373.596 2.914.485 7.204
Sumber: Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM
* Sampai Juli
Tabel 5
Kredit Pengadaan Pangan oleh Koperasi, Musim Pengadaan 1996/1997 1999/2000
Musim pengadaan Plafond (Rp juta) Realisasi kredit (Rp Realisasi fisik (ton) Koperasi pelaksana
juta)
1997 79.883 792.410 1.208.375 1.641
1998 105.711 333.958 475.627 1.933
1999 793.214 4.104.339 2.533.904 3.829
2000* 500.000 281.878 690.161 1.845
Total 1.478.808 5.512.585 4.908.067 9.248
Sumber: Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM
* Sampai Juli
Tabel 6
Kredit Likuiditas dan Kredit Langsung Bank Indonesia, 1991 April 2001 (Rp milyar)
Kredit Pengadaan Pangan dan
Tahun Grand total Subtotal Usaha Tani Koperasi Investasi Lain - Lain
Langsung Gula
1991 14.877 783 14.094 147 351 1.879 5.507 6.210
1992 15.352 771 14.581 141 380 2.210 6.529 5.321
1993 12.979 158 12.821 115 370 1.846 5.996 4.494
1994 13.918 130 13.788 116 422 2.230 5.387 5.633
1995 17.164 71 17.093 129 647 2.704 4.200 9.413
1996 20.626 26 20.600 240 953 4.599 4.398 10.410
1997 25.007 50 24.957 253 1.424 5.595 3.833 13.852
1998 26.952 40 26.912 1.804 1.910 5.876 4.018 13.304
1999 26.346 38 26.308 1.904 3.769 4.251 3.854 12.530
2000 18.612 36 18.576 91 3.192 0 3.221 12.072
Apr 2001 18.290 36 18.254 67 3.089 0 3.133 11.965
Sumber: Bank Indonesia
Data KUK yang disuplai BI tidak banyak bercerita tentang kredit program kecuali KPR. Data
yang sedikit lebih lengkap tentang kredit program berasal dari Departemen Keuangan. Itu
pun hanya menyebutkan secara spesifik beberapa kredit program, yakni KUT, KKOP,
KKPA, KPR, dan KIPP PIR-Trans (Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan Pola Inti
Rakyat Transmigrasi).
Secara umum, KUK yang disalurkan bank umum terdiri dari KUK program dan non-
program. KUK program yang mendapat dukungan KLBI dengan pangsa pembiayaan 100%,
antara lain KUT, KKOP (sejak Juni 1998, dulunya KKUD), dan KKPA.
Data lebih lengkap lagi, seperti kinerja masing-masing kredit program, bisa didapat dari de-
partemen teknis yang bersangkutan. Itu pun dengan catatan bahwa wewenang penyaluran
kredit program itu berasal dari departemen teknis. Wewenang dalam hal memberikan koman-
do (baca: rekomendasi) bahwa UKM dan koperasi ini dan itu bisa mendapat kucuran kredit
program.
REDEFINISI PEMBANGUNAN EKONOMI UKM INDONESIA
Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM bisa menyediakan data kinerja beberapa
kredit program seperti KUT, kredit penyaluran pupuk oleh koperasi, dan kredit pengadaan
pangan oleh koperasi.
Tabel 7
Pangsa KUK terhadap total kredit menurut pulau dan propinsi, 1991 Agustus 2000 (%)
Pulau / Propinsi 20001 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991
Total 17,39 16,54 9,35 18,17 16,83 17,44 18,09 18,49 18,40 20,26
Sulawesi 60,14 62,17 51,63 60,67 58,61 60,43 58,47 60,53 50,61 52,16
Bali + NT 56,98 56,36 46,49 57,23 57,72 57,23 53,65 50,81 49,67 55,59
Maluku + Irian Jaya 54,43 39,46 18,23 37,53 32,29 34,59 36,83 35,83 24,25 25,41
Sumatra 35,30 34,32 28,30 43,60 37,46 36,30 33,40 32,67 32,44 34,90
Kalimantan 32,02 31,48 20,58 34,43 35,83 34,82 32,61 32,02 26,34 27,49
Timor Timur** 0,00 25,00 74,70 85,45 79,31 72,73 74,60 77,55 70,00 69,44
Jawa 12,48 11,61 6,44 14,00 12,86 13,52 14,39 14,73 14,77 16,38
Sulawesi Tengah 86,97 85,53 70,40 78,16 77,31 79,40 74,45 71,22 62,86 60,31
Kalimantan Tengah 79,33 73,36 50,44 55,88 54,38 59,95 55,14 52,40 47,66 58,70
Sulawesi Tenggara 72,13 73,14 58,54 61,41 56,33 59,41 55,74 52,32 44,92 48,00
Nusa Tenggara Barat 74,74 72,02 73,96 76,45 74,36 72,71 73,16 71,18 66,11 65,80
Sulawesi Utara 52,54 63,29 48,18 59,24 59,04 60,13 57,27 61,31 48,80 55,56
DI Aceh 66,10 62,94 55,63 62,28 61,53 66,90 64,98 62,46 53,49 55,16
Nusa Tenggara Timur 64,70 60,49 55,19 77,72 76,52 78,60 81,78 81,01 75,16 77,25
Sumatra Barat 57,83 58,80 48,43 59,09 55,18 51,99 43,24 44,21 39,26 45,66
Bengkulu 58,59 57,31 55,45 63,28 60,45 57,18 44,91 41,78 39,85 43,60
Sulawesi Selatan 57,93 57,05 49,64 58,41 55,88 57,64 56,63 58,93 49,55 49,18
Bali 51,08 51,82 39,30 50,13 51,20 50,94 46,27 42,85 43,13 50,20
DI Yogyakarta 55,35 48,82 34,28 46,33 45,60 47,30 49,88 51,21 40,22 46,96
Jambi 45,35 46,51 41,80 47,08 46,55 44,79 37,98 37,28 35,14 32,05
Lampung 49,43 45,22 33,92 74,45 46,87 41,30 35,02 35,12 46,22 47,06
Sumatra Selatan 48,28 42,65 44,87 45,09 39,41 41,85 38,18 37,47 35,43 43,53
Jawa Barat 41,65 40,73 27,29 39,52 39,29 39,81 40,23 37,12 39,60 41,45
Jawa Tengah 44,47 40,67 27,22 40,27 37,98 38,18 37,65 39,88 36,82 40,86
Irian Jaya 60,82 39,85 23,48 39,95 42,09 48,65 46,99 47,63 33,94 36,02
Maluku 42,47 38,59 14,05 34,79 25,49 26,10 30,29 28,62 20,14 21,34
Kalimantan Timur 27,75 29,47 15,91 32,06 37,87 36,92 35,60 31,55 25,43 24,37
Kalimantan Barat 32,53 27,63 19,24 31,73 27,65 27,69 26,80 29,52 27,08 29,90
Riau 27,15 26,07 20,25 31,61 36,40 32,05 29,00 27,66 27,49 27,57
Kalimantan Selatan 23,27 25,99 21,26 34,60 38,79 35,06 31,07 30,86 21,68 22,84
SANDO SASAKO
Tabel 7
Pangsa KUK terhadap total kredit menurut pulau dan propinsi, 1991 Agustus 2000 (%)
Pulau / Propinsi 20001 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991
Total 17,39 16,54 9,35 18,17 16,83 17,44 18,09 18,49 18,40 20,26
Jawa Timur 26,77 25,07 13,46 26,31 26,62 27,12 27,01 27,03 26,44 28,74
Timor Timur** 0,00 25,00 74,70 85,45 79,31 72,73 74,60 77,55 70,00 69,44
Sumatra Utara 20,50 20,92 13,25 29,00 24,96 26,44 26,85 26,19 24,67 26,88
DKI Jakarta 3,68 3,20 2,95 8,49 6,79 7,05 7,70 8,23 7,14 7,82
Sumber: Bank Indonesia
** Tidak lagi merupakan bagian dari Indonesia
1
Posisi Agustus 2000
Tidak termasuk Timor Timur, ada 6 propinsi dengan rata-rata portofolio KUK-nya lebih dari
50%, antara lain Nusa Tenggara Timur (66,19%), Sulawesi Tengah (65,85%), Nusa Tenggara
Barat (64,86%), Aceh (53,84%), Sulawesi Utara (50,88%), dan Kalimantan Tengah
(50,42%).
Tujuh propinsi dengan portofolio KUK berkisar antara 40% sampai 50%, yaitu Sulawesi
Tenggara (49,97%), Sulawesi Selatan (49,05%), Bengkulu (46,68%), Sumatra Barat
(44,52%), Bali (41,88%), Yogyakarta (40,65%), dan Lampung (40,38%).
Lima propinsi dengan portofolio KUK berkisar antara 30% sampai 40%, yaitu Jambi
(37,07%), Irian (36,45%), Sumatra Selatan (36,37%), Jawa Barat (34,28%), dan Jawa Tengah
(33.59%). Tujuh propinsi sisanya dengan portofolio KUK berkisar antara 20% sampai 30%,
yaitu Kalimantan Timur (26,22%), Kalimantan Selatan (26,18%), Riau (25,77%), Kalimantan
Barat (24,64%), Maluku (23,51%), Jawa Timur (22,28%), dan Sumatra Utara (21.39%).
Sando Sasako
Pengamat UKM