Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Keperawatan Dewasa I Semester Dua
Disusun oleh :
NAIM MUNAWAROH
SLAMET MUGITO
WAHYU AGUNG WIBOWO
dihubungkan
dengan
beberapa
hal
antara
lain:
pada
katup-katup
jantung
(aorta,
mitrlalis,
maupun
terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa
bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin,
sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara
cepat berkembang menjadi syok dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien
yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti
angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa
penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya
kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angin, maka
ia tahu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya
sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark
miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada
jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa
sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan
berjam-jam malahan berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat
mencekam, mencekik, mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah
subternal, dari mana ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu,
atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis,
cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut).
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan
akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak
nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna
3. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada
infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila
diberikan martin untuk rasa sakitnya.
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel,
dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas)
5. Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu
dengan berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis
dari syok tidak dijumpai.
6. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik,
tetapi demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari,
sampai 102 derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahanlahan turun ,kembali normal pada akhir dari minggu pertama.
D. Patofisiologi Akut Miokard Infark (AMI)
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu
lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang
ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi
selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit
arteri koroner / coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat
materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam
lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada
jantung) Plaque dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan
darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa
menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel posterior superior, bagian
atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel kiri. Berdasarkan hal
diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan disebabkan
gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan ketebalan
dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark
transmural dan subendokardial. Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom
disebut infark transmural, sedangkan jika hanya mengenai lapisan bagian
dalam saja disebut infark subendokardial. Infark miokardium akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan kehilangan daya
kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi (disekeliling daerah
infark).
Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahanperubahan sebagai berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding
abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol keluar saat yang lain
melakukan kontraksi); Perubahan daya
Mekanisme kompensasi
Perubahan EKG
Anterior
Inferior
Lateral
Posterior
Ventrikel kanan
2. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga
protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.
a. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard
yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih
dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik
dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah
akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita
ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain
ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
b. Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik
cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 34 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum
selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap
selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali
batas tertinggi nilai normal.
Pemeriksaan Enzim jantung:
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar
x pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan
untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner. Dokter memasukan
kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini
dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi
koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui
ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter
dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan
jantung Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan
angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri
tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori)
dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
4. Pemeriksaan Penunjang Lain Akut Miokard Infark (AMI):
a. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misal hipokalemi, hiperkalemik
b. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi
c. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
d. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
e. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
f. Ekokardiogram
serangan
jantung,
menurunkan
beban
kerja
jantung
yang
menyumbat
arteri
koroner.
Waktu
paling
efektive
pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh
lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase.
2. Beta Blocker
Obat-obatan ini menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga
kemungkinan
kekambuhan,
misalnya
antara
lain:
TD
moderat
merupakan
akibat
dari
pelepasan
atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom
Dressler.
4. Pemeriksaan paru, Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun
mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika
terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas,
biasanya anterior.
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri
koronaria
Aliran darah ke jantung
menurun
H. Pathways
Seluler
hipoksia
Integritas membran sel
berubah
nye
ri
Cema
s
Kontraktilitas
turun
Intoleran
si
aktifitas
COP
turun
Resiko
penuruna
n curah
jantung
Kegagalan pompa
jantung
Gangguan
perfusi
jaringan
Gagal jantung
c. Integritas Ego
Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri
d. Eliminasi
Tanda : normal/bunyi usus menurun.
e. Makanan / Cairan
Wajah meringis
i. Pernafasan
Gejala :
-
Tanda :
-
Sianosis
j. Interaksi Social
Gejala :
tekanan
Tanda :
-
Diagnosa
Intervensi
(NIC)
(NOC)
1
NIC
injuri fisik
Pain Management
1. Lakukan pengkajian
berkurang, dengan
nyeri secara
kriteria:
komprehensif ( lokasi,
- Mampu mengontrol
karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
faktor pesipitasi)
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
verbal dari
mengurangi nyeri)
ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa
3. Gunakan teknik
komunikasi teraipetik
menggunakan
untuk mengetahui
managemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri
- Menyatakan rasa
4. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lalu
5. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
berkurang
kebisingan
pertama kali
4. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
5. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala (efak samping)
Penurunan cardiac
NIC
keperawatan selama 3x
Cardiac Care
stroke volume
1.
(preload, afterload,
mengalami penurunan
kontraktilitas)
durasi)
kriteria :
2.
kelelahan
- Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
3.
4.
Monitor status
kardiovaskular
5.
Monitor status
pernafasan yang
asites
menandakan gagal
- Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
jantung
6.
Monitor abdomen
sebagai indikator
penurunan persuasi
7.
8.
Monitor adanya
perubahan tekanan darah
9.
2.
3.
4.
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5.
6.
7.
8.
9.
Intoleransi aktivitas
NIC
b/d fatigue
keperawatan selama 3x
Energy Management
1. Observasi adanya
mengalami intoleransi
melakukan aktivitas
- Berpartisipasi dalam
mengungkapkan perasaan
disertai peningkatan
terhadap keterbatasan
Setelah dilakukan
diantisipasi dengan
tindakan keperawatan
kematian.
1.
Gunakan ketenangan
dalam pendekatan
2.
Batasan
karakteristik :
mampu mengon-trol
cemas dengan kriteria :
- Mengkhawatirkan
dampak kematian
terhadap orang
terdekat.
(0005)
situasi
Monitor intensitas
pendahu-luan cemas
-
5.
cemas
-
yang dapat
beban kerja
mengurangi
pemberi perawatan
kecemasan
-
diri
-
kegelisahan, menolak,
menyangkal program
medis
7.
8.
Menggunakan strategi 9.
memudahkan
Menggunakan tehnik
mengurangi cemas
Melaporkan lamanya
tiap episode
Laporkan adanya
mengatasi ketegangan
relaksasi untuk
6.
Membuat strategi
koping untuk
ketidakmampuan
Mencari informasi
- Kekhawatiran
Orientasikan klien /
keluarga terhadap
rangsangan
berhubungan
terminal dan
relaksasi
Mengurangi
lingkungan ketika
Anjurkan klien
melakukan tehnik
Menyisihkan
diantisipasi yang
karena sakit
4.
cemas
- Nyeri yang
dengan kematian
3.
Activity Tolerance
- Takut kehilangan
kemampuan fisik
tidak diduga
Menunjukkan
kepercayaan
10. Dorong / anjurkan klien
mengungkapkan dengan
kata-kata mengenai
perasaan, menanggapi
sesuatu, kekhawatiran
pemeliharaan peran
-
Memelihara
hubungan sosial
Memelihara
konsentrasi
Melaporkan ketidak
adanya tanggapan
pancaindra
Tidak adanya
manifestasi perilaku
karena cemas
Kontrol / pengawasan
respon cemas
Kelebihan volume
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
mekanisme regulasi
adekuat)
2. Monitor tanda vital
NIC
efektif b/d
Airway Management :
hiperventilasi,
1.
kecemasan
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
2.
3.
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
4.
5.
pursed lips)
-
Menunjukkan jalan
6.
tambahan
7.
Berikan bronkodilator
bila perlu
frekuensi pernafasan
dalam rentang
8.
mengoptimalkan
keseimbangan
9.
Respiratory Monitoring
1.
Monitor rata-rata
kedalaman, irama dan
usaha espirasi
2.
3.
4.
kusmaul, hiperventilasi
5.
6.
7.
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
nafas utama
8.
Kurang pengetahuan
keperawatan selama 3 x
kurangnya informasi
NIC
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
tentang penyakit,
kondisi, prognosis
tepat
dan program
pengobatan
-
penyakit
5. Identivikasi kemungkinan
penyebab
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindarkan harapan kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang atau
pengontrolan penyakit
10.Diskusikan pilihan terapi
dan penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion
12.Instruksikan pasien
mengenali tanda dan gejala
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2005. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Joanne C. McCloskey. 2006. Nursing Intervention Classification (NIC). MosbyYear Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Acute Miocard Infark. download from http://www.healthatoz.com/ diaskses
tanggal 1 April 2015
Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach.Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 2007
Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ;
2008
Long, B.C. Essential of medical surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 2006
(Buku asli diterbitkan tahun 1989)
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarths textbook of medical
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC;
2000 (Buku asli diterbitkan tahun 2006)