Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DIAGNOSIS
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit dan
pemeriksaan intelektual yang baku. Pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa
perilaku anak sekarang secara bermakna berada dibawah tingkat yang diharapkan.
Diagnosis sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat
penyakit dan wawancara psikiatrik berguna untuk mendapatkan gambaran
perkembangan dan fungsi anak. Selain itu pemeriksaan fisik, kelainan neurologis dan
tes laboratorium juga dapat digunakan untuk memastikan penyebab dan prognosis.
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan dan kelahiran ; adanya
riwayat keluarga ; hubungan darah pada orang tua ; dan gangguan herediter. Sebagai
bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim
emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien.
Wawancara Psikiatrik
Dua faktor penting jika mewawancara pasien : 1) sikap pewawancara, 2) cara
berkomunikasi dengan pasien. Pewawancara tidak boleh diatur oleh usia mental
pasien, seakan-akan tidak dapat sepenuhnya mengkarakterisasi orang.
Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan espresif, harus dinilai
sesegera mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara
pengasuh dan pasien dan dari riwayat penyakit. Adalah sangat membantu untuk
memeriksa pasien dan pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien menggunakan bahasa
isyarat, pengasuh harus tetap tinggal selama wawancara sebagai penterjemah.
Orang teretardasi memiliki pengalaman kegagalan seumur hidup dalam
berbagai bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai
pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan pasien
tersebut suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses diagnostik,
terutama pasien dengan bahasa reseptif yang baik. Memberikan pasien kesan bahwa
perilaku buruk mereka yang menyebabkan rujukan haruslah dihindari. Dukungan dan
pujian harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan pengertian pasien.
Pertanyaan yang memimpin harus dihindari, karena orang yang teretardasi mungkin
mudah disugesti dan ingin menyenangkan orang lain.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti klinis
adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus diperiksa.
Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dari pengalaman, penting
untuk dicatat.
Sifat dan maturitas pertahanan pasien, khususnya berlebihan atau
menundukkan diri sendiri menggunakan penghindaran, represi, penyangkalan,
introyeksi, dan isolasi harus diamati. Potensi sublimasi, toleransi frustasi dan
pengendalian impuls terutama terhadap dorongan motorik, agresif dan seksual harus
dinilai. Penting juga citra diri dan peranannya dalam perkembangan keyakinan diri
dan juga penilaian keuletan, ketetapan hati, keingintahuan, dan kemauan menggali hal
yang tidak diketahui.
Pada umumnya pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus
mengungkapkan bagaimanapasien mengatasi stadium perkembangan. Dalam hal
Tes Laboratorium
Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah
pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik. Kelainan enzim pada
gangguan kromosom, terutama sindroma Down berguna sebagai alat diagnostik.
Penentuan karyotip dalam laboratorium genetik diindikasikan bilamana dicurigai
adanya gangguan kromosom.
Amniosentesis, dimana sejumlah kecil cairan amniotik diambil dari ruang
amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, telah berguna
dalam mendiagnosis berbagai kelainan kromosom bayi, terutama sindroma Down. Sel
cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan
sitogenetik dan biokmiawi. Banyak gangguan herediter yang serius dapat diramalkan
dengan amniosentesis, dan abortus terapetik adalah metoda pencegahan satu-satunya.
Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun. Untungnya
sebagian besar anomali kromosom terjadi hanya dalam keluarga.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah
teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukan pada
usia kehamilan 8 dan 10 minggu, yang enam minggu lebih awal dibandingkan
amniosintesis. Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat (beberapa jam atau hari),
dan jika kehamilan abnormal , keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat
dilakukan dalam trimester pertama. Prosedur ini memiliki resiko keguguran antara 25%.
Pemeriksaan Pendengaran dan Pembicaraan
Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan harus dilakukan secara rutin.
Perkembangan bicara mungkin merupakanm kriteria yang paling dapat dipercaya
dalam memeriksa retardasi mental. Berbagai gangguan pendengaran seringkali
mditemukan p[ada oprang retardasi mental, tetapi pada beberapa keadaan gangguan
menyerupai retardasi mental. Sayangnya , metoda yang sering digunakan untuk
pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan memerlukan kerjasama pasien, namun
pada pemeriksaan orang dengan retardasi berat sering tidak dapat dipercaya.
Pemeriksaan Psikologis
Klinisi yang melakukan pemeriksaan dapat menggunakan beberapa instrumen
skrining pada bayi dan anak kecil. Seperti banyak bidang retardasi mental, terdapat
kontroversi tentang nilai prediktif dan tes psikologi bayi. Beberapa ahli melaporkan
korelasi kelainan selama masa bayi dengan fungsi abnormal sangat kecil, kemudian
ahli lain melaporkannya sangat tinggi. Tetapi, korelasi meningkat secara langsung
dengan usia anak pada saat pemeriksaan perkembangan.
Mencontoh gambar geometrik, Goodenough Draw-a-Person Test, Kohs Block
Test, dan teka-teki geometrik, semuanya dapat digunakan sebagai tes skrining yang
cepat untuk koordinasi visual-motorik.
Tes psikologis, dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman adalah
bagian standar dari pemeriksaan untuk retardasi mental. Tes Gessel, Bayley, dan
Cattell adalah tes yang paling sering digunakan untuk bayi. Untuk anak-anak,
Stanford-Binet dan Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R,
WISC-3) adalah tes paling sering digunakan di negara ini. Kedua tes telah dikritik
untuk memutuskan anak yang mengalami pemutusan kultural, karena memiliki bias
kultural, karena menguji terutama potensi pencapaian akademik dan bukan untuk
fungsi sosial yang adekuat, dan karena tidak dapat dipercaya pada ana-anak dengan
I.Q. kurang dari 50. Beberapa orang telah mencoba mengatasi pembatasan bahasa
pasien retardasi mental dengan menganjurkan tes perbendaharaan kata melalui
gambar-gambar, ndimana Peabody Vocabulary Test adalah tes yang paling luas
digunakan.
Tes yang seringkali berguan dalam mendeteksi cedera otak adalah Bender
Gestalt dan Benton Visual Retention test. Tes tersebut juga berguna untuk anak
teretardasi ringan. Disamping itu, pemeriksaan psikologis harus menilai kemapuan
perseptual, motorik, linguisti, dan kognitif,. Informasi tentang faktor motivasional,
emosional, dan interpersonal juga penting.
GAMBARAN KLINIS
Retardasi Mental Ringan
Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak yang terkena
memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat
dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, desifit kognitf
tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik
mungkin membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya. Walaupun orang
teretardasi ringan mampu dalam fungsi akademik pada tingkat pendidikan dasar dan
keterampilan kejuruannya adalah membantu untuk membantu dirinya sendiri, dalam
beberapa kasus, asimilasi sosial mungkin sulit.
Retardasi Mental Sedang
Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosis pada usia yang lebih muda
dibandingkan retardasi mental ringan karena keterampilan komunikasi berkembang
lebih lambat pada orang teretardasi sedang, dan isolasi sosial dirinya mungkin dimulai
pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Anak teretardasi sedang mendapatkan
keuntungan dari perhatian individual yang dipusatkan untuk mengembangkan
keterampilan menolong diri sendiri, mereka menyadari kekurangannya dan seringkali
merasa diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena keterbatasnnya.
Mereka terus membutuhkan pengawasan yang cukup, tetapi dapat menjadi kompeten
dalam pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi yang mendukung.
Retardasi mental Berat
Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah, karena
bicara anak yang terkena terbatas, dan perkembangan motorknya buruk.
Perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun usia sekolah; pada masa remaja,
jika bahasa buruk, bentukkomunikasi nonverbal dapat berkembang. Kemampuan
untuk mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya dapat mendorong cara fisik
berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu mendorong suatu tingkat
perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi mental berat biasanya
memerlukan pengawasan yang luas.
PSIKOPATOLOGI KOMORBID
Prevalensi
Menurut hasil dari beberapa survei epidemiologi selama dekade terakhir,
didapatkan bahwa prevalensi psikopatologi tampaknya berhubungan dengan derajat
retardasi mental; semakin parah retardasi mental maka semakin tinggi pula resiko
gangguan mental lain.
Jenis gangguan mental yang ditemukan pada orang tanpa retardasi mental ,
termasuk gangguan mood, skizofrenia, gangguan defisit-atensi/hiperaktifitas, dan
gangguan konduksi. Orang dengan retardasi mental berat memiliki angka gangguan
autistik dan gangguan perkembangan pervasif yang cukup tinggi. Kira-kira 2-3%
orang retardasi mental memenuhi kriteria skizofrenia, 50% anak-anak dan orang
dewasa dengan retardasi mental memiliki suatu gangguan mood.
Gejala psikotik yang sangat menonjol yang dapat terjadi pada retardasi mental
diluar kontek gangguan mental adalah hiperaktivitas dan rentang perhatian yang
pendek, perilaku melukai diri sendiri (misalnya membenturkan kepala dan menggigit
diri sendiri), dan perilaku stereotipik berulang (menepukkan tangan dan berjalan
dengan ujung kaki).
Gaya dan sifat kepribadian pada orang retardasi mental tidaklah unik untuk
dirinya, tetapi citra diri yang negatif, harga diri yang rendah, toleransi frustasi yang
buruk, ketergantungan interpersonal, dan gaya memecahkan masalah yang kaku
sangat menonjol. Sindroma penyebab spesifik yang ditemukan pada retardasi mental
dapat juga mempredisposisikan orang yang terkena terhadap berbagi jenis
psikopatologi.
Faktor Resiko
Gangguan neurologis. Terdapat laporan bahwa resiko untuk psikopatologi
meningkat dalam berbagi kondisi neurologis, seperti gangguan kejang. Angka
psikopatologi meningkat dengan keparahan retardasi mental, yang menyatakan
peningkatan gangguan neurologis saat gangguan intelektual meningkat.
DIAGNOSIS BANDING
Menurut definisinya retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun.
Anak dengan retardasi mental harus menghadapi begitu banyak situasi sosial dan
akademik yang sulit sehinggga seringkali terbentuk pola maladaptif, yang
mempersulit proses diagnostik Tetapi, anak yang rentan terpapar dengan stresor
lingkungan yang terus menerus mungkin tidak berkembang dengan kecepatan yang
diharapkan.
Penyakit kronis yang menyebabkan kecacatan dalam bentuk apapun, dapat
menekan fungsi anak dalam semua bidang. Gangguan kejang dapat memberi kesan
retardasi mental, terutama adanya kejang yang tidak terkendali.
Sindroma otak kronis dapat menyebabkan kecacatan tersendiri, kegagalan
membaca (aleksia), kegagalan menulis (agrafia), dan beberapa kecacatan lain yang
dapat terjadi pada orang dengan kecerdasan normal bahkan superior.
Retardasi mental dan gangguan perkembangan pervasif seringkali terjadi
secara bersama-sama; 70-75% mereka dengan gangguan perkembangan pervasif
memiliki I.Q. kurang dari 70, sehingga dapat menyebabkan distorsi waktu, kecepatan,
dan urutan banyak fungsi psikologis dasar yang diperlukan untuk perkembangan
sosial.
Masalah diagnosis banding yang paling sulit adalah pada anak-anak dengan
retardasi mental berat, cedera otak, gangguan autistik, skizofrenia dengan onset masa
anak-anak, atau, menurut beberapa ahli, penyakit Heller. Perincian riwayat awal anak
seringkali tidak diperoleh atau tidak dapat dipercaya. Pada saat diperiksa, banyak dari
anak-anak dengan kondisi tersebut menunjukkan perilaku kasar dan stereotipik yang
sama, mutisme, ekolalia, atau berfungsi pada tingkat yang teretardasi. Suatu hubungan
dengan anak harus ditegakkan sebelum tindakan pendidikan pengobatan, sehingga
dokter harus memusatkan perhatian untuk menanggulangi ketidak berhubungan
dengan anak.
PERJALANAN PENYAKIT
DAN PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, gangguan intelektual dasar tidak
membaik walaupun dapat didorong secara posistif dengan lingkungan mendukung.
Semakin banyak mental komorbid yang terjadi, semakin buruk prognosis
keseluruhan. Jika gangguan mental disertai retardasi mental, terapi standar untuk
gangguan mental komorbid seringkali menguntungkan. Tetapi, terdapat sedikit
ketidakjelasan tentang klasifikasi perilaku menyimpang tertentu seperti hiperaktivitas,
labilitas emosional, dan disfungsi sosial; apakah mereka merupakan gejala psikiatrik
tambahan atau sekuela langsung dari retardasi mental. Pada umumnya, orang dengan
retardasi mental ringan dan sedang memiliki fleksibilitas terbesar dalam hal
beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan.
TERAPI
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa kelompok gangguan
heterogen dan berbagai faktor psikososial. Terapi terbaik untuk retardasi mental
adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai
mental. Tindakan tersebut termasuk :
1) Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
umum tentang retardasi mental
2) Usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbarui kebijaksanaan kesehatan masyarakat
3) Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal
4) Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan sistem saraf
pusat
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental
dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik yang berhubungan dengan retardasi
mental.
Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jikia suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali,
gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan
sekunder) dan untuk menekan sekuela atau kecacatan yang terjadi setelahnya
(pencegahan tersier).
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku
yang m,emerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas
yang dimiliki anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi
berdasrkan tingkat kecerdasan.
Pendidikan untuk anak. Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan
retardasi mental harus termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan
keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan kejuruan. Perhatian
khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas
hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil dimana anakanak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup yang
nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
Terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika. Kesulitan dalam beradaptasi
diantara orang retardasi mental luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah
intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah diguinalan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan
meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif
dan destruktif pasien.
Terapi kognitif, seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan bdan
relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien
retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi.
Terapi psikodinamjika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan
keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan
kecemasan, dan depresi yang menetap.
Pendidikan keluarga. Keluarga seringkali merasa sulit untuk
menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang
mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental. Dokter psikiatrik harus siap untuk
memberikan semua informasi medis dasar pada orang tua dan tentang penyebab,
terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikan defek
sensorik).
Intervensi farmakologis. Pendekatan farmakologis dalam terapi gangguan
mental komorbid pada pasien retardasi mentaladalah banyak