Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan
kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti
yang mengatakan bahwa lidah merupakan indicator kesehatan seseorang secara
umum, karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit
sistemik seperti lidah geografik pada penderita stress emosional, alergi, dan
defisiensi nutrisi, serta lidah atrofik (glossitis atropic) pada penderita defisiensi
vitamin B12 dan asam folat (Budiyanto, 2011).
Atrophy glossitis terlihat sebagai kehilangan papilla setempat atau
mungkin lebih luas lagi dari dua pertiga anterior lidah dapat terjadi akibat banyak
sebab seperti defisiensi nutrisi dan abnormalitas hematologic, trauma kronis, obatobatan, dan penyakit darah peripheral. Diabetes dan candidiasis kronis dikaitkan
dengan suatu kondisi atrophy glossitis, sekalipun masih belum jelas apakah
infeksi candida merupakan suatu etiologi primer atau sekunder (Malcolm et.
al.,1994).
Fissure tongue adalah variasi dari anatomi lidah normal yang terdiri atas
satu fissure garis tengah, fissure ganda, atau fissure multiple pada permukaan
dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Ada berbagai pola, panjang dan dalam dari
fissure. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi fissure tongue barangkali suatu
kelainan proses perkembangan dan akan bertambah banyak dengan bertambahnya
usia (Robert dan Craig, 2000).
Fissure tongue mengenai kira-kira 1-5% penduduk. Kekerapan terjadinya
adalah sama untuk kedua jenis kelamin. Fissure tongue umumnya terjadi pada
sindrom Down dan dalam kombinasi dengan geographic tongue. Fissure tersebut
dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai akibat dari
penumpukan makanan, karenanya dianjurkan menyikat lidah untuk menjaga
fissure tetap bersih. Fissure tongue adalah keadaan yang jinak (Robert dan Craig,
2000)
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Data Umum Pasien
Nama
: Alindia Destasari
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan
: Belum menikah
Kebangsaan/Suku
: Indonesia/Jawa
: 031985
: N/N
: N/N
: N/N
b. Kelenjar Saliva
b.1. Kelenjar Parotis Ka/Ki
: N/N
:N
c. Kelenjar Limfe
c.1. Kelenjar Leher
:N
:N
:N
:N
I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I
I II III IV V
:-
:N
:N
: garis putih setinggi oklusal, tidak dapat
dikerok dan tidak sakit
Kanan
:N
Bawah
e. Gingiva Rahang Atas
Bawah
f. Lidah
:N
:N
:N
: - atropi papil, kemerahan, dan sakit
- fissure panjang 3 cm, kedalaman 1 mm,
kemerahan, batas jelas, dan tidak sakit
:N
: N/N
j. Pharynx
:N
ml tanpa diencerkan
setelah berkumur lalu dibuang
Oral Swab
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Etiopatologi
Atrophy glossitis merupakan radang pada lidah yang sering dialami
penderita anemia. Kehilangan papilla merupakan keadaan yang karakterikstik
dalam defisiensi dari beberapa vitamin B (niasin, riboflavin, piridoksin), asam
folat, dan vitamin B12. Perubahan serupa juga dikaitkan dengan defisiensi zat
besi. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papilla-papila filiformis
yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papilla mengakibatkan suatu permukaan
tanpa papilla-papila, yang tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir
tampak lidah seperti daging atau merah padam dan terasa sakit apabila terkena
minuman maupun makanan yang panas dan pedas (Malcolm et. al., 1994).
Defisiensi nutrisi pada pasien di kasus ini disebabkan kurangnya asupan
nutrisi yang seimbang, yang dapat dilihat dari anamnesa bahwa pasien tidak suka
makan sayuran dan jarang sekali makan buah-buahan, pasien juga sering makan
lalapan dalam menu makannya. Zat besi (Fe) merupakan micronutrient yang
esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam sel dan
dalam mensintesis enzim yang mengandung zat besi dibutuhkan untuk
menggunakan oksigen selama memproduksi energy seluler. Pada penderita
defisiensi zat besi akan menyebabkan gangguan proliferasi sel terutama pada
mukosa rongga mulut. Epitel basal tidak dapat bermitosis, papillary layer pun
menjadi tipis sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Tegeman, 2010).
Defisiensi vitamin B yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini
ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B21
biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan factor
intrinsic lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan
stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah
pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissuring yang
disebut dengan atropi papilla (Eschelemen, 2007). Fungsi vitamin B12 berperan
penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12
juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi syaraf dan mendorong
pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolism
sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan asam folat,
sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin
B12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang sebenarnya disebabkan
oleh kekurangan asam folat. Tanpa vitamin B12, asam folat tidak dapat berperan
dalam pembentukan sel-sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel-sel
darah merah menjadi belum matang (immature) yang menunjukkan sintesis DNA
yang lambat (Muhilal, 2006).
Vitamin B12 dan asam folat merupakan kofaktor yang paling dibutuhkan
tubuh untuk maturasi seluruh sel dan sintesis DNA dimana defisiensi vitamin B12
mencegah pembelahan sel dalam sumsum tulang. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme sel epitel rongga mulut. Perubahan ini menghasilkan
abnormalitas struktur sel dan pola keratinisasi epitel oral yang merujuk pada
atropi epitel dan menurunnya ketebalan lapisan epitel (Pontes et. al., 2009).
Pada dorsum lidah juga didapatkan plak putih yang merupakan gejala
klinis infeksi candida. Diagnosis suspect oral candidiasis ditegakkan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan klinis. Pada anamnesa didapatkan keluhan rasa tebal
pada dorsum lidah dan kondisi tersebut telah berlangsung selama 1 minggu yang
lalu. Pada pemeriksaan klinis terdapat plak putih pada dorsum lidah, tidak
berbatas jelas, dapat dikerok dan tidak sakit. Akan tetapi, pada pemeriksaan
penunjang dari hasil oral swab didapatkan bentukan spora +1 (positif satu) dan
bentukan hifa (negatif).
Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa infeksi candida diduga
sebagai faktor predisposisi sekunder dari atrophy glossitis, berdasarkan frekuensi
ditemukannya candida dalam specimen biopsy pada penderita atrophy glossitis.
Akan tetapi, pada kasus ini tampaknya faktor predisposisi terjadinya atrophy
glossitis bukan dikarenakan oleh adanya infeksi candida. Infeksi candida juga bisa
sebagai penyebab keradangan yang terjadi pada fissure tongue karena anatominya
yang berbentuk celah sehingga candida bisa masuk dan menginfeksi kedalam
fissure tongue karena kurang dijaga kebersihannya dan juga dipicu oleh defisiensi
nutrisi yang terjadi (Malcolm et. al.,1994).
sintesa
hemoglobin.
Sedangkan
zinc
berfungsi
membantu
proses
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami atrophy glossitis dan fissure tongue oleh karena defisiensi nutrisi yang
ditarik dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan hal tersebut,
terapi yang diberikan adalah pemberian Becomzet untuk mengeliminasi
etiologinya yaitu defisiensi nutrisi, obat kumur tantum verde sebagai anti
inflamasi dan dapat mengurangi rasa sakitnya, anti jamur Fungatin untuk
mengeliminasi infeksi Kandida, serta instruksi pada pasien untuk menjaga
kebersihan rongga mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, C. Kasus Log Book Gigi dan Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi UNS :
Surakarta; 2011; p.34-2
Eschelemen MM. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy 3th ed. Raven
Publisher: Lippincott; 2007; p.212-13
Malcolm, A., et. al. 1994. Burket Ilmu Penyakit Mulut Diagnosa dan Terapi. Alih
Bahasa : drg. Sianita Kurniawan. Binarupa Aksara : Jakarta
Muhilal, Fasli J. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Widya Karya Pangan
dan Gizi VI. LIPI; 2006; p.62-9
Pontes, et. al. 2009. Oral Manifestations of Vitamin B12 Deficiency: A Case
Report. JCDA Vol. 72 No.7
Robert, P., Langlais, Craig S., Miller. 2000. Atlas Berwarna : Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Hipokrates : Jakarta
Tegeman CA, Davis JR. Nutrition Care 3th ed. St. Louis; Saunders Elsevier;
2010;p.251-9