Sie sind auf Seite 1von 23

AKROMEGALI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akromegali berasal dari istilah Yunani yaitu akron (ekstremitas) dan megale (besar), yang
didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali, yaitu pembesaran tangan dan kaki. Sebagian
besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor hipofisis. Angka prevalensi akromegali
diperkirakan mencapai 70 kasus dari satu juta populasi, sementara angka kejadian akromegali
diperkirakan mencapai 3-4 kasus setiap tahunnya dari satu juta penduduk. Usia rerata pasien
yang terdiagnosis akromegali adalah 40-45 tahun. (Cahyanur, 2010)
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan (melebihi 2,14 m),
akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum fusi epififis. (Brooker, 2009). Frekuensi
gigantisme di Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga
saat ini. Tidak ada predileksi ras pada gigantisme. Insiden kejadian gigantisme tidak jelas.
(Eugster & Pescovitz, 2002). Gigantisme biasa terjadi di Negara barat karena di Negara barat
gigantisme bisa terdiagnosis secara dini, sedangkan di Afrika, amerika selatan dan asia jarang
terdiagnosis secara dini. (Herder, 2008). Hubungan antara gigantisme dan GH telah diketahui
pertama kali sejak tahun 1886 oleh seorang neurolist perancis, Pierre Marie yang mengatakan
sebagai penyakit kronis endokrin. (Eugster & Pescuvitz, 1998)
Pada orang dewasa kelebihan growth hormone pada pria dan wanita adalah sama. (Shim,2004).
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth
Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme terjadi sebelum proses penutupan epifisis.
Sedangkan akromegali terjadi kalau proses tersebut terjadi setelah penutupan epifisis. Sehingga
tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang yang berlebihan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui mengenai konsep asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada hipofisis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui anatomi hipofisis.

2. Mahasiswa mengetahui mekanisme gigantisme dan akromegali.


3. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada kasus gigantisme dan akromegali.
4. Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
hipofisis.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi kelenjar hipofisis
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kelereng yang melekat pada permukaan bawah
otak melalui infundibulum. Lokasinya sangat terlindungi baik yaitu terletak pada sella turcica
ossis sphenoidalis. Disebut master endocrine gland karena hormon yang dihasilkan kelenjar ini
banyak mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Jika hipofisis membesar, akan cenderung
mendorong ke atas seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan
mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai
lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan
hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Berikut dibahas dua bagian kelenjar hipofisis tersebut.
1. Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Hipofisis anterior terdiri dari pars anterior (pars distalis) dan pars intermedia dipisahkan oleh
suatu celah, sisa kantong embrional. Juluran dari pars anterior yaitu pars tuberalis meluas keatas
sepanjang permukaan anterioar dan lateral tangkai hypofisis. Pada manusia pars Intermedia
menyatu dengan pars anterior. Berikut ini adalah hormone yang dihasilkan di kelanjar hipofisis
anterior:
a)

Hormon Pertumbuhan

Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi pembentukan protein,


pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
b)

Adrenokortikotropin (Kortikotropin)

Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi


metabolism glukosa, protein dan lemak.
c)

Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)

Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan selanjutnya
mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
d)

Prolaktin

Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.


e)

Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein

Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.


1. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Hipofisis posterior divaskularisasi oleh Arteri carotis interna bercabang arteri Hypophysialis
superior dan inferior. Vena bermuara kedalam sinus intercavernosus. Hipofisis posterior terdiri
dari 2 macam struktur yaitu Pars nervosa : infundibular processus dan Infundibulum : neural
stalk (merupakan tangkai yang menghubungkan neurohypophyse dengan hypotalamus). Hormon
yang dihasilkan oleh hipofisis posterior adalah sebagai berikut:
a)

Hormon Antideuretik (vasopresin)

Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu mengatur
konsentrasi air dalam cairan tubuh
b)

Oksitosis.

Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan dan
mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
1. Pars Intermedia
Pars intermedia daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hampir tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis anterior.
Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya dan disebut system portal
hipotalamus hipofisis.
System portal merupakan saluran vascular yang penting karena memungkinkan
pergerakan hormone pelepasan dari hypothalamus ke kelenjar hipofisis sehingga memungkinkan
hypothalamus mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari neuron dalam nucleus
hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi protein densgan berat molekul yang rendah.
Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat.

Hormon hormon ini dilepaskan kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya mencapai
sel sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon- hormon yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain
menyebabkan pelepasan hormon hormon kelenjar sasaran. Akhirnya hormon hormon
kelenjar sasaran bekerja pada hipothalamus dan sel sel hipofisis yang memodifikasi sekresi
hormone.

2.2 Growth Hormon


Growth hormone adalah suatu hormone yang diproduksi oleh hipofisis anterior yang berfungsi
meningkatkan pertumbuhan dan metabolism pada sel target. Target sel hormone ini berada di
hampir seluruh bagian tubuh. Growth hormone juga berperan dalam mensintesis somatomedin
pada liver untuk menstimulasi pertumbuhan lempeng epifiseal. Dampak metabolic dari GH yaitu
mobilisasi asam lemak bebas pada jaringan adiposa dan hambatan metabolisme glukosa di otot
dan di jaringan adiposa
Growth hormone merupakan polipeptida dengan 191-asam amino (BM 21.500) yang disintesis
dan disekresi oleh somatotrof hipofisis anterior. Seperti namanya hormone pertumbuhan
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan linier yang diperantarai oleh insulin liked growth
factor-1 (IGF-1) yang juga dikenal somatomedin. (Greenspan & Baxter, 2000)
Hormone pertumbuhan meni ngkatkan sintesis protein dengan peningkatan masukan asam amino
dan langsung mempercepat transkripsi dan translasi mRNA. Selain itu, dapat menurunkan
katabolisme protein dengan mobilisassi lemak sebagai sumber bahan bakar yang berguna. Secara
langsung GH membebaskan asam lemak dari jaringan lemak dan mempercepat perubahan
menjadi asetil-KO yang merupakan asal energi. Pengaruh penghematan terhadap protein adalah
mekanisne yang paling penting dimana GH meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
GH juga mempengaruhi metabolism karbohidrat. Pada keadaan berlebihan, akan meningkatkan
penggunaan karbohidrat dan mengganggu ambilan glukosa kedalam sel. Resistensi terhadap
insulin karena GH tampak berhubungan dengan kegagalan postreseptor pada kerja insulin.
Kejadian ini nebtakibatkan intoleransi glukosa dan hiperinsulinisme sekunder.
GH beredar terutama tidak terikat dalam plasma dan mempunyai waktu paruh 20-50 menit. Pada
orang dewasa, normal sekresinya kurang lebih 400 g/hari (18,6 nmol/hari), sebaliknya orang
dewasa mudah mengsekresikan 700 g/d (32,5 nmol/hari).
Pada orang dewasa konsetrasi GH pada pagi hari dalam keadaan puasa kurang dari 2 ng/ml (93
pmol/L). tidak terdapat perbedaan nyata antara kedua jenis kelamin.
Kadar IGF-1 ditentukan dengan cara radio receptor assay maupun dengan cara radio
immunoassay. Penentuan kadar mediator kerja GH ini menghasilkan penilaian aktifitas biologis
GH lebih akurat. (Greenspan & Baxter, 2000)

Sekresi GH diperantarai oleh 2 hormon hipotalamus : growt hormone releasing hormone


(GHRH) dan somatostatin (Growt hormone-inhibiting hormone). Pengaruh hipotalamus ini
diatur dengan ketat melalui integrasi sistem saraf, metabolism dan factor hormonal. Karena baik
GRH maupun somatostatin tidak dapat diperiksa secara langsung, hasil akhir setiap factor
terhadap sekresi GH harus dianggap merupakan jumlah efeknya pada hormone hipotalamus ini.
Pada makalah ini, kelompok membahas tentang GH yang disekresikan berlebih oleh kelenjar
hipofisis. Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan sekresi GH berlebih.

2.3 Gigantisme
2.3.1 Definisi
Gigantisme hipofisis seringkali terjadi sebagai akibat dari sekresi GH berlebihan sebagai akibat
tumor hipofisis dengan onset terjadinya pada anak-anak sebelum epifisis menutup. Gigantisme
biasanya menyerang pada anak-anak umur 6-15 tahun.
Gigantisme merupakan peningkatan hormon protein dalam banyak jaringan, meningkatkan
penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. Gigantisme terjadi pada
periode anak-anak ketika skeleton masih berpotensi untuk tumbuh, atau pada pra pubertas.
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan
GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan
terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab
kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang
menghasilkan hormone pertumbuhan.
Penyebab gigantisme yang paling sering adalah adenoma kelenjar pituitary, tetapi gigantisme
telah di amati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor hipotalamus yang mugkin
mensekresi GHRH, terutama pada pancreas yg telah mensekresi dengan sejumlah besar GHRH
(Arvin, 2000).
2.3.2 Etiologi
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan
GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan
terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab
kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang
menghasilkan hormone pertumbuhan.

Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai di
sayap lateral sella tursica, tetapi gigantisme telah diamati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun
dengan tumor hipotalamus yang mungkin mensekresi GHRH.
Gigantisme terbanyak disebabkan oleh adenoma hipofisis yang mensekresi GH. Insiden
hipersekresi GH dibagi menjadi 2 kategori yaitu primer pada hipofisis dan peningkatan Growth
hormone- Realasing Hormon (GHRH) atau disregulasi. Kebanyakan insiden gigantisme karena
adenoma hipofisis yang mensekresi GH atau karena hyperplasia. Gigantisme tampak juga pada
keadaan lain seperti: multiple endokrin neoplasma (MEN) tipe satu, MC Cune-albright syndrome
(MAS), Neurofibromatosis, sklerosis tuberrosistas atau kompleks carney. (Eugster & Pescuvitz,
1998)
2.3.3 Manifestasi Klinis
Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakkan kasus yang
terekam Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas, tetapi keadaan ini telah
ditegakkan seawal masa bayi baru lahir pada seorang anak dan pada usia 1 bulan. Pada
gigantisme, jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh. Gigantisme dapat disertai
gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan
jalur saraf mata.
Berikut ini adalah gejala gigantisme yang disebabkan oleh kelebihan sekresi GH:
1. Tanda-tanda intoleransi glukosa.
2. Hidung lebar, lidah membesar dan wajah kasar
3. Mandibula tumbuh berlebihan
4. Gigi menjadi terpisah-pisah
5. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
6. Kelelehan dan kelemahan
7. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara seksama karena
khiasma optikum saraf mata tertekan.
WOC
2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis gigantisme ditegakkan berdasarkan atas temuan klinis, laboratorium, dan pencitraan.
Secara klinis akan ditemukan gejala dan tanda gigantisme . Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Selain itu, dari penilaian
terhadap efek perifer hipersekresi hormon perfumbuhan didapatkan peningkatan kadar insulin

like growth factor-I (IGF-I). Oleh karena sekresinya yang bervariasi sepanjang hari, pemeriksaan
hormon pertumbuhan dilaknkan 2 jam setelah pembebanan glukonTi gram. Pemeriksaan
magnetic resonance imaging (MRI) dengan kontras diperlukan untuk mengonfirmasi sumber
sekresi hormon pertumbuhan. Pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan tumor kecil yang
berukuran 2 mm.
1. Pemeriksaan fisik Tinggi tubuh abnormal
2. CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis
Setelah gigantisme telah didiagnosis dengan mengukur kadar GH atau IGF-I, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) scan dari hipofisis digunakan untuk mencari dan mendeteksi ukuran
tumor yang menyebabkan kelebihan produksi GH. MRI adalah teknik pencitraan yang paling
sensitif, namun computerized tomography (CT) scan dapat digunakan jika pasien tidak dapat
menjalani MRI. Misalnya, pada pasien yang memakai alat pacu jantung atau jenis implan yang
mengandung logam tidak harus memiliki scan MRI karena mesin MRI mengandung magnet
kuat.
1. Pemeriksaan kadar GH
Jika pasien diduga gigantisme, kadar GH pasien harus diperiksa untuk menentukan apakah
terjadi perubahan. Namun, pengukuran tunggal dari tingkat darah GH tidak cukup untuk
mendiagnosis gigantisme: Karena GH disekresikan oleh pituitari dalam impuls, atau dalam
jumlah banyak, sehingga konsentrasi GH dalam darah dapat berubah-ubah dari menit ke menit.
Pada saat tertentu, seseorang dengan gigantisme mungkin memiliki kadar GH normal, sedangkan
kadar GH pada orang yang sehat bahkan mungkin lima kali lebih tinggi.
1. Pemeriksaan kadar IGF-1
Dokter juga dapat mengukur kadar IGF-I yang meningkat sebagai akibat kenaikan kadar GH
pada orang dengan gigantisme. Karena kadar IGF-I jauh lebih stabil daripada kadar GH, IGF-1
lebih sering digunakan untuk memastikan diagnosis pada gigantisme. Peningkatan kadar IGF-I
hampir selalu menunjukkan gigantisme
2.3.6

Penatalaksanaan

1. Operasi
Operasi adalah pilihan utama yang dianjurkan pada kebanyakan pasien gigantisme, karena
termasuk dalam pengobatan yang cepat dan efektif. Operasi dilakukan dengan melakukan insisi
melalui hidung atau melalui bibir bagian atas. dengan alat khusus dokter bedah menghilangkan
jaringan tumor. Operasi ini biasanya disebut operasi transsphenoidal. Prosedur ini mengurangi
tekanan pada daerah otak sekitarnya dan dengan cepat menurunkan kadar GH. Jika operasi ini
berhasil penampilan wajah dan pembengkakan jaringan akan kembali membaik pada beberapa
hari. Pembedahan berhasil baik pada kebanyakan pasien dengan kadar GH dalam darah dibawah
45 ng/mg sebelum operasi dan jika diameter tumor hipofisis belum mencapai 10mm.

Komplikasi yang mungkin terjadi saat pembedahan adalah kerusakan jaringan di sekitar hipofisis
yang normal sehingga pasien memerlukan menggunaan hormon hipofisis dalam waktu yang
lama. Bagian dari hipofisis menyimpan antidiuretik hormon yang penting dalam balance cairan
yang mungkin secara sementara maupun permanen membahayakan kesehatan pasien sehingga
pasien membutuhkan terapi medis. Komplikasi yang lain yaitu meningitis.
1. Terapi medikasi
Terapi medis sering digunakan jika pembedahan tidak berhasil dengan baik Tiga kelompok obat
yang digunakan untuk pengobatan akromegali gigantisme:
1. Somatostatin analogs (SSAs) berefek pada penurunan produksi GH dan efektif
menurunkan kadar GH dan IGF-I pada 50-70% pasien. SSAs juga mengurangi ukuran
tumor sekitar 0-50% pasien tp hanya pada tingkat yang kecil. Beberapa penelitian
menunjukkan SSAs aman dan efektif digunakan dalam jangka panjang dalam pengobatan
pasien dengan akromegali gigantisme yang tidak disebabkan tumor hipofisis.
2. GH reseptor antagonist (GHRAs)
Kelompok obat yang kedua adalah antagonis reseptor GH (GHRAs), yang mengganggu kerja
GH dan menormalkan kadar IGF-I di lebih dari 90 persen pasien. Diinjeksikan sehari sekali,
GHRAs biasanya ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek jangka panjang pada pertumbuhan
tumor masih diteliti. Efek sampingny antara lain sakit kepala, fatig dan gangguan fungsi hati.
1. Agonis dopamin membentuk kelompok obat ketiga. Obat ini tidak seefektif obat lain
dalam menurunkan GH atau IGF-I tingkat, dan menormalkan kadar IGF-I pada sebagian
kecil pasien. Agonis dopamin kadang-kadang efektif pada pasien yang memiliki derajat
ringan GH berlebih dan pasien yang mengalami gigantisme dan hiperprolaktinemia.
Agonis dopamin dapat digunakan dengan kombinasi SSAs. Efek samping obat termasuk
mual, sakit kepala.
2. Radioterapi
Terapi radiasi biasanya diperuntukkan bagi pasien yang mempunyai sisa-sisa tumor paska
pembedahan. Karena radiasi menyebabkan hanya sedikit penurunan kadar GH dan IGF-I pasien
yang menjalani terapi radiasi juga menerima medikasi untuk menurunkan kadar hormon.
Tujuan dari penatalaksanaan gigantisme ini adalah:
1. Mengurangi peroduksi hormon berlebih menjadi normal
2. Mengurangi tekanan karena pertambahan masa tumor hipofisis yang dapat menekan area
otak di sekitar tumor.
3. Mengembalikan funsi normal hipofisis dan menangani terjadinya kekurangan hormon.

4. Menangani gejala gigantisme

2.4 Akromegali
2.4.1 Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebih akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan terjadi setelah epifisis tulang menutup. Akromegali adalah penyakit menahun yang
disebabkan adenoma pada hipofisis dan dapat memberikan kelainan neurologic dan metabolik.
Akromegali ditandai dengan membesarnya ujung anggota badan, seperti hidung, dagu, telinga,
dan kaki.
2.4.2 Etiologi
Akromegali disebabkan oleh sekresi GHRH yang berlebih dengan akibat hyperplasia somatotrof.
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa jinak
(adenoma). Sebagian besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor hipofisis. Gejala
klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi
hormon pertumbuhan (growth hormone) yang terjadi setelah lempeng pertumbuhan tulang
menutup. (U.S. Department of Health and Human Services, 2008)
Dalam Akromegali, hipofisis terus melepaskan GH dan mengabaikan sinyal-sinyal dari
hipotalamus. Dalam hati, hormone pertumbuhan menyebabkan produksi hormon yang disebut
insulin-seperti pertumbuhan faktor 1 (IGF-1), yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan
seluruh tubuh. Ketika hipofisis menolak untuk menghentikan memproduksi GH, tingkat IGF-1
juga mencapai abnormal puncak. Tulang, jaringan lunak, dan organ di seluruh tubuh mulai untuk
memperbesar, dan tubuh perubahan kemampuannya untuk proses dan nutrisi digunakan seperti
gula dan lemak. Acromegali selain disebabkan oleh tumor hipofisis bisa juga disebabkan oleh
tumor pankreas, paru-paru, dan bagian lain dari otak. Tumor ini juga mengakibatkan kelebihan
GH, baik karena mereka menghasilkan GH diri sendiri atau, lebih sering, karena mereka
menghasilkan GHRH, hormon yang merangsang pituitari untuk membuat GH. (U.S. Department
of Health and Human Services, 2008)
2.4.3 Manifestasi Klinis
Akromegali disebabkan oleh kelebihan hormone pertumbuhan yang terjadi setelah lempeng
epifisis menutup. Menyebabkan organ dan bentuk tubuh yang abnormal. Selain kelainan pada
metabolisme sebagai akibat dari berlebihnya hormone pertumbuhan, juga dapat terjadi kelainan
neurologic sebagai akibat tumbuhnya adenoma pada hipofisis.
Pada sebagian besar kasus, pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi pada
usia 30-50 tahun, lama setelah epifise tulang menutup. Karena itu tulang mengalami kelainan
bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya
membengkak. Perubahan ini terjadi secara perlahan, sehingga biasanya selama bertahun-tahun

tidak disadari oleh penderitanya. Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan
bertambah gelapnya kulit. Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar,
menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme). Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan
serak. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada
berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis
degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung.
Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dan lengannya karena jaringan
yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak juga bisa
tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang sebelah luar.
Tumor hipofisa juga bisa menyebabkan sakit kepala hebat. Hampir semua penderita wanita
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Beberapa penderita wanita bahkan menghasilkan
air susu meskipun tidak sedang dalam masa menyusui (galaktore) karena terlalu banyaknya
hormon pertumbuhan maupun hormon prolaktin. Sepertiga penderita pria menjadi impoten.
Kadang pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan terjadi pada masa kanak-kanak,
sebelum ujung piringan tulang panjang menutup. Karena tulang terus tumbuh walaupun epifise
tulang sudah menutup menutup, maka hal ini akan menyebabkan pertumbuhan tulang yang
berlebihan dan bentuk tubuh yang abnormal.
Jaringan lunak di sekitar tulang membengkak dan beberapa saraf bisa membesar. Manifestasi
klinis acromegaly, dalam urutan frekuensi sebagaimana ditentukan dalam studi sekitar 600
pasien, termasuk acral dan perubahan wajah , hiperhidrosis (keringat berlebih), sakit kepala,
paresthesia ("kesemutan" kesemutan Sensasi), disfungsi seksual, hipertensi, gondok, gangguan
visual lapang pandang. Pertumbuhan rangka dan akral berlebih dan pembesaran jaringan lunak
dapat terjadi tanpa dapat ditawar.
Pembesaran tengkorak frontal(Mengakibatkan dahi biasa menonjol dan alis berat), mandibular
prognatisme (menonjol rahang bawah), maloklusi rahang dan overbite, penebalan kulit, dan
ukuran sepatu dan cincin bertambah. Paparan kronis hipersekresi GH dan IGF1 menyebabkan
pembengkakan jaringan lunak lidah, usus jantung, ginjal,dan pita suara dan penebalan
periarticular dan tulang rawan,sehingga akhirnya menyebabkan nyeri sendi osteoarthritis. Hingga
60% pasien menunjukkan kyphoscoliosis tulang belakang (kelengkungan luar dari tulang
belakang) dan hyperostosis rangka difus (pertumbuhan berlebih dari tulang).
2.4.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan kadar IGF-1
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh tingginya kadar hormon
pertumbuhan atau IGF-I (insulin-like growth factor I) dalam darah.

1. Kadar prolaktin serum : ACTH, GH


2. Foto tengkorak
Rontgen tulang tengkorak bisa menunjukkan penebalan tulang, pembesaran sinus hidung dan
pembesaran atau pengikisan sella tursika (struktur bertulang yang mengelilingi hipofisa).
Rontgen tangan menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan
jaringan di sekitar tulang.
1. CT Scan otak
Menunjukkan adanya tumor pada kelenjar pituitary.
1. Tes supresi dengan Dexamethason
2. Tes toleransi glukosa
Penderita diberikan sejumlah gula untuk melihat apakah kadar hormon pertumbuhannya turun.
Pada bukan penderita akromegali, kadar hormon pertumbuhan akan turun setelah pemberian
sejumlah gula. Pada penderita akromegali, kadar gula darah dan hormon pertumbuhan tetap
tinggi. Banyak penderita yang memilki kadar gula darah yang tinggi.
2.4.6 Penatalaksanaan
Untuk menghentikan atau mengurangi produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan, maka
tumor diangkat atau dihancurkan melalui pembedahan atau terapi penyinaran. Terapi penyinaran
menggunakan penyinaran berkekuatan tinggi; terapi ini tidak terlalu menimbulkan trauma dan
biasanya tidak mempengaruhi pembentukan hormon hipofisa lainnya. Suntikan okreotid bisa
membantu menghalangi pembentukan hormon pertumbuhan. Obat lainnya yang juga membantu
adalah bromokriptin.
Tujuan pengobatan adalah:
1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3) Menormalkan fungsi hipofisis
4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gigantisme
3.1.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien dengan gigantisme adalah pertumbuhan organ tubuh yang berlebih serta
postur tubuh yang tinggi.
1. Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya gigantisme, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang sudah
dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
1. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat tumor hipofisis atau penyakit lain yang berkaitan dengan gigantisme.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga pasien yang mengalami gigantisme.
1. Riwayat Psikososial
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengena.i sakitnya dan
tanggapan keluarga tentang penyakitnya
1. Pemeriksaan Fisik
1. B1 ( Sistem pernafasan)
1. B2 ( sistem kardiovaskuler)

Nadi menurun ( N=60-100x/menit), hipertensi, hipertrofi jantung,


1. B3 ( sistem persyarafan)
Sakit kepala, gangguan penglihatan
1. B4 ( Sistem perkemihan)
1. B5 ( Sistem Pencernaan)
Anorexia, disfagia
1. B6 ( Sistem Muskuloskeletal)
Lemah, lipatan kulit kasar, kulit tebal, turgor jelek
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan fisik Tinggi tubuh abnormal
3. CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis
4. Pemeriksaan kadar GH
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder pertumbuhan
organ yang berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju
metabolisme tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lidah membesar,
mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
4. Resiko cedera berhungan dengan deformita tulang sekunder akibat tulang tidak padat.
3.1.3 Intervensi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder pertumbuhan
organ yang berlebihan.
Tujuan

: pasien mampu beradaptasi dengan perubahan penampilan dirinya

Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan hidup dan kemungkinan keterbatasan.

No. Intervensi

Rasional

1.

Dorong individu
mengekspresikan perasaan,
khususnya mengenai
bagaimana individu
merasakan, memikirkan, atau
memandng dirinya

Memberikan kesempatan untuk


mengidentifikasi rasa takut dan
pandangannya terhadap
perubahan penampilan.

2.

Ikut sertakan pasien dalam


Meningkatkan
merencanakan perawatan dan perasaan
membuat jadwal aktivitas.
kompetensi/ harga diri dan
mendorong kemandirian.

3.

Bantu dengan kebutuhan


perawatan yang diperlukan.

4.

Beri informasi yang dapat


Pasien mengetahui mengenai
dipercya dan perkuat informasi masalah, penanganan,
yang sudah diberikan
perkembangan, dan prognosis
penyakit.

5.

Diskusikan dengan orang tua Membantu pasien untuk


bagaimana citra diri
mengenal perubahan dirinya dan
berkembang: ajarkan namaberadaptasi.
nama dan fungsi bagian tubuh,
perubahan tinggi badan.

6.

Kolaborasikan untuk
Untuk mengurangi atau
melakukan pembedahan pada menghentikan produksi hormone
tumor atau terapi penyinaran. pertumbuhan yang berlebihan
maka tumor di angkat. Terapi
penyinaran tidak mempengaruhi
pembentukkan hormone hipofisa

Mempertahankan penampilan
yang dapat meningkatkan citra
diri.

lainnya.

7.

Kolaborasikan untuk
pemberian okreotid atau
bromokriptin.

Untuk menghalangi
pembentukan hormon
pertumbuhan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju


metabolisme tubuh
Tujuan: pasien mampu meningkatkan aktivitasnya
Kriteria hasil:
-

Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleran aktivitas

Mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleran aktivitas

No. Intervensi

Rasional

1.

Kaji kemampuan pasien dalam Untuk mengetahui sejauh mana


beraktivitas (makan, minum) kelemahan yang terjadi.

2.

Dekatkan keperluan pasien


dalam jangkauannya

Untuk mempermudah pasien


dalam melakukan aktivitas

3.

Ajarkan klien metode


penghematan energy untuk
aktivitas

Membantu pasien mengurangi


kelelahan saat beraktivitas dan
memaksimalkan kemandirian

4.

Rencanakan bersama untuk


membuat jadual aktivitas
sehari-hari

Mempermudah dan meningkatka


aktivitas secara bertahap

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lidah membesar,
mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat
badan.
Kriteria Hasil : Nafsu makan pasien meningkat, BB naik, Pasien

No. Intervensi

Rasional

1.

Tentukan kebutuhan kalori


harian pasien

Untuk menentukan kebutuhan


kalori yang tepat dan adekuat
pasien

2.

Jelaskan pentingnya nutrisi


yang adekuat

Pasien mengetahui informasi


tentang kebutuhan nutrisi per
harinya

3.

Anjurkan istirahat sebelum


makan

Menenangkan peristaltik dan


meningkatkan energi untuk
makan.

4.

Ajarkan perawatan oral


hygiene.

Rasa tak enak, bau dan


penampilan dapat menurunkan
nafsu makan dan merangsang
mual dan muntah.

5.

Anjurkan pasien untuk


konsumsi makanan lunak

Membantu pasien mempermudah


untuk menelan makanan.

6.

Motivasi pasien untuk makan Membiasakan pasien agar nafsu


dalam porsi kecil tapi sering makan bertambah dan melatih
organ yang tumbuh abnormal

tidak lemas

1. Resiko cidera berhubungan dengan deformitas tulang sekunder akibat tulang tidak padat.

Tujuan

: pasien terhindar dari cidera

Kriteria Hasil :
-

Pasien tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman

Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

No. Intervensi

Rasional

1.

Orientasikan pasien terhadap memberikan peningkatan,


lingkungan, staf, orang lain di kenyamanan, dan kekeluargaan,
areanya.
serta mampu menurunkan cemas.

Tempatkan pasien pada tempat Menurunkan kemungkinan adanya


tidur yang menggunakan
trauma jika pasien bergerak.
pengaman.

2.

Letakkan barang yang


dibutuhkan atau posisi bell
pemanggil dalam jangkauan

memungkinkan pasien melihat


objek lebih muda dan
memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila dibutuhkan.

3.

Lakukan tindakan untuk


membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan,
contoh: atur perabot/
permainan, terutama perbaiki
sinar suram dan masalah
penglihatan malam.

menurunkan bahaya, keamanan,


berhubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan
penglihatan dan akomodasi pupil
terhadap sinar lingkungan.

3.2 Akromegali
3.2.1 Pengkajian

1. Anamnesis
2. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
1. Keluhan utama
Pada akromegali umumnya memperlihatkan adanya pembesaran tangan dan kaki
1. Riwayat masuk
Pasien datang dengan keluhan pertumbuhan tubuh yang abnormal serta pembesaran yang
abnormal pada wajah, kedua kaki dan tangan. Pada akromegali klien mengeluhkan tulang
mengalami kelainan bentuk, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak
1. Pemeriksaan fisik
B1 (Sistem Pernafasan)
Tidak terjadi perubahan pola napas, bunyi napas normal, gangguan napas biasanya terjadi akibat
adanya proses pembesaran tumor hipofisis.
B2 (Sistem kardiovaskuler)
Hipertrofi jantung
B3 (Sistem Persyarafan)
Nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal
B4 (Sistem Perkemihan)
Penurunan libido, impotensi, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
B5 (Sistem Pencernaan)
Pembesaran hati dan kelenjar ludah
B6 (Sistem muskuloskeletal)
Pasien cepat lelah, otot proximal lemah, turgor kulit buruk, kulit mengeluarkan keringat berlebih,
nyeri sendi.
1. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan kadar IGF-1


2. Kadar prolaktin serum : ACTH, GH
3. Foto tengkorak
4. CT Scan otak
5. Tes supresi dengan Dexamethason
6. Tes toleransi glukosa
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh yang abnormal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju
metabolisme tubuh.
3. Resiko cidera berhubungan dengan deformitas tulang.
4. Cemas yang berhubungan dengan kurang penegtahuan tentang prognosis penyakit dan
perubahan kesehatan
3.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perawakan yang abnormal.
Tujuan

: Pengurangan kecemasan pasien.

Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan hidup dan kemungkinan keterbatasan.

No. Intervensi

Rasional

1.

Dorong mengungkapkan
mengenai masalah tentang
proses penyakit

Mendorong mengungkapkan
masalah tentang proses penyakit
dan memberikan kesempatan
untuk
mengidentifikasi rasa takut.

2.

Ikut sertakan pasien dalam

Mengikut sertakan pasien dalam

merencanakan perawatan dan memenentukan perawatan untuk


membuat jadwal aktivitas.
meningkatkan
perasaan
kompetensi/ harga diri dan
mendorong kemandirian.

3.

Bantu dengan kebutuhan


perawatan yang diperlukan.

Membantu kebutuhan perawatan


yang diperlukan untuk
mempertahankan penampilan
yang dapat
meningkatkan citra diri.

4.

Berikan bantuan positif.

Memberikan bantuan positif


bila
perlu agar
memungkinkan pasien merasa
senang terhadap
diri
sendiri,
menguatkan perilaku positif,
meningkatkan percaya diri.

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju


metabolisme tubuh.
Tujuan : pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
Kriteria hasil :
-

Kebutuhan personal terpenuhi

Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh dan memenuhi AKS dengan
teknik penghematan.

No. Intervensi

1.

Rasional

Beri motivasi pada pasien dan Agar pasien dan keluarga


kelurga untuk melakukan
mengetahui pentingnya mobilisasi
mobilisasi sebatas kemampuan

(missal. Miring kanan, miring bagi pasien.


kiri)

2.

Kaji kemampuan pasien dalam Untuk mengetahui sejauh mana


beraktivitas (makan, minum) kelemahan yang terjadi.

3.

Dekatkan keperluan pasien


dalam jangkauannya

Untuk mempermudah pasien


dalam melakukan aktivitas

4.

Berikan latihan mobilisasi


secara bertahap

Untuk menghindari kekakuan


sendi dan mencegah adanya
dekubitus.

1. Resiko cidera berhubungan dengan deformitas tulang.


Tujuan

: tidak terjadi cidera pada pasien.

Kriteria Hasil

Pasien tidak ada cidera

Pasien tidur dengan tempat tidur yang terpasang

Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

pengaman

No

Intervensi

Rasional

1.

Sediakan lingkungan yang


aman bagi pasien dengan
menyingkirkan furnitur yang
berlebihan dan orientasikan
pasien pada ruangan.

Dengan mengorientasikan pasien


pada keadaan sekitar maka dapat
mengurangi resiko terjatuh.

2.

Tempatkan pasien pada tempat Menurunkan kemungkinan

tidur yang menggunakan


pengaman.

adanya trauma jika pasien


bergerak.

3.

Letakkan barang yang


dibutuhkan atau posisi bell
pemanggil dalam jangkauan

memungkinkan pasien melihat


objek lebih muda dan
memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila dibutuhkan.

4.

Lakukan tindakan untuk


membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan,
contoh: atur perabot/
permainan, terutama perbaiki
sinar suram dan masalah
penglihatan malam.

menurunkan bahaya, keamanan,


berhubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan
penglihatan dan akomodasi pupil
terhadap sinar lingkungan.

1. Cemas yang berhubungan dengan kurang penegtahuan tentang prognosis penyakit dan
perubahan kesehatan
Tujuan

: Kecemasan berkurang / menghilang

Kriteria Hasil

: Mengenai perasaanya, dapat mengidentifikasi

penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan


menyatakan ansietas berkurang atau hilang

No. Intervensi

Rasional

1.

Reaksi verbal/nonverbal dapat


menunjukkan rasa agitasi, marah
dan gelisah

Kaji tanda verbal dan


nonverbal kecemasan,
dampingi klien dan lakukan
tindakan bila timbul perilaku
merusak

2.

Mulai melakukan tindakan


Mengurangi rangsangan
untuk mengurangi kecemasan. eksternal yang tidak perlu
Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat

3.

Tingkatkan kontrol sensasi


klien

Kontrol sensasi klien (dan dalam


menurunkan ketakutan) dengan
cara memberikan informasi
tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan
terhadap sumber sumber
koping (pertahanan diri) yang
positif, membantu latihan
relaksasi dan teknik pengalihan
serta memberikan respon balik
yang positif

4.

Memberi kesempatan pada


klien mengungkapkan
kecemasannya

Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan

5.

Berikan privasi untuk klien


dan orang terdekat

Memberi waktu untuk


mengekspresikan perasaan
menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya
keluarga dan teman yang dipilih
klien melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya membaca)
akan menurunkan perasaan
terisolasi.

Das könnte Ihnen auch gefallen