Sie sind auf Seite 1von 11

UNIVERSITAS INDONESIA

DISTRIBUSI BARANG DAN PERIZINAN USAHA

RESUME

KELOMPOK 3
FITRI JAYANTI SITINDAON
MAULIA DEWI ANGGRAENI
MEIDDY NANDA
NUR FITIANI ULFAH

1306484450
1306484816
1306484822
1306484980

PROGRAM EKSTENSI
BIDANG STUDI AKUNTANSI
SALEMBA
MEI 2015

I.

PEMBAYARAN DAN PENYERAHAN BARANG


a.

Pembayaran
Pembayaran merupakan salah satu alasan hapusnya suatu perikatan
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1381 KUHPerd. Dalam jual-beli, membayar
merupakan kewajiban utama bagi pembeli (Pasal 1513).

Lebih lanjut pasal 1517

menyatakan bahwa jika pembeli tidak membayar harga pembelian, maka penjual
dapat menuntut pembatalan jual beli itu menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266 dan
1267.
Ketentuan terkait pembayaran dalam jual-beli:
Tempat dan waktu pembayaran
Adapun untuk waktu dan tempat pembayaran yang diatur dalam KUHPerd yaitu
pembayaran di tempat dan pada waktu penyerahan atau pada waktu dan tempat

yang sudah ditetapkan dalam persetujuan jual-beli.


Yang melakukan pembayaran
Agar suatu pembayaran untuk melunasi suatu utang berlaku sah, orang yang
melakukannya haruslah pemilik mutlak barang yang dibayarkan dan pula
berkuasa untuk memindahtangankan barang itu. Meskipun demikian, pembayaran
sejumlah uang atau suatu barang lain yang dapat dihabiskan, tak dapat diminta
kembali dan seseorang yang dengan itikad baik telah menghabiskan barang yang
telah dibayarkan itu, sekalipun pembayaran itu dilakukan oleh orang yang bukan
pemiliknya atau orang yang tak cakap memindahtangankan barang itu. (Pasal

1384)
Uang muka
Dalam jual-beli dapat juga dilakukan pembayaran berupa uang muka (uang
panjar), dan apabila salah satu pihak pembeli maupun penjual membatalkan
pembelian tersebut maka salah satu pihak tidak dapat menyuruh memiliki atau

mengembalikan uang panjarnya (Pasal 1464 KUHPerd).


Yang digunakan sebagai pembayaran
Tiada seorang kreditur pun dapat dipaksa menerima sebagai pembayaran suatu
barang lain dan barang yang terutang; meskipun barang yang ditawarkan itu sama
harganya dengan barang yang terutang, bahkan lebih tinggi. (Pasal 1389)

Angsuran
Seorang debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk menerima pembayaran utang
dengan angsuran, meskipun utang itu dapat dibagi-bagi. (Pasal 1390)
Yang menerima pembayaran

Pembayaran yang dilakukan kepada kreditur yang tidak cakap untuk


menerimanya adalah tidaksah, kecuali jika debitur membuktikan bahwa kreditur
sungguh-sungguh mendapat manfaatdan pembayaran itu.
Syarat-syarat pembayaran
Syarat pembayaran barang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tunai atau kontan, artinya pembayaran dilakukan saat terjadi transaksi.
2. n/30, artinya pembayaran dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya
transaksi
3. n/EOM (End of Month), artinya pembayaran dilakukan paling lambat akhir bulan.
4. n/10 EOM, artinya pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari setelah akhir bulan
5. 2/10,n/30 artinya bila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari atau kurang
setelah tanggal transaksi, terdapat potongan 2%, jangka waktu kredit 30 hari.
Macam-macam media pembayaran :
a. Cek
Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening
giro (current account), kepada tertarik, dalam hal ini bank, untuk membayar tanpa
syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan, yang berfungsi
sebagai alat pembayaran tunai.
b. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro,
kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening
yang tertera dalam bilyet giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.
c. Letter of Credit (L/C)
Letter of credit atau sering disingkat menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah
sebuah cara pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir menerima
pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas
dokumen dikirimkan keluar negeri (kepada pemesan).
Tata cara pembayaran dengan L/C
1. Importir meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C
untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai

opener. Bila importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor
seperti keharusan adanya surat izin impor, maka bank melakukan kontrak
valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama
importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai opening/issuing bank.
Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di luar
negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut
sebagai advising bank atau notifiying bank. Advising bank memberitahukan
kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima
L/C disebut beneficiary.
2. Eksportir menyerahkan barang ke Carrier, sebagai gantinya Eksportir akan
mendapatkan bill of lading.
3. Eksportir menyerahkan bill of lading kepada bank untuk mendapatkan
pembayaran. Paying bank kemudian menyerahkan sejumlah uang setelah
mereka mendapatkan bill of lading tersebut dari eksportir. Bill of lading
tersebut kemudian diberikan kepada Importir.
4. Importir menyerahkan bill of lading kepada Carrier untuk ditukarkan dengan
barang yang dikirimkan oleh eksportir.
b. Penyerahan Barang
Dalam konteks umum:
Secara hukum, penyerahan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hukum
yang memindahkan hak milik. Syarat agar suatu penyerahan dikatakan sah
berdasarkan pasal 584 KUH Perdata harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Penyerahan harus didasarkan atas sesuatu peristiwa perdata (rechtstilel) untuk
memindahkan hak milik. Dengan kata lain penyerahan harus mempunyai sebab
atau causa yang sah. Pada umumnya sebab dari penyerahan ialah perjanjian jualbeli. Tetapi sebab atau peristiwa itu bisa juga perjanjian hibah, perjanjian tukar
menukar, suatu hibah wasiat atau suatu perbuatan melawan hukum (pasal 1365)
2. Penyerahan harus dilakukan oleh orang yg berhak berbuat bebas terhadap
benda.
Dalam konteks jual-beli:
KUHPerd mengatur mengenai penyerahan barang pada beberapa pasal di
dalam Bab Jual-Beli. Dalam pasal 1475 KUH Perdata Penyerahan mendefinisikan
penyerahan sebagai pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan hak
milik si pembeli. Penyerahan juga merupakan kewajiban utama penjual kepada
pembeli (Pasal 1474).

Dalam pasal 1457 KUHPerd disebutkan bahwa jual-beli adalah suatu


persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan,dan pihak yang satu lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan. Jadi penyerahan merupakan komponen dalam proses jual-beli meskipun
sebagaimana dinyatakan dalam pasal berikutnya yaitu pasal 1458, bahwa meskipun
belum ada peenyerahan barang, jual-beli itu sendiri sudah dianggap terjadi apabila
penjual dan pembeli telah mencapai kesepakatan tentang barang tersebut dan
harganya.
Ketentuan terkait penyerahan:

Hak milik
bahwa hak milik barang yang dijual tidak pindah kepada pembeli selama barang
itu belum diserahkan menurut pasal 612, 613 dan 616, meskipun juga tidak
menutup kemungkinan barang tersebut telah menjadi tanggungan pembeli sejak
saat pembelian, jika barang yang dijual tersebut merupakan barang yang sudah

ditentukan (pasal 1460).


Biaya penyerahan
Biaya penyerahan yang timbul akan ditanggung oleh penjual sedangkan biaya
pengambilan akan ditanggung oleh pembeli, terkecuali kalau diperjanjikan

sebaliknya. (Passal 1476)


Tempat penyerahan
Penyerahan harus dilakukan di tempat barang yang dijual itu berada pada waktu
penjualan, jika
tentang hal itu tidak diadakan persetujuan lain. (Pasal 1477)

Pembayaran
Penjual tidak wajib menyerahkan barang yang bersangkutan, jika pembeli belum
membayar
harganya sedangkan penjual tidak mengizinkan penundaan pembayaran

kepadanya. (Pasal 1478)


Penyerahan yang tidak dapat dilaksanakan
penyerahan tidak dapat dilaksanakan karena kelalaian penjual, maka pembeli
dapat menuntut pembatalan pembelian menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266

dan 1267 (mengenai batalnya perjanjian). (Pasal 1480)


Kondisi barang saat penyerahan
Barang yang bersangkutan harus diserahkan dalam keadaan seperti pada waktu
penjualan.
Sejak saat penyerahan, segala hasil menjadi kepunyaan pembeli. (Pasal 1481)

Penjual wajib menyerahkan barang yang dijual dalam keadaan utuh, sebagaimana
dinyatakandalam persetujuan. (Pasal 1483)
Penjual juga berkewajiban menyerahkan suatu barang meliputi segala sesuatu
yang menjadi perlengkapannya dan dimaksudkan bagi pemakaiannya yang tetap,
beserta surat bukti milik jika ada. (Pasal 1482)
KUHPerd mengenal tiga macam barang yaitu barang bergerak, barang tidak
bergerak (barang tetap), dan barang tidak berwujud seperti piutang, penagihan,
atau claim. Adapun untuk penyerahan barang bergerak diatur oleh pasal 612,
sebagai berikut:
Pasal 612
Penyerahan barang-barang bergerak, kecuali yang tidak bertubuh dilakukan
dengan penyerahan yang nyata oleh atau atas nama pemilik, atau dengan
penyerahan

kunci-kunci

bangunan

tempat

barang-barang

itu

berada.

Penyerahan tidak diharuskan, bila barang-barang yang harus diserahkan,


dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya.
Untuk barang tidak bergerak, seperti tanah atau kapal/ perahu terdaftar,
penyerahan harus dilakukan dengan akta yang dibuat oleh pejabat yang
berwenang.
Sedangkan untuk barang tidak berwujud seperti piutang harus dengan akta
otentik di bawah tangan atau dengan surat utang sebagaimana dinyatakan dalam
pasal 613 KUHPerd sebagai berikut:
Penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak
bertubuh, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan
yang melimpahkan hak-hak atas barang-barang itu kepada orang lain.
Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu
diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara tertulis atau diakuinya.
Penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dengan memberikannya;
penyerahan surat utang atas perintah dilakukan dengan memberikannya
bersama endosemen surat itu.
II. PENGANGKUTAN DAN PENGIRIMAN

a. Pengangkutan
Menurut Soekardono, Pengangkutan adalah perpindahan tempat mengenai
benda- benda atau orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
mencapai

manfaat serta efisiensi

a. Aspek-aspek dalam pengangkutan


1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan.
2. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan
3. Obyek pengangkutan, yaitu muatan yang diangkut baik barang atau
penumpang.
4. Perbuatan yaitu kegiatan mengangkut barang/penumpang sejak pemuatan
sampai dengan penurunan di tempat tujuan
5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang
6. Tujuan pengangkutan yaitu sampai ditempat tujuan dengan selamat, biaya
pengangkutan lunas.
b. Hukum mengenai Pengangkutan
Keseluruhan peraturan-peraturan baik yang telah dikodifikasi atau yang
belum dikodifikasi yang mengatur semua hal-hal yang berkaitan dengan
pengangkutan
Kedudukan pengangkutan dan pengiriman timbul setelah adanya jual beli
yaitu pasal 1457 KUHper yaitu jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan
pihak yang lain untuk membayar harga yang telah ditetapkan.
Sifat Perjanjian Pengangkutan :
a. Bertimbal balik (pasal 1601 KUHPer)
b. Pelayanan berkala
c. Bersifat borongan (1601, 1617 KUHPer) / Pemberi Kuasa (1792 KUHPer)
d. Bersifat Konsensuil (1338 KUHPer)
c. Perjanjian Pengangkutan
Menurut Subekti, Suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk
dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat kelain tempat,
sedangkan pihak lainnnya menyanggupi akan membayar ongkosnya
d. Asas perjanjian pengangkutan :
1. Konsensuil : perbuatan perjanjian pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis,
sudah cukup apabila ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak.

2. Koordinasi : di dalam perjanjian pengangkutan mensyaratkan kedudukan para


pihak sejajar.
3. Campuran :
a. Pemberian kuasa,
b. penitipan,
c. pelayanan berkala melekat pula dalam perjanjian pengangkutan.
4. Pengangkut tidak mempunyai hak retensi.
e. Tanggung Jawab pengangkut :
Pasal 91 KUHD
Pengangkut dan nahkoda harus menanggung semua kerusakan yang terjadi
atau benda-benda perniagaan atau benda-benda yang diangkut, kecuali kerusakan
yang disebabkan karena cacat pada benda sendiri, atau karena kesalahan/kelalaian si
pengirim/ekspeditur, karena keadaan memaksa.
Pasal 468 KUHD
Pengangkut wajib mengganti rugi yang disebabkan :
Tidak diserahkannya barang baik seluruhnya atau sebagian atau karena kerusakan
barang, kecuali hal tersebut akibat peristiwa yang sepantasnya tidak dapat
dicegah/dihindari, akibat dari sifat, keadaan/cacat barang, kesalahan pengirim
b. Pengiriman
Secara umum Pengiriman Barang adalah segala upaya yang di selenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memberikan pelayanan jasa
berupa pengiriman barang,baik antar kota,antar pulau dan antar negara.
Pengiriman Barang juga dapat diartikan Mempersiapkan pengiriman fisik barang
dari gudang ketempat tujuan yang disesuaikan dengan dokumen pemesanan dan
pengiriman serta dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan penanganan barangnya
Jika pada dahulu sarana transportasi untuk pengiriman barang masih sangat terbatas
sehingga seringkali memakan waktu yang banyak kini dengan kemajuan teknologi
dibidang transportasi seperti halnya pesawat terbang, kereta api, mobil bahkan kapal laut
kini pengiriman barang bisa disesuikan dengan waktu dan volume barang yang
dibutuhkan.
III.PERIZINAN DI BIDANG KEGIATAN USAHA
Perijinan Usaha Menurut Sistem Informasi Tata Laksana Perizinan

a. Perijinan usaha (Ijin Usaha) hanya diperlukan dalam rangka pengendalian


terhadap sesuatu kegiatan/usaha masyarakat yang memang perlu dikendalikan,
dengan tujuan:
1. Pengembangan usaha yang sehat.
2. Perlindungan bagi konsumen dengan jaminan mutu.
3. Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan
b. Izin Usaha dapat diberikan dengan cara:
1. Persetujuan Prinsip, khusus PMA untuk persiapan.
2. Pendaftaran, bersifat data umum dan tanpa dilengkapi persyaratan,
kecuali NPWP badan usaha, NPWP orang pribadi (pemegang saham
perusahaan/usaha perorangan), dan bukti pelunasan pembayaran pajak.
3. Izin Usaha Tetap hanya diberikan kepada bidang usaha yang perlu
dikendalikan
c. Perluasan dengan peningkatan kapasitas produksi, tidak perlu memiliki Izin
Perluasan atau Pendaftaran Perluasan, cukup diwajibkan melapor secara
tertulis kepada instansi Pemerintah yang membina perijinan. Perluasan dengan
peningkatan investasi, perlu dilaporkan tertulis nilai rencana investasi dan
sumber dana investasinya kepada Instansi Pemerintah yang membina bidang
usaha.
d. Perusahaan dengan kriteria, antara lain tidak menimbulkan pencemaran yang
membahayakan masyarakat dan merusak lingkungan, perusahaan kecil/usaha
rakyat, dibebaskan dari kewajiban memiliki Izin Usaha, dan hanya wajib
mendaftarkan usahanya, tanpa disertai persyaratan kelengkapan dokumen,
kecuali NPWP Orang Pribadi. Instansi Pemerintah yang membina perizinan
mengeluarkan Tanda Pendaftaran yang keberlakuannya sama dengan Izin
Usaha. Setelah Tanda Pendaftaran dikeluarkan, Instansi yang membina
perizinan/Pelayanan Terpadu, menyerahkan kewenangan pembinaannya
kepada unit organisasi sektoral pembinanya.
e. Bentuk formulir permohonan Izin/pendaftaran disederhanakan, dibatasi pada
persyaratan yang terkait dengan NPWP, identitas diri, pengesahan badan
hukum untuk perseroan dan yang sejenis. Formulir pelaporan kegiatan usaha
disederhanakan dan dibakukan, dan dibatasi pada realisasi produksi/usaha dan
investasi.

f. Prosedur untuk memperoleh Izin Usaha dan pendaftaran, sampai pemberian


keputusan disederhanakan, serta mengikuti langkah-langkah pada keputusan
Menteri PAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003. Pemohon ijin dan pendaftaran
diberikan hak dan kesempatan banding apabila merasa dirugikan
kepada pejabat atasan pemberi ijin atau dalam hal tidak dicapai kesepakatan
dilaksanakan melalui Peradilan TUN (Tata Usaha Negara).
g. Izin Usaha dan Tanda Pendaftaran berlaku untuk selamanya usaha yang
bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. Izin Usaha dan Tanda
Pendaftaran berlaku untuk seluruh Indonesia dan tanpa dibatasi oleh
kewenangan Instansi Pemerintah sesuai dengan batas administratif
pemerintahan. Pembatasan tertentu hanya dapat diberikan pada usaha hutan
dan tambang yang terkait dengan hak atas areal dan lokasi.
h. Lingkup perijinan didasarkan pada kelompok atas jenis usaha, dan pada izin
dirinci komoditinya.
i. Setiap perijinan usaha tidak dikenakan biaya apapun. Apabila ada ketentuan
perundangan
yang
lebih
tinggi
mengatur
biaya
(pungutan/iuran), maka agar tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih
rendah dinyatakan dengan Rp.0,-. Apabila pungutan/iuran tidak dapat
dihindari karena alasan tertentu, pelaksanaannya harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan Menteri Keuangan, dan dana yang dipungut disetor ke
Kas Negara/Kas Daerah.
j. Izin-izin lain yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, seperti IMB (Izin
Mendirikan Banguan), HO (Izin Undang-Undang Gangguan), Izin Lokasi dan
Ijin daerah lainnya disederhanakan dan diberi kemudahan. Bagi kegiatan
usaha dilokasi Kawasan Berikat atau Kawasan lainnya, tidak diperlukan Izin
Lokasi, HO dan ijin daerah lainnya sepanjang Pengelola Kawasan telah
memiliki Ijin Lokasi, HO dan Ijin daerah lainnya. Retribusi yang diwajibkan
kepada kegiatan usaha di Kawasan, menjadi tanggungjawab Pengelola
Kawasan.
Pemerintah
Daerah
hanya memungut retribusi dari Pengelola Kawasan.
k. Izin Hak Atas Tanah disederhanakan dan kewenangan pembinaan Hak Atas
Tanah oleh Instansi Pemerintah di Kabupaten/Kota diperluas dari sebelumnya
100 Ha menjadi 500 Ha.

Surat Izin Tempat Usaha (SITU)


Prosedur Perizinan SITU

Mengajukan permohonan izin tempat usaha kepada camat atau bupati dengan

melampirkan semua persyaratan administratif yang diperlukan.


Apabila di kecamatan atau kabupaten terdapat Kantor Pelayanan Perizinan
Satu Atap, surat permohonan bisa ditujukan kepada camat atau bupati melalui

Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Atap.


Selanjutnya petugas dari pemerintah akan memeriksa tempat usaha kita untuk
mencocokkan semua data dengan kondisi yang ada di lapangan. Jika ada

ketidakcocokan atau kurang sesuai, petugas akan memberikan pengarahan.


Apabila semua persyaratan sudah sesuai, selanjutnya pemohon membayar
retribusi kepada pemerintah yang dalam waktu sekitar 14 (empat belas) hari
kerja, SITU akan diterbitkan.

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


Prosedur Pembuatan SIUP
Pemilik perusahaan atau melalui kuasa yang sudah dikuasakan dapat mengurus
langsung ke kantor dinas perdagangan setempat atau kepala kantor pelayanan

perizinan selaku pejabat penerbit SIUP di wilayah kerjanya.


Kemudian mengambil formulir pendaftaran atau surat permohonan yang sudah
disediakan oleh kantor dinas perdagangan yang dilengkapi dengan syaratsyarat yang sudah ditentukan. Surat permohonan tersebut harus di
tandatangani diatas meterai cukup pemilik/direktur utama/penanggung jawab

perusahaan.
Pihak ketiga yang mengurus untuk mendapatkan SIUP, wajib melampirkan
surat kuasa yang bermeterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik/direktur

utama/penanggungjawab perusahaan.
Membayar sesuai dengan peraturan daerah masing-masing.

Das könnte Ihnen auch gefallen