Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
(buku/jurnal)
4)bandingkan karakteristik fisik oleoresin hasil praktikum dgn teori
(buku/jurnal)
5)cari teori ttg senyawa aktif terbesar yg tdpt oleoresin berbahan baku jeruk
jeruk an (cantumkan tipus : buku/jurnal)
6)cari teori ttg pengaruh sisa pelarut/etanol thdp mutu oleoresin
TINJAUAN PUSTAKA
Oleoresin merupakan campuran antara resin dan minyak atsiri yang dapat
diekstrak dari berbagai jenis rempah. Baik rempah yang berasal dari buah, biji,
daun kulit maupun rimpang. Berat oleoresin yang dihasilkan dipengaruhi oleh
jumlah pelarut organik (methanol) yang digunakan untuk ekstraksi. Berat
oleoresin akan cenderung meningkat dengan bertambahnya jumlah pelarut yang
digunakan. Selain itu, berat oleoresin yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh
ukuran partikel bubuk, dimana bubuk jahe yang lebih halus (125 m (115 mesh))
memberikan hasil yang lebih besar dibanding bubuk jahe yang lebih kasar (250
m (60 mesh)). Hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang lebih halus (125
m (115 mesh)) memudahkan pelarut organik (methanol) untuk berpenetrasi
mengikat oleoresin dengan jumlah yang lebih banyak (Bustan, 2008)
Karakteristik rimpang temulawak yang telah dikupas menimbulkan bau
menyengat, hal ini karena kandungan oleoresin (viskositas material yang tebal),
yang merupakan cairan berminyak yang mengandung metil fenol seperti oxy
shogaol, zingerone dan gingerol, yang mungkin bertanggung jawab untuk properti
antioksidan. Oleoresin Ginger prinsipnya terdiri dari jahe minyak esensial dan 6gingerol, yang farmakologi komponen aktif utama, dan jumlah yang lebih rendah
dari vanilloid struktural terkait. Zingerone juga dihasilkan dari gingerol ketika
jahe dimasak atau kering (Nwaoha, 2013).
Kulit jeruk nipis manis adalah sumber flavonoid, pektin dan minyak atsiri.
Jeruk Minyak kulit memiliki aroma yang kuat dan diinginkan dengan efek
menyegarkan. Mereka telah digunakan sebagai penyedap dalam makanan,
minuman dan produk farmasi. Mereka juga telah digunakan sebagai wewangian
dalam parfum, kosmetik dan aromaterapi. Selain itu, minyak esensial jeruk telah
diakui sebagai aman karena spektrum yang luas mereka kegiatan biologis seperti
antimikroba, antioksidan dan anti-peradangan. Senyawa aktif terbesar pada
minyak jeruk nipis manis adalah d-Limonene dengan kadar 78,3% (Mahendera,
2014).
Resin dari kulit Citrus aurantium dulcis (orange) diperoleh dari residu
terpene jeruk dan jeruk distilasi minyak esensial. Resin mentah diproses dengan
metode fisik agar lebih halus dengan berbagai adsorben dan disaring. Proses
deodorisasi dilakukan untuk menghapus semua terpene dan sebagian besar
komponen minyak atsiri. Karakteristik minyak kulit jeruk secara fisik memiliki
penampilan yang jelas, berwarna kuning sampai kuning kemerahan, memiliki
aroma yang sama dengan bahan aslinya yaitu beraroma kulit jeruk. Memiliki
rotasi optic + 63 sampai + 78. Memiliki indeks bias 1,4730-1,4770 (20C). Dan
memiliki berat jenis 0,847-0,853 (25/25C) (Gill, 2014).
Tanaman berakar rimpang memiliki senyawa aktif, flavonoid, saponin, dan
minyak yang dapat digunakan untuk obat. Misalnya rimpang jahe, lengkuas
berasa
pedas
karena
kandungan
oleoresinnya
yang
berkhasiat
untuk
lama
tujuan untuk mengekstraksi minyak dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Sebelum bahan olah tersebut diekstraksi sebaiknya dirajang terlebih dahulu
menjadi potongan-potongan lebih kecil. Proses perajangan ini bertujuan agar
kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi
laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cukup cepat. Selama proses
perajangan, akan terjadi penguapan komponen minyak bertitik didih rendah. Oleh
karena itu, jika diinginkan rendemen dan mutu minyak yang baik, maka hasil
rajangan harus segera diekstraksi Perlakuan pendahuluan dengan cara
pengeringan bahan akan mempercepat proses ekstraksi, memperbaiki mutu
minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan. Akan tetapi
selama pengeringan kemungkinan sebagian minyak akan hilang karena penguapan
dan oksidasi oleh oksigen udara (Munawaroh, 2010).
Senyawa-senyawa terpenoid banyak terdapat dalam bentuk essential oil atau
yang lebih dikenal dengan sebutan minyak atsiri. Tanaman conifer, eucalyptus,
dan buah jeruk kaya akan terpenoid volatil dengan berat molekul rendah.
Volatilisitas senyawa-senyawa terpenoid ini mudah dikenali dari tanaman yang
berbau harum. Selain itu terpenoid mudah sekali diisolasi. Pada jeruk senyawa
limonoid jeruk termasuk nomilin, asam nomilat, ichangin, fotolimonin I dan asam
obacunoat juga memiliki rasa pahit (Mayanti, 2009).
Kulit
jeruk
dapat
berpotensi
mengandung
yang lama akan menyebabkan banyaknya pelarut yang terbuang dan selain itu
pula banyaknya komponen oleoresin yang mudah menguap akan terbawa
oleh pelarut yang teruapkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka jumlah
oleoresin yang terekstrak pada akhir ekstraksi semakin meningkat. Tingginya
konsentrasi pelarut juga menunjukkan turunnya polaritas pelarut yang merupakan
campuran etanol dengan air. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin
rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak
kandungan
oleoresin
yang juga bersifat kurang polar. Adanya sisa pelarut pada oleoresin berpengaruh
pada indeks bias yang dihasilkan. Nilai indeks bias akan semakin besar dengan
meningkatnya kerapatan minyak atsiri (oleoresin). Semakin sukar sinar
dibiaskan dalam suatu medium maka nilai indeks biasnya akan semakin tinggi
(Anam, 2010).
Pembahasan
Rendemen oleoresin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
ukuran bahan, waktu ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut,
dan perbandingan jumlah pelarut dengan bahan. Semakin besar ukuran bahan
rempah-rempah yang akan diekstraki akan memerukan waktu ekstraksi yang
lebih
lama
Senyawa aktif terbesar pada oleoresin jeruk nipis manis adalah d-Limonene
dengan kadar 78,3% menurut penelitian Mahendera, 2014.
manis adalah sumber flavonoid, pektin dan minyak atsiri. Minyak kulit Jeruk
memiliki aroma yang kuat dan diinginkan dengan efek menyegarkan. Kulit jeruk
dapat berpotensi menjadi repellent karena mengandung minyak atsiri dengan
komponen limonene, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronelol, neral,
geraniol, valensen, sinnsial dan sinensial. Linalol, citronellal dan geraniol
termasuk senyawa yang bersifat repellent terhadap artropoda.
Salah satu cara untuk mengatasi sisa pelarut yang masih banyak adalah
dengan penambahan waktu penguapan dan peningkatan suhu. Namun perlu
dipertimbangkan bahwa penguapan dengan suhu yang terlalu tinggi dan
waktu yang lama dapat merusak komponen minyak atsiri yang ada didalam
oleoresin. Pemakaian suhu diatas titik didih pelarut yang digunakan dan waktu
yang lama akan menyebabkan banyaknya pelarut yang terbuang dan selain itu
pula banyaknya komponen oleoresin yang mudah menguap akan terbawa
oleh pelarut yang teruapkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka jumlah
oleoresin yang terekstrak pada akhir ekstraksi semakin meningkat. Tingginya
konsentrasi pelarut juga menunjukkan turunnya polaritas pelarut yang merupakan
campuran etanol dengan air. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin
rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak
kandungan
oleoresin
yang juga bersifat kurang polar. Adanya sisa pelarut pada oleoresin berpengaruh
pada indeks bias yang dihasilkan. Nilai indeks bias akan semakin besar dengan
meningkatnya kerapatan minyak atsiri (oleoresin). Semakin sukar sinar
dibiaskan dalam suatu medium maka nilai indeks biasnya akan semakin tinggi
(Anam, 2010).
Kesimpulan:
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale) Kajian
Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Pertanian Mapeta,
ISSN:1411-2817. Volume 12. Nomor 2.
Bustan, M. Djoni,. Ria Febriyani dan Halomoan Pakpahan. 2008. Pengaruh
Waktu Ekstraksi Dan Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe Yang
Diperoleh Dalam Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Methanol). Jurnal
Teknik Kimia, Volume 15. Nomor 4.
Gill, Lillian. 2014. Safety Assessment of Citrus-Derived Ingredients as Used in
Cosmetics. Scientific Literature Review for Public Comment.
Hartuti, Sri dan Muhammad Dani Supardan. 2013. Optimasi Ekstraksi
Gelombang Ultrasonik Untuk Produksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale
Roscoe) Menggunakan Response Surface Methodology (Rsm). Jurnal
Agritech. Volume 33. Nomor 4.
Hendri, Joni. 2013. Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)
terhadap Nyamuk Demam berdarah. Jurnal Sain Veteriner. Volume 31.
Nomor 2.
Mahendera, Megha and Mumtaj shah. 2014. Extraction and Characterization of
Essential oil ofSweet Lime (Citrus Limetta Risso) peel using Microwave-
ACARA II
OLEORESIN
A. Tujuan
B. Tinjauan Pustaka
C. Metodologi
1. Alat
2. Bahan
3. Cara Kerja
D. Hasil dan Pembahasan
E. Kesimpulan
(Kesimpulan menjawab tujuan)
Poin D dan E ditulis tangan, lainnya diketik dengan aturan TNR 12 pt 1,5 spasi
margin 4,4,3,3 kertas A4
Tipus jurnal internasional (4), jurnal nasional (4), dan buku (4)
Laporan dikumpulkan pada hari Jumat tanggal 26 Desember 2014, langsung
dijilid cover coklat tua