Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the relationship between certain
characteristics of corporate governance on the disclosure of corporate social
responsibility on companies listed in Indonesia Stock Exchange. Disclosure of
corporate social responsibility by using modified Hackton and Milne research
indicators. Review of previous studies show the diversity of results. Therefore, this
research attempts to develop a previous study by using the five characteristics of
corporate governance as independent variables. They are size of the board of
commissioners; independent commissioners, independent audit committees,
government ownership, and presence of women the board of commissioners.
Company size and profitability is use as a control variable.
This research sample is financial sector in 2010 by using method of purposive
sampling. There are 45 company fulfilling criterion as this research sample. The
method analysis of this research used multiple regression analysis by using SPPS for
Windows 17.0.
The results of this research indicate that the size of the board of
commissioners, government ownership, independent audit committee, and company
size have a positive and significant relation on the disclosure of corporate social
responsibility; but the independent commissioners, the presence of women in the
board of commissioners, and profitability does not have a significant relationship.
These results of this research generally coincide with the previous research findings
on disclosure of corporate social responsibility.
PENDAHULUAN
keyakinan bahwa GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh
dan menguntungkan dalam jangka panjang sekaligus memenangkan persaingan bisnis
global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi
terbuka.
Pada dasarnya terdapat lima prinsip dalam GCG, yaitu Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency, serta Fairness Salah satu prinsip
penting dalam GCG adalah responsibility, karena erat kaitannya dengan CSR dan
merupakan aspek pertanggungjawaban dari setiap kegiatan perusahaan, yang tidak
terlepas dengan masyarakat sekitar. Penerapan konsep Good Corporate Governance
diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan (Daniri, 2009).
Corporate
Social
Responsibility
merupakan
informasi
yang
wajib
diungkapkan baik dalam annual report perusahaan maupun disajikan secara terpisah
dalam
TELAAH PUSTAKA
sesuai dengan batas dan norma tersebut. Dowling dan Pteffer (1975) menjelaskan
bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi.
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Perusahaan
dipandang
sebagai
sekumpulan
kontrak
antara
manajer
Director
ownership,
government
ownership,
company
size,
profitabilitas, dan industry. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR adalah variabel government ownership dan
director ownership.
Khan (2010) menyelidiki informasi pelaporan tanggung jawab sosial
perusahaan pada 60 bank komersial yang terdaftar di Bursa Efek Bangladesh dan
menyelidiki pengaruh potensial elemen corporate governance pada pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi
wanita dalam dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan dewan komisaris
independen dan adanya orang yang berkebangsaan asing dalam dewan komisaris
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Huafang dan Jianguo (2007) menguji pengaruh struktur kepemilikan dan
komposisi dewan komisaris terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada 559
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek China. Penelitian ini menguji hubungan
antara struktur kepemilikan, komposisi dewan komisaris, dan tingkat pengungkapan
sukarela. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan blockholder yang
tinggi, kepemilikan saham luar negeri, dan komposisi dewan komisaris mempunyai
hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Selain itu,
kepemilikan manajerial, state ownership, dan legalperson ownership mempunyai
hubungan negatif dan tidak signifikan. Sebaliknya, dualitas CEO mempunyai
hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Waryanto (2010) menguji pengaruh karakteristik good corporate governance
terhadap pengungkapan CSR dengan variabel independen yang digunakan antara lain
ukuran dewan komisaris, jumlah pertemuan dewan komisaris, dewan komisaris
independen, ukuran komite audit, jumlah pertemuan komite audit, kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
asing,
dan
kepemilikan
terkonsentrasi
yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu mengenai hubungan
antara karakteristik corporate governance dan tingkat pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan, maka kerangka pemikiran dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 1
Hubungan antara Karakteristik GCG dan Tingkat Pengungapan CSR
Ukuran Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Independen
Pengungkapan CSR
Kepemilikan Pemerintah
Keberadaan Wanita
dalam Dewan Komisaris
Ukuran perusahaan
Profitabilitas
METODE PENELITIAN
checklist yang diadopsi dari penelitian Hackton dan Milne (1999) dengan beberapa
modifikasi. Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu : lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan kerja, lain- lain tenaga kerja, produk, keerlibatan masyarakat dan umum.
CSRDI =
Dimana,
CSRDI = Indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
V
2.
dengan menggunakan indikator ukuran dewan komisaris yang diukur dengan cara
menghitung jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan yang
disebutkan dalam laporan tahunan (Said,et al., 2009).
3.
dari pihak terafiliasi. Skala yang digunakan untuk mengukur komposisi Dewan
Komisaris Independen yaitu dengan skala rasio. Indikator tersebut konsisten dengan
Said,et al., (2009) yaitu proporsi komisaris independen terhadap total dewan
komisaris.
Komisaris Independen =
4.
emiten. Skala yang digunakan untuk proporsi komite audit independen adalah rasio.
Indikato komite audit independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu proporsi
jumlah anggota komite audit suatu perusahaan terhadap jumlah minimal anggota
komite audit sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 Tahun 2004.
Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 Tahun 2004, komite audit terdiri dari
sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang kurangnya dua
orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.
Komite Audit Independen =
5.
aktiva lain lain), jumlah penjualan, atau jumlah tenaga kerja yang dimiliki
perusahaan sampai akhir periode pelaporan keuangan (Sembiring, 2005). Dalam
penelitian ini menggunakan proksi total asset dalam pengukuran firm size. Ukuran
perusahaan dirumuskan sebagai berikut :
Size = log (nilai buku total asset)
8.
atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa
ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return
on assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Namun dalam penelitian
ini proksi yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahan adalah
return on equity (ROE) seperti Ho dan Wang (2001). ROE dapat diukur dengan
menggunakan persamaan senagai berikut :
Return on equity (ROE) =
( )
(
Metode Analisis
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah
data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
estimasi yang bias, memgingat tidak pada semua data regresi dapat diterapkan.
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Normalitas, uji
Multikolineraritas, dan uji Heteroskedastisitas.
Statistik Deskriptif
Analisis statistik memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata- rata (mean), standar deviasi, minimun, maksimum dari setiap variabel
penelitian (Ghozali, 2006).
Regresi Linier Berganda
Metode
model yang diajukan peneliti dengan menggunakan software SPSS Versi 17.0 untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hubungan antara karakteristik GCG dengan pengungkapan CSR perusahaan diukur
dengan rumus sebagai berikut:
CSRDIi = 0 + 1 UDK i + 2 DKIi + 3 KMA i + 4 PEMi +5WANi +
6SIZEi + 7ROEi + i
Pengujian Hipotesis
Uji Simultan F
Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05
( = 5%).
Uji Koefisien Determinasi
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan
variabel independen, tapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka
dalam penelitian ini menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai
adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut
dalam menjelaskan variabel dependen.
Uji Parsial t
Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 ( = 5%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX) 2010
diketahui bahwa perusahaan pada sektor finansial yang terdaftar sebanyak 69
perusahaan. Dan hanya 45 perusahaan dari jumlah tersebut yang memenuhi kriteria
sampel penelitian yang telah ditetapkan. Penentuan penelitian dengan metode
purposive sampling, sebagai berikut :
Tabel 1
Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian
KETERANGAN
Jumlah perusahaan finansial yang terdaftar di IDX 2010
Data tidak berhasil diperoleh secara fisik baik di IDX maupun Web
Data yang tersedia secara fisik
Data rusak, tidak lengkap, dan tidak memenuhi kriteria
Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
JML
69
(8)
61
(16)
45
Hasil anlisis deskriptif dengan menggunakan SPSS 17.0 dari variabel variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N
45
45
45
45
45
45
45
Min
0,136
2,000
0,333
0,333
24,90
0,175
Max
0,610
9,000
0,750
0,750
33,63
43,830
Mean
0,306
4,400
0,546
0,609
29,70
14,82
Std. Deviation
0,115
1,763
0,105
0,104
2,249
9,919
Tabel 3
Distribusi Frekuensi
Frekuensi
Persen
Tidak ada
Ada
38
7
84,4
15,6
Tidak Terdapat
Terdapat
28
17
62,2
37,8
N = 45
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda merupakan teknik yang digunakan untuk
menyatakan hubungan antara dua variabel dan menentukan nilai variabel independen
berdasarkan variabel dependennya. Hasil perhitungan rumus regresi linear berganda
dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Berikut adalah tabel hasil uji
regresi linear berganda:
Tabel 4
Sig
0,013
0,004**
0,610
0,032**
0,006**
0,935
0,017**
0,458
Berdasarkan tabel 4 hasil uji regresi linier berganda untuk CSR disclosur
tersebut diatas dapat diperoleh koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan
adjusted R2 sebesar 0,570, hal ini berarti 57% variabilitas variabel dependen (CSRDI)
dapat dijelaskan oleh variabel independennya dan 43% dipengaruhi variabel lain yang
tidak diteliti. Sementara itu nilai R sebesar 0, 799 dan Standart Error Estimate (SEE)
sebesar 0,075339 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen cukup
kuat dan model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
Dengan nilai F hitung sebesar 9,326 dan signifikansi 0,000 pada tingkat = 0,05,
menunjukkan bahwa kelima variabel independen yaitu Ukuran Dewan Komisaris,
Dewan Komisaris Independen, Komite Audit Independen, kepemilikan saham
Pemerintah dan Keberadaan wanita dalam dewan secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi variabel pengungkapan CSR (CSRDI).
Pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility)
Berdasarkan Tabel statistik deskriptif penelitian ini diketahui bahwa rata
rata perusahaan di sektor finansial di Indonesia melakukan pengungkapan CSR pada
laporan tahunannya hanya sebesar 30,6% saja. Artinya tingkat pengungkapan CSR
yang dilakukan perusahan perusahan pada sektor finansial di Indonesia tergolong
masih rendah. Walaupun pemerintah secara formal telah mewajibkan kepada
perusahaan di Indonesia khususnya yang terdaftar di IDX untuk melakukan praktik
dan pengungkapan tanggung jawab sosial melalui Undang Undang no. 40 Tahun
2007 dan Undang- undang Pasar Modal No. 25 Tahun 2007, namun dari hasil
penelitian ini terbukti bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial oleh
perusahaan khususnya pada sektor finansial masih tergolong rendah.
Masih rendahnya tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
di Indonesia menunjukkan bahwa peraturan yang dibuat oleh pemerintah masih
belum efektif.
pengungkapan tanggung jawab sosial hanya untuk memenuhi aturan yang telah
ditetapkan oleh badan regulasi pemerintah. Belum adanya aturan baku mengenai
besar
proporsi
Komisaris
Independen
diharapkan
menjadikan
pengungkapan CSR menjadi lebih luas. Sehingga untuk mencapai transparansi dan
pengungkapan CSR yang lebih luas, maka pemilihan Komisaris Independen harus
memperhatikan kemampuan, dan integritasnya, sehingga dapat melakukan fungsi
monitoring, pengendalian dan mampu memberikan arahan kepada manajemen dengan
baik demi kepentingan perusahaan. Namun apabila perusahaan telah memperoleh
legitimasi yang kuat baik dari masyarakat maupun investor, fungsi komisaris
independen menjadi tidak efektif. Dengan demikian perusahaan akan lebih cenderung
berpendapat tidak mengungkapkan informasi yang lebih luas.
Hubungan antara Komite Audit Independen dan Pengungkapan CSR
Hasil uji regresi linier berganda untuk CSR disclosure menunjukkan bahwa
variabel Ukuran Komite Audit (KMA) memiliki hubungan arah positif dan
signifikan. Artinya variabel ukuran Komite Audit memiliki hubungan positif dan
signifikan dengan luas pengungkapan CSR perusahaan sektor finansial di Indonesia.
Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) yang diajukan Ada hubungan positif antara
proporsi Komite audit independen dan luas pengungkapan CSR diterima.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Said et.al., (2009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara ukuran Komite
audit dengan tingkat pengungkapan sukarela. Tanggung jawab komite audit adalah
melakukan pemeriksaan dan pengawasan tentang proses pelaporan keuangan dan
kontrol internal, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan
objektivitas kaporan keuangan. Di Indonesia keanggotaan Komite audit diatur
berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 yang menyebutkan
bahwa komite audit yang dimiliki minimal tediri dari 1 orang komisaris Independen
dan 2 orang anggota lainnya berasal dari luar emiten (independen). Semakin banyak
komite audit independen maka pengawasan dan pemeriksaan terhadap mekanisme
manajemen perusahaan akan lebih efektif, sehingga perusahaan akan mengungkapkan
tanggung jawab sosialnya lebih luas.
Hubungan antara Kepemilikan Pemerintah dan Pengungkapan CSR
Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan pemerintah mempunyai hubungan yang signifikan dan arah
(ROE)
pengungkapan CSR.
tidak
mempunyai
hubungan
yang
signifikan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Akhtaruddin, M., M.Hossain, dan L. Yao. 2009.Corporate Governance and
voluntary Disclosure in Corporate Annual reports of Malaysian Listed
Firms. JAMAR. Vol.7 Number 1, hal.1-20
Amran, Azlan dan S. Susela Devi. 2008.The Impact Of Government and Foreign
Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of Malaysia).
Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol 23, No.4, hal 386-404
Anggraini, Fr. RR. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dam Faktor-Faktor yang
Mempemgaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Perusahaan yang Terdaftar pada
Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional 9.Padang
Bapepam, 2000. Surat Edaran bapepam Nomor SE-03/PM/2000. Tentang Keharusan
Pembentukan Komite Audit
------------ 2004. Keputusan Ketua bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 Peraturan
Nomor IX.I.5. Tentang Pembentukkan dan Pedoman Pelaksanaan kerja
Komite Audit
Branco, M. C dan L. L Rodrigues, 2006. Communication of CSR by Portuguese
Banks. International Journal of Corporate Communication, Vol. 11, No. 3,
hal. 232-248
Brian, D Netto. 2011. Corporate Social Disclosure in Bangladesh: A Study of the
Financial Sector. International Review of Business Research Papers Vol. 7.
No. 2. March 2011. Pp. 37-55
Carter, D.A., Simkins, B.J. and Simpson, W.G. (2003), Corporate governance,
board diversity and firm value, The Financial Review, Vol. 38, pp. 33-53.
Daniri, Mas Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
http://www.madani-ri.com, Diakses tanggal 25 Juni 2010.
Elkington, J. 1997. Cannibals with Forks : The Triple Bottom Line of 21aacaentury
Bussiness. Oxford, Ux K : Capstone
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure
terhadap Earnng Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta). Makalah disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi IX, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility,
Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi
VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003
--------------2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial : studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi 8.Solo.
Sulastini, sri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure
Perusahaan manufaktur Yang Telah Go Public. Skripsi pada Jurusan
Akuntansi FE Universitas Negeri Semarang.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility : From Charity to
Sustainability. Salemba 4 Jakarta
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Taridi, Tirmidzi, 2009. Perkembangan GCG di Indonesia. Seminar Nasional
Rejuvenating Our Teaching Research in Financial Accounting and
Modelling GCG in Indonesia. Yogyakarta.
Tilt, C. A, 1994. The Influence of External Presure Groups on Corporate Social
Disclosure, Some Empirical Evidence. Accounting, Auditing and
Accountibility Journal, Vol. 7, No. 4, hal. 47-72
Ujiyantho, Muh. Arief., dan Bambang Agus Pramuka. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi 10. Makassar.
Utama, Sidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia. www.ui.edu. Diakses tanggal 20
Juni 2010.