Sie sind auf Seite 1von 14

CASE REPORT

ANASTESI GENERAL DENGAN FACE MASK


PADA TINDAKAN EKSTERPASI FIBRO ADENOMA MAMMAE
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. E. Cendra Praman Widyanaputra, Sp. An.

Disusun Oleh :
Maria Septiana S, S. Ked (J500100068)
Ermay Hayu P, S. Ked (J500100048)
KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
RSUD SUKOHARJO FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

CASE REPORT
ANASTESI GENERAL DENGAN FACE MASK
PADA TINDAKAN EKSTERPASI FIBRO ADENOMA MAMMAE

Oleh:
Maria Septiana S, S. Ked (J500100068)
Ermay Hayu P, S. Ked (J500100048)

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada

Juni 2014

Pembimbing
dr. E. Cendra Praman Widyanaputra, Sp. An.

(................................)

Dipresentasikan di Hadapan
dr. E. Cendra Praman Widyanaputra, Sp. An.

(................................)

Disahkan Oleh Ka Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati

(.................................)

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI


RSUD SUKOHARJO FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Juniar
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 28 tahun
Alamat
: Pokoh 2/7 Ngijo Tasikmadu Sukoharjo
Agama
: Islam
No. RM
: 241122
Tanggal operasi : 2 Juli 2014
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri .
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Sukoharjo dengan keluhan benjolan di payudara
kiri sejak 1 bulan lalu. Pasien mengeluhkan kadang terasa nyeri saat
3.

4.

5.

6.
7.

kelelahan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: diakui (alergi dingin)
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat penyakit hati
: disangkal
Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat Obat-obatan
Obat kortikosteroid
: disangkal
Obat antihipertensi
: disangkal
Obat antidiabetik
: disangkal
Obat antibiotik
: disangkal
Obat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat Operasi dan Anestesi
: disangkal
Kebiasaan Sehari-hari
Merokok
: disangkal

Konsumsi alkohol
: disangkal
8. Anamnesa Sistem
Sistem serebrospinal : nyeri kepala (-), pusing (-), demam (-)
Sistem respirasi
: batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Sistem pencernaan
: mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)
Sistem urogenital
: BAK dbn
Sistem musculoskeletal : gerak bebas
Sistem integumentum : ikterik (-), sianosis (-), akral hangat (+)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Generalis
Keadaan umum
: baik, tidak tampak kesakitan
Gizi
: kesan gizi cukup
Kesadaran
: compos mentis, GCS E4V5M6
BB
: 60 Kg
2. Vital Sign
TD
: 125/95 mmHg
N
: 84x/menit
RR
: 18x/menit
S
: 36,9C
3. Status generalis
a. Kepala
Bentuk
: mesosefal, simetris, deformitas (-),tanda trauma (-)
Rambut
: hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut
: tidak ada gangguan dalam membuka rahang,
tampak arkus faring, uvula dan palatum molle, darah (-), susunan
gigi baik
b. Leher
Pembesaran KGB (-)
c. Mallapati
Gradasi I (pallatum molle, istmus faucium dan uvula terlihat
jelas)
d. Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak


: iktus kordis tidak kuat angkat
: batas jantung dalam batas normal
: bunyi jantung I-II regular, bising (-)
: simetris, tanda trauma (-) ketinggalan gerak (-),

retriksi (-)
Palpasi
: fremitus kana = kiri
Perkusi
: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)
e. Abdomen
Inspeksi : simetris, sejajar dengan dinding thorax, sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic (+) normal
Palpasi
: nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), tidak teraba massa (-)
hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani, pekak beralih (-)
f. Ekstremitas
Akral hangat
Edema (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-)
4. Status lokalis
Mammae sinistra
- Inspeksi : perubahan warna kulit (-), retraksi papilla mammae (-),
-

dimpling (-)
Palpasi : massa tunggal dengan konsistensi kenyal lunak, tidak
terasa nyeri saat penekanan, berbatas tegas.

D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
a. Laboratorium Darah Rutin
Pemeriksaan
Lekosit
Eritrosit
Hb
Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Waktu pendarahan
Waktu pembekuan
Golongan darah
GDS
Ureum
Kreatinin
HBsAg

b. Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax AP :

Hasil
8,4
4,5
12,9

Nilai Rujukan
4,5 13,5 L
3,80 5,80 L
10,8 15,6 g/dL

80
28
35
350
3
3
O
114
28,2
0,86
Negatif

69 93 fL
22 34 pg
32 36 g/dL
181 521 L
1 3 menit
8 18 menit
70 120 mg/dL
10 50 mg/dL
< 1,0 mg/dL

Cor
: Tidak membesar
Pulmo : Corakan bronchovaskuler meningkat
Hilus pulmo kanan dan kiri tenang
Diafragma dan sinus baik
Kesan : Pulmo tenang

E. DIAGNOSIS
Fibro Adenoma Mammae (FAM) sinistra.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan sistem fisik, diklasifikasikan dalam ASA II ( pasien dengan
kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang baik karena penyakit

bedah atau yang lainnya )


ACC operasi dengan General Anaesthesia

G. PENATALAKSANAAN
Terapi operatif
: Ekstirpasi FAM
H. TINDAKAN ANESTESI
1. Pre operatif
Informed consent / persetujuan tindakan operasi dan anestesi
Pasien puasa 6 jam pre operatif, penting untuk mencegah aspirasi

lambung dari regurgitasi dan muntah


Keadaan umum dan vital sign baik (TD 120/80 mmHg, N 85x/menit,
RR 20x/menit, S 36,9C)
Managemen terapi cairan :
- Cairan dengan menggunakan : Ringer Laktat.
- Kebutuhan cairan 24 jam dewasa = 50ml/kgBB/24 jama
= 50 ml x 60 kg
= 3000 ml/ 24 jam

- Pasien puasa 6 jam, pengganti cairan puasa = 750 ml/ 6 jam


2. Perioperartif
Pukul 09.25 pasien masuk ke ruang operasi, diposisikan diatas meja
operasi, diukur kembali tekanan darah, nadi, respirasi rate, dan saturasi

02. TD 125/90 mmHg, HR 85x/menit, RR 20x/menit, SpO2 98%.


Premedikasi
Pukul 09.30 pasien dipremedikasi dengan menggunakan Midazolam 3
mg intravena.
Induksi

Pukul 09.35. pasien diinduksi dengan menggunakan Ketamin 75 mg.


Setelah tersedasi, pipa orofaring digunakan dengan tujuan agar lidah
tidak jatuh ke hipofaring, sehingga jalan nafas longgar. Dagu ditahan
atau sedikit ditarik ke belakang agar jalan nafas bebas dan pernafasan
lancar. Mengikat face mask dengan menggunakan hoarness agar
terfiksasi. Tangan kanan memegang balon pernafasan dari alat anastesi
untuk membantu pernafasan pasien.
N2O 2 liter/ menit dan O2 2 liter/menit mulai diberikan untuk
memperdalam anastesi, bersamaan dengan ini Halotan dibuka hingga 2

vol%.
Setelah stadium anestesi tercapai operasi dapat dimulai.
Pukul 09.40 operasi dilakukan.
Maintenance (M)
Selama tindakan anastesi berlangsung, tekanan darah, nadi dan saurasi
O2 dikontrol setiap 5 menit. Pasien dimaintenance dengan N2O
2L/menit, O2 2 L/menit dan Halotan 2 vol%.

Tabel perubahan Tekanan darah, nadi dan saturasi O2


Waktu

Tekanan darah

Nadi (X/menit)

SpO2 (%)

(mmHg)
Preoperasi 09.30 125/90
Setelah induksi 129/95

85
83

90
97

09.40
09.45
09.50
09.55
10.00
10.05
10.10
10.15
10.20
10.25
10.30
10.35
10.40

96
98
87
84
86
85
80
84
84
93
90
87

98
98
98
97
99
98
98
98
98
98
99
99

135/90
127/87
102/54
136/105
120/82
117/80
123/79
123/80
130/93
144/109
124/89
117/75

10.45

117/78

90

97

Resusutasi cairan perioperatif :


Stress operasi sedang = 6ml/kgBB/jam = 6ml x 60kg = 360 ml/jam,

maka stress operasi sedang selama 15 menit = 1,5/6 x 360 = 90ml.


Perdarahan perioperatif < 10% tidak perlu dilakukan transfuse hanya

diberikan cairan kristaloid yaitu Ringer Laktat dan Asering.


Pukul 10.25 pasien diberikan analgesik berupa Fentanyl 1,5 g

intravena.
Halotan dikurangi dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi

selesai.
Operasi berlangsung selama 60 menit.
Pukul 10.45 operasi selesai, N2O dihentikan, pasien diberikan O2 untuk

mencegah terjadinya hipoksia difusi.


Face mask dilepas pasien hanya diberikan O2 pernasal.
Pipa orofaring dilepas.
3. Post operatif
Setelah operasi pasien dipindahkan ke recovery room
Monitoring keadaan umum pasien dengan alderette score
- Kesadaran
: dapat dibangunkan tapi cepat tidur
- Warna kulit : merah muda
- Aktivitas
: dapat menggerakkan semua ekstremitas
- Respirasi
: sanggup nafas dalam dan batuk
- Kardiovaskuler : TD deviasi 20% dari normal
Total alderette score
Kriteria pindah dari recovery room ke bangsal jika

=1
=2
=2
=2
=2
=9
alderette

score 8 dan tanpa ada nilai 0 atau alderette score >9, maka
pasien dapat dipindahkan ke bangsal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anastesi General
Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang
sempurna menghasilkan ketidak sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.
Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan
Indikasi :

Tindakan singkat ( - 1 jam)

Keadaan umum baik (ASA I II)

Lambung harus kosong

B. Obat obat anastesi


Pada kasus ini pasien diberikan premedikasi Midazolam 3 mg dan
diinduksi Ketamin 75 mg.
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk
premedikasi, induksi dan pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan
diazepam, midazolam bekerja cepat karena transformasi metabolitnya
cepat dan lama kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan perubahan
organik otak atau gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus
ditentukan secara hati-hati. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah
penyuntikan. Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan
dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. Pada orang
tua dan pasien lemah dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB. Efek sampingnya

terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan,


umumnya hanya sedikit
Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting non barbiturat general
anesthethic termasuk golongan fenyl cyclohexylamine dengan rumus
kimia 2-(0-chlorophenil) 2 (methylamino) cyclohexanone hydrochloride.
Ketamin merupakan zat anestesi dengan aksi satu arah yang berarti efek
analgesinya akan hilang bila obat itu telah didetoksikasi/dieksresi, dengan
demikian pemakaian lama harus dihindarkan. Anestetik ini adalah suatu
derivat dari pencyclidin suatu obat anti psikosaIpenampakan pasien pada
saat tidak sadar berbeda dengan bila menggunakan barbiturat. Pasien tidak
tampak tidur. Mata mungkin tetap terbuka tetapi tidak menjawab bila
diajak bicara dan tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri. Tonus otot
rahang biasanya baik setelah pemberian ketamin. Demikian juga reflek
batuk. Dosis 1-4 mg/kgBB, dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB dengan
lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan.
Efek Ketamin analgesi, relaksasi, hipnotik, anestesi disosiatif, sirkulasi,
pernafasan, dan k ardiovaskuler.
Indikasi Pemakaian Ketamin
Ketamin dipakai baik sebagai obat tunggal maupun sebagai induksi
pada anestesi umum :
1. Untuk prosedur dimana pengendalian jalan nafas sulit, misalnya
pada koreksi jaringan sikatrik daerah leher, disini untuk
melakukan intubasi kadang-kadang sukar.
2. Untuk prosedur diagnostik pada bedah syaraf/radiologi
(arteriografi)
3. Tindakan orthopedi (reposisi, biopsi)
4. Pada pasien dengan resiko tinggi : ketamin tidak mendepresi
fungsi vital. Dapat dipakai untuk induksi pada shock.
5. Untuk tindakan operasi kecil.
6. Di tempat di mana alat-alat anestesi tidak ada.
7. Pada asma, merupakan obat pilihan untuk induksinya.
Kontraindikasi pemakaian Ketamin

1. Pasien hipertensi dengan sistolik 160 mmHg pada istirahat dan


diastolik 100 mmHg.
2. Pasien dengan riwayat CVD.
3. Dekompensasi cordis.
4. Penyakit dengan peningkatan tekanan intrakranial (edema
serebri) atau peningkatan tekanan intra okuler
N2O (gas gelak, nitrous oxide, dinitrogen monoxida)
N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Zat ini dikemas
dalam bentuk cair, dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter
dengan tekanan 750 psi atau 50 atm. Pemberian anestesia dengan N2O
harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestesi lemah, tetapi
analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri
menjelang persalinan. Jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi
dengan salah satu cairan anestetik lain. Pada akhir anestesia setelah N 2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pegenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindarinya,
berikan O2 100% selama 5-10 menit.
Halotan
Merupakan turunan etan, berbau enak dan tak merangsang jalan
nafas. Halotan harus disimpan dalam botol gelap (coklat tua) supaya tidak
dirusak oleh cahaya dan diawetkan oleh timol 0,01%. Selain untuk induksi
dapat juga untuk laringoskopi intubasi.
Pada nafas spontan rumatan anestesia sekitar 1-2 vol % dan pada
nafas kendali sekitar 0,5 1 vol % yang tentunya disesuaikan dengan
respon klinis pasien. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral,
meninggikan aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik
anestesia hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah otak.
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus
simpatis, hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor,
depresi miokard dan inhibisi reflex baroreseptor. Kebalikan dari N2O,

halotan analgesinya lemah, anestesinya kuat, sehingga kombinasi


keduanya ideal sepanjang tidak ada kontraindikasi.
Fentanil
Fentanil ialah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan
100xmorfin. Lebih larut dalam lemak dibandingkan petidin dan menembus
sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan intravena ambilan dan
distribusinya secara kualitatif hamper sama dengan morfin, tetapi fraksi
terbesar dirusak paru ketika pertama melewatinya. Dimetabolisiir oleh hati
dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi dan sisa metabolismenya dikeluarkan
lewat urin.
Efek depresi napasnya lebih lama disbanding efek analgesinya.
Dosis 1-3 ug/kgBB analgesinya kira-kira hanya berlangsung 30 menit,
karena itu hanya dipergunakan untuk anestesi pembedahan dan tidak untuk
pasca bedah.
Dosis besar 50-15- ug/kgBB digunakan untuk induksi anesthesia
dan pemeliharaan anesthesia dengan kombinasi bensodiasepin dan
anestetik kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan
pelumpuh otot.
C. Obat analgetik post operasi
Pemberian obat analgesik post operasi tergantung dari nyeri yang
dirasakan dan dapat dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scala
(VAS).
a. Untuk nyeri ringan yaitu nilai VAS 1-3 dapat diberikan asetaminofen,
aspirin dan ibuprofen.
Aspirin merupakan obat analgesik-antipiretik, antiinflamasi dan
antirombotik. Efek analgesiknya dapat tercapai pada nyeri dengan
tingkat subkorteks.
Asetaminofen memiliki efek analgesik dengan waktu paruh pendek
dan efek samping ringan, tidak menimbulkan euphoria dan
ketergantungan.
b. Untuk nyeri sedang yaitu nilai VAS 4-7 dapat diberikan NSAID,

NSAID memiliki mekanisme kerja menghambat COX-1 dan COX-2


seperti Na diklofenak, piroxicam, dan keterolak.
c. Untuk nyeri berat yaitu dengan nilai VAS 8-10 dapat diberikan
golongan golongan opioid atau analgesi narkotik seperti morfin,
fentanyl, dan petidin.

DAFTAR PUSTAKA
Latief SA, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta, 2010

Werth, M. Pokok-Pokok Anestesi. EGC, Jakarta, 2010

Das könnte Ihnen auch gefallen