Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
1. Untuk Mengetahui Konsep Dan Asuhan Keperawataan premature
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian premature
2. Untuk mengetahui etiologi premature
3. Untuk mengetahui patofisiologi premature
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis premature
5. Untuk mengetahui klasifikasi premature
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan premature
BAB II
PEMBAHASAN
1
yang
menyebabkan
vasokonstriksi
paru-paru. Akibatnya
menurunkan
keefektifan ventilasi paru-paru sehingga kadar oksigen berkurang. Keadaan ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan
asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolime lemak cokelat yang menghasilkan
asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadi asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob
menghilangkan glikogen lebih banyak daripada metabolisme aerob sehingga mempercepat
5
terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir
sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.
Termoregulasi. Bayi prematur umumnya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimanya belum bekerja
seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi
untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan
imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam bats normal, karena pusat pengatur
suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak cokelat sebagai
sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif
lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respons menggigil
pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh
melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks kapiler kulit juga masih kurang (Asrining dkk
2002).
2.7 Permasalahan yang terjadi pada bayi prematur
menurut Hull, & Johnston (2008), masalah yang terjadi pada bayi prematur adalah sebagai
berikut :
1. Kesulitan pernapasan : Akibat imaturitas, banyak bayi prematur mengalami kesulitan
dalam mengembangkan paru dan kerja pernapasan sangat meningkat karena sindrom
gawat napas idiopatik. Gerakan pernapasan juga bervariasi. Hal ini tampak pada pola
pernapasan periodik yang dapat menjadi masalah jika menjurus pada serangan apneu
yang lama.
2. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai pada pemeriksaan ultrasonografi bayi
prematur, terutama yang mengalami asfiksia atau masalah pernapasan yang berat.
Perdarahan ini meluas ke dalam sistem ventricular dan sebagian bayi akan menderita
hidrosefalus. Tetapi, sebagian besar bayi hanya mengalami perdarahan kecil dan akan
pulih tanpa pengaruh jangka panjang yang serius.
3. Imaturitas hati : Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada bayi
prematur. Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian minum sejak dini serta
penggunaan fototerapi, transfuse tukar jarang diperlukan. Diduga bahwa otak bayi
prematur mempunyai risiko kerusakan yang lebih besar akibat kadar bilirubin yang
tinggi.
4. Infeksi : Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas, bayi prematur lebih
rentan terhadap infeksi. Karena daya tahan yang lemah, mereka tidak memperhatikan
gejala dan tanda seperti yang terjadi pada bayi yang lebih tua. Keadaan klinis mereka
berubah dengan cepat dari bakteremia menjadi septikemia dan akhirnya kematian.
Meningitis yang menyertai dapat mudah terlewatkan. Oleh karena itu, pada bayi yang
dicurigai mengalam infeksi perlu dilakukan skrining sepsis meliputi biakan darah, urin,
cairan serebrospinal serta memulai terapi antibiotik spektrum luas sebelum hasil skrining
tiba.
5. Leukomalasia periventrikular (LPV) : Iskemia parenkim otak dapat menjurus pada
perubahan yang pada mulanya dikenal sebagai flare pada pemeriksaan ultrasonografi
kranial. Kadang-kadang kelainan ini menghilang, tetapi pada bayi lain kerusakan otak ini
berubah bentuk menjadi kista. Leukomalasia perivertrikular kistik mempunyai prognosis
jauh lebih buruk dibanding perdarahan yang hanya terbatas pada ventrikel, yaitu sekitas 9
dari 10 bayi akan menderita palsi serebral spastik..
6. Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan serius yang mempengaruhi usus dalam 3
minggu pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang paling kecil.
Penyebabnya belum diketahui, tapi cedera hipoksia pada dinding usus mungkin
berhubungan dengan keteterisasi vena umbilikalis, serangan apneu, septokemia, dan
kolonisasi usus oleh organisme tertentu mungkin merupakan faktor presipitasi.
7. Retinopathy of prematurity (ROP) : Bayi prematur yang menghirup gas campuran dengan
konsentrasi oksigen yang tinggi, mempunyai risiko terjadinya vaskularisasi abnormal
dibelakang mata. Walaupun telah dilakukan pengendalian kadar oksigen secara ketat,
beberapa bayi yang sangat imatur mengalami retinopathy of prematurity dan sebagian
akan menjadi buta parsial ataupun buta komplet.
8. Defisiensi nutrisi : Segera setelah bayi prematur beradaptasi dengan kehidupan
ekstrauteri dan makanan telah diberikan, bayi prematur dapat tumbuh dengan laju yang
serupa dengan pertumbuhan yang akan dicapai in utero. Laju pertumbuhan yang tinggi
ini dapat menimbulkan defisiensi vitamin, sehingga perlu diberikan suplemen vitamin.
2.8 Penatalaksanaan Bayi Prematur
7
Bantuan pernapasan : Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring
dibersihkan dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan
diikuti dengan pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100
mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan
elektroda oksigen melalui kulit.
RASIONAL
1. Membantu dalam membedakan periode
dan
pola
warna
prosedur
kulit
atau
berkenaan
perawatan,
dengan
lakukan
dengan
bahu
gulungan
untuk
popok
menghasilkan
10
apnea
yaitu
sering
terjadi
lingkungan
dapat
menimbulkan
apnea.
4. Posisi ini dapat memudahkan pernafasan
dan
menurunkan
Khususnya
adanya
episode
apnoe.
hipoksia,
asidosi
hiperekstensi.
KOLABORASI
1. Pantau pemeriksaan
1. Hipoksia,asidosis metabolik,
hiperkapnea, hipoglikemia,
serum, elektrolit)
indikasi
apnoe.
2. Perbaikan kadar oksigen dan
karbon dioksida dapat
meningkatkan fungsi
pernafasan.
2. Resiko
tinggi
tidak
efektifnya
thermoregulasi
berhubungan
dengan
perkembangan SSP, imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio masa tubuh
terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4 37,4)
Intervensi
Rasional
Mandiri
Rasional
1. Kaji suhu dengan sering, periksa sushu rectal 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila
pada
tempat
tidur
terbuka
dengan
stress
sensitivitas
kadar
CO2
dingin
untuk
penggunaan
meningkatkan
(hiperkapnea)
atau
dingin.
3. Mencegah kehilngan cairan melalui
evaporasi.
dapat
menyebabkan
pada
hipotermia
dan
hipertermia.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.
TUJUAN :
a. Peningkatan berat badan 20-30 gr/hr
b. Mempertahankan berat badan
Intervensi
Mandiri
1. Timbang berat badan bayi saat menerima di
ruang perawatan dan setelah itu setiap hari.
2. Auskultasi bising usus, perhatikan adanya
distensi abdomen, adanya tangisan lemah
yang diam bila dirangsang oral diberikan
dan perilaku menghisap.
3. Lakukan pemberian makanan oral awal
dengan 5-15 ml air steril. Kemudian
dextrose dan air sesuai protocol rumah
sakit, berlanjut pad formula untu bayi yang
12
Rasional
1. Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan
sesuai dengan BB dasar yang sesuai/ normal
turun sebanyak 5 % - 10 % dalam 3-4 hari
dari kehidupan karena keterbatasan masukan
oral.
2. Indicator yang menunjukkan neonatus lapar.
3. Pemberian makanan awal membantu
memenuhi kebutuhan kalori dan cairan
khususnya pada bayi yang laju metabolisme
menggunakan 100-120 kal/kg BB setiap 24
jam.
1. Bayi
peroral
atau
mungkin
memerlukan
suplemen
Rasional
Mandiri
langsung.
perilaku
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup
Prematuritas adalah kelahiran hidup bayi dengan berat <2500 g . Kriteria ini dipakai terus
secara luas, sampai tampak bahwa ada perbedaan antara usia kehamilan dan berat lahir yang
disebabkann adanya hambataan pertumbuhan janin. Bayi premature adalah bayi yang lahir
kurang dari usia kehamilan yang normal bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek dan
menambahkan bahwa usia hamil sebagai kriteria untuk bayi prematur adalah yang lahir
sebelum 37 minggu dengan berat lahirdi bawah 2500 g.
14
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun. & Feryanto.2011.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
15