Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Jadi Bermanfaat dan Lakukan yang Terbaik untuk Setiap Hal yang Kita Kerjakan :D
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar....................................................................................................................................
.i
Daftar
Isi
..................................................................
............................................................................ii
Daftar
tabel...............................................................
...........................................................................iii
Daftar
gambar......................................................................................................................................
iv
Bab
I.........................................................................
.......................................................................... 1
Pendahuluan...................................................................................................................................
...
Latar
belakang.....................................................................................................................................
1
Bab
II..................................................................................................................................................
11
Isi.....................................................................................................................................................
...
11
Diskripsi
Singkat
............................................................................................................................. 11
Permasalahan
Dihadapi..........................................................................................................
Yang
13
Solusi
Permasalahan........................................................................................................................
19
Daftar
Pustaka....................................................................................................................................
25
Daftar Tabel
Tabel
1
...............................................................................................................................................
18
Daftar Gambar
Gambar 1 .................................................................
..........................................................................1
Gambar
2 ...........................................................................................................................................
2 Gambar
3 ..................................................................................................................................
Gambar
4 ...........................................................................................................................................
4 Gambar
5 ..................................................................................................................................
Gambar
6 ...........................................................................................................................................
5 Gambar
7 ..................................................................................................................................
Gambar
8 ...........................................................................................................................................
7 Gambar
9 ..................................................................................................................................
Gambar
10......................................................................................................................................... 11
Gambar
11 ......................................................................................................................................... 14
Gambar 12 ...........................................................................
.............................................................. 23
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Teh merupakan minuman terfavorit kedua di dunia setelah air putih. Masyarakat
dunia gemar minum teh karena cita rasa, aroma serta warna air seduhannya. Selain
sebagai penghilang dahaga, teh merupakan bagian dari budaya yang tak terpisahkan di
sejumlah negara. Di tengah proses modernisasi, beberapa dari nilai-nilai budaya
tersebut masih terasa hingga kini, karena itu bagi Negara-negara tertentu seperti
Inggris, Cina maupun Jepang, teh merupakan minuman istimewa yang lebih dari
sekedar minuman.
Gambar 1 : Negara Penghasil Teh
dengan
Cina
dan
India,
negara-negara
tersebut
umumnya
hanya
memproduksi teh dalam persentase yang kecil (di bawah 10 persen), akibatnya
beberapa negara seperti Indonesia hanya berperan sebagai market follower.
Untuk sampai pada titik pijak saat ini, bangsa Indonesia telah meniti sebuah
sejarah panjang. Tak pelak lagi perkebunan dengan seluruh dimensinya yang
mencakup komunitas, perdagangan, industri dan areal perkebunan itu sendiri telah
menorehkan sejarah dengan warna tersendiri dalam sejarah Indonesia. Semenjak
rempah-rempah menjadi barang mewah kerajaan-kerajaan di dunia beberapa abad
sebelum Masehi, serta ditunjang oleh keahlian orang Indonesia mengarungi lautan dan
mampu berlayar lintas negara, gugusan kepulauan Nusantara dari Barat hingga ke
Timur menjadi layaknya harta karun perkebunan yang sangat kaya.
Inilah alasan utama yang membuat Belanda mengubah strategi pengelolaan dan
penguasaan tanaman komersial dari yang semula hanya melakukan perdagangan
dengan rakyat yang bertindak sebagai produsen, menjadi pengelolaan yang berbasis
korporasi. Pemerintah Hindia Belanda dan pengusaha-pengusaha Belanda secara
ambisius membangun secara besar-besaran korporasi yang memproduksi dan
memperdagangkan
tanaman
komersial.
Penguasaan
Belanda
atas
komoditas
perkebunan, khususnya yang dikelola oleh korporasi, berakhir ketika terjadi pengambil
alihan seluruh korporasi Belanda oleh pemerintah Indonesia.
disertai dengan
dilansirnya
program
Tahun), membuat perkebunan kembali dilirik sebagai salah satu sektor paling
berpotensi untuk menghasilkan devisa negara. Langkah pertama dimulai dengan
tambahan modal dan peningkatan kemampuan Perkebunan Besar Negara (PN).
Setelah itu, dimulailah langkah yang juga merupakan tonggak baru pengelolaan
perusahaan perkebunan di Indonesia yaitu menggabungkan kekuatan Perkebunan Besar Negara dengan Perkebunan Rakyat.
Penerapan pola pikir baru ini dilakukan pada pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
sejak awal 1980-an. Sejak saat itu pola PIR sangat mewarnai pembangunan
perkebunan di Indonesia. Langkah selanjutnya di akhir dekade 1980-an ialah
menggunakan kesuksesan ini sebagai pemantik modal swasta untuk mendirikan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) baik dengan pembangunan yang memanfaatkan Hak
Guna Usaha (HGU) maupun melalui pola yang berdampingan dengan rakyat di
wilayah-wilayah transmigrasi yang terpencil dan di pesisir.
Ketangguhan perkebunan teruji manakala krisis moneter melanda Indonesia.
Kekuatan gelombang krisis bisa dibayangkan, karena mampu menghancurkan
perekonomian Indonesia. Namun justru di atas krisis itulah perkebunan memberikan
manfaat terbesar bagi pelakunya. Tidak saja diperoleh manfaat dadakan dari ekspor
(windfall profit) sebagai akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Perkebunan menjadi salah satu penopang penting bangsa Indonesia dalam
menghadang krisis moneter.
Bab II
Isi
A. Diskripsi Singkat
Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam
keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua
varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia
sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di
Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica,
yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara
dan Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna
hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih.
dari tanaman teh dan cara pemrosesan daun teh setelah pemanenan menentukan jenis
teh yang dibuat.
B. Permasalahan Yang Dihadapi
Sebagai salah satu negara yang dikenal memiliki produksi teh terbaik, ekspor teh
Indonesia cukup kuat. Sayangnya, hal ini membuat kebutuhan dalam negeri tidak
terpenuhi dan berujung pada impor juga. "Dalam lima tahun terakhir ini, di data
perdagangan menunjukkan porsi teh impor naik. Tahun 2006 kira-kira porsi teh impor
terhadap total konsumsi baru 5%. Tahun 2012 ini diperkirakan sudah akan mencapai
25%," tutur Wakil Menteri Perdagangan Bayu Khrisnamurti di Kantor Kementerian
Perdagangan, hari ini.
Pada pertemuan Wamendag dengan seluruh pelaku industri dan pedagang teh
baru-baru ini diketahui, produksi teh Indonesia mencapai 140 ribu-150 ribu ton per
tahun. Dari jumlah itu, sekitar 75 ribu ton teh diekspor. "Alasannya karena teh Indonesia
itu bernilai bagus. Kalau kita ekspor akan mendapat nilai yang cukup baik, nilainya
tinggi. Sebetulnya yang 75 ribu ton itu cukup untuk kebutuhan dalam negeri.
Permintaan teh kualitas premium di dalam negeri juga besar, pertumbuhannya tinggi.
Permintaannya 85 ribu-90 ribu ton per tahun, jadi kita terpaksa impor sampai 20 ribu
ton. Selain itu, Wamen juga mengatakan pertumbuhan permintaan teh celup di dalam
negeri juga signifikan dimana pada beberapa tahun sebelumnya mencapai 10 20
persen, namun pada 2012 jumlahnya meningkat sekitar 50 persen.
Hingga
kini
perkembangan
kinerja
agribisnis
teh
Indonesia
cukup
Bandung Tea Auction (BTA) yang seharusnya dapat memasarkan hasil produksi
dan mengangkat
harga teh
di tingkat petani,
mampu
menjalankan misinya karena berbagai masalah yang dihadapinya antara lain ketiadaan
bridging finance, keterbatasan SDM, dan dana operasional.
Indonesia yang tercermin dari harga lelang teh di Jakarta Tea Auction (JTA) hanya
55%-60% dari harga teh di Colombo Tea Auction (CTA) yang antara lain disebabkan
oleh kurangnya persaingan dalam lelang. Peranan lembaga lelang yang ada, baik BTA
dan JTA, yakni volume teh yang dijual melalui lelang hanya sebesar 22%, sedangkan
78% sisanya diperdagangkan dengan transaksi langsung antara produsen dengan
pabrikan atau eksportir. Hal demikian menyebabkan produsen dan harga teh menjadi
lebih tertekan.
Di lain pihak, volume ekspor teh Indonesia sebesar 94 % masih dalam bentuk
curah (bulk). Ini berbeda dengan ekspor teh negara Sri Langka dan India, di mana 3040 % dari total ekspor sudah dalam bentuk produk hilir. Praktek yang demikian tentu
saja menguntungkan bagi kedua negara tersebut, karena dapat memperoleh nilai
tambah yang lebih besar. Bahkan hal ini juga diperparah dengan Kondisi Pangsa Pasar
Teh di dalam negeri belum mampu bersaing dengan jenis minuman lain. Pangsa pasar
minuman dalam kemasan mencapai 42 %, sedangkan pangsa pasar minuman teh
hanya sebesar 28 %. Konsumsi Teh Indonesia 350 gr/kapita/thn, lebih rendah dari
India 600 gram dan Srilangka 1.300 gram.
Teh asal Indonesia dikenal memiliki kandungan antioksidan tinggi guna
menanggulangi radikal bebas. Sayangnya meski memiliki kualitas bagus karena
mengandung antioksidan, harganya tetap rendah sehingga merugikan petani.
Seandainya harga rata-rata dunia US$ 2 maka teh asal Indonesia hanya dihargai US
$1. Selama 2000-2003 petani teh Indonesia diperkirakan mengalami kerugian
mencapai Rp 180 miliar per tahun akibat rendahnya harga jual teh.
Pada tahun 2004 harga teh Indonesia berkisar US$ 1.2 per kilogram mendekati
harga ideal pada tahun 1998. Sampai tahun 2007 harganya relative stabil pada kisaran
harga US$ 1.4 per kilogram. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita
per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia
merupakan negara penghasil teh terbesar nomor enam di dunia.Sektor perkebunan teh
atau bagian hulu menyumbang pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun terhadap PDB dan
mempekerjakan sekitar 320.000 pekerja atau setara untuk menghidupi 1,3 juta orang
bila dihitung bersama keluarga mereka. Sementara di bagian hilirnya, yakni industri teh
menyumbang pendapatan bagi negara sebesar Rp 2,5 triliun dan mempekerjakan
sekitar 50.000 orang pekerja
Namun, kondisi bisnis teh di Indonesia tetap saja runyam karena pasar ekspor
teh Indonesia ke beberapa negara tertentu nyaris tertutup sebagai akibat hambatan bea
masuk yang tinggi. Sebaliknya, produk teh negara-negara tersebut bisa leluasa masuk
dan bersaing dengan produk teh lokal Indonesia karena hanya dikenakan bea masuk
yang murah yakni sebesar 5 %.
Negara
Lain ke
Indonesia
5%
Bea
Masuk
PPn
10 %
PPh
2,5 %
Total
17,5 %
Sumber : Aspatindo
30 %
32 %
30 %
20 %
0,0 %
70 %
20 %
0,0 %
56 %
17 %
3%
52 %
15 %
3%
48 %
Akibatnya produk teh hitam Indonesia yang dijual dengan harga US$ 1,4 per kg
akan menjadi mahal sekali harganya ketika masuk ke Vietnam, India, China dan
Srilangka sehingga tidak akan mampu bersaing. Sebaliknya produk teh Vietnam yang
memiliki harga US$ 0,7 bila masuk ke Indonesia hanya dikenakan bea masuk 5%
sehingga harga tetap murah yakni sekitar US$ 0,80.
Dari tabel di atas terlihat telah terjadinya Unfair Trade dengan adanya
pengenaan tarif impor yang sangat berbeda jauh dan tidak adil. Akibatnya, teh asal
Indonesia tidak mampu bersaing di luar negeri sementara pasar dalam negeri rentan
sekali diserbu produk teh asing karena tarif bea masuk yang terlalu rendah.
C. Solusi Permasalahan
Secara umum tingkat pengelolaan perkebunan teh di sentra-sentra produksi oleh
petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan inovasi
teknologi sesuai anjuran hasil penelitian merupakan suatu kendala tersendiri. Untuk itu
perlu upaya-upaya dalam negeri yang yang merupakan integrasi dari pemerintah dan
pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, peneliti, penggemar (hobbyist), dan
masyarakat umum untuk dapat meningkatkan daya saing produk perkebunan
Indonesia. Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melindungi petani
perkebunan, khususnya petani jeruk siam adalah sebagai berikut:
a) Undang-Undang Perkebunan
Salah satu aspek penting yang mempengaruhi kinerja agribisnis perkebunan
adalah
belum
tersedianya
peraturan
perundangan
yang
khusus
mengatur
dengan melibatkan
ini
antara
lain:
jalan
raya,
telepon,
listrik,
pendidikan
(dengan
Pembinaan pada usaha pengolahan produk perkebunan diperlukan agar usahausaha pengolahan memenuhi standar mutu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemberlakuan standar mutu dalam usaha pengolahan ini tidak
hanya terhadap produk dari hasil pengolahan saja, tetapi juga pada proses dalam
pengolahan produk perkebunan. Untuk melindungi usaha pengolahan lokal mikro dan
kecil maka pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melakukan pembinaan
terhadap mereka agar mereka juga pada akhirnya dapat memenuhi standar yang
ditetapkan dalam usaha pengolahan ini.
g) Mekanisme Perlindungan
Indonesia dapat mengajukan 14 item produk sektor pertanian yang dapat
dikeluarkan dari perjanjian perdagangan bebas apabila dinilai ada sektor-sektor
tersebut mengalami kerugian atau apabila dirasa harga yang berlaku terlalu murah. Jika
dinilai pasar bebas ini akan merugikan banyak pihak, terutama petani karena sebagian
besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian dibidang pertanian, maka teh dapat
diajukan dalam mekanisme perlindungan pada ACFTA, seperti halnya beras dan gula
pada perjanjian WTO.
Daftar Pustaka
Arifin, S. dan K. Bambang. 1994. "Potensi menyehatkan teh wangi Indonesia ". Seminar Teh dan
Kesehatan . Persogi, Semarang , Jawa Tengah.
Anonymous. 1998a. Teh dan kesehatan. Festival Teh Indonesia , Surabaya .
Bambang, K. 1985. "Adsorpsi bau bunga pada pengolahan teh wangi, pengaruh tingkat penggosongan
dan tingkat gulung". Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada .
T. Suhartika. 1995. "Potensi teh Indonesia ditinjau dari aspek kesehatan". Laporan Hasil Penelitian dan
Pengembangan Teknik Produksi dan Pascapanen Teh dan Kina , 1994/1995 .
T. Suhartika, Supria dan S. Tanjung. 1996. "Katekin pucuk teh segar dan perubahannya selama
pengolahan". Laporan Hasil Penelitian Teknologi Teh dan Kina 1995/1996 .
T. Suhartika, F.A. Syam Sumantri dan D. Mulyadi. 1997. "Pengolahan sari teh berkatekin tinggi".
Laporan Hasil Penelitian Teknologi Teh dan Kina 1996/1997.
Tadjudin Abas, A. Afandi, Suryatmo, S. Sumantri, A. Purnama. 1999. Rancang Bangun Proses Teh Hijau
Berkadar katekin Tinggi. Kelti Pengolahan Hasil dan Enjinering. Pusat Penelitian Teh dan Kina
Achmad Purnama. 2000. "Rancang Bangun Proses Teh Hijau Berkadar katekin Tinggi". Laporan Akhir
Proyek Pengkajian Teknologi Alat Pertanian Partisipatif Badan Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian.
Oguni, I. 1996. Green Tea and Human Health. Japan Tea Exporter's Association Shizuoka Japan .
Yamanishi, T. 1995. "Flavour of tea". Food Review International Special Issue on Tea. Vol. II No. 3.
477-525.
Arsip Blog
2013 (7)
o Februari (7)
Mengenai Saya