Sie sind auf Seite 1von 13

ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA

ASUHAN KEPERAWATAN
ARITMIA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem
konduksi jantung. Aritmia di definisikan sebagai gangguan pembentukan dan atau
penghantaran impuls. Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu gangguan pembentukan impuls dan gangguan penghantaran impuls. Gangguan
pembentukan impuls meliputi gangguan pembentukan sinus, pembentukan impuls
di atria, pembentukan impuls di penghujung AV, pembentukan impuls diventrikel.
Sedangkan gangguan penghantaran impuls meliputi blok sino-atrial, blok atrioventrikuler dan blok intra-ventrikuler.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari aritmia
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit aritmia
3. Untuk mengetahui patogenesis penyakit aritmia
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit aritmia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik pada aritmia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan aritmia
7. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien aritmia yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
C. Patogenesis
Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem
konduksi jantung. Aritmia didefinisikan sebagai gangguan pembentukan dan atau
penghantaran impuls. Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu gangguan pembentukan impuls dan gangguan penghantaran impuls. Gangguan
penghantaran impuls meliputi gangguan pembentukan impuls disinus,
pembentukan sinus diatria (aritmia atrial), pembentukan impuls dipenghubung AV
(aritmia penghubung), pembentukan impuls diventrikel (aritmia ventrikel).
Sedangkan gangguan penghantaran impuls meliputi blok sino atrial, blok atrio
ventrikuler dan blok intra ventrikuler.
Mekanisme atau patogenesis yang mendasari terjadinya aritmia adalah:
1. Gangguan automaticity (sel miokard di atrium mengeluarkan impuls sebelum
impuls normal dari nodal SA). Penyebab tersering adalah iskemia miokard,
keracunan obat, dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Triggered activity (kelainan impuls listrik yang kadang muncul saat repolarisasi, saat
sel sedang tenang dan dengan stimulus satu impuls saja sel-sel miokard tersentak
beberapa kali).
3. Re-entry (keadaan dimana impuls listrik kembali menstimulasi jaringan yang sudah
terdepolarisasi melalui mekanisme sirkuit, blok unidirectional dalam konduksi serta

perlambatan konduksi dalam sirkuit). Penyebab tersering adalah hiperkalemia dan


iskemia miokard.
D. Patofisiologi
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologik dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan pembentukan rangsang
2. Gangguan penghantaran (konduksi) rangsang
3. Gangguan pembentukan dan penghantaran rangsang

a.
b.

c.
d.

1.Gangguan Pembentukan Rangsang


Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang terbentuk
secara aktif diluar urutan jarak hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan
ektopik, dan bila terbntuk secara paksifsering menimbulkan escape rythm (irama
pengganti).
Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan
fenomena reentri.
Escape beak (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum
sampai pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum
atau tidak menadapat rangsang itu bekerja secara automatis untuk mengeluarkan
rangsangan intrinsik yang memacu jantung berkontraksi. Kontraksi inilah yang
dikenal sebgai denyut pengganti (escape beat).
Active ectopik firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan
automasi pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan
normal, atau mengatasi irama normal.
Reentri terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade unidirectional
(blokade terhadap rangsang dalam arah antegrad), dimana rangsang dari arah lain
dapat masuk kembali secara retograd melalui bagian yang mengalami blokade bila,
setelah masa refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baruu
secara dan berulang-ulang atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat
menimbulkan keadaan kakikardia aktopik atau fibrilasi.
2. Gangguan konduksi
Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi)
aliran rangsang yang disebut blokade. Hambatan tersebut mengakibatkan
tidakadanya aliran rangsang yang sampai kebagian miokard yang seharusnya
menerima rangsang untuk dimulai kontraksi. Blokade ini dapat terjadi pada tiap
bagian sistem hantaran rangsang (conduction system), mulai darinodus SA atrium,
nodus AV, jaras his dan cabang-cabang jaras kanan dan kiri samapi pada
perkembangan purkinje dalam miokard.
3.Gangguan pembentukan dan konduksi rangsangan
Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan
rangsang bersama gangguan hantaranrangsang
Persyaratan intoksikasi

kelainan

penyakit

au

tonom obat-obatan jantung

gangguan pembentukan

jantung

gangguan
inpuls konduksi

blok jantung

aritmia
E. Manifestasi Klinis
1. Perubahan tekanan darah ( hipertensi atau hipotensi ), nadi tidak teratur, irama
jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluan urin menurun
bila curah jantung menurut berat.
2. Syncape, pusing, disorientasi, letargi perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan ( krekels, ronki, mengi ) menunjukkan adanya komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru ) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
5. Demam, kemerahan kulit ( reaksi obat ), inflamasi, eritema, edema, kehilngan
fonus otot/kekuatan.
Pengkajian
1. Riwayat penyakit
2. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
3. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi.
4. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.

5. Kondisi psikososial.

1.
2.
3.
4.
5.

Fokus utama pengkajian adalah pada distrimia itu sendiri dan pengaruhnya
terhadap curah jantung (frekuensi jantung x volume sekuncup). Bila curah jantung
berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai jaringan dan organ vital akan
berkurang. Pengurangan oksigen tersebut menghasilkan tanda-tanda yang
berhubungan dengan distrimia. Riwayat pasien diambil untuk menentukan adanya
sinkop (pingsan), baik yang dahulu maupun sekarang, kepala ringan, pusing,
kelelahan, nyeri dada, dan berdebar-debar. Salah satu atau semua gejala tersebut
dapat terjadi bila curah jantung berkurang.
Pengkajian fisik yang diambil dari riwayat pasien dilakukan untuk menegakkan data
dan untuk mengobservasi tanda-tanda retensi cairan, seperti distensi vena leher dan
krekel serta wheezzing di dada. Denyut jantung dikaji pada apeks dan perifer untuk
menghitung frekuensi dan irama. Ada atau tidaknya denyut defisit harus dicatat.
Jantung diauskultasi untuk adanya suara tambahan, khususnya S3 dan S4 yang
mencerminkan penurunan compliance miokardium yang tampak dari pengurangan
curah jantung. Tekanan darah diukur dan tekanan nadi ditentukan. Penurunan
tekanan nadi menunjukkan pengurangan curah jantung.
B. DIAGNOSA
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal
dan penurunan kontraktilitas miokard.
Penurunan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke jaringan.
Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, sifat dasar penyakit dan metode untuk
menghindari komplikasi, serta kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
C. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal dan penurunan kontraktilitas miokard.
N
o
1.

Tujuan
Mempertahankan/
meningkatkan
curah jantung
adekuat yang
dibuktikan oleh:
TD/nadi dalam
rentang normal,
haluaran urine
adekuat, nadi
teraba sama, status
mental biasa.
Menunjukkan
penurunan

Intervensi
Mandiri
Raba nadi (radial,
karotid, femoral,
dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan,
amplitudo
(penuh/kuat) dan
simetris. Catat adanya
pulsus alternan, nadi
bigeminal, atau defisit
nadi.

Rasional
Perbedaan frekuensi,
kesamaan dan
keteraturan nadi
menunjukkan efek
gangguan curah
jantung pada
sirkulasi
sistemik/perifer.

frekuensi /tak
adanya disritmia.
Berpartisipasi
dalam aktivitas
yang menurunkan
kerja miokard.
2.

Auskultasi bunyi
jantung, catat
frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung
ekstra, penurunan
nadi.

3.

Pantau tanda vital dan


kaji keadekuatan
curah jantung
/perifusi jaringan.
Laporkan variasi
penting pada TD/
frekuensi, kulit/suhu,
tingkat
kesadaran/sensori,
dan haluaran urine
selama episode
disritmia.
Tentukan tipe
disritmia dan catat
irama (bila pantau
jantung/ telemetri
tersedia:
Takikardi

4.

Disritmia khusus
lebih jelas terdeteksi
dengan pendengaran
dari pada dengan
palpasi. Pendengaran
terhadap bunyi
jantung ekstra atau
penurunan nadi
membantu
mengidentifikasi
disritmia pada pasien
tak terpantau.
Meskipun tidak
semua disritmia
mengancam hidup,
penanganan cepat
untuk mengakhiri
disritmia diperlukan
pada adanya
gangguan curah
jantung dan perfusi
jaringan.
Berguna dalam
menentukan
kebutuhan/tipe
intervensi.
Takikardi dapat
terjadi dalam respons
terhadap stres, nyeri,
demam, infeksi,
hambatan arteri
koroner, disfungsi
katup, hipovolemia,
hipoksia, atau sebagai
akibat penurunan
tonus vagal atau
penurunan aktvitas
sistem saraf simpatis
dengan pengeluaran
katekolamin.

Takikardi menetap
dapat memburuk
secara patologis pada
pasien dengan
penyakit jantung
iskemi karena
pengisian sistolik
pendek dan
peningkatan
kebutuhan oksigen.

Bradikardia

Bradikardia umum
pada pasien dengan
IM akut (khususnya
inferior) dan akibat
aktivitas parasimpatis
berlebihan, ham
batan pada konduksi
nodus SA atau AV,
atau kehilangan
otomatisistas otot
jantung. Pasien
dengan penyakit
jantung berat tak
mampu
mengkompensasi
frekuensi lambat
karena peningkatan
volume sekuncup.
Sehingga penurunan
curah jantung, GJK,
dan potensial
disritmia ventrikel
letal dapat terjadi.
PAC dapat terjadi
sebagai respons
terhadap iskemia dan
secara normal
berbahaya tetapi
dapat terjadi atau
mencetuskan AF.
Denyutan atrial akut
dan kronis dan/atau
fibrilasi dapat terjadi
karena penyakit
arteri koroner atau
katup dan dapat atau
bukan merupakan
patologis. Denyutan
atrial cepat/fibrilasi

Disritmia atrial

Disritmia ventrikel

menurunkan curah
jantung sebagai
akibat tidak
penuhnya pengisian
ventrikel
(pemendekan siklus
jantung) dan
meningkatnya
kebutuhan oksigen.
PVC atau VPB
menunjukkan
iritabilitas jantung
dan umumnya
berhubungan dengan
IM, toksisitas
digitalis, vasospasme
koroner, dan
kesalahan letak lead
pacu jantung
sementara. PVC
sering, multipel atau
multifokal
mengakibatkan
penurunan curah
jantung dan dapat
menimbulkan
potensial disritmia
letal, contoh VT atau
kematian
mendadak/henti
jantung karena
flutter/fibrinlasi
ventrikel.
catatan : Disritmia
ventrikel tak sembuh
tidak berespons pada
obat dapat
mencerminkan
aneurisma ventrikel.
Menunjukkan
gangguan transmisi
impuls melalui
konduksi normal
(lambat, terganggu)
yang mungkin
disebabkan oleh IM,
penyakit arteri
koroner dengan
penurunan suplai

darah terhadap nodus


SA atau AV, toksisitas
obat, dan kadangkadang bedah
jantung. Berlanjutnya
blok jantung
berhubungan dengan
melambatnya
frekuensi ventrikel,
penurunan curah
jantung, dan
potensial disritmia
ventrikel letal atau
henti jantung.

Blok jantung

Ketidakseimbangan
elektrolit seperti
kalium, magnesium,
dan kalsium, secara
merugikan
mempengaruhi irama
dan kontraktilitas
jantung.
Menyatakan kadar
terapeutik/toksik
obat yang diberikan
atau obat jalanan
dimana dapat
mempengaruhi/berpe
ran pada adanya
disritmia.
Mekningkatkan
jumlah sediaan
oksigen untuk
miokard, yang
menurunkan
iritabilitas yang
disebabkan oleh
hipoksia.
Disritmia umumnya
diobati secara
simtomatik, kecuali
untuk ventrikel
prematur, dimana
dapat diobati secara
profilaktik pada IM
akut.

Kolaborasi
Pantau pemeriksaan
laboratorium, contoh
elektrolit.

Kadar obat

Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.

Berikan obat sesuai


indikasi
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke jaringan
No
.
1.

Tujuan

Intervensi

Rasional

Aktivitas seharihari klien


terpenuhi dan

Catat frekuensi
jantung, irama, serta
perubahan tekanan

Respon klien
terhadap aktivitas
dapat

meningkatkan
kemampuan
beraktivitas.
kriteria: klien
menunjukkan
kemampuan
beraktivitas tanpa
gejala-gejala yang
berat, terutama
mobilisasi
ditempat tidur.

darah selama dan


sesudah aktivitas

mengindikasikan
penurunan oksigen
miokard.

2.

Tingkatkan istirahat,
batasi aktivitas, dan
berikan aktivitas
senggang yang tidak
berat.

3.

Anjurkan
menghindari
peningkatan tekanan
abdomen, misalnya
mengejan saat
defekasi

4.

Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dari tingkat
aktivitas.
contoh: bangun dari
kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1
jam setelah makan.
Pertahankan rentang
gerak pasif selama
sakit kritis.

Menurunkan kerja
miokard atau
konsumsi oksigen
yang akan
berdampak pada
peningkatan suplai
darah ke jaringan.
Dengan mengejan
dapat mengakibatkan
bradikardi,
menurunkan curah
jantung dan
takikardi, serta
peningkatan TD.
Aktivitas yang maju
memberikan kontrol
jantung,
meningkatkan
regangan, dan
mencegah aktivitas
berlebihan.

5.

6.

Pertahankan klien
tirah baring
sementara sakit akut.

7.

Evaluasi tanda vital


saat kemajuan
aktivitas terjadi.

8.

Berikan waktu untuk


istirahat dan
beraktivitas.

Meningkatkan
kontraksi otot
sehingga membantu
venous return.
Untuk mengurangi
beban jantung,
menurunkan
kebutuhan miokard.
Untuk mengetahui
fungsi jantung bila
dikaitkan dengan
aktivitas.
Untuk mendapatkan
cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksakan

9.

Pertahankan
penambahan O2
sesuai pesanan.
Selama aktivitas, kaji
EKG, dispnea,
sianosis, kerja dan
frekuensi nafas serta
keluhan subyektif.

10.

kerja jantung.
Untuk meningkatkan
oksigenasi jaringan.
Melihat dampak
aktivitas terhadap
fungsi jantung.

4. Cemas yang berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan


tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.
No
.
1.

2.

3.

Tujuan

Intervensi

Setelah 1x24 jam


Kaji tanda-tanda dan
dirawat
ekspresi verbal dari
kecemasan klien
kecemasan.
berkurang.
kriteria: tidur 6-8
jam /hari, gelisah
hilang, klien
kooperatif,
mengenal
perasaannya
dengan petugas
dan tindakan yang
diprogramkan.
Dapat
mengidentifikasi
penyebab atau
faktor yang
mempengaruhinya
. Menyatakan
ansietas
berkurang/hilang.
Mulai melakukan
tindakan untuk
mengurangi
kecemasan. Beri
lingkungan yang
tenang dan suasana
yang penuh istirahat.
Temani pasien
selama periode
kecemasan tinggi,
beri kekuatan, dan
gunakan suara
tenang.

Rasional
Level kecemasan
berkembang ke
panik yang
merangsang respons
simpatis dengan
melepaskan
katekolamin. Hal ini
berkontribusi pada
peningkatan
kebutuhan O2
miokardium.

Mengurangi
rangsangan yang
tidak perlu

Pengertian dan
empati merupakn
bagian dari
pengobatan, serta
dapat mungkin
meningkatkan
kemampuan koping

4.

5.

6.

7.

8.
9.

Bantu klien
mengekspresikan
perasaan marah,
kehilangan, dan
takut
Hindari konfrontasi

Orientasikan klien
terhadap prosedur
rutin dan aktivitas
yang diharapkan
Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
ansietasnya
Lakukan pendekatan
dan komunikasi
Berikan penjelasan
tentang penyakit,
penyebab, serta
penanganan yang
akan dilakukan

10.

Tanyakan keluhan
dan masalah
psikologis yang
dirasakan klien saat
ini.

11.

Berikan privasi
untuk klien dan
orang terdekat, bila
mungkin rujuk
kepenasihat spiritual

pasien.
Cemas berkelanjutan
dapat memberikan
dampak serangan
jantung selanjutnya.
Konfontrasi dapat
meningkatkan rasa
marah, menurunkan
kerjasama dan dapat
memperlambat
penyembuhan.
Orientasi dapat
menurunkan
kecemasan.
Dapat
menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran tidak
di ekspresikan.
Untuk membina rasa
saling percaya
Untuk memberikan
jaminan kepastian
tentang langkahlangkah tindakan
yang akan diberikan,
sehingga klien dan
keluarga merasa
mendapatkan
kepastian
Untuk dapat
menemukan jalan
keluar dari masalah
yang dihadapi klien
sehingga dapat
mengurangi beban
psikologis klien
Memberikan waktu
untuk
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan
cemas dan prilaku
adaptasi.
Penggunaan sistem
pendukung pasien
dapat meningkatkan
kenyaman dan

mengurangi
ketenangan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan
sistem konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan atau
penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat
berfariasi dan jauh dari keseragaman diantara para ahli.
Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi sebagai
akibatkan dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang
abnormal. Sebagai contoh kadang-kadang denyut atrium tidak terkoordinasi dengan
denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai pendahuluan bagi
ventrikel.
B. Saran
Kurangnya pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengiobatan penyakit
aritmia dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi penyakit lain, oleh karena itu
pendidikan untuk pasien dan keluarga mengenai aritmia sangat diperlukan untuk
mendukung proses penyembuhan atau pengobatan aritmia dan pencegahan adanya
kom plikasipenyakit lain.
Daftar Pustaka:
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC; 2001.

Das könnte Ihnen auch gefallen