Sie sind auf Seite 1von 26

PRESENTASI KASUS

PSORIASIS VULGARIS

Disusun oleh:
M. Riyadhi T.
1310221051

Moderator :
dr. Silvia Veronica, SpKK

Dipresentasikan tanggal:
30 Maret 2015
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
PERIODE 16 MARET 18 APRIL 2015

BAB I
STATUS PASIEN
I.1

I.2

Identitas Pasien
Nama
Umur/ Tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Bangsa
Status perkawinan

: Ny. M
: 56 tahun
: Perempuan
: Rawamangun Jakarta Timur
: Pemda DKI
: Indonesia
: Menikah

Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 26 Maret 2015
Keluhan Utama
: Bercak merah dengan sisik kasar berwarna putih pada
kepala, wajah, ketiak, punggung dan perut.
Keluhan Tambahan : Gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gatal disertai bercak merah dengan sisik kasar yang tebal dan berwarna
putih dirasakan muncul sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya
timbul bercak tidak terlalu besar berwarna merah, kemudian bercak membesar
disertai sisik. Bercak tersebut awalnya di pundak lalu menyebar ke kepala,
wajah, ketiak, punggung dan perut. Bercak terasa gatal dan bertambah parah
terutama saat pasien mengurus suami di rumah ( suami pasien menderita
penyakit stroke), gatal di rasakan hilang timbul tetapi tidak sampai menganggu
aktivitas maupun istirahatnya. Pasien mengatakan sudah bertahun - tahun tidak
berhubungan badan. Pasien menyangkal adanya nyeri pada persendian, demam
dan menderita batuk pilek, serta menyangkal sedang mengkonsumsi obat-obatan
dalam jangka waktu dekat ini.
Penyakit ini pertama kali dirasakan pada tahun 2013, awalnya bercak
kemerahan ini muncul di daerah kepala dan dahi berupa bercak merah dengan
sisik tebal yang terasa gatal. Kemudian muncul bercak kemerahan lainnya di
daerah punggung, perut, siku, dan lutut. lalu pasien berobat ke rumah sakit dan
sembuh, saat pasien sembuh pasien berada di siantar dan tidak dalam keadaan
mengurus suami. kemudian pasien kembali ke Jakarta mengurus suami dan 2
bulan setelahnya bercak - bercak ini kambuh kembali. Bercak-bercak ini kambuh
terutama bila pasien sedang lelah, tidak enak badan, dan banyak pikiran.
Riwayat Penyakit Dahulu

:
1

Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
I.3

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 155 cm
Tanda vital
: Tekanan darah
: Tidak dilakukan
Nadi
: 84x/ menit
RR
: 18x/ menit
Suhu
: 36,6 C
Status Generalis
Kepala
Normocephal
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT
Telinga
: aurikula tidak terdapat kelainan
Hidung
: septum tidak deviasi, mukosa normal
Tenggorokan
: faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Mulut
Mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat
Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thorax
Normochest, pergerakan dinding dada simetris

Paru
Suara napas dasar vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada
Jantung
Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
Abdomen
Dinding perut supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai tidak ada, CRT < 2 detik, ditemukan
adanya pitting nail.

Status Dermatologikus
a. Inspeksi
Lokasi
Regio kapitis dan wajah
Efloresensi

Bercak eritematosa, berukuran lentikular hingga numular, berbatas tegas,


disertai skuama kasar.

Lokasi
punggung, dada, abdomen, ketiak kanan dan kiri
Efloresensi
Bercak eritematosa, berukuran numular hingga plakat, berbatas tegas,
disertai skuama kasar yang tebal, berlapis, dan berwarna putih.

abdomen

Lokasi : Kuku tangan

Efluoresensi : Tampak lelukan- lekukan miliar berbatas tegas (pitting nail )

Pitting nail

b. Tes Manipulasi:

Fenomena tetesan lilin


Tes Auspitz

:
:

(+)
(+)

Fenomena Tetesan Lilin (+)

Tes Auspitz (+)

Fenomena kobner

(+) pada daerah yang

mengalami tekanan atau gesekan.


I.4

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

I.5

Resume
Pasien Ny. M berusia 56 tahun, mengeluhkan adanya bercak merah
disertai sisik kasar yang tebal berwarna putih di daerah punggung, perut dan
kedua tangan sejak 14 hari yang lalu. Bercak tersebut terasa gatal. Pertama kali
timbul pada tahun 2013 muncul di kepala dan dahi kemudian menyebar ke
punggung, perut, siku, dan lutut. Bercak ini sering kambuh terutama bila pasien
sedang lelah dan banyak pikiran. Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam
batas normal. Pada status dermatologikus lokasi daerah kulit kepala dan wajah
terdapat makula eritematosa, berukuran lentikular hingga numular, berbatas
tegas. daerah punggung, abdomen, ekstremitas superior dextra et sinistran
8

terdapat bercak eritematosa, berukuran numular hingga plakat, berbatas tegas,


disertai skuama kasar yang tebal, berlapis, dan berwarna putih. Pada kuku
tangan terdapat lelukan- lekukan miliar berbatas tegas (pitting nail ). Terdapat
fenomena tetesan lilin (+), tes Auspitz (+), dan fenomena kobner (+).
I.6

Diagnosis Kerja
Psoriasis Vulgaris

I.7

Diagnosis Banding
Tidak ada

I.8

Anjuran Pemeriksaan
a. Pemeriksaan histopatologi
b. Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin, jumlah leukosit, jumlah trombosit,

fungsi hepar dan ginjal


c. Tes Serologi VDRL
I.9 Penatalaksanaan
a. Non Medikamentosa
Menghindari garukan pada bagian lesi
Hindari faktor pencetus seperti stress
b. Medikamentosa

I.10

Methotrexate tablet 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam perminggu

Asam Folat tablet 1 x 400 mcg

Cetirizine tablet 1 x 10 mg

Hydrocortisone 2,5 % krim

Betamethason dipropionate 0,05 % salep

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PSORIASIS
II.2

Definisi
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner. 1
II.2

Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak

menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena


perjalanan penyakit ini bersifat menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih
lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%,
di Amerika Serikat 1-2% sedangkan di Jepang 0.6%. Pada bangsa berkulit hitam,
misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula pada suku Indian di Amerika.
Insiden pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua
usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.1,2
Onset usia pada psoriasis tipe dini dengan puncak usia 22,5 tahun (pada anak,
usia onset rata-rata 8 tahun). Untuk tipe lambat, muncul pada usia 55 tahun. Onset
dini memprediksikan derajat penyakit dan penyakit yang menahun, dan biasanya
disertai riwayat psoriasis pada keluarga. Tidak terdapat perbedaan insidens antara
pria dan wanita.3 Psoriasis mempengaruhi 1,5 2% populasi dari negara barat. Di
Amerika Serikat, terdapat 3 sampai 5 juta orang menderita psoriasis. Kebanyakan
dari mereka menderita psoriasis lokal, tetapi sekitar 300.000 orang menderita
psoriasis generalisata.4
II.3

Etiopatogenesis
Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai dengan

terjadinya hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik tambahan


berdasarkan perubahan histopatologi yang ditemukan pada plak psoriatik dan data
laboratorium yang menjelaskan siklus sel dan waktu transit sel pada epidermis.
Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik, dan terdapat maturasi
inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat dari sel
10

germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan waktu untuk transit sel
melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi kutaneus ditandai
dengan peningkatan jumlah mediator inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear,
leukosit, dan makrofag, terakumulasi di antara dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut
dapat menginduksi perubahan pada struktur dermis baik stadium insial maupun
stadium lanjut penyakit.3

Gambar 1. Patogenesis kelainan kulit pada psoriasis


Sumber: http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php
Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.

Faktor Genetik1
Faktor genetik sangat berperan apabila orang tuanya tidak menderita
psoriasis, resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, tetapi bila salah satu orang
tuanya menderita psoriasis resikonya bisa mencapai 34-39 %. Berdasarkan
awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
a. Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial
b. Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial
Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi berkaitan
dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan
Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis
pustulosa berkaitan dengan HLA-B27.

2.

Faktor Imunologik

11

Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari
ketiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesis psoriasis
matang umumnya penuh dengan sebukakan limfosit T di dermis yang terutama
terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.
Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih didominasis oleh sel linfosit T
CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya
bertambah. Sel Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis.
Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen baik
endogen maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan
epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit
normal lamanya 27 hari.1
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit
autoimun. Lebih 90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan
imunosupresif. Berbaga factor pencetus pada psoriasis yang disebutkan dalam
kepustakaan diantaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma (Fenomenan
Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan merokok. Stress
psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hunungan
yang erat dengan salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan
hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan
kesembuhan psoriasis gutata setelah dilakukan tonsilektomi. Umumnya infeksi
disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin umumnya berpengaruh pada
perjalan penyakit. Puncak insidens psoriasis terutama pada masa pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa
postpartum umumnya memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan
hipokalsemia dilaporkan menjadi salah satu factor pencetus. Obat yang
umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta adrenergic blocking agents,
litium, anti malaria dan penghentian mendadak steroid sistemik. 1
Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini,

yaitu:

1.

Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.

2.

Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian


menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan
kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.

12

3.

Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis


paru, dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.

4.

Penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus yang laten.

5.

Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.

6.

Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh


pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan
lebih hebat. 5

II.4

Gejala Klinis
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritroderma. Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp,
perbatasan scalp dengan wajah, ektremitas terutama bagian ekstensor di bagian siku
dan lutut serta daerah lumbo sacral.1

Gambar 2. Letak Predileksi Psoriasis


Sumber: http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php
Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada masa
penyembuhan seringkali eritema di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta transparan. Besar
kelainan bervariasi, bisa lentikular, nummular, plakat dan dapat berkonfluensi. Jika
seluruhnya atau sebagian besar berbentuk lentikular disebut psoriasis gutata,
biasanya pada anak-anak, dewasa muda dan terjadi setelah infeksi oleh
Streptococcus.1
13

Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah,
papul dan berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas. Lokasi plak
pada umumnya terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal. Pada
pasien psoriasis dengan kulit gelap, distribusi hampir sama, namun papul dan plak
berwarna keunguan denan sisik abu-abu. Pada telapak tangan dan telapak kaki,
berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan menebal pada waktu yang
bersamaan. 3
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik). Kedua fenomena yaitu tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas,
sedangkan Kobner dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan
didapat pula pada penyakit lain., misalnya Liken Planus dan Veruka plana juvenilis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias. Cara
menggoresnya bisa dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum
atau

darah

berbintik-bintik

yang

disebabkan

oleh

papilomatosis.

Cara

mengerjakannya adalah dengan cara skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan
ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan harus dilakukan dengan
pelan-pelan karena jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang berupa bintikbintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis
misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan kelainan kulit yang sama
dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah
3 minggu. 1
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira
50% yang agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang berupa
lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh, tebal,
bagian

distalnya

terangkat

karena

terdapat

lapisan

tanduk

dibawahnya

(hyperkeratosis subungual) dan onikolisis. Disamping menimbulkan kelainan pada


kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menimbulkan kelainan pada sendi. Umumnya
bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal dan
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar kemudian terjadi
ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan.1
II.5

Klasifikasi
1. Psoriasis Vulgaris

14

Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis
vulgaris. Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk
plak. Tempat predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp dengan wajah,
ekstremitas terutama bagian ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.1
2. Psoriasis Gutata
Guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti tetesan. Lesi pada
psoriasis gutata biasanya berwarna lebih pucat, sering cepat hilang, tetapi pada
beberapa pasien bisa membesar dan menjadi plak yang menetap. 2 Diameter
kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis
influenza atau morbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga
dapat timbul setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.1
3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)
Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan
namanya.1
4. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan pada psoriasis itu dalam
bentuk kering, tetapi pada jenis ini kelaianannya bersifat eksudatif seperti pada
dermatitis akut.1
5. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis
dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak
dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada
tempat seboroik.1
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk
psoriasis pustulosa yaitu:
a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif,
mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit
berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas kulit
yang eritematosa, disertai rasa gatal.1

15

b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)


Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat
ditimbulkan oleh berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang
tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain
contohnya, penisilin dan derivatnya, serta antibiotik betalaktam yang
lain, hidroklorokuin, kalium iodide, morfin, sulfapiridin, sulfonamide,
kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain obat ialah
hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi
bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang
atau telah mendapat psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang
belum pernah menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit nyeri,
hiperalgesia disertia gejala umum berupa demam,malese, nausea,
anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah
beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit
yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada
plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk
lake of pus berukuran beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi
akibat migrasi neutrofil ke atas stratum malphigi, di mana neutrofil ini
beragregasi di antara keratinosit yang menipis dan berdegenerasi. 3
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi
eritroderma.

Pemeriksaan

laboratorium

menunjukkan

leukositosis

(leukosit dapat mencapai 20.000/ul), kultur pus dari pustul steril.1


7. Eritroderma psoriatic
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oelh pengobatan topical yang
terlalu kuat atau karena penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang
khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. Adakalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih
eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. 1

II.6

Histopatologi

16

Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis


dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses
Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di
dalam sel-sel tanduk ini masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum
korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil
dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel
radang limfosit dan monosit.5
II.7

Diagnosis Banding
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan diagnosis

psoriasis. Jika tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang
tergolong dalam dermatosis eritroskuamosa. Dalam mendianosis psoriasis perlu
diperhatikan menganai cirri khas psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta
berlapis-lapis disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Pada stadium
penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya terdapat di pinggir sehingga
menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan yang sangat gatal
pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya
jamur.1
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis.
Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka
yang juga menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk
sifilis positif. Dernatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya
berminyak dan kekuning-kuningan dan tempat predileksinya pada tempat yang
seboroik.1
Psoriasis gutata akut didiagnosis banding dengan erupsi obat makulopapular,
sifilis sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil didiagnosis banding
dengan dermatitis seboroik, likenplanus kronis simpleks, tinea korporis, dan mikosis
fungoides. Psoriasis dengan plak luas didiagnosis banding dengan tinea korporis dan
mikosis fungoides. Psoriasis pada daerah skalp didiagnosis banding dengan tinea
kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis inverse didiagnosis banding dengan tinea,

17

kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget ekstramamme. Psoriasis pada kuku didiagnosis


banding dengan onikomikosis.4
II.8

Pengobatan
A. Non-Medikamentoa :
1. Hindari menggaruk-menggaruk di tempat lesi karena dapat menimbulkan lesi
yang baru.
2. Hindari faktor pencetus lain, seperti stress, merokok, dan minum alkohol
B. Medikamentosa:
Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara
sistemik, pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan
dengan cara Goeckman.
1.

Pengobatan Sistemik
a.

Kortikosteroid
Kortikosteroid

dapat

mengontrol

psoriasis

dengan

dosis

ekuivalen prednisone 30 mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan


perlahan-lahan lalu diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat
secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi
psoriasis pustulosa generalisata. 1
b.

Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga
menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan
hambatan replikasi dan fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena
adanya efek hambatan sintesis. 7
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis
arthritis dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar
terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat
kelainan hepar, ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi
aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum, colitis ulserosa dan psikosis). Pada
awalnya metotrexate diberikan dengan dosis inisial 5 mg per orang
dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala sensitivitas atau gejala
toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka metotrexate

18

diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval 12 jam selama 1


minggu dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis
dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5 mg
akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian
metotrexate i.m dosis tunggal sebesr 7,5 25 mg. Tetapi dengan cara ini
lebih banyak menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika
penyakit telah terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke
pengobatan secara topical.1
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin
lengkap, fungsi ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL
maka pemberian metotrexate dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka
dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis mencapai dosis total 1,5 gram,
tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan biopsy hepar bila dosis
total mencapai 1 gram.1
Efek samping dari penggunaan metotrexate adalah nyeri kepala,
alopecia, saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna
berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi
yang hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal.
Depresi

sumsum

tulang

menyebabkan

timbulnya

leucopenia,

trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi


fibrosis dan sirosis.1
c.

Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada
beberapa pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi
dengan levodopa menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian,
Levodopa menyembuhkan sekitar 40% pasien dengan psoriasis.
Dosisnya adalah 2 x 250 mg 3 x 250 mg. Efek samping levodopa
adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan
gangguan pada jantung.1

d.

Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon

(DDS)

digunakan

pada

pengobatan

psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek


sampingnya

adalah

anemia

hemolitik,

methemoglobinuria

dan

agranulositosis.1

19

e.

Etretinat dan Asitretin


Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A
digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain
mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular
dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis
obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan
kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan
1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan
menjadi 1 mg/kgbb/hari. Efek sampingnya berupa kulit menipis dan
kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan
rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid
darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan
hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.
Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya,
waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat
yang lebih dari 100 hari. 1

f.

Siklosporin
Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat
kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan
memgang peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol,
yaitu NFATc (Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami
defosforilasi, NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk
mengaktifkan gen yang bertanggung jawab dalam sintesis sitokin,
terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi IL-2 dengan cara
meningkatkan ekspresi TGF- yang merupakan penghambat kuat
aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi TGF- diduga
memegang peranan penting pada efek imunosupresan siklosporin. 7
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik,
hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.1

2.

Pengobatan Topikal
a.

Preparat Ter1

20

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang


efeknya adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi
3, yakni yang berasal dari:

Fosil, misalnya iktiol.

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk
psoriasis, yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu.
Ter dari batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya
kemungkinan memberikan iritasi juga besar. Pada psoriasis yang telah
menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, karena ter
tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis
yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada
psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara
dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena
berbau kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor
karbonis detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2
5%, dimulai dengan konsentrasi

rendah, jika tidak ada perbaikan

konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus


dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi
3 5 %. Sebagai vehikulum harus digunakan salap karena salap
mempunyai daya penetrasi terbaik.
b.

Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan
vehikulum bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah
lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah
muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang, bila
digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik efek samping di
antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie atrofikans.
Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat
atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi
perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.1

21

Kortikosteroid biasanya dikombinasi dengan asam salisilat 3%;


kortikosteroid fluorinasi mempunyai daya kerja lebih baik, misalnya
triamsinolon asetonida 1%, betametason valerat 0,1%, fluosinolon
asetonida 0,025% atau betametason benzoat 0,025%.6
c.

Ditranol (Atralin)1
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit
dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam
pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya jam sehari sekali
untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.

d.

Pengobatan dengan Penyinaran1


Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat
mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara
yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat
diukur dan jika berlebihan akan memperberat psoriasis. Karena itu
digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal
dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan
disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal
sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak,
gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata
dikombinasikan dengan salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang
dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB
pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsurangsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya.
Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan 75%
skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik dicapai pada
73,3% kasus terutama tipe plak.

e.

Calcipotriol1
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep
atau krim 50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini
sedikit lebih baik daripada salap betametason 17-valerat. Efek
sampingnya pada 4 20% berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan

22

tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan
hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
f.

Tazaroten1
Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit
dan menghambat

petanda

proinflamasi

pada

sel radang

yang

menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan


konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid
topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan
mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa
terbakar dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
g.

Emolien1
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang
tubuh (selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan
salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai
emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

3.

PUVA1
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek
yang sinergik. Mula-mula 10 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian
dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x
seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3 4 minggu,
setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan
untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma
psoriatik dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada
pemakaan yang lama kemungkinan akan terjadi kanker kulit.

4.

Pengobatan Cara Goeckerman1


Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter
berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi
mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter
yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 6 minggu, penyembuhan terjadi
setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA.

23

II.9

PROGNOSIS
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik
karena perjalanan penyakitnya bersifat kronis dan residif. 1 Psoriasis gutata akut
timbul cepat. Terkadang tipe ini menghilang secara spontan dalam beberapa
minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini berkembang menjadi psoriasis
plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah beberapa bulan
atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. Pada psoriasis
tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan
eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat
berkembang menjadi psoriasis tipe ini. Pasien denan psoriasis pustulosa
generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan harus dianggap
sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps
dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.4

DAFTAR PUSTAKA

24

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Djuanda A, Hamzah M.Aisah S.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2007.h.189-95.
2. Graham, Brown and Burns. Psoriasis. Dalam Lecture Notes Dermatologi. Edisi
kedelapan. Jakarta : Erlangga;2005.h.78-89.
3. Geng A, McBean J, Zeikus P.S, et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P, Taylor S.C,
Editors. Dermatology for skin of color. New York : Mc Graw Hill; 2009.h.139146.
4. Wolff K, Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K, Johnson R.A.Fitzpatricks
color atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York : Mc
Graw Hill; 2009.h.53-71.
5. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta :
Hipokrates. 2000. h.116 - 9.
6. Siregar R.S. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC;2004.h.94-100
7. Goldenstein B, Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B, Goldenstein A,
Melfiawaty, Pendit B.U, Editors. Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates;
2001.h.187.

25

Das könnte Ihnen auch gefallen