Sie sind auf Seite 1von 15

REFERAT

KISTA OVARIUM

Disusun oleh:
Kelly Khesya
030.10.150

Pembimbing:
dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, SH, MKes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, APRIL 2015
1

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya referat dengan judul Mioma Uteri.
Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan
Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Budhi Asih periode 16 Maret 23 Mei 2015.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. IGN Elbatiputera Sp.OG selaku pembimbing yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua
pihak yang turun serta membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Jakarta, April 2015

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi referat dengan judul


KISTA OVARIUM
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD Budhi Asih periode 16 Maret
2015 sampai dengan 23 Mei 2015.

Jakarta, April 2015

dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, SH, MKes

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................

Lembar Persetujuan ..........................................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

II. 1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita..............................................................

II. 2. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita.............................................................

II. 3. Definisi ........................................................................................................

11

II. 4. Epidemiologi ...............................................................................................

11

II. 5. Etiologi ........................................................................................................

12

II. 6. Faktor Risiko ...............................................................................................

13

II. 7. Patofisiologi .................................................................................................

15

II. 8. Klasifikasi ....................................................................................................

15

II. 9. Degenerasi ...................................................................................................

17

II. 10. Gambaran Klinik .......................................................................................

18

II. 12. Mioma Uteri dan Kehamilan .....................................................................

21

II. 13. Diagnosis ...................................................................................................

21

II. 14. Diagnosis Banding .....................................................................................

24

II. 15. Terapi .........................................................................................................

24

II. 16. Komplikasi .................................................................................................

28

II. 17. Prognosis ...................................................................................................

28

II. 18. Pencegahan ................................................................................................

29

BAB III KESIMPULAN .............................................................................................

30

Daftar Pustaka ..................................................................................................................

31

BAB I
PENDAHULUAN

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar
hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista
ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh
di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus
menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista akan mengkerut dan
menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan). Kebanyakan kista tidak berbahaya tapi
beberapa dapat menyebabkan masalah seperti pecah, perdarahan, nyeri atau sampai harus
dilakukan tindakan pembedahan.
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui pasti karena pencatatan
yang kurang baik, namun sebagai gambarannya, di RS Dharmais ditemukan kira0kira 30
penderita setiap tahun. Nasdaldy (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa menurut
hasil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus kista
endometriosis, 20% meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah
berumah tangga. Pada tahun 2009, terdapat 768 kasus, 25% diantaranya meninggal dan 70%
diantaranya adaah wanita karir yang berumah tangga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.

Anatomi Organ Reproduksi Wanita


Genitalia Eksterna6
Vulva (puksa) atau pudenda meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat

mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora, dan labia minora,
klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur
vaskular.
Mons veneris atau mons pubis, disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.
5

Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Pada perempuan umumnya
batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan batas bawah sampai ke
sekitar anus dan paha.
Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons veneris, terdiri atas bagian kanan dan
kiri, berbentuk lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dnegan
yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang, kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum berakhir di batas atas labia mayora.
Labia minora (bibir kecil atau nymphae) merupakan lipatan di bagian dalam labia
mayora, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium
klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoris, labia minora ini
mengelilingi orifisium vagina. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk
fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil banyak mengandung kalenjar sebasea, dan
juga ujung-ujung saraf yang menyebabkanbibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya
mengandung banyak pembuluh darah dan otot polos yang mengakibatkan bibir ini dapat
mengembang.
Klitoris merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif dan
analog dengan penis pada laki-laki.Klitoris berukuran kira-kira sebesar biji kacang hijau,
tertutup preputium kloridis dan terdiri atas glands klitoridism korpus klitoridism dan dua
krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glands klitoris terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan
dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum. Kurang lebih 1-1,5 cm di bawah klitoris, ditemukan orifisium uretra eksternum
berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup lipatan
selaput vagina. Di kanan dan kiri bawah lubang kemih, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran
Skene (duktus parauretral) analog dengan kalenjar prostat pria. Di kiri dan kanan bawah
dekat fossa navikulare, terdapat kalenjar Bartholin yang berdiameter kurang lebih 1 cm, di
bawah otot konstiktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara d
vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.
Bulbus Vestibuli sinistra et dextra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah
selaput lendir vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm, dan

tebalnya 0,5-1 cm, mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup muskulus iskio
kavernosus dab muskulus konstriktor vagina.
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada virgo,
dilindungi oleh labia minor yang hanya dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus
vagina ditutupi oleh hymen. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran seujung jari
hingga yang mudah dilalui oleh dua jari.
Perineum terletak antara vulva dan vagina, panjang rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma
pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua
otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah
segitiga antara tuber isciadica dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus
transversus perinei profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang
menutupinya. Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan
cabang-cabangnya, persarafan perineum terutama oleh nervus pudenda dan cabangnya. Otot
levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah diantara anus dan vagina yang diperkuat oleh
tendon sentral perineum. Di tempat ini bertemu otot bulbokavernosus, muskulus transversus,
perinei superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perineal body yang
memberikan dukungan bagi perineum.
2. Genitalia Interna6
Vagian (liang senggama) merupakan penghubung antara introitus vagina dan vagina.
Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir simfisis ke promontorium. Dinding depan dan
belakang berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya antara 6-8 cm dan 7-10 cm.
Bentuk vagina sebelah dalam berlipat, disebut rugae. Ditengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum. Epitel vagina terdiri dari epitel gepeng yang tidak bertanduk,
dibawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah
jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang sesuai dengan susunan otot usus. Bagian
dalamnya terdiri atas muskulus sirkularis dan bagian luarnya muskulus longitudinalis. Di
sebelah luar otot ini terdapat fasia , bagian atas vagina berasal dari duktus Mulleri sedangkan
bagian bawah dibentuk oleh sinus urogenitalis.
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa uterus. Dalam keadaan tidak
hamil, uterus terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Uterus
berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, besar uterus berbeda-beda, bergantung
7

pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam
kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x
5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.
Uterus mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan uterus
(korpus uteri) berbentuk segitiga, leher uterus (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga
uterus (kavum uteri). Bagian uterus antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri,
merupakan bagian proksimal uterus. Korpus uteri merupakan bagian terbesar yang
mempunyai fungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga pada kavum uteri disebut
kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yag dinamakan porsio,
(2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran
dalam serviks dinamakan kanalis servikalis, berbentuk saluran tonjolan dengan panjang 2,5
cm. Saluran ini dilapisi kalenjar serviks, berbentuk sel torak bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan
pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Uterus terapung dalam rongga pelvis namun terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat
dan ligamen yang menyokong. Ligamen yang menfiksasi adalah sebagai berikut :
-Ligamentum kardinale Mackenrodt menghubungkan supravaginal dengan tulang pelvis, dan
merupakan tempat masuknya arteri uterina, serta dekat tempat menyilangnya ureter.
Berfungsi mempertahankan kedudukan rahim sehingga tetap pada posisinya. Terdiri atas
jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding
pelvis. Di dalamnya terdapat banyak pembuluh darah termasuk vena dan arteri uterina.
-Ligamentum latum adalah lapisan longgar sehingga dapat mengikuti pembesaran kehamilan.
Merupakan pelipatan peritoneum di tepi lateral uterus, menuju pelvis sehingga membagi
ruangan pelvis menjadi bagian anterior dan posterior. 2/3 bagian tengahnya menutupi
mesosalping, yang mengandung tuba Fallopii, dan 1/3 bagian lateralnya khususnya dari
tepi bawah fimbriae tuba, terdapat penebalan menjadi ligamentum infundibulopelvikum.
Di bagian bawah dekat serviks terjadi penebalan menjadi satu dengan jaringan ikat tulang
pelvis menjadi ligamentum kardinale Mackenrodt.
-Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam
antefleksi, berada di bagian depan dan sedikit bawah insersio tuba Fallopii, ditutupi oleh
peritoneum parietale dan menjadi lanjutan ligamentum latum menuju kanalis inguinalis,
dan berakhir di ujung labium mayus. Besarnya sekitar 3-5 mm, karena kehamilan
ligamentum rotundum ikut mengalami hipertrofi panjang dan tebalnya.
8

-Ligamentum sakrouterina kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang berfungsi menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak. Terletak posterolateral supravaginal dan serviks melingkari
rektum menuju tulang sakrum S2 dan S3. Terdiri dari jaringan ikat dan otot polos dan
ditutupi oleh peritoneum, menjadi batas lateral kavum Douglas.
-Ligamentum infundibulo-pelvikum yaitu ligamentum yang menahan tuba fallopi. Berjalan
dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat saraf, saluran limfe,
arteri dan vena ovarika.
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri dari (1) endometrium di korpus
uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos (miometrium) dan (3) lapisan serosa
(jaringan ikat dan mesotel), atau adventisia (jaringan ikat) dapat dijumpai di bagian luar yang
disebut perimetrium. Endometrium terdiri dari epitel kubik, kalenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri
dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan
selapis sel-sel silindris sekretoris dan sel bersilia. Epitel kelenjar uterus serupa dengan epitel
superfisial, namun sel bersilia jarang dijumpai di dalam kelenjar. Jaringan ikat lamina propria
kaya akan fibroblas dan mengandung banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutama
berasal dari kolagen tipe III. Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi 2 zona: 1) lapisan
basal yang paling dalam, dan berdekatan dengan miometrium; lapisan ini mengandung
lamina propria dan bagian awal kelenjar uterus, 2) lapisan fungsional mengandung sisa
lamina propria dan sisa kelenjar, selain epitel permukaan. Ketika lapisan fungsional
mengalami perubahan besar selama siklus menstruasi, lapisan basal hampir tak mengalami
perubahan. Miometrium adalah lapisan paling tebal di uterus, terdiri atas berkas-berkas
serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Berkas otot polos ini membentuk 4
lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat
yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan tengah
mengandung pembuluh darah yang lebih besar. Selama kehamilan, miometrium akan
mengalami masa pertumbuhan pesat akibat adanya hiperplasia (bertambahnya jumlah sel otot
polos) dan hipertrofi (bertambahnya ukuran sel). Selama kehamilan, banyak sel otot polos
memiliki ciri ultrastruktur sel penghasil-protein dan aktif menyintesis kolagen, yang akan
meningkatkan kandungan kolagen dalam urin. Setelah kehamilan, terdapat destruksi sejumlah
sel otot polos, pengecilan ukuran sel-sel lainnya, dan degradasi enzimatik kolagen. Uterus
mengecil sampai berukuran hampir sama dengan ukurannya sebelum kehamilan.
Uterus diperdarahi oleh arteri uterin kiri dan kanan yang terdiri atas ramus asenden
dan ramus desenden. Pembuluh darah ini berasal dari arteri iliaka interna ( disebut juga
9

dengan arteri hipogastrika ) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke dalam uterus di
daerah servik kira kira 1,5 cm di atas forniks lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang
memperdarahi adalah arteri ovarika kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari dinding lateral
pelvis,

melalui

dinding

ligamentum

infundibulo-pelvicum

mengikuti

tuba

falopi,

beranastomosis dengan ramus asenden arteri uterine disebelah lateral, kanan dan kiri uterus.
Bersama sama dengan arteri tersebut diatas terdapat vena-vena yang kembali melalui
pleksus vena ke vena hipogastrika.
Inervasi uterus berasal simpatikus, serebrospinal, dan parasimpatikus. Parasimpatikus
berasal dari S2, S3 dan S4 dekat dengan serviks menuju pleksus Frankenhauser. Simpatikus
berasal dari pleksus pada aorta menuju pleksus iliaka interna. Selanjutnya masuk pleksus
Frankenhauser, dalam bentuk ganglion berbagai besar, sedikit serviks dan di bagian belakang
forniks di depan rektum. Serat saraf ini memelihara uterus, vesika urinaria dan vagina bagian
atas. Beberapa ujungnya berakhir bebas di antara otot dan masuk menuju endometrium. Serat
saraf sensori berasal dari T11, T12 menujukan rasa sakit ke SSP. Rasa sakit sekitar serviks
dan bagian atas jalan lahir menuju sakrum melalui S2, S3 dan S4. Rasa sakit jalan lahir
bagian bawah menuju nervus pudendalis.
Saluran telur (tuba falopii) adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan
kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter -8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral
yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu
rambut getar yang befungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur terdiri
dari empat bagian yaitu, pars interstisialis (intramuralis), pars isimika (bagian tengah saluran
telur yang sempit), pars ampularis (tempat pembuahan/konsepsi terjadi), dan infundibulum
(merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga perut). Fungi saluran telur adalah sebagai
saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, dan tempat
terjadinya pembuahan (konsepsi/fertilisasi).
Indung telur (ovarium) terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan di
kiri rahim, mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan
kanan. Bentuknya seperti buah almond, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x
1,5-2 cm x 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, liga ovarika, dan
liga infundibulopelvikum. Strukturnya ovarium terdiri dari (1) kulit (korteks) atau zona
parenkimatosa yang terdiri dari tunika albuginea (epitel berbentuk kubik), jaringan ikat di
sela-sela jaringan lain, stroma (folikel primordial, dan folikel de Graaf), dan sel-sel Warthard,
dan (2) medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut saraf dan sedikit otot polos.
10

B.

Fisiologi Uterus7,8
Manusia merupakan spesies yang mempunyai siklus reproduksi bulanan, atau setiap

28. Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium
uterus. Setelah ovulasi, pertumbuhan endometrium terhenti, kalenjar atau glandula menjadi
lebih aktif atau fase sekresi. Perubahan endometrium dikontrol oleh ovarium. Ovarium
berfungsi menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen
pada wanita bertanggungjawab untuk berbagai fungsi, yaitu pematangan dan pemeliharaan
seluruh sistem reproduksi wanita serta pembentukan karakteristik seks sekunder wanita.
Progesteron penting untuk mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk janin yang sedang
tumbuh, termasuk mempersiapkan endometrium.7

Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel

ke Sistem. 6nd ed. Jakarta: EGC; 2010. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas (1) fase
folikular, (2)ovulasi dan (3) pasca ovulasi atau fase luteal. Siklus normal karena (1) adanya
hypotalamus-pituitary-ovarian endocrine axis, (2) adanya respon folikel dalam ovarium dan
(3) fungsi uterus.
Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh hypotalamus-pituitary-ovarian
endocrine axis. Hipotalamus memacu kalenjar hipofisis dengan mensekresi gonadotropinreleasing hormone (GnRh) suatu deka-peptide yang disekresi secara pulsatil oleh
hipotalamus. GnRh memacu sintesis dan pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH), FSH adalah hormon glikoprotein yang memacu pemtangan folikel
selama fase folikular dari siklus. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid
terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel matang. LH juga ikut dalam steroidegenesis
dalam folikel dan berperan penting dalam ovulasi yang bergantung pada mid-cycle dari LH.
Produksi progesteron oleh korpus luteum juga dipengaruhi oleh LH.
Siklus Ovarium
1. Fase Folikular
Pada awal fase (hari 1-8), kadar LH dan FSH relatif tinggi dan memacu
perkembangan 10-20 folikel dengan satu folikel dominan. Relatif tingginya LH dan FSH
merupakan trigger turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus. Pada saat ukuran
folikel meningkat (hari 9-14), lokalisasi cairan tampak sekitar sel granulosa dan menjadi
konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral (antrum) yang
merupakan transformasi folikel primer menjadi folikel Graaf, di mana oosit menempati posisi
eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulosa yang disebut kumulus oofurus.

11

Perubahan hormon berhubungan dengan pematangan folikel : kenaikan progresif dari


produksi estrogen oleh sel granulosa dari folikel yang berkembang. Kadar estrogen yang
meningkat, pelepasan GnRh ditekan guna mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan
pematangan banyak folikel.
2. Fase Ovulasi
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari
permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang di tempeli
oleh kumulus ooforus. Perubahan hormon : estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui
hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen. Segera sebelum
ovulasi (hari 14), terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi
progesteron.
3. Fase Luteal
Fase luteal terjadi pada hari ke 15-28 dimana folikel yang telah ruptur membentuk
korpus luteum (proses luteinisasi) yang menghasilkan progesteron dan estradiol. Jika tidak
terjadi kehamilan maka korpus luteum menjadi korpus albikans. Pada fase ini, kadar GnRh
mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum pada hari ke 26-28.
Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak regresi karena dipertahankan oleh
GnRh yang dihasilkan trofoblas. Jika tidak terjadi, maka korpus akan regresi dan terjadilah
haid. Setelah kadar steroid turun, diikuti peningkatan GnRh untuk siklus berikutnya.
Siklus Uterus
Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi
perubahan pada uterus yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.
Endometrium terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan superfisial yang mengelupas saat haid
dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, namun ikut dalam regenerasi lapisan
superfisial untuk siklus berikutnya. Fase proliferasi. Selama fase folikular di ovarium,
endometrium di bawah pengaruh estrogen. Pada fase sekretoris, yaitu setelah ovulasi,
progesteron menginduksi perubahan sekresi endometrium.
Fase Haid. Normal fase luteal selama 14 hari, pada akhr fase ini terjadi regresi korpus
luteum karena penurunan estrogen dan progesteron ovarium. Penurunan ini diikuti oleh
kontraksi sporadik intens dari bagian arteri spiralis lalu endometrium menjadi iskemik dan
nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah perdarahan.
Mukus serviks. Pada perempuan terdapat kontinuitas langsung antara alat genitalia
bagian bawah dan kavum peritonei yang berkaitan dengan akses sperma menuju ovum dan
fertilisasi dalam tuba fallopi. Mukus serviks sendiri berfungsi sebagai barrie selama siklus
12

haid berkaitan dengan resiko infeksi ascendens. Pada awal fase folikular mukus viskus dan
impermeable. Pada akhir fase folikular, estrogen meningkt memacu perubahan komposisi
mukus, kadar air meningkat secara progresif sehingga mucus banyak mengandung air.
Setelah ovulasi, progesteron diproduksi oleh korpus luteum menyebabkan mukus kembali
menjadi impermeabel.
C.

Definisi Mioma Uteri


Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang struktur utamanya adalah otot polos

rahim dan jaringan ikat yang menyokongnya, sering juga disebut sebagai fibromioma,
leiomioma, fibroid.
D.
Epidemiologi
E.

Etiologi

F.

Faktor Risiko
Usia
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi masih

tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi
atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia
ini. Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya
10% mioma yang masih bertumbuh.

Menarche

Penelitian yang sudah pernah dikerjakan, membandingkan resiko menderita mioma


uteri pada wanita yang berusia 12 tahun atau kurang dari 16 tahun dengan mereka yang
mengalami menstruasi pada usia 16 atau lebih dan hasilnya menunjukkan bahwa resiko
mioma uteri meningkat pada usia menarche lebih muda (Marshall et al.1998 , Sato et
al.2000). Siklus menstruasi dini meningkatkan jumlah pembelahan sel yang dialami oleh
miometrium selama tahun-tahun reproduktif, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya
mutasi pada gen pengontrol proliferasi miometrium.

Kehamilan dan Paritas

Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri


menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan
termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk
13

peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah
dan ukuran asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Kehamilan usia midreproductive
(25-29 tahun) memberikan perlindungan terhadap pembesaran mioma. Kehamilan
mengurangi waktu

Obesitas

Risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10 kg berat
badan. Obesitas dimana terdapat banyak jaringan adiposa menyebabkan peningkatan konversi
androgen adrenal menjadi estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin sehingga
meningkatkan keberadaan unbound estrogen.. Karena estrogen yang bersirkulasi pada wanita
past-menopause adalah hasil dari metabolisme androgen oleh jaringan perifer,termasuk
lemak, maka mekanisme ini agaknya lebih berpengaruh pada wanita postmenopause (Glass
1989).

Menopause

Resiko mioma uteri menurun pada wanita menopause dikarenakan tumor menyusut
akibat tidak adanya stimulus dari hormon setelah menopause. (Parazzini et al. 1988; Ross et
al. 1986; Samadi et al. 1996).

G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.

Patofisiologi
Klasifikasi
Degenerasi
Gambaran Klinik
Mioma Uteri dan Kehamilan
Diagnosis
Diagnosis Banding
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Pencegahan

14

R.

Klasifikasi

Meskipun kasus mioma uteri teridentifikasi pada 5-10% wanita infertil, namun hanya 2-3%
infertilitas yang merupakan efek dari mioma. Mekanisme yang mungkin mempengaruhi
infertilitas pada kasus mioma adalah pembesaran atau deformitas kavitas uterus

yang

mungkin mengganggu migrasi dan transport sperma, obstruksi tuba falopi proksimal,
perubahan anatomi tuba-ovarium dapat mengganggu penangkapan ovum, peningkatan atau
gangguan kontraktilitas uterus yang mungkin menghalangi transportasi sperma atau nidasi,
gangguan aliran darah endometrium, dan inflamasi endometrium atau sekresi substansi
vasoaktif.
MIOMA dan KEHAMILAN
Mioma didapatkan pada 2,7%-12,6% wanita hamil. (17)

15

Das könnte Ihnen auch gefallen