Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang
harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,
tolok
ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian,
paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia.
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau
peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila
seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di
internal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era reformasi dan globalisasi Pancasila
masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan
Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah
Pancasila adalah mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang
dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi yang
menyandangnya.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pancasila sebagai paradigma
kehidupan kampus. Kehidupan kampus yang kita ketahui terdiri dari beberapa elemen, yaitu :
mahasiswa, dan dosen. Sekelompok elemen tersebutlah yang mengisi kehidupan kampus
setiap harinya. Fungsi dari kampus itu sendiri adalah selain untuk wadah sarana pendidikan
juga sebagai tempat menimba/mendapatkan ilmu, dimana elemen mahasiswa memegang
peran utama dalam mengatur, mengendalikan, dan mentaati segala peraturan yang ada di
kampus. Pancasila sebagai landasan yang utama tidak hanya berlaku dalam satu unsur saja,
namun terdapat dalam berbagai unsur yaitu : ilmu pengetahuan, hukum, HAM, sosial politik,
ekonomi, kebudayaan, dll. Dalam arti, bahwa pancasila bisa diterapkan dan dijalankan dalam
unsur-unsur tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat pada pancasila tersebut (sila ke-1
s/d sila ke-5).
Kampus yang terdiri dari 2 elemen, tentunya memiliki jumlah kapasitas yang besar.
Maksudnya adalah, dalam kampus tidak hanya terdiri dari beberapa orang namun terdiri dari
ratusan bahkan ribuan orang. Tentunya setiap orang memiliki keyakinan agama yang berbeda.
Seperti kita ketahui kita mengenal adanya 5 agama (kristen, katholik, islam, budha, hindu).
Sehingga perlulah pola/acuan berfikir untuk tidak melakukan sikap diskriminatif terhadap
agama yang satu dengan yang lain, kaum mayoritas dengan kaum minoritas. Agar nilai-nilai
agama yang kita punya tidak menimbulkan pelanggaran melainkan contoh bagi orang lain.
Sebagaimana yang terdapat pada sila ke-1 dalam pancasila.
Selain itu, setiap mahasiswa juga berhak untuk mendapatkan suatu prestasi ketika
mahasiswa tersebut sudah melaksanakan kewajibannya (IPK). Hal ini berkaitan dengan nilai
kemanusiaan yang terdapat dalam sila ke-2, dimana mahasiswa berhak mendapatkan haknya
ketika kewajibannya sudah dilakukan. Namun perlu juga kesesuaian antara kewajiban yang
dilakukan dengan hak yang diterima. Kemudian, dalam pergaulan kampus semakin sulit
2
dibedakan antara mahasiswa yang senior dengan yang junior karena ketika golongan tersebut
menyatu terkadang mempunyai sikap yang kurang sopan ketika berbicara & berperilaku.
Sehingga nilai moral yang ada tidak sesuai lagi dengan perilaku yang sebagaimana mestinya.
Banyaknya orang yang terdapat dalam kampus, juga mempunyai berbagai
keanekaragaman. Contohnya: suku, bahasa, dan budaya. Keanekaragaman tersebut cenderung
membuat kita terkadang malu atau bahkan tidak mengakui. Sehingga terkadang timbulah
suatu perpecahan antar mahasiswa, walaupun tidak dalam skala yang besar. Paradigma yang
seharusnya dilakukan adalah menjadikan keanekaragaman ini sebagai landasan bahwa semua
orang dapat menyatu, menghargai, dan mengakui walaupun terdapat beberapa perbedaan
dalam hal bahasa dan budayanya. Paradigma tersebut telah tertanam dalam pancasila sila ke3 sebagai nilai persatuan.
Kemudian, kampus yang adalah sebagai wadah tentunya tidak secara langsung berdiri
sendiri. Pasti ada proses dan orang yang memegang peranan dalam hal tersebut. Maka, antara
pihak kampus dengan mahasiswa yang ada didalamnya harus mempunyai sikap yang
transparan dan bijaksana. Sehingga tidak menimbulkan konflik antara kedua lapisan tersebut.
Paradigmanya adalah agar tercapainya suatu tujuan yaitu pendidikan yang bermutu dan
berkualitas baik, mempunyai makna bahwa pendidikan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan
untuk mahasiswa seperti yang tertuang dalam pancasila sila ke-4 sebagai nilai kerakyatan.
Seiring dengan perkembangan jaman dimana terjadi perpindahan orde dari orde lama
ke orde baru, nilai-nilai pancasila pun semakin dilupakan. Padahal dengan pancasila
tersebutlah segala sesuatunya menjadi sangat berharga. Pancasila yang terdapat dalam unsur
ilmu pengetahuan berkaitan juga dengan kehidupan kampus, karena kampus sendiri
mempunyai tujuan yang berkaitan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma kehidupan yang
terdapat dalam kampus adalah dimana dalam setiap kehidupan sehari-harinya terdapat
interaksi antara dosen dengan mahasiswa . Sesuai dengan nilai keadilan yang terdapat dalam
sila ke-5, menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Hubungannya
apa? Kampus sebagai wadah yang tepat dalam mendapatkan ilmu, menandakan bahwa dosen
adalah seorang pengajar dan mahasiswa adalah sebagai pelajar. Artinya,dosen harus
mensejahterakan mahasiswanya dengan menuangkan ilmu yang dia punya kepada
mahasiswanya tanpa harus melakukan perbedaan dalam mendapatkan ilmu agar terciptanya
suatu elemen mahasiswa yang pintar, radikal, dan berkompeten dalam bidangnya.
3
Jadi, pancasila sebagai landasan yang utama harus dijaga, dilakukan, dan ditaati nilainilainya agar setiap nilainya tersebut dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang
bermartabat dan sederajat dengan negara lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara husus membahas permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di perguruan tinggi atau kampus?
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan masalah
diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami makna dari pancasila dalam prilaku sehari-hari
3. serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila sendiri dalam
kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus
1.4 Manfaat Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila sebagai dasar Negara,
maka penulispun tersadar akan pentingnya nilai pancasila tersebut untuk diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam lingkungan kampus yang memang kebetulan
terdiri dari berbagai macam suku, adat serta agama.
Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan pantas makna, peran
pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai salah satu bahan penyadaran diri
setiap individu agar kembali mengintropeksi dirinya untuk berprilaku sesuai dengan makna
pancasila.
Dimana dengan berjiwa pancasila tersebut, akan terangakai kehidupan yang matang,
selaras dan akan jauh dari poermasalahan yang didasarkan karena perbedaan adapt, suku
bahkan agama tersendiri. Maka dari itu, penulis menganggap sangat perlu menulis makalah
ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: Jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik
Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga
tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala
golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)
sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan
martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia
qua talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara
hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar
satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena
itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari
Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.
Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat
hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai
6
basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiap-tiap orang
beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu
dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berPersatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berPersatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan berKerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
Kampus yang terdiri dari 2 elemen, tentunya memiliki jumlah kapasitas yang besar.
Maksudnya adalah, dalam kampus tidak hanya terdiri dari beberapa orang namun terdiri dari
ratusan bahkan ribuan orang. Tentunya setiap orang memiliki keyakinan agama yang berbeda.
Seperti kita ketahui kita mengenal adanya 5 agama (kristen, katholik, islam, budha, hindu).
Sehingga perlulah pola/acuan berfikir untuk tidak melakukan sikap diskriminatif terhadap
agama yang satu dengan yang lain, kaum mayoritas dengan kaum minoritas. Agar nilai-nilai
agama yang kita punya tidak menimbulkan pelanggaran melainkan contoh bagi orang lain.
Sebagaimana yang terdapat pada sila ke-1 dalam pancasila.
Selain itu, setiap mahasiswa juga berhak untuk mendapatkan suatu prestasi ketika
mahasiswa tersebut sudah melaksanakan kewajibannya (IPK). Hal ini berkaitan dengan nilai
kemanusiaan yang terdapat dalam sila ke-2, dimana mahasiswa berhak mendapatkan haknya
ketika kewajibannya sudah dilakukan. Namun perlu juga kesesuaian antara kewajiban yang
dilakukan dengan hak yang diterima. Kemudian, dalam pergaulan kampus semakin sulit
dibedakan antara mahasiswa yang senior dengan yang junior karena ketika golongan tersebut
menyatu terkadang mempunyai sikap yang kurang sopan ketika berbicara & berperilaku.
Sehingga nilai moral yang ada tidak sesuai lagi dengan perilaku yang sebagaimana mestinya.
Banyaknya orang yang terdapat dalam kampus, juga mempunyai berbagai
keanekaragaman. Contohnya: suku, bahasa, dan budaya. Keanekaragaman tersebut cenderung
membuat kita terkadang malu atau bahkan tidak mengakui. Sehingga terkadang timbulah
suatu perpecahan antar mahasiswa, walaupun tidak dalam skala yang besar. Paradigma yang
seharusnya dilakukan adalah menjadikan keanekaragaman ini sebagai landasan bahwa semua
orang dapat menyatu, menghargai, dan mengakui walaupun terdapat beberapa perbedaan
dalam hal bahasa dan budayanya. Paradigma tersebut telah tertanam dalam pancasila sila ke3 sebagai nilai persatuan.
Kemudian, kampus yang adalah sebagai wadah tentunya tidak secara langsung berdiri
sendiri. Pasti ada proses dan orang yang memegang peranan dalam hal tersebut. Maka, antara
pihak kampus dengan mahasiswa yang ada didalamnya harus mempunyai sikap yang
transparan dan bijaksana. Sehingga tidak menimbulkan konflik antara kedua lapisan tersebut.
Paradigmanya adalah agar tercapainya suatu tujuan yaitu pendidikan yang bermutu dan
berkualitas baik, mempunyai makna bahwa pendidikan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan
untuk mahasiswa seperti yang tertuang dalam pancasila sila ke-4 sebagai nilai kerakyatan.
9
Seiring dengan perkembangan jaman dimana terjadi perpindahan orde dari orde lama
ke orde baru, nilai-nilai pancasila pun semakin dilupakan. Padahal dengan pancasila
tersebutlah segala sesuatunya menjadi sangat berharga. Pancasila yang terdapat dalam unsur
ilmu pengetahuan berkaitan juga dengan kehidupan kampus, karena kampus sendiri
mempunyai tujuan yang berkaitan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma kehidupan yang
terdapat dalam kampus adalah dimana dalam setiap kehidupan sehari-harinya terdapat
interaksi antara dosen dengan mahasiswa . Sesuai dengan nilai keadilan yang terdapat dalam
sila ke-5, menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Hubungannya
apa? Kampus sebagai wadah yang tepat dalam mendapatkan ilmu, menandakan bahwa dosen
adalah seorang pengajar dan mahasiswa adalah sebagai pelajar. Artinya,dosen harus
mensejahterakan mahasiswanya dengan menuangkan ilmu yang dia punya kepada
mahasiswanya tanpa harus melakukan perbedaan dalam mendapatkan ilmu agar terciptanya
suatu elemen mahasiswa yang pintar, radikal, dan berkompeten dalam bidangnya.
Jadi, pancasila sebagai landasan yang utama harus dijaga, dilakukan, dan ditaati nilainilainya agar setiap nilainya tersebut dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang
bermartabat dan sederajat dengan negara lainnya.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
A. Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain, legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya.
Seperti politik, ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang, garisgaris besar haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
B. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat
pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan
10
politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat
yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku.
Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang
merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan
harapan masyarakat.
peranan
Perguruan
Tinggi
sebagai
satuan
pendidikan
yang
12
Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan moral
yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Masarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan
budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung jawab secara moral atas
kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat bangsa dan negara, serta
mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masarakat kampus tidak
boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur
dan mulia.
A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda
yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan
peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum,
oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat
yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok
untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus
dilakukan pengembangan hukum positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus
sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia maka dalam
pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara merupakan sumber materi dan
sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan
juga Tap No. III/MPR/2000. namun perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber
hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundangundangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum
Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan
hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi
yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan
dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
13
Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum
aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi
dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
14
Implementasi pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah seperti contohcontoh paradigma pancasila diatas , kehidupan kampus tidak jauh berbeda dengan kehidupan
tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan tatanan pumbangunan seperti tatanan
Negara
yaitu
politik,
ekonomi,
budaya,
hukum
dan
antar
umat
beragama.
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai
makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk mencapai tujuan
seluruh mahsiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek pelaksana
sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai
bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber nilai, kerangka
piker, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan. Yang meliputi
pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik, poembangunan ekonomi,
pembangunan social budaya, pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan,
dan sebagai reformsi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi politik. Semuanya
ditujukan untuk membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat
yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi Pancasila
yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang
kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap
pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa,
dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi, budaya
akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM,
yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan terjadi disekitar kita.
Terrmasuk dalam lingkungan kampus.
3.2 SARAN
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak pantas bagi
seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan pancasila itu sendiri.
16
Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini. Maka dari itu,
mulai saat ini, biasakanlah berprilaku, bertindak bahkan menganbil keputusan dengan jiwa
pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan Negara
akan mudah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono Siswomihardjo Koento, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam
pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU.
http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-ParadigmaPembangunan
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/
17