Sie sind auf Seite 1von 14
7P-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 Kajian Sifat Fisik-Mekanik daa Mikrostruktur Edible Film Alginat dan Kitosan dengan Penambahan Gliserol Evaluations on Physic-mechanical and Microstructural Properties of Alginate and Chitosan Edible Films Added With Glycerol Yudi Pranoto Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Jl, Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp/Fax : 0274549650 E-mail : pranoto@ugm.ac.id ABSTRAK Edible film berbasis alginat dan kitosan serta penggunaan plasticizer untuk meningkatkan sifat film yang dihasilkan telah banyak diteliti. Pada kajian ini dipelajari pengaruh penambahan gliserol sebagai plastizicer techadap sifat fisik- mekanik dan mikrostruktur fitm alginat dan kitosan. Film alginat dan kitosan dibuat menggunakan metode casting dengan konsentrasi alginat dan kitosan 1% (b/v) dan penambahan gliserol 0,4% (b/v). Film yang diperoleh dievaluasi kekuatan renggang putus, perpanjangan putus, permeabilitas uap air dan mikrostruktur menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Penambahan gliserol 0,4% menurunkan kekuatan renggang putus film alginat dan kitosan, masing-masing dari 73,36 menjadi 66,11 MPa, dan dari 49,63 menjadi 6,53 MPa. Gliserol secara nyata menaikkan nilai perpanjangan putus pada film alginat dan kitosan masing-masing dari 2,72 menjadi 4,05% dan dari 6,21 menjadi 30,96%. Penambahan gliserol meningkatkan permeabilitas vap air film alginat dan kitosan, masing-masing dari 16,13 menjadi 20,32 g.mm/m?.hari.kPa, dan dari 23,09 menjadi 26,72 g. smm/m? hari.kPa. Pengamatan mikrostruktur film alginat, gliserol membuat permukaan film lebih halus, dan menghilangkan Iubang atau pori pada matriks film. Pada film kitosan, penambahan gliserol membuat permukaan film agak kasar, dan dari pengamatan penampang melintang, struktur film menjadi susunan berlapis-lapis. Secara umum penambahan gliserol sedikit menurunkan sifat fisik-mekanik dan meningkatkan plastisitas baik pada film alginat dan kitosan. Kata kunci: edible film, alginat, kitosan, sifat fisik, mikrostruktur, gliserol Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1065 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melolul imu dan Teknologi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional ABSTRACT Edible films based on alginate and chitosan and the use of plasticizers to improve film properties have been reported elsewhere. This study evaluates the effect of glycerol addition as a plasticizer on mechanical and microstructural characteristics of alginate and chitosan films. Alginate and chitosan films were prepared by using casting method from film forming solutions of 1% (w/v) and glycerol addition of 0.4% (w/v). Resulting films were evaluated of tensile strength, elongation at break, water vapor permeability and microstructural properties by Scanning Blectron Microscopy (SEM). Addition of glycerol at 0.4% decreased tensile strength for both alginate and chitosan films from 73,36 to 66.11 MPa and from 49,63 to 6.53 MPa, respectively. Glycerol addition significantly enhanced elongation at break of alginate and chitosan films from 2.72 to 4.05% and from 6.21 to 30.96%, respectively. Glycerol led to increase on water vapor permeability of alginate and chitosan films from 16.13 to 2032 g.mm/m2.day.kPa, and from 23.09 to 26.72 g.mm/m2.day.kPa, respectively. Observed microstructurally, glycerol led to a smooth surface and eliminated pores inside matrix of alginate film. The presence of glycerol in chitosan film modified its surface to be a bit rough and showed layers viewed cross-sectionally, In general, the addition of glycerol decreased physic-mechanical properties and enhanced plasticity of both alginate and chitosan films. Key words: edible film, alginate, chitosan, physical properties, microstructure, glycerol PENDAHULUAN Perhatian terhadap limbah kemasan padat dan keterbatasan minyak bumi memberikan inspirasi untuk pengembangan film kemasan biodegradable, yang terdegradasi dalam lingkungan, menggunakan biopolimer renewable seperti polisakarida, protein, lemak, dan kompositnya (Kester and Fennema, 1986; Krochta and Mulder-Johnston, 1997). Film yang dibuat dari bahan-bahan tersebut seringkali disebut edibie film, yang didefinikan sebagai lapisan tipis bahan edible yang digunakan untuk produk pangan (Gennadios and Weller, 1990; Krochta and Mulder-Johnston, 1997). Alginat dan kitosan adalah contoh biopolimer yang telah banyak diteliti dalam pemanfaatannya untuk edible film dan coating. Alginat diproduksi dari ramput laut famili phaeophyceae, secara kimiawi adalah kopolimer (1-4) B-D-asam mannuronat dan o-L-asam guluronat. Alginat ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melahut mu dan Teknotogi untuk Memunjang Ketahanan Pangan Nasional TPT ISBN ; 978-979-16456-0-7 dengan evaporasi larutan alginat diikuti ikatan sang 10msK dengan garam xaisium: atau dengan injeksi water-miscible non solven untuk alginat (Kester and Feanema, 1986; Krochta and Mulder-Jobnston, 1997). Film alginat adalah jemi, keras dan fleksibel (McNeely and Pettitt, 1973). Awainya, film alginat agak rapuh, dengan adanya plasticizer seperti gliserin dapat dibasilkan fim yang pliable. Film alginat juga tidak tahan ketika dilarutkan dalam air apabila tidak direndam dalam larutan ion multivalen (Pavlath et al., 1999), Kekuatan dan permeabilitas film dapat diatur dengan konsentrasi ion polivalen, kecepatan penambahan dan waktu kontak, pH, suhu dan adanya konstituen jainnya (Kester and Fenema, 1986), Film alginat adalah tahan terhadap minyak dan lemak, tetapi rendah perlindungan terhadap uap air (McNeely and Pettitt, 1973), Namun demikian, pada coating gel alginat dapat mengurangi kehilangan air secara nyata dengan aksi pengorbanan, yang berarti air hilang dari coating sebelum bahan pangan mengalamii dehidrasi. Kitosan adalah polimer terbuat dari polisakarida kitin dengan deasetilasi basa atau enzim, dan merupakan polisakarida terbesar di alam setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer glucosamin dan N-acetylglucosamin, Kitosan sangat banyak diteliti oleh karena karakter fisiologis dan teknis yang menarik, dengan sifat non-toksik dan biodegradable nya (Li ct al, 1992). Oleh Karena sifat pembentukan filmnya, kitosan telah dipakai sebagai pembungkus makanan, Kelebihannya adalah kemampuannya untuk membentuk film semi permeable, dan pada coating kitosan dapat memodifikasi atmosfer internal, juga menurunkan kchilangan transpirasi dan menunda kematangan buah (Shahidi et al., 1999). Film kitosan juga memiliki nilai permeabilitas uap air menengah dan dapat dipakai untuk meningkatkan umur simpan produk segar dan pangan dengan aktivitas air tinggi. Film kitosan adalah Kaku, dapat memanjang, fleksibél dan agak susah dirobek. Kebanyakan sifat mekanisnya adalah sebanding dengan polimer komersial berkekuatan sedang (Shahidi et al,, 1999). Selain bahan utama biopolimer, sejumlah kecil bahan kimia seringkali Seminar Nasional PATPE, Bandung 17-18 Ji 2007 1067 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui imu dan Teknologi ‘untuk Merunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 mekanis edible film. Contohnya adalah plasticizer, seperti gliserol, polietilen glikol dan sukrosa sering dipakai untuk memodifikasi sift mekanis film, meskipun inkorporasi bahan-bahan tersebut juga mempengarubi perubahan nyata dalam sifat barrier filmnya (Krochta et al., 1994). Dalam pembuatan film, plasticizer dipakai untuk memperbaiki profil film, menjaga keutuhan dan menghindari lubang dan keretakan. Plasticizer dapat mengatur sifat mekanis film menjadi bervariasi, Penambahan plasticizer menghasilkan film lebih fleksibel, lebih kuat dan tidak mudah dipecah, namun juga mempengaruhi sifat barriemya. Di dalam matriks film, plasticizer akan mengurangi ikatan intermolekul antar rantai polimer, sehingga memperlemah gaya intermolekul (Baldwin et al., 1997; Garcia et al., 2000). Salah satu plasticizer yang seringkali digunakan dalam pembuatan edible film adalah gliserol dengan level yang bervariasi menyesuaikan jenis polimer yang dipakai untuk mendapatkan sifat film akhir yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai pengaruh penambahan gliserol sebagai plasticizer dalam pembuatan film alginat dan kitosan pada sifat fisik- mekanik dan mikrostruktumya, BAHAN DAN METODE Bahan penclitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: sodium alginate dibeli dari Carlo Erba Reagenti, Italy; chitosan dibuat dari pemrosesan kulit udang: CaCl, dibeli dari Carlo Erba Reagenti, Italy; asam asetat glacial dibeli dari Carlo Erba Reagenti, Italy; dan gliserol dibeli dari Merck, Darmstadt, Germany. Pembuatan edible film Film alginat dan kitosan dibuat dengan metode: casting dengan penambahan gliserol 0,4% ke dalam larutan pembentuk film. Ada sedikit perbedaan cara pembuatan edible film alginat dan kitosan. Edible film alginat disipakan dengan modifikasi metode Pavlath et al. (1999) yang menggunakan tahap imersi. Satu gram sodium alginat dilarutkan dalam aquades 100 mL dan Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1068 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal mefatvi Heru dan Teknologi tunttek Mertunjang Ketchanon Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 CaCl, mengandung ion kalsium 1%, dan dikeringkan lagi selama 6 jam. Film kering dilepas dari plat, dan disimpan pada ruangan suhu 25 °C kelembaban relatif 50% hingga dianalisis. Untuk film kitosan disiapkan dengan melarutkan kitosan cangkang udang | gram (tingkat deasetilasi sekitar 95%) di dalam 100 mL larutan asam asetat 1%. Larutan selanjutnya disaring melalui kain sutra untuk menghilangkan materi tidak terlarut, dan sclanjutnya dituangkan pada plat polyacrilic, dan dilanjutnya pengeringan di dalam oven pengering 40°C selama 24 jam. Langkah selanjutnya sama dengan sebagaimana pembuatan film alginat. Pengukuran ketebatan Ketebalan rata-rata film ditentukan dengan pengukuran pada beberapa titik menggunakan hand micrometer (Mitutoyo Corp., Japan) pada akurasi 0,01 mm. Ketebalan film dinyatakan dalam satuan micrometer (jm). Pengukuran ketebalan dipakai untuk menghitung kekuatan renggang putus dan permeabilitas terhadap uap air. Keknatan renggang putus dan perpanjangan putus Kekuatan renggang putus (tensile strength) dan perpanjangan putus (elongation at break, EB) film diuji sesuatu dengan metode standar ASTM menggunakan Lloyd Instrument Testing Machine tipe LRX SK (Lloyd Instrument, Lid., Fareham, UK). Preparasi sample, film dipotong berukuran 1,5 x 10 cm. Film dijepit parallel pada kedua ujungnya dengan jarak jepitan $ cm dan selanjutnya ditarik menjauh pada kecepatan head 25 mm/min, Kekuatan renpgang putus dihitung dengan membagi gaya maksimum pada putusnya (dibaca dari mesin atau chart) dengan luas penampang melintang film. F max Kekvatan renggang putus =: (0.015). d Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1069 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui Hu dan Teknologi untuk Memunjang Keiahanan Pangan Nasional 1P-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 Dimana, F max = gaya maksimum pada putusnya, N Ketebalan film = 0.015 m = ketebalan film, m Prosentase perpanjangan putus dihitung berdasarkan pertambahan panjang terhadap panjang film awal. Perpanjangan putus = dimana, t = waktu untuk perpanjangan film hingga putus kecepatan head = 25 mm/min panjang awal film = 0 mm Permeabilitas uap air Permeabilitas uap air atau water vapor permeability (WVP) ditentukan secara gravimetri menggunakan prosedur ASTM modifikasi sebagaimana dipakai oleh Gontard et al. (1994). Sebuah cawan berisi silica gel sebagai desiccant (RH 0%, tekanan wap air 0 kPa) ditutup dengan film yang diujikan, dan selanjutnya diletakkan dalam suatu desiccator berisi aquades. Cawan uji memiliki diameter 5 cm dan kedalaman 3 cm dengan luas permukaan film terbuka adalah 0,001963 m?, Suhu lingkungan diatur 25°C dan kelembaban relatif dalam desiccator dieek secata periodik dengan higrometer, Suhu dan kelembaban dipakai untuk menghitung tekanan parsial lingkungan dengan menggunakan tabel uap. Penambahan berat cawan diukur setiap interval 4 jam selama 24 jam. Kecepatan konstan penambahan berat diperoleh dengan regresi linear. WVP dibitung sebagai berikut: (aw)x WVP= A.AD.(p2— pi) ‘Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1070 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui limu dan Teknologi ‘untuk Memunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ASBN : 978-979-16456-0-7 dimana; Aw = berat air diserap dalam cawan (g) At = wakw perubahan berat (hari) ‘A= luas permukaan film diuji (m) x= ketebalan film (mm) Po— pi = perbedaan tekanan uap antara film (kPa), dan dihitung berdasarkan kelembaban relatif dan subu di dalam dan luar cawan WVP dinyatakan dalam g.mnv/m?.hari.kPa, Pengamatan mikrostruktur edible film Mikrostruktur sample film diamati dengan scanning electron microscopy (SEM) JEOL JSM-5410 (Japan Electron Optics Limited, Japan) di laboratorium National Metal and Materials Technology Center (MTEC), National Science and Technology Development Agency (NSTDA), Thailand. Sampel dilihat kenampakan permukaan dan penampang melintangnya. Untuk penampang melintang, sampel disiapkan terlebih dahulu dengan mematahken film di dalam nitrogen cair, Sampel film disiapkan dengan teknik standar, dipasang pada stub alumunium dan dicoating dengan emas. Permukaan dan penampang melintang edible fm dilihat dengan perbesaran 2.000 X. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh gliserol terhadap sifat fisik-mekanik edible film Sebelumnya, film alginat tanpa penambahan gliserol adalah rapuh, mudah ekuatan renggang putus sebesar 73.36 MPa, yang pecah. Film alginat memili mana dekat dengan yang dilaporkan oleh Pavlath et al. (1999) dan Rhim et al. (2004) untuk film yang sama. Penambahan gliserol 0,4% (b/b bahan film) sebagai plasticizer mempengaruhi kekuatan renggang putus edible film nya, dengan menurunkan pada kedua jenis film. (Gambar 1). Pada film alginat, penambahan gliserol mengurangi kekuatan renggang putus dari 73.36 menjadi 66.11 MPa. Pengaruh yang sama juga ditemukan oleh Pavlath et al. (1999) bahwa penambahan gliserol 0,4% mengurangi kekuatan renggang putus dari 71.62 Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1071 Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui Hmu dan Teknologi untuk Memunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 menjadi 41.11 MPa. Film kitosan memiliki nilai kekuatan renggang putus 49.63 ‘MPa, yang mana sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperoleh Butler et al. (1996) pada film yang sama. Mereka memperoleh kekuatan renggang puts maksimum adalah 44.8 MPa. Penambahan gliserol 0.4% mengurangi kekuatan renggang putus menjadi 6.53 MPa, yang mana lebih rendah dengan yang dilaporkan oleh Butler et al. (1996) dan Caner et al. (1998). 90 4 80 70 60 50 40 30 20 10 of Tensile Strength (MPa) Ag Algeaty Chi chitgly Edible fims Gambar 1, Pengaruh gliserol pada kekuatan renggang putus (tensile strength) edible film alginat dan kitosan. Alg, film alginat; Alg+gly, film alginat dengan penambahan gliserol 0,4%; Chi, film kitosan dan Chitgly, film kitosan dengan penambahan gliserol 0,4% Film alginat memiliki perpanjangan putus 2.72%. Rhim et al. (2004) menemukan EB adalah 3.4%, yang diperoleh dengan imersi film alginat ke dalam larutan CaCh 2%. Gliserol 0,4% menaikkan nilai perpanjangan putus menjadi 4.05%, Peningkatan perpanjangan putus pada film kitosan naik dramatis, yang mana dari 6.21 menjadi 30.96% (Gambar 2). Peningkatan nilai ini mirip dengan film yang sama dengan penambahan polictilen glikol 0,25% (Caner et al., 1998). Uji mekanis ini menunjukkan bahwa plasticizer gliserol berpengaruh lebih besar pada film kitosan dibandingkan pada film alginat. ‘Seminar Nasional PATPI, Bandung 17—18 Juli 2007 1072 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui imu dan Teknologt untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 40 + 38 = 30 % Bs B20 5 215 S 5 10 a 5 0 Alg Algealy Chi Chitgly Edible Films Gambar 2. Pengarub gliserol terhadap perpanjangan putus (elongation at break) film alginat dan kitosan. Atg, film alginat; Alg+gly, film alginat dengan penambahan gliscrol 0.4%; Chi, film kitosan dan Chitgly, film kitosan dengan penambahan gliserol 0,4% Nilai permeabilitas uap air (water vapor permeability) film alginat dan Kitosan meningkat dengan penambahan gliserol sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Awalnya film kitosan memiliki permeabilitas uap air lebih tinggi dibandingkan dengan film alginat. Gliserol menyebabkan peningkatkan nilai permeabilitasnya dari 16.13 menjadi 20.32 g.mm/m?day.kPa pada film alginat dan dari 23.09 menjadi 26.72 g.mm/m?day.kPa pada film kitosan. Adanya gliserol sebagai plasticizer mengurangi ikatan hidrogen dan jarak intermolekuler, dan akibatnya meningkatkan permeabilitas film, sebagaimana juga diamati oleh McHugh et al. (1994) dan Shaw et al. (2002). ee ‘Seminar Naslonal PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1073 Meninghtton Doge Sing Prods Pangan Loto! mths lm dan Tekrologi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional TP.77 ISBN : 978-979- 1645600-7 ee Row 8 8 (g.mmin?.day.kPay aa Water Vapor Permeability on Alg Algaly Chi Chitgly Edible films Gambar 3. Pengaruh gliserol techadap permeabilitas uap air (water vapor permeability) film alginat dan kitosan. Alg, film alginat; Alg+gly, film alginat dengan penambahan glisero) 0,4%; Chi, film kitosan dan Chitgly, film kitosan dengan penambahan gliserol 0,4% Pengaruh gliserol terhadap mikrostruktar edible film Gambar 4 menunjukkan kenampakan micrograph permukaan dan irisan penampang melintang film alginat dan juga film yang sama dengan penambahan gliserol. Penampakan permukaan menunjukkan bahwa gliserol mengubah kehalusan permukaan dan hilangnya kemunculan seperti butiran, Micrograph penampang melintang menjelaskan peran gliserol. Dalam film alginat, ada keretakan dan lubang pada matriksnya. Namun demikian, keretakan dan lubang tidak nampak ketika ditambahkan gliserol. Struktumya menjadi kompak dan padat dengan sedikit lubang berukuran kecil. ‘Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1074 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui ims dan Teknologi swituk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional 1P-17 ISBN : 978-979-16456-0-7 Gambar 4, Pengaruh gliserol tethadap mikrostruktur film alginat dengan Scanning Electron Microscope (SEM) perbesaran 2000 x. (A) Permukaan film alginat, (B) Permukean film alginat dengan penambahan gliserol 0,4% (C) Penampang melintang film alginat dan (D) Penampang melintang film alginat dengan penambahan gliserol 0,4% Penambahan gliserol dalam film kitosan mengubah kenampakan permukaan menjadi agak kasar dengan munculnya butiran lebih besar (Gambar 5). Kenampakan irisan penampang melintang menjelaskan perbedaannya pada mikrostruktur matriks. Awalnya, struktur film kitosan adalah kompak dan padat, tidak terlihat adanya keretakan atau lubang, sebagaimana juga diamati oleh Wong et al. (1992) pada film kitosan. Penambahan gliserol memodifikasi strukturnya menjadi seperti susunan bata berlapis-lapis. Seminar Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1075 ‘Meninghatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melaiuélimu dan Teknologi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16556-0-7 Gambar 5. Pengaruh gliserol terhadap mikrostruktur film Kitosan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) perbesaran 2000 x. (A) Permukaan film kitosan, (B) Permukaan film kitosan dengan penambahan gliserol 0,4% (C) Penampang melintang film kitosan dan (D) Penampang melintang film kitosan dengan penambahan gliserot 0,4% Pengamatan mikrostruktur film dapat mendukung penjelasan fenomena perubahan sifat fisik-mekanik film alginat dan kitosan oleh karena penambahan plasticizer gliserol berdasarkan formasi matriks filmnya. Ee ‘Seminar Nastonal PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1076 Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui Iimu dan Teknologi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional 1P-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 "Peaambahan plasticizer gliserol 0.4% (B/¥) sevara nyata menurunkan.Kekuatan renggang putus, menaikkan perpanjangan putus dan meningkatkan permeabilitas uap air pada film alginat dan kitosan. Perubahan sifat mekanis film kitosan lebih nyata dibandingkar film alginat. Pengamatan mikrostruktur membantu menjelaskan perubahan-perubahan sifat fisik-mekanik oleh karena penambahan plasticizer. Secara umum, gliserol meningkatkan plastisitas film alginat dan kitosan dan sedikit menurunkan sifat fisik-mekaniknya. DAFTAR PUSTAKA Allen, L., Nelson, A.L, Steinberg, M.P. and J.N. McGill (1963). Edible com carbohydrate food coating. Food Technology, 17: 1437-1441. Baldwin, E.A., Nisperos, M.O., Hagenmaier, R.D. and R.A. Baker (1997). Use of lipids in coatings for food products. Food Technology, 51: 56-64. Butler, B.L., Vergano, P.J., Testin, RE, Bunn, J.M. and J.L. Wiles (1996). Mechanical and barrier properties of edible chitosan films as affected by composition and storage. Journal of Food Science, 61(5): 953-961. Caner, C., Vergano, P.J. and J.L. Wiles (1998). Chitosan film mechanical and permeation properties as affected by acid, plasticizer, and storage. Journal of Food Science, 63(6), 1049-1053. Garcia, M.A., Martino, MIN, and N.E. Zaritzky (2000), Lipid addition to improve barrier properties of edible starch-based films and coatings. Journal of Food Science, 65(6): 941-947. Gontard, N., Duchez, C., Cuq, JL., and §. Guilbert (1994). Edible composite films of wheat gluten and lipids: water vapor permeability and other physical properties. International Journal of Food Science and Technology, 29: 39-50. Kester, J.J. and O.R, Fennema (1986). Edible films and coatings: A Review. Food Technology, 12: 47-59. Krochta, 1M, Baldwin, E.A. and M.O, Nisperos-Carriedo (1994). Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publishing Company, Inc., Lancaster. ‘Seminat Nasional PATPI, Bandung 17-18 Juli 2007 1077 ‘Meningkathan Daya Saing Produk Pangan Lokal melatui imu dan Teknologi untuk Memunjang Ketahanan Pangan Nasional TP-77 ISBN : 978-979-16456-0-7 Krochta, J.M. and C.D. Mulder-Johnston (1997). Edible and biodegradable polymer films: Challenge and opportunities. Food Technology, 51(2): 61-74. Li, Q, Dunn, E.T., Grandmaison, E,W. and M.P.A. Goosen (1992). Applications and properties of chitosan. Journal of Bioactive and Compatible, 7: 370-397. McHugh, T.H., Aujard, JF, and J.M, Krochia (1994), Plasticized whey protein edible films: water vapor permeability properties. Journal of Food Science, 59(2): 416-419, McNeely, W.H. and D.J, Pettitt (1973), Algin. In Whistler, R.L. and BeMiller, IN. (eds), Industrial Gums-Polysaccharides and Their Derivatives, Academic Press, New York. Paviath, A.E., Gossett, C., Camirand, W. and G.H. Robertson (1999), lonomeric films of alginic acid. Journal of Food Science, 64(1): 61-63. Rhim, J.W. (2003). Physical and mechanical properties of water resistant sodium alginate films. Lebensm.-Wiss. U.-Technol., 37: 323-330. Shahidi, F., Arachchi, .K.V. and Y.J. Jeon (1999), Food application of chitin and chitosans. Trends in Food Science & Technology, 10: 37-51. Shaw, N.B., Monahan, F.J., O’riordian, E.D. and M. O’sullivan (2002). Physical properties of WPI films plasticized with glycerol, xylitol, or sorbitol. Journal of Food Science, 61(1): 164-167. Whistler and BeMiller (1997). Alginates-Carbohydrate Chemistry for Food Scientist. Eagan Press, Minnesota, pp. 195-202. William, S.K., Oblinger, J.L. and R.L. West (1978). Evaluation of a calcium alginate film for use of beef cuts. Journal of Food Science, 43: 292-296. Wong, D.W.S., Gastineau, F.A., Gregorski, K.S., Tillin, S.J. and A.E. Pavlath (1992). Chitosat-lipid films: Microstructure and surface energy. Journal of Agriculture and Food Chemistry, 40: 540-544, aa ‘Seminar Nasional PATPS, Bandwig 17-18 Juli 2007 1078 ‘Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalut Ima dan Teknologi sntuk Menunjang Kelahanan Pangan Nasional

Das könnte Ihnen auch gefallen