Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ENVIRONMENT
Abstract
Leptospirosis is an acute febrile illness infecting human and animal (zoonotic) and caused by the
bacteria leptospira. Semarang city is one endemic leptospirosis with incidence rate in 2009 of
13,27/100.000 and case fatality rate 3,5%. The research objective was to find out the impact of
settlement environment conditional with leptospirosis cases. The study was observational with cross
sectional design. Population are the people who visit the health center in Semarang city and sample is a
part patient in health center with clinical sympthoms leptosirosis from May up to November 2009.
Leptospirosis case maintained with laboratory test uses leptotek lateral flow. Data collection with
interview and observation, analyzing by univariat, bivariat (chi square) and multivariate with regresi
logistic metode. Out of 105 responden, 67 (63,8%) leptospirosis positive and 38 (36,2%) negative. Poor
housing had a 3,4-fold increase for leptospirosis (OR=3.4; 95% CI=1.050-10.779). Sanitary
conditional to indoor and outdoor is not significant with leptospirosis (p=0,051). Rat eksistensi in house
had a 6.4-ford increase for leptospirosis (OR=6.4; 95% 1=2.081-19.983) and there is dominant factor
that affect leptospirosis. Poor environmental of settlement increases risk for leptospirosis
Key words, environmental, settlement, leptospirosis
Pendahuluan
eptospirosis merupakan salah satu
penyakit bersumber binatang (zoonosis)
yang memerlukan upaya penanggulangan
yang serius. Data dari International Leptospirosis
Society (ILS) menyebutkan bahwa Indonesia
dinyatakan sebagai negara insiden leptospirosis
tingkat 3 di dunia untuk mortalitas.1 Di Jakarta
selama tahun 1998-1999, ditemukan 51 orang
penderita leptospirosis. Tahun 2002 ditemukan
S46
S47
Tabel 1. Kasus Leptospirosis per Kecamatan di Kota Semarang Tahun 2004 - 2009
Kecamatan
No
Semarang Utara
1
Semarang Barat
2
Semarang Tengah
3
Pedurungan
4
Semarang Selatan
5
Candisari
6
Gajahmungkur
7
Gayamsari
8
9
Banyumanik
Ngaliyan
10
11
Tugu
12
Mijen
Semarang Timur
13
14
Tembalang
15
Genuk
Gunungpati
16
Jumlah
2004
9
3
3
3
2
5
1
3
0
0
0
1
1
7
1
0
40
2005
5
3
0
1
2
4
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0
19
2006
5
5
3
1
4
1
3
0
0
0
0
0
0
3
1
1
27
2007
0
1
1
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
6
2008
11
15
7
17
9
9
11
11
17
6
4
3
5
15
1
7
148
2009
3
6
4
5
6
7
2
44
1
2
0
0
4
111
4
1
200
S48
kondisi
terbuka
(67,0%)
dan
frekuensi
pembuangan tidak rutin dilakukan setiap hari
(64,0%). Penataan perabotan dalam rumah
sebagian besar (71,8%) tidak tertata rapi atau
semrawut. Keberadaan tikus di dalam dan sekitar
rumah dapat terlihat dari adanya semak belukar
atau vegetasi yang ada di sekitar rumah penderita
leptospirosis (64,1%). Penderita leptospirosis
sebagian besar (69,8%) pernah menjumpai tikus
di sekitar rumahnya dengan frekuensi lebih dari 1
kali dalam seminggu (72,8%). Gambaran kondisi
lingkungan pemukiman di sekitar penderita
leptospirosis secara lengkap terlihat dalam tabel
2-5.
Total
Negatif (n=38)
5
62
71,4
63,3
2
36
28,6
36,7
7
98
100
100
15
52
88,2
59,1
2
36
11,8
40,9
17
88
2
65
66,7
63,7
1
37
33,3
36,3
3
102
100
100
100
100
60
7
63,8
63,6
34
4
36,2
36,4
94
11
100
100
14
53
77,8
60,9
4
34
22,2
39,1
18
87
100
100
22
45
52,4
71,4
20
18
47,6
28,6
42
63
100
100
51
16
60,7
76,2
33
5
39,3
23,8
84
21
100
100
10
41
83,3
56,9
2
31
16,7
43,1
12
72
100
100
S49
T/\<-il
1 Otill
Negatif (n=38)
45
22
58,4
78,6
32
6
41,6
21,4
77
28
100
100
63
4
67,0
36,4
31
7
33,0
63,6
94
11
100
100
16
30
64,0
61,2
9
19
36,0
38,8
25
49
100
100
51
16
71,8
47,1
20
18
28,2
52,9
71
34
100
100
59
8
62,8
72,7
35
3
37,2
27,3
94
11
100
100
13
54
68,4
62,8
6
32
31,6
37,2
19
86
100
100
Tabel 4. Keberadaan Tikus di Dalam dan Sekitar Rumah dengan Kejadian Leptospirosis
Hasil leptotek lateral flow
Positif (n=67)
Semak belukar/vegetasi
- Ada
- Tidak ada
Dijumpai tikus
- Ya
- Tidak
Frekuensi melihat tikus
- > 1 kali dalam seminggu
- < 1 kali dalam seminggu
T/\d--l
lotai
Negatif (n=38)
25
42
64,1
63,6
14
24
35,9
36,4
39
66
100
100
67
0
69,8
0
29
9
30,2
100
96
9
100
100
59
8
72,8
33,3
22
16
27,2
66,7
81
14
100
100
Positif
,.,, ,,
, f~
Negatif (n=38)
(n=67)
n
%
n
%
Kondisi rumah
- Tidak sehat
- Sehat
Sanitasi rumah tempat tinggal
- Buruk
- Baik
Keberadaan tikus di dalam dan
sekitar rumah
- Ya
- Tidak
S50
Q^ f t /
Crude odds
ratio
'
Confidence
,
Interval
19
48
28,4
71,6
4
34
10,5
89,5
1,00
3,365
Referensi
1,050-10,779
0,034
51
16
76,1
23,9
22
16
57,9
42,1
1,00
2,318
Referensi
0,986-5,448
0,051
62
5
92,5
7,5
25
13
65,8
34,2
1,00
6,448
Referensi
2,081-19,983
0,000
Tabel 6. Hubungan antara Kondisi Rumah, Sanitasi Rumah Tempat Tinggal dan Keberadaan Tikus
dengan Kejadian Leptospirosis
Hasil leptotek lateral flow
Positif
Negatif(n=38)
(n=67)
n
%
n
%
Kondisi rumah
- Tidak sehat
- Sehat
Sanitasi rumah tempat tinggal
- Buruk
- Baik
Keberadaan tikus di dalam dan
sekitar rumah
- Ya
- Tidak
Crude odds
ratio
(\c n/
95%
Confidence
Interval
19
48
28,4
71,6
4
34
10,5
89,5
1,00
2,266
Referensi
0,670-7,665
0,188
51
16
76,1
23,9
22
16
57,9
42,1
1,00
2,001
Referensi
0,794-5,041
0,141
62
5
92,5
7,5
25
13
65,8
34,2
1,00
5,613
Referensi
1,758-17,919
0,004
S51
S52
Sup!'f men Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XX Tahun 2010
S53
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
S54
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Bambang
Y,
2008,
Epidemiologi
Leptospirosis di Kota Semarang (Tahap I)
Mari Okatini, Rachmadhi Purwana, I. Made
Djaja, Hubungan faktor lingkungan dan
karakteristik individu terhada kejadian
leptospirosis di Jakarta 2003-2005
Dharmojono,H., 2001. 15 Penyakit Menular
dari Binatang ke Manusia, Milenium
Publisher, Jakarta: 99-110
Ristiyanto,dkk,
Studi
Epidemiologi
Leptospirosis di Dataran rendah Kabupaten
Demak Jawa Tengah
Widarso, H.S, dan Purba W., 2002,
Kebijaksanaan Departemen Kesehatan
dalam Penanggulangan Leptospirosis di
Indonesia, Kumpulan Makalah Simposium
Leptospirosis, Semarang, 3 Agustus 2002
Aplin, K.P., P.R. Brown, J. Jacob, C.J.
Krebs and G. R. Singleton. Field methods
for rodent studies in Asia and the IndoPacific. Australian Centre for International
Agricultural Research. Canberra, Australia.
2003