Sie sind auf Seite 1von 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN PENYAKIT CROHN
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan sub-akut yang meluas keseluruh lapisan
dinding usus dari mukosa usus, ini di sebut juga transmural . (brunner&suddarth.2002.
keperawatan medical bedah.edisi 8.vol 2:1105)
Penyakit crohn merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, yang dapat menyerang
seluruh bagian saluran gastrointestinal , mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada
anus. (arif mansjoer, dkk .2001.kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga.jilid 1: 497)
Crohn disease adalah suatu inflamasi transmural gangguan dari saluran system
pencernaan.(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)
Enteritis regional(penyakit crohn) merupkan suatu penyakit peradangan granulomatosa
kronis pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.(price, and Wilson. 2006. Patofisiologi
konsep penyakit klinis proses-proses penyakit:446)
B. EPIDEMIOLOGI
Laki-laki atau perempuan 1:1,6 terjadi pada usia muda . Angka kejadian tertinggi paling
banyak pada orang Eropa dan orang-orang Yahudi. (Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second
edition:95)
Secara umum Crohns disease merupakan penyakit bedah primer usus halus, dengan
insidens sekitar 100.000 kasus per tahun. Insidens tertinggi didapatkan di Amerika Utara dan
Eropa Utara. Di Amerika Serikat, dan Eropa Barat insidens Crohns disease mencapai 2 kasus
per 100.000 populasi, dengan prevalensi sekitar 20 40 kasus per 100.000 populasi . Dilaporkan
bahwa telah terjadi peningkatan insidens Crohns disease secara dramatis di Amerika Serikat
antara tahun 1950-an hingga 1970-an, untuk selanjutnya menjadi stabil pada tahun 1980-an .
Menurut jenis kelamin, insidens Crohns disease lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, dengan rasio 1,1 1,8 : 1. Beberapa ahli percaya bahwa distribusi
jenis kelamin ini berhubungan dengan proses-proses autoimun yang terjadi pada Crohns disease
Crohns disease mempunyai 2 puncak insidens berdasarkan kelompok usia. Puncak insidens
pertama adalah pada 18 25 tahun. Puncak usia berikutnya adalah antara 60 80 tahun. Pada
pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun Crohns disease lebih banyak menyerang usus

halus, sedangkan pada yang berusia diatas 40 tahun Crohns disease lebih banyak menyerang
colon. Penyebab perbedaan lokasi penyakit ini tidak diketahui .
Meskipun Crohns disease dapat menyerang setiap bagian dari saluran cerna, namun
terdapat tiga lokasi primer baik secara klinis maupun anatomis yang paling sering, yaitu hanya
usus halus saja (30%), usus halus bagian distal dan colon (45%), dan hanya colon saja (25%).
30% dari seluruh kasus Crohns disease terjadi bersamaan dengan penyakit rektal, dan 33 50%
terjadi bersamaan dengan penyakit perianal seperti fisura ani, abses perianal, dan fistula perianal
C. ETIOLOGI
Etiologi dari Penyakit Corhn :
1. Masih belum diketahui
2. Kelemahan sel- system imun yang melemah
3. Factor genetic tapi belum diketahui secara pasti
4. Adanya infeksi mycrobakterium atau virus akibat hypersensitivitas.
5. Perokok pasif maupun pasif bisa beresiko
(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang paling sering timbul adalah sebagai berikut :
1. Nyeri abdomen
2. Diare yang tidak hilang dengan defekasi, terjadi pada 90% pasien .
3. Jaringan parut dan pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk
menstranspor produk dari pencernaan usus atas melalui lumen terkonstriksi mengakibatkan
nyeri abdomen seperti kram . karena peristaltic usus di rangsang oleh makanan, nyeri terjadi
setelah makan. Untuk menghindari nyeri, pasien cenderung untuk membatasi masukan
makanan , mengurangi jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak
terpenuhi.
4. Penurunan berat badan ,malnutrisi, 3nemia sekunder.akibatnya individu menjadi kurus
karena masukan makanan tidak adekuat dan cairan hilang secara terus-menerus.
5. Usus yang terinflamasi dapat mengalami perforasi dan membentuk abses anal dan intraabdomen . terjadi demam dan leukositosis. Abses ,fistula, dan fisura umum terjadi.
6. Perjalan klinis dan gejala bervariasi. Pada beberapa pasien terjadi periode remisi dan
eksaserbasi, sementara yang lain mengikuti beratnya penyebab.

7. Gejala meluas keseluruhan saluran gastrointestinal dan umumnya mencakup masalah

sendi(arthritis),lesi kulit(eritema nodosum),gangguan okuler(konjungtivitis), ulkus oral.


(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1105)
A. PATOFISIOLOGI
Enteritis regionl/ penykit crohn umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda , tetapi
dapt terjadi kapan sja selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada populasi lansia (50-80
tahun). Meskipun ini dpat terjdi dimana saja disepanjang sluran gastrointestinal , area paling
umum yang sering terkena adalah ileum distl dan kolon.
Enteritis regional dalah penykit inflamasi kronois dan subakut yang meluas keseluruh
lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula . fistula
dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum . lesi (ulkus)tidak pada kontak
terus menerus satu sama lain dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah
kasus . pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya
penyakit , dinding usus menebal dan menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit.
(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1105)
Manifestasi pada penyakit Corhn akan terjadi nyeri abdoemn menetap dan diare yang
tidak hilang dengan defeksi. Diare terjadi pada 90% pasien. Jaringan parut dan pembentukan
granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk mentraspor produk dari pencernaan usus atas
melalu lumen yang terkonstriksi, mengakibatkan nyeri abdomen berupa kram. Gerakan
peristaltik usus dirangsang oleh makan sehingga nyeri kram terjadi setelah makan. Untuk
menghindari nyeri kram ini, pasien cenderung untuk membatasi masukan makanan, mengurangi
jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi. Akibatnya adalah
penurunan berat badan, malnutrisi, anemia sekunder. Selain itu, pembentukan ulkus dilapisan
membran usus dan ditempat terjadinya inflamasi akan menghasilkan rabas pengiritasi konstan
yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang menyebabkan diare kronis.
Kekurangan nutrisi dapat terjadi akbiat absorbsi terganggu. Malabsorbsi terjadi sebagai akibat
hilangnya fungsi penyerapan permukaan mukosa. Fenomena ini dapat mengakibatkan malnutrisi
protein kalori, dehidrasi dan beberapa kekurangan gizi.

B. KOMPLIKASI
Obstruksi usus atau pembentukan striktur, penyakit perianal , ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit , dan pembentukan fistula serta abses . fistula adalah hubungan abnormal antara
dua struktur tubuh , baik internal (antara dua struktur internal dan permukaan luas dari tubuh ).
Jenis fistula usus halus yang paling umum yang diakibatkan oleh enteritis regional adalah fistula
enterokutan (antara usus halu dan kulit). Abses dapat berasal dari jalur fistula internal yamg
kemudian masuk kedalam area yang mengakibatkan akumulasi cairan dan infeksi.
(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1108)
C. PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus.Tetapi
penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjanghidup
penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.Mengapa
gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yangmenentukan
keganasannya tidak diketahui.Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama,
namun bisamenyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat
melaluipembedahan.Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita
meninggalkarena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit Crohn yang menahun.

Crohn disease adalah penyakit inflamasi kronis , dan berulang dari aktifasi penyakit yang
bisa muncul kembali.

75% dari pasien akan dilakukan tindakan operasi suatu waktu

60% dari pasien akan dilakukan tindakan lebih dari satu kali operasi/bisa berkali-kali
dilakukan operasi

Harapan untuk hidup dari pasien crohn disease kecil berbeda dari jumlah penduduk normal
(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)

D. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
Koreksi anemia , malnutrisi, dehidrasi, diet rendah serat, suplementasi vitamin, besi, atau asam
folat.
2. Penatalaksanaan famakologi

5-Aminosalicylic acid (5ASA mesalazine). Ini adalah senyawa dari aksi local anti-inflamasi,
terutama pada colon, dan dapat pangaturan rectal atau oral. Perlambatan perumusan
pelepasan(pentasa atau asacol) melarutkan di dalam kolon , pada saat mentransrifkan
pembentukan dari 5ASA (sulphasalazine,osalazine,dan basalazine) adalah pelepasa enzim di
dalam colon oleh bakteri.

Corticosteroids ,terapi steroid biasanya efektif mempengaruhi remisi dan bisa digunakan
terutama untuk pengobatan penyakit yang akut dan sudah mulai adanya pembusukan. Itu
mungkin dapat diatur oleh parenteral,oral, dan rectal. Memperpanjang pengobatan steroid
sistemik banyak efek yang merugikan. Mrncangkup memperburuk osteoporosis . budesonide
adalah sintetik steroid proses metabolisme dengan cepat oleh liver. Menghasilkan level
sistemik yang lebih rendah, dan kemungkinan itu sebagai partikel yang efektif dari penyakit
terminal crohn disease.

Immunosuppressives, obat seperti azathioprine, 6-mercaptopurine dan methotrexate dapat


digunakan , terutama ketika sering mengalami relaps mengharuskan mengulangi pengobatan
steroid.

Antibiotic , metronidazole , mungkin membujuk remisi dari beberapa penyebab crohn


disease tapi ini tidak efektif di ulseratif colitis.

Probiotik , bacteria yang hidup, untuk memperbaiki dari keseimbangan flora normal pada
usus, telah digunakan untuk pengobatan dengan berhasil.

(keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a glance:79)

3. Pembedahan
Pembedahan Panproctocolectomy (ppemotongan colon dan rectum) adalah penyembuhan
untuk colitis ulseratif dan digunakan sebagai tempat beristirahat selanjutnya untuk penyakit
ringan atau dimana timbul dysplasia. Crohn disease hampir tanpa terkecuali setelah operasi. Oleh
karena itu ,penggunaan prosedur bedah lebih besar terbatas. Contohnya pengurangan tanda dan

gejala penyempitan atau terjadi abses. (keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a


glance:79)
Lebih dari 80% pasien yang telah lama menderita penyakit Crohn akan menjalani operasi
walaupun operasi tak mencegah rekuensi , namun dapat menghilangkan gejala dalam waktu
lama. (arif mansjoer, dkk .2001.kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga.jilid 1: 498)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah kadar hemoglobin, hematokrit, kadar besi serum untuk
menilai kehilangan darah dalam usus, laju endap darah untuk menilai aktivitas inflamasi serta
kadar alumin serum untuk status nutrisi, serta C reactive protein yang dapat dipakai juga
sebagai parameter aktivitas penyakit
2. Endoscopy
Penyakit crohn dapat bersifat transmural, segmental dan dapat terjadi disaluran cerna bagian
atas, usus halus ataupun colon.
3. Radiologi
Barium kontas ganda dapat memperlihatkan striktur, fistula, mukosa yang iregular, gambaran
ulkus dan polip, ataupun perubahan distenbilitas lumen kolon berupa penebalan dinding usus.
Peran Ct Scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada penyakit crohn dalam
mendeteksi adanya bases ataupu fistula.
4. Histopatologi
Spesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai diagnostik daripada spesimenyang
diambil secara biopsi per endoskopik. Terlebih lagi bagi penyakit crohn yang lesinya
bersifat transmural sehingga tidak dapat dijangkau dengan teknik biopsi per-endoscopik.
Gambaran khas untuk penyakit crohn adanya granuloma tuberculoid (terdapat 20 40%
kasus) merupakan hal yang karakteristik disampung adanya infiltrasi sel makrofag dan
limfosit di lamina profia serta ulserasi yang dalam.
5. MRI
Dapat lebih unggul daripada Ct Scan dalam menunjukkan lesi panggul. Oleh karena kadar air
diverensia, MRI dapat mebedakan peradangan aktif dari fibrosis dan dapat membedakan
antara inflamasi serta lesi fibrostenosis penyakit crohn.

6. Colonoscopy
Dapat membantu ketika barium enema satu kontras belum informatif dalam mengevalusia
sebuah lesi kolon. Kolonoscopy berguna dalam memperoleh jaringan biopsi, yang membantu
dalam diferensiasi penyakit lain, dalam evaluasi lesi masa, dan dalam pelaksanaan surveilans
kanker. Colonoscopy juga memungkinkan mefisualisasi fibrosis striktur pada pasien dengan
penyakit kronis. Selain itu, colonoscopy juga dapat digunakan dalam periode pasca operasi
bedah untuk mengevaluasi anastomosis dan meprediksi kemungkinan kambuh klinis serta
respon terhadap terapi pasca operasi.

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Pasien melaporkan tanda gejala awalnya seperti diare tapi belum terjadi perdarahan pada
fases(3-5 dengan konsistensi cair /hari), kelelahan,anorexia,nyeri abdomen yang hilang timbul.
Jika penyakit tersebut berkembang cepat biasanya pasien mengalami nyeri pada abdomen yang
menetap dan terus-menerus pada kuadran kanan bawah, kehilangan berat badan, kelelahan yang
lebih berat, dan demam ringan. Beberapa pasien bisa terjadi penurunan turgor kulit di sekitar
parineal dan area sekitar rectal.
2. Pemeriksaan fisik
Karena crohn disease adalah penyakit inflamasi kronis yang mempengaruhi dari sistem
saluran pencernaan dan menyebabkan anorexia,diare yang berkepanjangan, masalah malnutrisi
dan dehidrasi. Inspeksi tentang kehilangan/kerontokan rambut,kulit kering,membran mukosa
yang lembab, turgor kulit yang buruk,kelemahan otot dan lesu. Inspeksi juga daerah perianal
untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda dari pembentukan fistula.
Palpasi daerah abdomen mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan,kelembutan,pembesaran.
Umumnya terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah, tetapi catat: intensitas,jenis
nyeri,dan lamanya nyeri. Auskultasi area abdomen untuk mendengar bising usus. Seringkali,
hiperaktifitas peristaltik usus akan dicatat sebagai peristiwa inflamasi yang akut.
3. Psikososial
Akibat dari peradangan yang kronis dan tubuh yang mulai melemah karena berbagai
tanda gejala yang muncul, kira-kira dengan seringnya pasien dirawat di rumah sakit, sering kali
menunjukan hasil pada masalah psikologi dan isolasi sosial. Pengkajian mekanisme koping ,
sebaiknya diberikan dukungan/support system. (Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And
Disorders A Nursing Therapeutics Manual:253)

4. Diagnosa keperawatan utama


Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, diare,dan berkurangnya
absorbsi dari usus.
Hasil :
Status nutrisi: makanan dan cairan yang masuk, pemasukan nutrisi, pemeriksaan
lab/biochemical , massa tubuh(IMT), energi, pengeluaran fases, daya tahan tubuh/sistem imun.
5. Intervensi
Pengaturan nutrisi:

Terapi nutrisi, penasehat nutrisi dan memonitoring

Pengaturan cairan dan elektrolit

Pengobatan medis, memberi makan melalui selang(NGT), terapi intravena ,pelaksanaan


nutrisi total parenteral (Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing
Therapeutics Manual:254)
Banyak dari penatalaksanaan medis yang utama dari pengobatan . selama periode

pembusukan yang akut, usus besar harus diistirahatkan sangat penting untuk meningkatkan
angka kesembuhan. Usus diistirahatkan dapat dicapai dengan menempatkan NPO pasien dengan
pelaksanaan dari nutrisi total parenteral untuk pemenuhan kebutuhan cairan,nutrisi, dan
elektrolit. Suatu masalah yang akut akan surut dan tanda gejala mulai berkurang. Diet yang
tinggi protein , vitamin , dan calori yang sudah ditentukan. Diet pasien diharuskan seimbang, dan
tambahan suplemen berserat dari penyakit colonic: mengurangi konsumsi makanan yang kasar
biasanya mengindikasikan pasien dengan gejala obstruksi. Mengurangi sisa, bebas susu biasanya
mentoleransi makanan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth.2002. keperawatan medical bedah edisi 8 vol 2. Jakarta : EGC
Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition.blackwell science Ltd
keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a glance.Blackwell Publishing Company
Lemone,Priscilla, dan Karen Burke.2004.Medical Surgical Nursing Critical thinking in client
care third edition.USA: Pearson Education.
Mansjoer, arif dan kuspuji triyanti, dkk.2001.kapita selekta kedokteran Edisi ketiga jilid
1.jakarta.media Aesculapius.
price, and Wilson. 2006. Patofisiologi konsep penyakit klinis proses-proses penyakit.jakarta:EGC
Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics Manual third
edition.USE: F.A David Company
NANDA internasional Diagnosa Keperawatan 2012-2014.2012.Jakarta: EGC

Pathway
Luka menginflamasi Aphthoid dari mukosa dan submukosa

Distensi abdomen , dan nyeri, bising usus,


Mual dan muntah.
Demam , diare memburuk,dan malnutrisi, urinary cronis, daerah infeksi
Obstruksi
Penyempitan lumen
Diare,nyeri abdomen, demam,fatigue(kelelahan) malaise,malabsorbsi dengan penurunan berat
badan
Fistula dan pembentukan absess
Edema dinding usus dan fibrosis
Proses inflamasi transmural oleh eschar(koreng),pembentukan granuloma, dan perkembangan
fisura .
Pemulihan dan Penyembuhan

Das könnte Ihnen auch gefallen