Sie sind auf Seite 1von 76

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TnA DENGAN GANGGUAN SISTEM

KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI


DI DESA REROTBAGEK POLAK KEC. LABUAPI LOMBOK BARAT

Hari/ tanggal

: Selasa, 11 Maret 2014

Nama kelompok

: Kelompok X (Sepuluh)

Tempat

: Desa Rerot, Bagek Polak, Labuapi

Tingkat/ Semester

: 3/ VI

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama
: TnA
Umur
: 68 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Desa Rerot, Bagek Polak, Labuapi
Status
: Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Pendidikan
: Tidak Tamat SD
apat dihubungi : NyA
n kelurga
: Buruh Batu
2. RIWAYAT KESEHATAN
2.1 Keluhan Utama : Pusing
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke posyandu dengan keluhn sakit kepala sejak 3
hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny
dating sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah berobat ke
dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur,
klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh klien adalah
hipertensi.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini,
3. STATUS FISIOLOGIS
3.1 Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.
3.2 Tanda-tanda vital klien
TD
: 160/90 mmHg
N
: 87 x/menit
S : 36,7 oC

RR
: 20 x/menit
BB
: 45 kg
3.3 Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri dan
c.

tidak ada benjolan.


Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada hidung, tidak

ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.


d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi tampak
kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat
e.

mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.


Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak nyeri tekan

f.

pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran masih bagus
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena jugularis, klien

mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).


g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
i. Genetalia
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.
4. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN UNTUK LANSIA
4.1 Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk baik
kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri
klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan
mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat mengambil

sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat
membungkukkan badan.
4.2 Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat, melangkah secara
hati-hati dan perlahan, jalan tampak sempoyongan.
5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul dengan anak-anaknya
karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga mengatakan terkadang berinterakasi
dengan tetangga sekitar rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik,
emosi terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.

6. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


Katz index
No. Kegiatan

Mandiri

Bantuan
Sebagian

Bantuan
Penuh

1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Kamar Kecil
4. Berpindah Tempat
5. BAK/BAB
6. Makan/Minum
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.
7. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF
a. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Pertanyaan
Bena
r

Salah

Nomo
r
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10

JUMLAH

Benar : 6
Salah : 4

Pertanyaan

Jawaban

Tanggal berapa hari ini ?


Hari apa sekarang ?
Apa nama tempat ini ?
Dimana alamat anda ?
Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
Siapa presiden Indonesia ?
Siapa
presiden
Indonesia
sebelumnya ?
Siapa nama kecil anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun

11
Rabu
Bangsal
Bansal
65 tahun
Lupa
SBY
Tidak tau

Interpretasi :
Salah 0 3

: Fungsi intelektual utuh

Salah 4 5

: Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 8

: Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 10

: Fungsi intelektual kerusakan berat

ati
17, 14, 11, 8, 5,

Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 7 benar dan
3 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual TnA kerusakan ringan.
b. MMSE (Mini Mental Status Exam)
N
o

Aspek
Kognitif

Nilai
Klien

Kriteria

Orientasi

Nilai
maksima
l
5

Orientasi

Registrasi

Menyebutkan dengan benar :


Tahun
: 2012 (Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :11
Hari
:Rabu (Benar)
Bulan
:maret
Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang (Benar)
Panti :Wisma:Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien, menjawab :
kursi
meja
kertas

Perhatian
dan
kalkulasi

Meminta klien berhitung mulai dari


100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72

Menginga
t

Bahasa

5. 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda

tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai

30

18

Interpretasi hasil :
24 30: tidak ada gangguan kognitif
18 23: gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasilMMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini menunjukkan bahwah
TnA mengalami gangguan kognitif sedang.
8. PENGKAJIAN sTATUS mENTAL
Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien tidak pernah
berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang tinggal bersama cucu dan istrinya,
klien tidak pernah merasa gagal dalam membimbing anak-anaknya karena berhasil dalam
menjadi kepala keluarga, klien juga merasa puas dengan keadaannya yang sekarang, klien
mengatakan cepat lelh apabila melakukn aktivitas yang berlebihan.
9. PENGKAJIAN MASALAH EMOSIONAL
a. Masalah Emosional
Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur. Tetapi terkadang Klien terbangun pada
malam hari untuk kencing, Klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang
lain dan klien tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta klien
mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani oleh istri dan cucunya.

10. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


Pola kebiasaan : klien mengatakan sering merokok menghabiskan lebih dari 3 batang perhari dan
minum kopi setiap hari.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari terkadang tidak teratur dengan menhabiskan 2 porsi
makanan dengan lauk pauk seadanya, klien tidak senang makan tampa garam, klien juga
mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya tampa adanya perbedaan makanan,
klien minum 7-8 gelas per hari.
b. Pola istirahat tidur
Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien sering terbangun saat malam hari karenan ingin
kencing, klien jarang tidur siang, klien sering merenung nasib cucu-cucunya, saat waktu luang
klien biasanya bermain dengan cucu nya.
c. Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK.Klien BAB 1 kali per hari dengan
konsistensi lembek dan BAK 4-5 kali per hari lancar tanpa ada gangguan.
d. Pola aktivitas
Klien masih bisa melakukan kegiatan dapur seperti memasak, mencucui piring, klien berusaha
untuk mandiri dan tidak merepotkan anak-anaknya.
e. Personal hygiene
Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore harimenggunakan sabun,
sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan pasta gigi, biasanya mengganti pakaian 2 hari sekali.

11. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Pemukiman
Luas bangunan rumah klien 6:5, klien tinggal bersama dengan istri dan 3 orang cucu-cucunya,
bentuk rumah petak dengan jenis bangunan atap rumah menggunakan atap genteng
berdindingkan tembok, lantai semen. Kebersihan lantai kurang, ventilasi <15% luas lantai dan
teras pengap, pencahayaan kurang karena tidak ada ventilasi dan ukuran rumah yang sempit, cara
pengaturan dalam hal menata perabotan kurang dimana sepeda gayung di letakkan di ruang tamu
dan tertumpuk dengan barang-barang yang lain, alat rumah tangga tidak lengkap karena karpet
atau kursi tempat duduk tamu tidak ada.Kulkas tidak ada dan tempat gallon untuk air bersih tidak
ada dan banyak yang lainnya.
b. Sanitasi
sumber penyediaan air bersih yaitu sumur dan TnH mengatakan air yang diminum air biasa
tanpa direbus, pengelolaan jamban bersama dengan jenis jamban leher angsa dan dengan jarak <
10 meter dari sumber air, sarana pembuangan air limbah tidak lancer, bekas sampah biasanya
c.

dibuang sembarang ke kali


Fasilitas
klien tidak memelihara ternak dan tidak bekerja sebagai nelayan, anak-anaknya kebanyakan
bekerja sebagai buruh batu, tidak terdapat sarana olah raga, taman dan ruang pertemuaan.Sarana

hiburan yang ada hanyalah televisi.


d. Keamanan Dan Transportasi
Klien mengatakan dilingkungannya tidak ada alat penanggulangan kebakaran dan bencana
Sarana komunikasi yang dimiliki yaitu handphone.

B. DIAGNOSA
1. Analisa Data
NO
1.

SYMPTOM
ETIOLOGI
DS:
Arteri besar kehilangan
klien mengeluh sakit kepala
sakit kepalanya berdenyutkelenterun dan menjadi kaku
denyut
Klien mengatakan tearasa
Pembuluh darah tidak dapat
kaku di kuduknya
Klien mengatakan sakit
mengembang
kepaalanya dating sewaktuwaktu
Vasokonstriksi pembuluh darah
Klien
mengeluh
penglihatannya kabur

PROBLEM
Gangguan rasa aman
nyeri

DO:
Klien
tampak
sering
memegangi kepalanya
Lien tampak lemah
Skala nyeri 5 (0-10) sedang.
TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg
2.

DS:
Klien mengatakan kurang
tahu tentang penyakit
hipertensi.
Klien tidak tahu penyebab
hipertensi
Klien mengatakan makan
makanan yang sama dengan
keluarganya, tampa adanya
perbedaan
DO:
Klien bertanya tentang
penyakitnya.
TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg

TD

Peningkatan tekanan vaskuler


serebral

Hipertensi

Kurang informasi mengenai


penyakit dan terapi

Kurang pengetahuan

3.

DS:
Klien mengatakan tidak
senang makan tampa garam
Klien mengatakan makan
makanan yang dengan yang di
konsumsi keluarga
DO:
Klien mengatakan makan
makanan yang sama dengan
keluarganya
TTV:
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg

Gaya hidup

Resiko Kelebihan
Volume Cairan

Hipertensi
Vasokontriksi
Pembuluh darah ginjal
Penurunan aliran darah

Peningkatan aldosteron

Retensi Na
edema

4. Rumusan Diagnosa
a. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral di tandai
dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher bagian belakang terasa berat dan sakit/nyeri,
pusing dirasakan terutama saat berjalan, skla nyeri 5, Klien tampak sering memegangi
kepalanya, penglihatan kabur, TTV : TD

:60/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20

x/menit, BB: 45 kg.


b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai penyakit dan terapi di
tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensinya, klien tampak sering
bertanya tentang penyakitnya TTV : TD:60/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20 x/menit,
BB: 45 kg.
c. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No

No.D
x
1

Tujuan dan Kriteris Hasil

Intervensi Keperawatan

Setelah dilakukan kunjungan1. Kaji keadan umum klien.


rumah selama 2x60 menit
diharapkan pasien dapat

Rasional
1.

Keadan
umum
menunjukkan keadaan
klien secarautuh
dan

mengontrol nyeri atau sakit


kepala hilang atau berkurang
dengan kriteria hasil :
Klien tidak mengungkapkan
adanya nyeri atau sakit
kepala.
Klien tampak nyaman.
Tanda-tanda vital dalam
batas normal terutama
tekanan darah (TD : normal
110-130 mmHg, diastole 70-2. Kaji tingkat nyeri klien.
80 mmHg)

dengan
mengetahui
tanda-tanda
vital
terutama tekanan darah.
Untuk
menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui
tingkat nyeri klien
dengan menggunakan
pengkajian PQRST.
3. Untuk mengetahui nyeri
yang dirasakan klien
sehingga bisa ditentukan
intervensi yang tepat
selanjutnya.

3. Kaji lokasi intensitas dan skala4. Untuk menghindari


nyeri.
inssiden kecelakaan atau
terjatuhnya karena klien
pusing.
5. Mengurangi atau
menghilangkan sakit
kepala.
4. Bantu pasien dalam ambulasi 6.
Aktifitas
sesuai kebutuhan.
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan
kepala.
7.
5. Berikan tindakan non
farmakologis

yang
sakit

Analgecik
dapat
mengurangi rasa nyeri

6. Berikan penjelasan cara untuk


meminimalkan aktifitas
vasokontriksi.
7. Kolaborasi dalam pemberian
obat analgesic sesuai indikasi.
Setelah dilakukan kunjungan1. Jelaskan tentang batas tekanan 1. Memberikan dasar untuk
rumah selama 2x60 menit
darah normal, tekanan darah
pemahaman tentang
diharapkan pasien
tinggi dan efeknya.
peningkatan tekanan

mengetahui informasi tentang


hipertensi dengan kriteria
hasil :
klien mengungkapkan
pengetahuan akan hipertensi.
Melaporkan pemakaian
obat-obatan sesuai program.

darah
mengklarifikasikan
istilah medis yang sering
digunakan. Pemahaman
bahwa tekanan darah
tinggi dapat terjadi tanpa
gejala shingga
memungkinkan pasien
untuk melanjutkan
pengobatan meskipun
sudah merasa sehat.
2. Supaya klien tahu dan
memungkinkan pasien
untuk melanjutkan
pengobatan.

2. Jelaskan sifat penyakit dan


tujuan dari p0engobatan dan
prosedur.

3. Supaya klien bisa


mengontrol stress.
4. Mengurangi resiko
keracunan dan over
dosis obat dan supaya
pengobatan lancar
3. Jelaskan pentingnya
karena pasien sudah
lingkungan yang tenang, tidak
paham dan tahu
penuh dengan stress.
mengenai obat-obatan
yang diberikan.
4. Diskusikan tentang obatobatan : nama obat, dosis obat, 5. Menambah pengetahuan
waktu pemberian obat, dan
klien sehingga klien bisa
tujuan pemberian obat dan efek mencegah dan mengatasi
samping obat.
hipertensi.
6. Untuk menghindari
peningkatan tekanan
darah.
5. Berikan pendidikan kesehatan
tentang cara mencegah dan
mengatasi hipertensi.
7. Mengetahui sejauh mana
klien mengetahui dan
memahami tentang
6. Anjurkan klien untuk tidak
penyakitnya
mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

7. Evaluasi tingkat pengetahuan


klien.
Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji pola makan klien atau diet
1.
keperawatan selama 3x60
terhadap inadekuat masukan
menit di harapkan tidak
protein
terjadi kelebihan volume 2.
Dorong
klien
cairan denan criteria hasil :
untukmenurunkan
masukan
Tidak ada edema
garam
2.
BB normal
3.
Lakukan tindakan untuk
TTV dalam vbatas normal
melindungi tubuh dari ceder
Bunyi napas dan jantung
dan edema
3.
normal

Penurunan aliran ginjal


mengakibatkan
peningkatan antidiuritik
menyebabkan retensi air
dan Na.
Peningkatan kadar Na
dalam
darah
dapat
menyebabkan edema
Kulit edema, dapat
mudah cedera, dan kulit
kering
lebih
rentan
untuk rusak dan cedera.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Ja
m
1.
Selasa
11-03 14
16.00

No
Dx
1 1.

Implementasi

Respon hasil

Mengkaji keadaan umum1. Hasil keadaan umum klien


klien dan tanda-tanda vital sedang. TTV :
(Td, S, N, Rr).
TD : 160/100 mmHg, S : 36,7
C,
N : 87x/menit,
RR:20x/menit.
2. Mengkaji tingkat nyeri klien
dengan menggunakan skala2. P: Nyeri dirasakan pada kepala
PQRST.
Q: nyeri dirasakan berdenyutdenyut
R:Nyeri kepala
S : Skala nyeri sedang 5 (0-10)
T: nyeri dirasakan sewaktu waktu
3.
Klien mengatakan nyeri
dirasakan pada kepala dan leher
3. Mengkaji lokasi, intensitas, dibagian
belakang
(kaku
dan skala nyeri.
kuduk), nyeri dirasakan terusmenerus semakin berat saat
berjalan, nyeri dirasakan pada
angka 5 (skala 0-10).
4. Klien tampak memperhatikan
dan mendengarkan penjelasan
perawat
4. Memberikan penjelasan cara
untuk meminimalkan aktivitas
vasokontriksi seperti mengejan

Paraf

saat BAB, batuk panjang dan5.


membungkuk
.
5. Memberikan terapi obat sesuai
indikasi : captopril 12,5 mg
1x1.

selasa
11-03-14
16.30

2 1.

Menjelaskan
pengertian1.
hipertensi kepada pasien
2.
Menjelaskan kepada klien2.
tentang pentingnya menjaga
lingkungan yang tenang.

Selasa
11-03-14
08.00

Berdiskusi atau memberitahu3.


klien tentang obat-obatan
nama obat yang diberikan
captopril 12,5 mg diminum
1x1 setelah makan,

4.

Menjelaskan factor yang4.


memperberat
hipertensi,
seperti Menganjurkan klien
untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang tinggi garam
dan jangan meminum kopi,
the, merokok karena dapat
meningkatkan tekanan drah.

Klien tampak memperhatikan


dan tampak mengangguk dan
akan melakukan saran yang
diberikan perawat.

1.

Mengukur tanda-tanda vital


1.
TD, N, S, RR
Menimbang berat badan klien
Menanyakan keluhan klien
Mengkaji penybab sakit
2.
kepala
3.
Menganjurkan klien untuk
4.
mempertahankan tirah baring 5.
Menganjurkan klien untuk
diet rendah garam
6.

TD : 160/90 mmHg
N : 87 x/mnt
S : 36,7oC
RR : 20x/mnt
BB: 45 Kg
Klien mengeluh sakit kepala
Tekanan darah 160/90 mmHg
Klien tampak tirah baring,
tampak
mengiuti
anjuran
perawat
Klien tampak mau mendengar
anjuran perwat

2.
3.
4.

6.

1.

Klien tapak mendengar


pnjelasan perwat
Klien tampak mendengarkan
dan
memperhatikan
saat
diberikan
penjelasan
oleh
perawat, dank lien mengerti.
Klien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan oleh
perawat dank lien mengatakan
akan meminum obatnya secara
teratur.

3.

5.

2.

Obat sudah diberikan ke pasien


dan
menjelaskan
cara
penggunaan obat dan efek
samping obat, klien tampak
mengerti dengan penjelasan
perawat.

1.

Mengobservasi Tanda-tanda
1. TD : 140/90 mmHg

Jumat
14-03-14
08.30

Vital klien.
2. Memantau keadaan umum
klien
3. Memberikan klien penyuluhan
2.
tentang hipertensi
4. Menganjurkan klien untuk
3.
menghindari makan makanan
tinggi garam
4.
2.

1.
2.

3.
4.
Jumat 3.
14 -03-14
09.00

1.

N : 84x/mnt
S:36,7oCt
RR: 20x/mnt
Keadaan umum klien baik,
sudh tidak ada keluhan
Klien tampak mendengar dan
mengerti
Klien tampak mengikuti saran
dari perawat.
Klien tampak mendengarkan
perawat
Klien tampak mengerti dan
mengikuti serta berpartisipasi
dalam penyembuhannya
Klien mengatakan semenjak
sakit tidak pernah merokok dan
jarang ngopi
Klien tampak rileks dan segar
tidur 6-7 jam perhari

Memberikan
pendidikan
1.
kesehatan kepada klien
Memberikan penyuluhan
2.
tentang makanan yang harus di
konsumsi
pada
psien
hipertensi
3.
Menjelaskan kepada klien
untuk menghindari merokok
dan ngopi
4.
Menganjurkan klien untuk
istirahat yang cukup untuk
menghindari stress
1. Keadaan umum klien sedang,
Mengkaji keadaan umum TTV (TD : 140/90 mmHg, N :
klien dan mengkaji TTV (TD, 80x/menit,
N, S, RR).
S : 36,8 C,
RR : 18x/menit

2.
2. Mengkaji pola makan
3. Menimbang berat badan klien.
4. Menjelaskan pada pasien dan
keluarga tentang pembatasan3.
masukan garam
4.
5. Mengukur Tanda-tanda vital 5.
6.
Menganjurkan
kepada
keluarga
untuk
tetap
mempertahankan lingkungan
yang aman dan nyaman.

Klien makan 3xsehari dengan


lauk pauk seadanya dengan
sajian yang sama dengan
keluarganya.
BB 45 kg
Klien dan keluarga mengerti
TD 10/90 mmHg

E. EVALUASI
Hari/Tgl/jam

No
Dx

Catatan Perkembangan

Paraf

Sabtu
15-03-2014
11.00

S:
Klien mengatakan sudah tidak pusing lagi
O:
Keadaan umum klien baik
Klien tampak rileks
Tanda-tanda vital klien dalam batas normal
TTV : TD : 140/80 mmHg,
N : 84x/menit,
S : 36,5oC,
RR : 20x/menit.
A:
Masalah keperawatan gangguan nyaman nyeri
dapat teratasi
P : intervensi dihentikan
I:
Anjurkan klien untuk tetap mempertahankan
kesehatannya
Anjurkn klien untuk diet rendah garam
Anjukan klien untuk istirahat cukup
S:
klien mengatakan sudah tau apa itu hipertensi, dan
penyebab terjadinya hipertensi

O:
keadaan umum klien baik
klien tampak mengerti, menyebutkan penyebab
yang memperberat hipertensi
klien tampak mau mengikuti saran perawat
TTV dalam batas normal
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,7 oC
RR : 20x/mnt
A:
masalah keperawatan kurang pengetahuan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
I:
Kaji tingkat pengetahuan klien
Berikan penyuluhan mengenai penyakitnya
Evaluasi tingkat pengetahuan setiap selesai
member penyuluhan.

S:
Klien mengatakan makan makanan yang sama
dengan keluarganya
Klien mengatakan tidak bia makan tampa garam
O:
Keadaan umum klien baik
Tidak ada tanda-tanda edema

A:
maslah keperawatan resiko kelebihan volume
cairan dapat teratasi
P:
intervensi di hentikan
I:
anjurkan klien untuk batasi asupan cairn jika
terjadi oedema
anjurkan klien untuk membatasi konsumsi rendah
garam

askep hipertensi pada lansia

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN


HIPERTENSI PADA PASIEN LANJUT USIA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III A


1.
2.
3.
4.
5.
6.

ANITA H. SIMANUNGKALIT
BARNABAS YAPASEDANYA
MINCE REJAU
NAOMI PIGAI
ELVIANA SEWE
EDA YOSEBA BAGRE
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
TA 2013

BAB I

A. PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap
(Lilik Marifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel
kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan
berat badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan
lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.

B.
1.
2.
1)
2)

TUJUAN
Tujuan Umum: Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang

meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi


C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN / KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN

Disebut silent killer karena 1 penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari
kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau
tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat

diastolik

Jadwal kontrol

(mmHg)
Tingkat I

140-159

(mmHg)
90-99

Tingkat II

160-179

100-109

1 bulan sekali

Tingkat III

180-209

110-119

1 minggu sekali

210 atau lebih

120 atau lebuh

Dirawat RS

Tingkat IV
B. KLASIFIKASI

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):


1.

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan

2.

diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.


Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
4.

volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi


5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
2.
a.
b.
c.
d.

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi


Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)


Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,


Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obatobatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8.
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

Urinalisa

11.

EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi


G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lainlain.
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tandatanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otototot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis

obat

pertama

dinaikkan

Diganti

jenis

lain

dari

obat

pilihan

pertama

Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain

4.

Step

Re-evaluasi

Alternatif
dan

pemberian

konsultasi

obatnya

Follow

Up

Ditambah
untuk

obat

ke-3

dan

mempertahankan

ke-4
terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
5.

registrasi.
Riwayat atau adanya factor resiko
Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
Penggunaan obat yang memicu hipertensi
Aktivitas / istirahat
Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.

a.
b.
6.
a.
b.
c.
d.

Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
Nyeri atau ketidak nyamanan :
Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
Nyeri hilang timbul pada tungkai.
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :

1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro
vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori :
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
4.
a.
b.
c.
d.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.

beberapa jam).
Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi
Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat
Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri

dapat berkurang.
Intervensi :
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

2.

Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan

komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala,
misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala pada adanya

peningkatan tekanan vascular cerebral


Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat
1.

melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.


Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit
diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas
( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau
nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress,
aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat
mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
D.
1.
2.
3.

membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


EVALUASI
Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.

DAFTAR PUSRAKA

1. Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta


2. Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
3. Marifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2. Tujuan

1.3. Manfaat

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi

2.2. Etiologi

2.3. Gejala Klinis Penderita Hipertensi.......................................................................


2.4. Diagnosis

2.5. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi....................................................................


2.6. Pencegahan
2.8. WOC

....................................................................................................8

2.7. Klasifikasi Hipertensi...........................................................................................


BAB III

9
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1. Pengkajian

....................................................................................................10

3.2. Analisa Data

....................................................................................................15

3.3. Prioritas Masalah.................................................................................................

16

3.4. Masalah Keperawatan..........................................................................................

17

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan Hipertensi...........................................................

18

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan ......................................................................................................27


4.2. Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi
dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer
yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder
dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki
kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas.
Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun
tentang pengobatannya.
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi.
Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan
tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang
memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut :
pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring
130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan

darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau
lebih dinyatakan hipertensi (Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit hipertensi pada
lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Gerontik pada Klien Hipertensi.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a.
b.

Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.


Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit hipertensi yang meliputi
pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi.

1.3. Manfaat
1.

Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan


pada pasien dengan hipertensi.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Definisi
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg,
atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer,
2001).
Menurut Tom Smith (1991), hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari tekanan sistolik standar
dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal adalah refleksi dari kardiak out put atau denyut
jantung dan resistensi puerperal.
Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah,
hipertensi, berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-duanya
secara terus menerus.

Etiologi
Sekitar 90-95% penyakit hipertensi belum dapat diketahui penyebabnya atau biasa
disebut dengan hipertensi primer atau hipertensi esensial. Diperkirakan bahwa pakar-pakar

keturunan hormonal, metabolik, emosi dan kebiasaan diet menjadi pemicu terjadinya hipertensi
esensial. Sedangkan 5-10% hipertensi diketahui penyebabnya yang disebut hipertensi sekunder.
Penyebab hipertensi sekunder : hormonal, kelainan pada ginjal, kelainan intracranial dan
Koartasio aorta.

Gejala Klinis Penderita Hipertensi


Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa :
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Mudah marah (emosi meningkat)
4. Susah tidur
5. Rasa berat di tengkuk
6. Mudah lelah
7. Mata berkunang-kunang
8. Telinga berdengung

Diagnosis
Untuk menentukan derajat hipertensi tidaklah membutuhkan alat-alat canggih, namun
cukup dengan menggunakan sphygmomanometer air rasa yang sederhana saja, digunakan
dengan baik yaitu sesuai dengan pedoman pengukuran tekanan darah.
Untuk menentukan ukuran dalam, menentukan hipertensi setepat mungkin, CUFF
sphygmomanometer bersih dan tidak buram atau tidak miring. Batasan yang diterapkan di

Indonesia untuk menilai hipertensi adalah sesuai dengan menggunakan standar WHO seperti
lazimnya penyakit lain diagnosa hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan
jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Selain itu data mengenai
penyakit yang diderita dan faktor risiko penyakit hipertensi.

Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi


1. Faktor genetik
Terbukti bahwa faktor ini merupakan faktor predisposisi bagi individu untuk menderita
hipertensi.
2. Karakteristik
Faktor-faktor yang terdapat pada individu yang terpenting untuk terjadinya hipertensi adalah
umur, jenis kelamin dan ras.

3. Stress
Peranan stress dalam menimbulkan hipertensi sukar dinilai, sudah lama diketahui bahwa stress
akut dapat meningkatkan darah untuk sementara, stress merupakan sesuatu yang sering
dihubungkan dengan kegiatan.
4. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan atau kenaikan berat badan di atas beberapa standar yang
ditetapkan, biasanya didefinisikan dalam hubungan tinggi badan.
5. Merokok

Dalam kasus hipertensi seorang perokok mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan orang
yang tidak merokok.
6. Garam
Penyakit hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal.
7. Konsumsi alkohol
Perlu diperhatikan oleh penderita penyakit kardiovaskuler adalah konsumsi alkohol, karena
adanya bukti yang saling tolak belakang antara keuntungan dan risiko minum.
8. Olahraga
Kurangnya olahraga atau aktivitas fisik adalah kontribusi utama pada obesitas, diabetes dan
hipertensi.

Pencegahan
Hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan antara
lain :
Diet rendah lemak
Diet rendah garam
Hindari makan daging kambing, durian, minuman beralkohol
Melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol
Jauhi merokok
Berhenti minum kopi
Turunkan berat badan ke arah yang ideal
Hindari stress

Hindari penyerta seperti DM, kolesterol tinggi.

Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

< 140

< 90

140-160

90-95

Hipertensi sedang dan berat

> 180

> 105

Hipertensi terisolasi

> 140

< 90

Normal tensi
Hipertensi borderline

Emos

Merangsang si

simpat

Gaya id

Sex : Wanita Genetik

Perubahan membranpembuluh darah

Umur>50tahun
WOC

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama

: Tn. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 65 Tahun

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Menikah

Pendidikan terakhir

: SD tidak tamat

Pekerjaan

: Tani

Alamat Panti

: Panti Sosial Tresna Werdha Bengkulu

2. Alasan Masuk Panti


Tuan A masuk ke panti sekitar 2 bulan yang lalu, hal ini disebabkan rumah klien dikontrakkan
dengan orang lain. Anak klien pergi meninggalkan klien sebelum klien masuk panti.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tn. A mengatakan sudah menderita hipertensi sejak satu tahun yang lalu, tetapi selama ini Tn. A
tidak rutin berobat karena tidak punya uang, hanya sesekali minum jamu yang dibeli di pasar.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian, Tn. A sering sakit kepala, terutama pada bagian tengkuk, biasanya terjadi
pada saat mengubah posisi dari duduk menjadi berdiri, mata berkunang-kunang, telinga
berdengung, susah tidur dan mudah lelah.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. A mengatakan keluarganya ada yang mengalami sakit yang sama seperti dialami klien yaitu
orang tuanya, tetapi sekarang sudah meninggal.
6. Kebiasaan Sehari-hari
a.

Nutrisi

1) Makan
Frekuensi makan
Nafsu

makan

makanan

: 3 x sehari
: Berkurang, klien bisa menghabiskan porsi
: Nasi + lauk pauk
Makanan yang tidak disukai : pantangan : makanan bermnyak

(goreng-gorengan) dan sayuran.


Kebiasaan sebelum makan : merokok dan
minum kopi
2) Minum
Frekuensi minum

: Bila haus
Banyaknya : 7-8 gelas/hari

b. Pola eliminasi
1) BAK

Air putih, kopi

Frekuensi
Warna
:

: 3-5 x / hari (melihat situasi)


: Kuning
Khas

2) BAB
Frekuensi

: 1-2 x / hari

Konsistensi

: Encer

Warna

: Kuning kecoklatan

Khas

Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada keluhan


c.

Pola Tidur dan Istirahat


Setelah masuk panti, pola tidur klien tidak teratur yaitu 3-5 jam/hari.

d. Kebiasaan klien di rumah


Merokok
Minuman keras

: Ya (2 bungkus perhari)
: Kadang-kadang

Ketergantungan obat : Kebiasaan konsumsi anti sakit kepala.


7. Hubungan Sosial
a.

Hubungan antar keluarga


Tn. A sering dikunjungi keluarga setiap 1 minggu sekali.

b. Hubungan dengan orang lain


Tn. A termasuk orang yang ramah, mudah bergaul dengan penghuni panti yang lain maupun
dengan pegawai dan pengasuh panti.

8. Pemeriksaan Fisik
a.

Keadaan umum : Composmentis

b. TTV :

c.

TD

: 170/90 mmHg

Nadi

: 88 x / menit

RR

: 24 x / menit

Suhu

: 37,5oC

Kepala
Bentuk : tidak bulat, tidak ada benjolan, keadaan rambut bersih, tidak ada ketombe, rambut
rontok, rambut putih, keluhan sering sakit kepala.

d. Mata
Bentuk : simetris ka/ki, konjungtiva tidak anemis, reflek pupil (+) positif, sklera tidak ikterik,
penglihatan klien sedikit kabur.
e.

Hidung
Bentuk simetris ka/ki, tidak ada sekret, tidak ada kelainan seperti polip, kebersihan hidung
bersih, tidak ada peradangan maupun perdarahan.

f.

Mulut
Kebersihan mulut baik, tidak ada caries, gigi tidak lengkap, tidak ada gangguan menelan,
mukosa basah.

g. Telinga
Bentuk simetris ka/ki, tidak ada serumen, sedikit tuli pada sistem pendengaran.
h. Tonsil
Tidak ada pembengkakan

i.

Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.

j.

Dada

1) Paru
I

dada simetris, retardasi dinding dada tidak ada dan tidak menggunakan otot

bantu pernapasan, RR : 24 x / menit


P

Premitus ka/ki

Sonor

Vesikuler

2) Jantung
I

Iktus cordis tidak terlihat

IC teraba (1 jari medial LMCS RIC kes/6)

Batas jantung jelas, atas region intercosta II


Kiri : 1 jari medial LMCS RIC kes
Kanan : linea sternalis dekstra

Aritmia

k. Abdomen
I

Bentuk simetris, asites (-)

Tidak ada pembesaran hepar/limfa, tidak ada pelebaran vena pada abdomen

Tympani

Bising usus (10 x / menit)

l.

Ekstremitas

Atas

Bentuk simetris ka/ki, fungsi pergerakan baik dan tidak ada keluhan, edema

(-)
Bawah

Bentuk simetris ka/ki, tidak ada bengkak dan gangguan pada bagian sendi

lutut.

3.2. Analisa Data


N
o
1

Data
DS :

Masalah Keperawatan
Gangguan

rasa

nyaman

Klien mengatakan sering sakit kepala

nyeri akut kepala pada Tn.

Klien mengatakan tengkuknya terasa sakit

Klien mengatakan sering pusing


DO :
Klien terlihat memegang kepala
Klien tampak meringis
Klien tampak teringat menahan sakit
Skala nyeri : 5-7
TTV :
TD : 170/100 mmHg
RR : 24 x / menit
N : 88 x / menit
2

Suhu : 37,5oC
DS :
Klien mengatakan mudah lelah
Klien mengatakan jika bangun dari tidur
terasa kesemutan (pegal-pegal)
DO :
Klien kelihatan lesu
Klien kelihatan banyak diam

Intoleransi aktivitas pada


Tn. A

3.3. Prioritas Masalah


1.

Gangguan rasa nyaman nyeri akut kepala pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan
klien merawat dirinya dengan masalah hipertensi.
No
Kriteria
1 Sifat masalah
2

2.

skala : aktual
Kemungkinan

Skor
3/3 x 1 = 1

Pembenaran
Masalah bersifat aktual karena

x2=1

Tn. A mengalami nyeri kepala.


Adanya keinginan sebagian

masalah dapat diatasi

klien untuk merubah nyeri akut

skala : sebagian
Potensial
masalah 2/3 x 1 = 2/3

kepala
Masalah

untuk dicegah

sudah berlangsung lama

skala : cukup
Menonjol
masalah 2/2 x 1 = 1

Klien mengatakan ada masalah

sudah

terjadi

dan

harus segera ditangani


Total Skor
3 2/3
Intoleransi aktivitas pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan klien merawat dirinya
dengan masalah kelemahan
No
Kriteria
1 Sifat masalah

Skor
3/3 x 1 = 1

skala : aktual
2

Kemungkinan

Pembenaran
Masalah bersifat aktual karena
Tn. A mengalami intoleransi

x2=1

aktivitas.
Adanya keinginan

masalah dapat diatasi

klien

skala : sebagian
Potensial
masalah 1/3 x 1 = 1/3

gangguan aktivitas
Masalah sudah terjadi

untuk dicegah

sudah berlangsung lama

skala : rendah
Menonjol
masalah 2/2 x 1 = 1

Klien mengatakan ada masalah

harus segera ditangani


Total Skor

3 1/3

untuk

sebagian
menambah
dan

3.4. Masalah Keperawatan


1.

Gangguan rasa nyaman nyeri akut kepala pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan
klien merawat dirinya dengan masalah hipertensi.

2.

Intoleransi aktivitas pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan klien merawat dirinya
dengan masalah kelemahan

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan Hipertensi


No

Diagnosa

Gangguan rasa nyaman


nyeri akut kepala pada Tn.
A berhubungan dengan
ketidakmampuan
klien
merawat dirinya dengan
masalah hipertensi

Tujuan
Tupan
Selama perawatan 3 x 24
jam, diharapkan nyeri akut
pada
Tn.
A
berkurang/hilang
1.

Kriteria
Tupen
Setelah perawatan 1
x
45
menit
diharapkan
klien
mampu :
Respon verbal
Mengenal masalah
hipertensi
Menyebutkan
definisi
dari
hipertensi

(Klien d
pengertian
bahasanya
Hipertensi
dimana s
peningkat
atas norma

Respon verbal

1.
Menyebutkan
2.
penyebab hipertensi
3.
4.
Respon verbal5.

Menyebutkan tanda
dan gejala hipertensi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

(Klien d
penyebab
Penyebab
Keturun
Hormon
Metabol
Emosi
Kebiasa

(Klien d
tanda dan
Tanda da
adalah :
Sakit k
Pusing
Mudah
Sukar
Rasa b
Mudah
Mata b

2.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit
diharapkan
klien
mampu mengambil
keputusan yang tepat Respon verbal Klien d
untuk merawat klien
akibat la
dengan
pada Tn. A
Mengetahui akibat
1.
Stroke
lanjut dari hipertensi
2.
Gagal
3.
Jantun

Respon verbal

Klien m
merawat
penyakit h
Memutuskan untuk

merawat
dengan
hipertensi

3.

klien
penyakit

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit
pertemuan
diharapkan
klien
mampu
merawat Respon verbal Klien dap
dirinya
sendiri
merawat p
dengan
penyakit
1.
Diet re
hipertensi
2.
Diet re
Menyebutkan cara
3.
Hind
menanggulangi
kambing,
penyakit hipertensi
4.
Melak
5.
Hindar
6.
Berhen

4.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit,
diharapkan
klien
mampu
memodifikasi
Respon verbal Lingkunga
lingkungan
untuk dan afektif
untuk klie
dirinya
dengan
1.
Lingku
hipertensi
2.
Lingku
Mempertahankan
3.
Lingku
lingkungan
yang
kondusif

5.

Setelah dilakukan
intervensi 1 x 45
menit
pertemuan
diharapkan
klien
mampu
Respon verbal

Yankes y

menggunakan
yankes
Menjelaskan yankes,
manfaat dan jadwal.

antara lain
Klinik pa
Senin jam
Manfaat d
Menc
kembali k
selama i
komplikas
Tempat k
Tempat m
Jadwal ya
Puskesm
senin-sabt
Wib
RS setiap
Praktek
16.00-21.0

Psiko motor

Mengunjungi yankes

Intoleransi aktivitas pada


Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan
klien
merawat dirinya dengan
masalah kelemahan

Klien dapa
1.
Kartu b
2.
Obat-o

Selama perawatan 3 x 24 Setelah


dilakukan
jam, diharapkan intoleransi intervensi 1 x 45
aktivitas
dapat menit,
diharapkan
berkurang/hilang
klien mampu :
1. Mengenal masalah Respon verbal

(Klien

kelemahan
Menyebutkan
definisi kelemahan

pengertian
bahasanya
Kelemaha
keadaan k
secara
pada sese
atau men
sehari-har
Respon verbal

Klien ma
dari 3 pen
1. Penurun
keletal.
2. Perubaha
3. Nyeri

Menyebutkan
penyebab
dari
kelemahan

Respon verbal

Menyebutkan tanda
dan
gejala
kelemahan

1.
2.
3.
4.

Klien dap
dan geja
dengan ba
dengan ba
Kaki t
pegal-peg
Bangu
segar
Pola m
Pol
terganggu

2.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit
diharapkan
klien
mampu mengambil
keputusan yang tepat Respon verbal
untuk merawat klien
dengan :
Mengetahui akibat
lanjut dari kelemahan

Klien m
akibat lan
yaitu tid
aktivitas
harus den
lain.

Respon verbal
Klien

merawat
kelemahan

Memutuskan untuk
merawat
klien
dengan kelemahan

3.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit,
pertemuan
diharapkan
klien Respon verbal
mampu
merawat
dirinya
sendiri
1.
dengan kelemahan.
Menyebutkan cara
menanggulangi
2.
kelemahan.

Klien dap
merawat d
Mak
tinggi pro
rendah gar
Men
dengan
sering
3.
Tidak b

4.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit,
diharapkan
klien
mampu
memodifikasi
Respon verbal Lingkunga
lingkungan
untuk
untuk klie
dirinya
dengan
1.
Lingku
kelemahan.
2.
Lingku
Mempertahankan
3.
Lingku
lingkungan
yang
kondusif.

5.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1 x 45 menit,
diharapkan
klien Respon verbal
mampu

Yankes y
antara lain

menggunakan yankes
Menjelaskan yankes,
manfaat dan jadwal.

Psiko motor

Mengunjungi
yankes

Klinik pa
Senin jam
Manfaat d
Menc
kembali k
selama i
komplikas
Tempat k
Tempat m
Jadwal ya
Puskesm
senin-sabt
Wib
RS setiap
Praktek
16.00-21.0

Klien dapa
1. Kartu be
2. Obat-ob

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi.
Penyebab hipertensi adalah :
1. Keturunan
2. Hormonal
3. Metabolik
4. Emosi
5. Kebiasaan diet.
Adapun tanda dan gejala hipertensi adalah :
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Mudah marah
4. Rasa berat di tengkuk
5. Mudah lelah
6. Mata berkunang-kunang
Akibat lanjut dari hipertensi adalah :
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Jantung koroner.

4.2. Saran

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi :


1. Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan
2. Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan
3. Klien diberi pengertian tentang penyakit yang dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius,
Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Hall dan Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doenges. E. Marilynn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


Posted by nurse87 on 17 Juni 2009
Posted in: Keperawatan. Tagged: Keperawatan Gerontik. 21 Komentar

PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan
pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )


Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
Vascular
Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolestrol
Vaskulitis
Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obat obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan


hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter
Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25
menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik
5 x perminggu
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF

HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-

masalah yang mungkin terjadi


Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak

otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )


Peningkatan pola bicara
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optic
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen
Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )


Sianosis
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcohol
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Catat edema umum
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat
tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),


bendroflumentiazid ( Naturetin )
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex
)
Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ),
amilioride ( midamor )
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol
( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin
( catapres )
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium
( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin
( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz
( wytension ), metildopa ( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid
( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor
( captopril, captoten )
Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan
distraksi
Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium )

Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
Pertahankan tirah baring
Tinggikan kepala tempat tidur
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Amati adanya hipotensi mendadak
Ukur masukan dan pengeluaran
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari
Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Instruksikan pasien tentang penghematan energy
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
Monitor adanya diaforesis, pusing
Observasi TTV tiap 4 jam
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan :

Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 8 jam per hari
Tampak dapat istirahat dengan cukup
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
Evaluasi tingkat stress
Monitor keluhan nyeri kepala
Lengkapi jadwal tidur secara teratur
Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
Lakukan masase punggung
Putarkan musik yang lembut
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya
Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien
Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
Jam
Kriteria hasil :
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ekspresi wajah rilek
TTV dalam batas normal

Intervensi :
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,
penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
Observasi TTV tiap 4 jam
Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Berikan support mental pada klien
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan
selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping
atau efek toksik
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,
pusing, pingsan, mual dan muntah.
Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

Das könnte Ihnen auch gefallen