Sie sind auf Seite 1von 4

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
Keadaan umum : berat badan berubah dan kelelahan, sakit kepala.
Intake dan output : status nutrisi, lingkar perut, oliguri, proteinnuria, anorexia,
mual.
Cardiovaskuler : pitting odem.
Aktivitas : Fatique dan kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. Perubahan perfusi jaringan renal b.d perubahan sel glomerulus yang
menyebabkan proteinuria yang ditandai dengan :
DS :
DO : urine berbusa, proteinuria, penurunan serum protein, albumin dan kalsium.
2. Kelebihan volume cairan tubuh b.d menurunnya tekanan osmotic yang
disebabkan oleh proteinuria, dan inadekuatnya pergantian protein dalam hati
yang ditandai dengan :
DS : dyspnea
DO : peningkatan berat badan, intake lebih dari output, tekanan darah dan nadi
normal atau sedikit meningkat, distensi vena jugularis.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d proteiuria, anorexia, mual dan
muantah yang ditandai dengan :
DS : lemah, anorexia, mual dan muntah
DO : pasien menolak makan, proteinuria
4. Protensial infeksi b.d perubahan proses imun akibat penurunan serum protein
atau obat imunosupresi yang ditandai dengan :
DS : DO : tanda dan gejala infeksi pada pada saluran urinari
5. Protensial kerusakan integritas kulit b.d udem yang ditandai dengan :
DS : pasien mengeluh tidak nyaman pada area udem
DO : udem
6. Potensial kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik yang ditandai dengan :
DS : pasien mengeluh lemah
DO : pasien bedrest
Potensial gangguan body image b.d udem yang ditandai dengan :
DS : pasien mengeluh adanya perubahan penampilan
DO : adanya udem.
3. Perencanaan.
Diagnosa 1.
Goal : Pasien akan mempertahankan perfusi ke jaringan ginjal yangnormal
selama dalam perwatan
Objektif : Dalam waktu 2x 24 jam, busa di urine berkurang, serum
protein,albumin dan kalsium meningkat.
Diagnosa 2.
Goal : Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang normal selama
dalam perawatan

Objektif :
dalam waktu 30 menit, klien tidak mengalami dyspnea
Dalam waktu 24 jam, klien tidak mengalami peningkatan BB, intake tidak
berlebihan, TD dan N normal, tidak terjadi peningkatan JVP.
Diagnosa 3.
Goal : Klien akan meningkatkan nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan
Objektif :
Dalam waktu 24 jam klien tidak mengeluh mual/muntah
Dalam waktu 2 x 24 jam serum protein dalam urine berkurang/tidak ada.
Diagnosa 4.
Goal : Klien tidak akan mengalami infeksi selama dalam perawatan.
Objektif : Dalam waktu 12 jam, tidak terdapat tanda- tanda ISK.
Diagnosa 5.
Goal : Klien akan mempertahankan integritas kulit yang normal selama dalam
perawatan.
Objektif : Dalam waktu 24 jam, udem berkurang/ tidak ada.
Diagnosa 6.
Goal : Klien akan meningkatkan perawatan diri selama dalam perawatan
Objektif : Dalam waktu 48 jam klien dapat membersihkan diri dengan dibantu
oleh perawat atau keluarga.
Diagnosa 7.
Goal : Klien akan menerima gambaran tubuhnya.
Objektif : Klien tidak lagi mengeluh tentang penampilannya.
4. Intervensi.
Diagnosa 1.
Intervensi dan rasional :
Kaji tekanan darah, nadi dan RR tiap 6 8 jam, kaji punggung, abdomen serta
ekstremitas terhadap asites, udem anasarka dan periorbital.
R/ Mengidentifikasi hipervolume.
Monitor serum protein, albumin, kalsium dan hematokrit.
R/ Membantu menentukan pergantian yang dibutuhkan, penurunan serum
protein berarti penurunan kalsium dan protein.
Monitor urine.
R/ Mengidentifikasi proteinuria.
Monitor sodium, patasium dan seru pH.
R/ Peningkatan dapat diturunkan dengan terapi diuretic.
Monitor BUN dan serum kreatinin.
R/ Memonitor fungsi renal.
Berikan imunosupresi sesuai instruksi.
R/ Menurunkan ekresi protein dan monitor respon obat untuk menentukan
evektivitas agen dan dosis.
Diagnosa 2.
Intervensi dan rasional :

Monitor berat badan tiap hari, intake dan output tiap 24 jam, kaji tekanan
darah, nadi, RR tiap 6 8 jam, monitor udem, distensi vena jugularis (kalau perlu
CVP), tekanan arteri paru, monitor data lab, urine, protein, serum albumin,
kalsium dan hematokrit.
R/ Mengetahui perubahan status cairan, hipertensi ibituhkan
Monitor serum sodium, patosium, klorida dan pH
R/ Sodium, patosium, klorida dan pH dapat menurun karena terapi diuretiuk
Berikan obat ibituhk dan albumin sesuai instruksi
R/ Untuk mengoreksi imbalance cairan, monitor efek samping obat seperti
hipokalemia.
Batasi intake cairan.
R/ Penting untuk hiponatremia, udem massif, asites, distress respiratory dan
ufesi pleura.
Diagnosa 3.
Intervensi dan rasional :
Kaji intake nutrisi pasien.
R/ Mengukur keadekuatan makan.
Monitor berat badan pasien.
R/ Mengetahui perubahan berat badan akibat ketidakseimbangan cairan atau
inadekuatnya intake kalori dan penurunan masa otot.
Monitor data lab : serum protein, lipid, potassium dan kalsium.
R/ Mengetahui keadekuatan intake protein.
Atur intake makanan sesuai ketentuan.
R/ Meningkatkan sintensis protein dan mencegah keseimbangan nitrogen negatif.
Berikan suplemen protein sesuai instruksi.
R/ Memenuhi intake yang ibituhkan.
Diagnosa 4.
Intervensi dan rasional :
Kaji kulit pada area udem, beri perawatan yang cermat (pada lipatan paha,
persediaan yang menonjol, punggung dan daerah genitalia).
R/ Area tersebut mudah terkena injury.
Tinggikan area udem terutama genitalia dan ekstremitas.
R/ Mencegah infeksi.
Diagnosa 5.
Intervensi dan rasional :
Kaji kemampuan merawat diri, anjurkan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
R/ Mencegah efek samping yang tidak diharapkan.
Diagnosa 6.
Intervensi dan rasional :
Jelaskan ke pasien tentang alopsia dan efek lain dari obat.
R/ Efek samping obat yang temporer dan udem yang kambuh dapat
menyebabkan perubahan penampilan.
Kaji perubahan penampilan.
R/ Sebagai intervensi awal dapat mencegah stress pada pasien.

5. Evaluasi.
1. Funsi glamerulus normal : serum albumin, lipid dan komponen urine normal.
2. Balance cairan normal, volume urine normal dan intake seimbang.
3. Status nutrisi normal, tidak ada pembatas makanan dan minuman.
4. Pasien bebas dari infeksi, tidak ada tanda dan gejala infeksi.
5. Kulit pasien utuh.
6. Pasien dapat melakukan perawatan diri.
7. Tidak ada masalah dengan penampilan.
6. Pendidikan Kesehatan.
1. Jelaskan tentang nefrotik syndrom, tanda dan gejala, patofisiologi.
2. Jelaskan tentang petunjuk diet dan pengobatan yang dianjurkan, dan ajarkan
self - care seperti monitoring tekanan darah dan pengumpulan specimen urine.
3. Jelaskan komlikasi dari nefrotik syndrom dan bagaimana cara untuk
mencegahnya.
4. Jelaskan tentang kemungkinan kambuh kembali dan follow up care untuk
monitoring perubahan fungsi renal.
5. Jelaskan kemungkinan dilakukan dialysis berat badan transplasi ginjal pada
saat yang akan dating, jelaskan nama obat, dosis, kegiatan dan efek samping
obat.
6. Ajarkan pasien untuk mengkaji perubahan tubuh seperti peningkatan berat
badan dan udem.
7. Ajarkan pasien kapan harus ke dokter untuk mengontrol bila ada kondisi
seperti udem, sesak napas, pusing, sakit kepala dan infeksi.
PENUTUP
Kesimpulan
Nefrotik syndrome merupakn kumplan gejala yang ditimbulkan akiba adanya
kerusakan pada nefron.gejala yang dapat kita temukan pada pasien dengan
nefrotik syndrome adalah proteinuria, hipoalbuminemia,hiperlipidemia yang juga
menyebabkan pasien mengalami udema.
Pasien dengan NS ini dianjurkan untuk meningkatkan intake protein yang
bertujuan untuk menggantikan protein yang telah hilang bersama
urine.Pemberian obat diuretic juga dapat dilakukan untuk mengurangi udem
pada tubuh pasien.
RUJUKAN
Brundage,D,J, 1992, Renal Disorder, Mosby Year Book, St. Louis.
WongsC Whaley, 1991, Nursing Care in Children And Infants, Mosby Year Book
St. Louis.
Pearce Evelyn,2002, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Pt. Gramedia, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen