Sie sind auf Seite 1von 16

Fraktur - Trauma

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Tulang dan otot merupakan jaringan yang paling banyak mengisi tubuh
manusia. Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang
tubuh dan bagian-bagiannya. Karena fungsi untuk menopang tulang
mempunyai struktur yang kaku. Otot berfungsi untuk menggerakkan bagianbagian tubuh. Ada yang untuk menggerakkan tulang dan sendi ada yang untuk
menggerakkan organ tubuh dan ada yang khusus untuk memompa darah di
jantung.
Otot (muscle) jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Rangka (skeletal) bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari
segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan
dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas
kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan kita
harus waspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan
trauma organ organ lain.
Trauma trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja,
cedera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya
kecelakaan agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang
dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak
disekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai struktur
neurovaskuler atau organ organ penting lainnya.
Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, trauma
secara langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di

System Muskuloskeletal

Page 1

Fraktur - Trauma
tempat itu sedangkan trauma tidak langsung terjadi bilamana titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

B. Rumusan Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana definisi fraktur dan penyebab terjadinya fraktur?


Bagaimana klasifikasi fraktur?
Bagaimana manifestasi klinis dan gambaran klinis jika terjadi fraktur?
Bagaimana komplikasi yang terjadi jika terjadi fraktur?
Bagaimana cara diagnosis fraktur?
Bagaimana cara penatalaksanaan fraktur?

C. Tujuan Permasalahan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan penyebab terjadinya fraktur.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi fraktur.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis dan gambaran klinis jika
terjadi fraktur.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi yang terjadi jika terjadi fraktur.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan cara diagnosis fraktur.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penatalaksanaan fraktur.

D.Manfaat Permasalahan
Dalam skenario 1 dalam blok sistem muskuloskeletal menjelaskan
tentang terjadinya fraktur beserta resiko klinis untuk diambil mamfaat yaitu :
1. Mengetahui tentang definisi serta klasifikasi fraktur.
2. Mengetahui tentang manifestasi klinis, gambaran klinis fraktur beserta
komplikasi klinis.
3. Mengetahui tentang cara diagnosis fraktur.
4. Mengetahui cara penatalaksanaan.

System Muskuloskeletal

Page 2

Fraktur - Trauma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang / kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya akibat trauma. (Dorland,dkk.2002). Patahan tersebut mungkin
tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya
patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang
menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit
diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup atau sederhana (close), sedangkan
bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
ini disebut fraktur terbuka (open/compound). (Mansjoer A,dkk.2000)

Penyebab jika terjadi fraktur antara lain :


1. Trauma :
a. Langsung (kecelakaan lalulintas)
b. Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga
terjadi fraktur tulang belakang )
2. Patologis : metastase dari tulang
3. Degenerasi : usia tua.
4. Spontan : terjadi tarikan otot yang sangat kuat. (Mansjoer A. 2000)

Epidemiologi
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam
pengolahan komputer, telah dikembangkan oleh. Angka pertama menunjukkan
tulang yaitu :

1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :
1.

Proksimal

System Muskuloskeletal

Page 3

Fraktur - Trauma
2.

Diafiseal

3.

Distal

4.

Maleolar

(Anonim. 1997)

Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat adanya :
1. Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena;
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di
tempat fraktur mungkin tidak ada.
Kekuatan dapat berupa :
a. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
b. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang
c. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang
tetapi disertai fragmen kupu kupu berbentuk segitiga yang terpisah
d. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan
fraktur obliq pendek
e. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar benar menarik tulang sampai
terpisah
2. Tekanan yang berulang ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain,
akibat tekanan berulang ulang.
3. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

System Muskuloskeletal

Page 4

Fraktur - Trauma
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit paget )

(Harrelson J.M. 1994)

Klasifikasi
1. Menurut jumlah garis fraktur :
a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)

b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)


c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
2. Menurut luas garis fraktur :
a. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)

3. Menurut bentuk fragmen :


a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
d. Fraktur kompresi
e. Fraktur avulse (trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya)

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :


System Muskuloskeletal

Page 5

Fraktur - Trauma
a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit,
kontaminasi ringan, luka < 1 cm.

2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka > 1 cm.
3) Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.

b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)


(Jergesen F. H. 1995)

Manifestasi klinis
Fraktur mempunyai tanda klasik saat terjadi yaitu :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas

dapat

disebabkan

pergeseran

fragmen

pada

ekstremitas.

Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas


normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cedera.
Gambaran klinis yang dapat terjadi :
1. Riwayat
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan
menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat
yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur,
batang femur, pattela, ataupun acetabulum. Umur pasien dan mekanisme
cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan curigailah
lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering

System Muskuloskeletal

Page 6

Fraktur - Trauma
ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan
lunak, deformitas jauh lebih mendukung.
2. Tanda tanda umum :
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk
mencari bukti ada tidaknya
a. Syok atau perdarahan
b. Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis atau visera
c. Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget)
3. Tanda tanda lokal
a. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
b. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan
c. Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi
sendi dibagian distal cedera.

(Apley, A G, 1995)

Komplikasi
Dalam kejadian fraktur, dari manifestasi klinis juga bisa terjadi komplikasi
yaitu :
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non - union, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.

System Muskuloskeletal

Page 7

Fraktur - Trauma
5. Shock

terjadi

karena

kehilangan

banyak

darah

dan

meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini


biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau
trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin
karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

(Jergesen F. H. 1995)

Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah
lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala
lain.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
a. Syok, anemia atau perdarahan
b. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
c. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
3. Pemeriksaan lokal

System Muskuloskeletal

Page 8

Fraktur - Trauma
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Move
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan
lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.

(Mansjoer A. 2000)

Penatalaksaan
1. Tujuan pengobatan fraktur
a. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi
anatomi.
b. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen
fragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.

1) Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling


tulang.

2) Pemasangan

gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di

sekitar tulang yang patah.

3) Penarikan

(traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah

anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan,


tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang
pinggul.
c. Penyambungan fraktur (union)
d. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)
2. Proses penyembuhan tulang :
a. Stadium Satu - Pembentukan Hematoma; Pembuluh darah robek dan
terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
b. Stadium Dua - Proliferasi Seluler; Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.

System Muskuloskeletal

Page 9

Fraktur - Trauma
c. Stadium Tiga - Pembentukan Kallus; Selsel yang berkembang memiliki
potensi

yang

kondrogenik

dan

osteogenik

(bersifat

menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel


itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.
d. Stadium Empat - Konsolidasi; Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.
e. Stadium Lima - Remodelling; Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset
tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini
dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terusmenerus.

(Sherwood,L, 2001)

System Muskuloskeletal

Page 10

Fraktur - Trauma

BAB III
PEMBAHASAN
Skenario 1 blok muskuloskeletal ini membahas tentang terjadinya fraktur
pada regio femuris. Dimana bentuk patahannya

spiral yaitu bentuk fragmen

spiral.
Pak bone mengalami fraktur pada tulang femur karena adanya trauma saat
melompat dan jatuh terpuntir. Mekanismenya yaitu saat pak bone melompat dan
jatuh tulang tidak kuat menahan beban dari tekanan tersebut, ditambah adanya
putaran sehingga tulang dan otot melintir dan adanya tekanan yang keras
mengakibatkan tulang patah di tambah dengan tarikan otot yang cukup kencang.
Sehingga jenis patahan yang terjadi adalah bentuk spiral, dan oleh karena adanya
tarikan otot pada tulang yang patah tersebut pada akhirnya tulang tertarik ke
posterior dan akhirnya keluar dari jalurnya. Pada pemeriksaan true length dan
appearance length didapati pemendekan ukuran, yang didasarkan pada ukuran
kaki normal (tidak mengalami fraktur). Dan pada pemeriksaan fisik jenis patah
yang dialami pak bone termasuk tertutup karena tidak di dapati suatu robekan
pada kulit atau luka yang terbuka.
Fraktur tulang ini dapat mengakibatkan robeknya pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan perdarahan pada lokasi di sekitar fraktur atau dapat
menekan pembuluh darah yang berada pada sekitar fraktur dan akhirnya terjadi
sumbatan pembuluh darah. Tetepi dalam khasus pak bone ini di diagnosis adanya
robekan pada pembuluh darah arteri/vena femoralis yang mengakibatkan
perdarahan yang tertutup. Perdarahan yang terjadi bila tidak segera ditangani akan
mengakibatkan syok Hipovolemik, karena volume cairan plasma berkurang.
Dalam femur bila terjadi perdarahan yang tertutup dapat menampung 1,5 Liter
darah, hal ini dapat terjadi karena dalam femur terdapat muskulus/otot yang kuat
dan ukurannya besar. Mekanisme klinis terajadinya perdarahan yaitu adanya
robekan pada pembuluh darah, darah keluar dari pembuluh dan akhirnya
berkumpul dalam rongga extraselular dalam femur. Kejadian ini dapat
menimbulkan manifestasi klinis berupa pembengkakan lokal di daerah fraktur dan
daerah tersebut nampak merah. Manifestasi klinis lain yang timbul berupa
penderita nampak pucat karena adanya perdarahan yang hebat dan adanya

System Muskuloskeletal

Page 11

Fraktur - Trauma
vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah didaerah perifer
turun, perdarahan berdampak pada turunnya Hb secara drastis, dan ini dapat
mengakibatkan ikatan O2 dalam darah berkurang dan dapat juga mengakibatkan
penderita nampak pucat.
Takicardi karena proses homeostasis untuk menyuplai darah secara cepat ke
organ-organ penting hal ini terjadi karena voluma darah dalam tubuh berkurang.
Vasokonstriksi pembuluh darah dan takicardi dapat menjaga tensi tetap dalam
keadaan kriteria normal ( adanya penurunan tetapi tidak terlalu drastis). Proses
homeostasis ini tidak berlangsung terus-menerus, bila penderita tidak segera di
tengani maka manifestasi selanjutnya adalah terjadinya hipovolemik yang
berlebihan, bradikardi, nadi tidak teraba, hipoksia jaringan dan akhirnya penderita
akan mati. Jadi peristiwa kematian pasien fraktur kebanyakan bukan karena
frakturnya tetapi karena berkurangnya plasma darah dalam tubuh (syok
Hipovolemik).
Perdarahan yang terjadi pada daerah fraktur menyebabkan adanya
pembengkakan di daerah fraktur, hal ini berdampak pada munculnya rasa nyeri
yang hebat dan dapat mengakibatkan syok Neurogenik. Rasa nyeri timbul karena
adanya penekanan saraf di sekitar fraktur secara berlebihan karena darah terus
menekan saraf, selain itu adanya tekanan dari tulang yang fraktur dan kontraksi
otot. Penyebab rasa nyeri yang lain adalah adanya saraf yang rusak (robek) karena
terkena tulang yang predisposisi.
Penanganan yang dilakukan pada pak bone adalah harus dilakukan oprasi
karena terjadi perdarahan tertutup pada regio femuris. Prognosis dari tidakan
pembedahan tergantung pada prosesnya, bila proses baik maka hasilnya akan baik
pula, dan permasalahan apakan akan pincang atau tidak tergantung jenis fraktur
yang dialami dan apakan tindakan yang dilakukan benar/ sesuai prosedur.
Proses penyembuhan fraktur : Ketika terjadi fraktur jaringan sekitar rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi pendarahan yang cukup berat. Bekuan
darah terbentuk di daerah tersebut (hematom).
Bekuan akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel
pembentuk tulang primitif (osteogenik) yang akan berdeferensiasi menjadi
kodroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi pospat yang merangsang
deposisi kalsium, terbentuklah kalus disekitar lokasi fraktur yang menebal dan
meluas, dan bertemu dengan lapisan kalus dari frakmen satunya kemudian

System Muskuloskeletal

Page 12

Fraktur - Trauma
menyatu

yang

membentuk
osteoblas

berlanjut

trabekula
yang

melekat

dan
pada

tulang dan meluas menyabrangi


lokasi fraktur. Penyatuan tulang
provisional ini akan menjalani
transformasi meta plastik untuk
menjadi

lebih

kuat

dan

terorganisir. Kalus tulang akan


mengalami

remodeling

untuk

membentuk tulang yang utuh


seperti bentuk osteoblas tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian
yang rusak dan tulang sementara.
Dalam kasus pak bone ini jika penanganan tidak terlambat, setelah
dilakukan oprasi lalu menjalani rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi normal
kakinya maka prosentase terjadinya pincang sangat kecil. Kejadian pincang pada
fraktur biasanya karena tulang dan otot mengalami atrofi, hal ini dikarenakan
penderita tidak berani untuk melakukan rehabilitasi setelah dilakukan oprasi.

System Muskuloskeletal

Page 13

Fraktur - Trauma

BAB IV
Kesimpulan dan Saran
A.

Simpulan
1. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang / kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya akibat trauma, penyebab fraktur yaitu trauma ( sebagian
besar ), patologis ( penyakit ), degenerasi ( usia tua ), dan spontan.
2. Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam
pengolahan

komputer, telah

dikembangkan

oleh. Angka

pertama

menunjukkan tulang, Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen.


3. Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapt tejadi karena trauma
tunggal, tekanan yang berulang ulang, dan kelemahan abnormal tulang.

4. Klasifikasi fraktur :
a. Menurut jumlah garis fraktur.
b. Menurut luas garis fraktur.
c. Menurut bentuk fragmen.
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.
5. Fraktur mempunyai tanda klasik yaitu nyeri berulang ulang, deformitas
(kelainan), krepitus, dan terjadi pembengkakan. Gambaran klinis dari
fraktur dapat terjadi dari riwayat penderita, tanda tanda umum dari fraktur
dan tanda local yang terjadi.
6. Dari manifestasi klinis dapat terjadi komplikasi yaitu Malunion, non union,
Delayed union, Compartment syndroma dan lain lain.
7. Diagnosis banding dari fraktur tidak ada, dan diagnosis pasti dimulai dari
anamnesis pasien (tempat, luas,dan bentuk), pemeriksaan fisik (syok,
kerusakan organ, dan fraktur predisposisi), pemeriksaan local ( inspeksi,
palpasi, dan moving), dan pemeriksaan radiologi.
8. Penatalaksaan dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan luka fraktur
dan mengembalikan tulang ke semua (reposisi), tapi di dalam tubuh sudah
ada proses untuk menyembuhkan (healing) dengan melalui beberapa cara
yaitu

System Muskuloskeletal

Page 14

Fraktur - Trauma
a. Stadium Satu - Pembentukan Hematoma.
b. Stadium Dua - Proliferasi Seluler.
c. Stadium Tiga - Pembentukan Kallus.
d. Stadium Empat Konsolidasi.
e. Stadium Lima Remodelling.

B. Saran
1. Pada saat terjadinya cidera yang diduga fraktur, jangan melakukan
transportasi tanpa dilakukan imobilisasi terlabih dahulu.
2. Pada fraktur terbuka, sebaiknya dilakukan dengan cepat sebelum terjadi
infeksi.
3. Pada pambidaian, balutan jangan terlalu kencang ataupun terlalu longgar.
Yang penting daerah fraktur tidak dapat bergerak.
4. Saat penanganan harus teliti agar tidak terjadi infeksi lanjutan.

System Muskuloskeletal

Page 15

Fraktur - Trauma

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Apley, A G, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur system, Jakarta : Widya
Medika
Dorland, W.A,dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed 25. Jakarta :
EGC
Harrelson J.M. 1994. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Jakarta: EGC.
Jergesen F. H. 1995. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery)Ortopedi.
Jakarta: EGC.
Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Sherwood,L, 2001, Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Jakarta: EGC

System Muskuloskeletal

Page 16

Das könnte Ihnen auch gefallen