Sie sind auf Seite 1von 10

ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERKULOSIS (TB)
2.1

Pengkajian
Data yang dikumpulkan akan bergantung pada letak, keparahan, durasi patologi.
2.1.1 Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor resiko, keadaan
biopsiko-sosio-spiritual
2.1.2 Aktivitas / istirahat
Gejala : Kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelelahan umum,
dan kaku
Nafas pendek karena kerja dengan pengerahan tenaga
Sulit tidur dengan demam/keringat malam
Mimpi buruk.
Tanda

: Takikardi, Takipnea/dispnea pada kerja


Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).

2.1.3 Integritas Ego


Gejala : Faktor stress baru atau lama
Masalah keuangan atau rumah
Perasaan tidak berdaya/tak ada harapan, putus asa
Perasaan butuh pertolongan, cemas.
Tanda

: Menyangkal
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

2.1.4 Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih, distensi abdomen
2.1.5 Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan,
Tak dapat mencerna,
Penurunan berat badan.
Tanda

: Turgor kulit buruk, keringat/kulit bersisik


Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.

2.1.6 Nyeri / kenyamanan


Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda

: Berhati-hati pada area yang sakit


Perilaku distraksi, gelisah.

2.1.7 Pernafasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif
Nafas pendek
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda

: Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis


parenkim paru dan pleura)

2.1.8 Keamanan
Gejala : Adanya kondisi imunosupresi (penekanan imun) contoh: kanker,
AIDS, HIV positif.
Tanda

: Demam rendah atau sakit panas akut.

2.1.9 Interaksi Sosial


Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
2.1.10 Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
Tidak berpartisipasi dalam terapi

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kebersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolarkapiler.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan
dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
Analisa data
No
Data
1.
S : pasien mengatakan
sulit bernafas bila
dahak

tidak

Etiologi
Akumulasi sekret pada
bronkus

Masalah
Bersihin jalan nafas
tidak efektif

bisa

dikeluarkan
O:

Terdengar suara
ronchi pada lapang

2.

paru kanan dan kiri


RR : 28x/menit

S:

Insufisiensi O2

Intoleransi aktifitas

Klien mengatakan sesak


bertambah jika
beraktivitas
O: Klien dimandikan
oleh keluarga dan
perawat

TTV :
- RR : 28x/menit
- Terpasang O2 5
-

3.

1t/mnt
SaO2 93%

S:-

Menetapnya sekret pada

Resiko infeksi pada

O:

bronkus

bronkus

Batuk berdahak

Hasil foto thorak TB


Paru duplet

AL 3,52 ribu/mmk

BTA -, Kandida +

2.3

Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Bersihkan jalan nafas

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil


Bersihkan jalan napas tak Tujuan :
efektif berhubungan dengan
akumulasi

sekret

Kebersihan jalan nafas efektif

pada Kriteria Hasil:

bronkus ditandai dengan

1. Mencari

posisi

S : Klien mengatakan sulit

nyaman

bernafas bila dahak tidak

memudahkan

bisa dikeluarkan

peningkatan

O : Terdengar suara ronchi


pada lapang paru kanan dan
kiri

RR : 28x/mnt
Pasien
berdahak

pertukaran

efektif

pernafasan dan gerakan

dangkal, gerakan

dada.

dada tidak simetris

2. Atur posisi semi fowler

karena jalan nafas

3. Melatih untuk batuk

terganggu

efektif

indikasi OBH 3 X 2 cth

2. Meningkatkan
ekspansi parui
dengan bantuan gaya
grtavitasi bumi

strategi
menurunkan

kekentalan sekresi.
4. Setelah

Rasional
1. Takipnea, pernafasan

4. Berikan obat sesuai

2. Mendemontrasikan batuk

untuk
batuk

yang

udara.

3. Menyatakan

yang

Intervensi
1. Kaji frekuensi, kedalaman

dilakukan

tindakan keperawatan 3 x

3. Mengeluarkan dahak
yang meningkatkan
bersihan jalan napas
4. Ekspektoran

24 jam dengan kriteria :

gangguan batuk

a. Tidak sesak nafas

disertai dahak yang

b. RR : 16-24x/mnt

berlebih

c. Suara vesikuler pada


lapang paru
d. Tidak terdapat sekret

2. Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA

TUJUAN & KRITERIA

KEPERAWATAN
HASIL
Intoleransi
aktivitas Tujuan: setelah dilakukan
berhubungan

dengan tindakan keperawatan 3x24

insufisiensi O2 ditandai dengan jam, klien berpartisipasi dalam

INTERVENSI
1. Observasi tingkat
toleransi dalam
2. Anjurkan relaksasi

bertambah jika beraktivitas

3. Anjurkan beristirahat

O : Klien dimandikan oleh S:

bila ada keluhan seseg

keluarga dan perawat

Klien mampu mengidentifikasi

nafas

RR : 28x/mnt

faktor menurunnya toleransi

4. Bantu klien beraktivitas

Terasang O2 5 1t/mnt

aktivitas

5. Anjurkan keluarga

SaO2 93 %

O:

TTV dalam batas normal:


- `

1. Menentukan intervensi
selanjutnya

beraktivitas

S : Klien mengatakan sesak aktivitas yang dapat ditoleran.


Kriteria hasil:

RASIONAL

Mengurangi ketidaktoleransian klien


Mencegah kekurangan O2

untuk membantu

Memenuhi kebutuhan klien

aktivitas klien

Meningkatkan peran serta keluarga

3. Resiko infeksi
DIAGNOSA

TUJUAN & KRITERIA

INTERVENSI

RASIONAL

KEPERAWATAN
Resiko infeksi pada bronkus

HASIL
Tujuan : setelah dilakukan

1. Pertahankan tanda vital

berhubungan dengan

tindakan keperawatan selama 3

2. Pantau tanda - tanda infeksi

menetapnya sekret pada

x 24 jam infeksi tidak terjadi

bronkus

dengan kriteria

S:O:

Batuk berdahak

Hasil foto thorak TB


Paru duplet

AL 3,52 ribu/mmk

BTA -, Kandida

Suhu 36,5C 37,5C

Tidak terdapat tandatanda infeksi

Pemeriksaan kultur

observasi

warna,

karakteristik, bau sputum


3. Latih pasien batuk efektif
4. kolaborasi

pemeriksaan

laboratorium

merupakan salah satu tanda


terjadi infeksi
2. Sekret berbau, warna
kuning / kehijauan
menunjukkkan adanya
infeksi
3. Mengeluarkan dahak yang
meningkatkan bersihan

negatif

jalan napas
4. Mengetahui lebih dini jika
terjadi infeksi

2.4 EVALUASI
Diagnose
1

1. Peningkatan suhu

Evaluasi
Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi :

5
6

Mempertahankan jalan napas pasien


Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki kebersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat
Pertukaran gas efektif dengam kriteria evaluasi :
Melaporkan tidak terjadi dispnea
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal
Bebas dar gejala distress pernapasan
Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas tanda malnutrisi
Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat
Nyeri dapat berkurang atau terkontrol dengan kriteria evaluasi:
Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
Pasien tampak rileks
Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi:
Suhu tubuh 36C-37C
Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi terhadap aktivitas
evaluasi
Melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital
dalam rentan normal
Tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria evaluasi:
Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan

Melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan


umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.
Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi
Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Tidak terjadi penyebaran/aktivitas ulang infeksi dengan kriteria evaluasi:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi.
Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi


3, EGC, Jakarta.
Masjoer, Arief (2000). Kapita Selecta Kedokteran, edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
Masjoer, Arief (2000). Kapita Selecta Kedokteran, edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
Brunner dan Sudarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Vol-2), EGC:
Jakarta.
Kesehatan Republik Indonesia, (2006). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis :
Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen