Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No.

ISSN 1858-4330

ANALISIS USAHA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN


MENGGUNAKAN SUMBER DAN KANDUNGAN N YANG BERBEDA
Effort analyse of making of nata de coco with using
source and N content different
Liana Y. Wowor1, Mufidah Muis2, dan Abd. Rahman Arinong 2
1

Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa


Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK
Penelitian bertujuan agar petani dapat memanfaatkan air kelapa menjadi nata de coco
sebagai salah satu sumber pendapatan petani dan untuk mengetahui sumber dan kandungan
N yang terbaik untuk pembuatan nata de coco, serta untuk mengetahui tingkat kelayakan
usaha nata de coco. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 Maret sampai dengan 30 Mei
2007. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa, dosis ZA 2,5 gram per liter air kelapa
memberikan hasil terbaik di bandingkan dengan penggunaan ZA 5 gram, Urea 2,5 gram
dan Urea 5 gram. Analisis tingkat kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan rumus
R/C ratio. Hasil perhitungan R/C ratio masing-masing perlakuan memberikan hasil >1
sehingga layak untuk dikembangkan karena menguntungkan, namun dari segi kualitas
produksi menyangkut unsur ketebalan, warna, dan berat nata de coco, hasil perlakuan ZA
2,5 gram (Zd) adalah yang terbaik, selain itu pemakaian ZA justru berada di bawah standar
5 gram per liter air kelapa.
Kata kunci: kelapa, nata de coco, analisis usaha
ABSTRACT
Research aim to farmer can to exploiting the coconut water become nata de coco as one of
farmer source incomes and to know the source and obstetrical of best N for the making of
nata de coco, and also to know the elegibility storey of effort nata de coco. Its executed at
26 March up to 30 May 2007. The result of research obtained that, dosage of ZA 2,5 grams
per litre coconut water give the best result compared with all. The Analyse of effort
elegibility conducted by using R/C ratio formula. Result of R/C ratio calculation of each
treatment give the result is > 1, so that to be developed because profitable, but from quality
product concerning thickness, colour, and heavy of nata de coco, the treatment ZA 2,5
grams (Zd) is the best, and usage of ZA under standard 5 grams of per litre coconut water
exactly.
Kata kunci: coconut, nata de coco, effort analyse
PENDAHULUAN
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan
komoditi perkebunan yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama
di wilayah pedesaan yang merupakan
usaha petani kecil. Sekitar jutaan keluarga
bergantung pada komoditi kelapa, kondisi
itu menempatkan kelapa tidak hanya

sebagai komoditas yang memiliki nilai


ekonomis tapi juga sosial.
Buah kelapa merupakan hasil utama dari
komoditi kelapa yang banyak dimanfaatkan oleh manusia secara turun temurun,
karena hampir semua bagian tanaman
kelapa dapat dimanfaatkan, salah satunya
adalah buahnya bisa diperoleh aneka
77

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

olahan yang mampu memberikan nilai


tambah. Buah kelapa itu sendiri terdiri
atas empat komponen yaitu sabut, daging,
air dan tempurung kelapa.
Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang saat ini mulai
populer dan digemari, sehingga permintaan pasar akan produk ini semakin
meningkat. Hal ini merupakan suatu peluang usaha yang sangat baik untuk
dikembangkan khususnya pengolahan
limbah air kelapa sebagai media atau
bahan baku pembuatan nata de coco
(Saragih., 2004).
Salah satu faktor yang menyebabkan
pendapatan petani kelapa belum sampai
pada tingkat yang wajar, yaitu para petani
kelapa belum mengetahui bagaimana
memanfaatkan hasil sampingan kelapa itu
sendiri, misalnya air kelapa untuk dapat
dijadikan sebagai usaha sampingan yang
menghasilkan suatu keuntungan. Sampai
saat ini air kelapa belum sepenuhya
dimanfaatkan, ini merupakan peluang
yang baik untuk pengembangan usaha
nata de coco dan sebagai salah satu
sumber pendapatan petani (Rohaman,
dkk., 2002).
Sebetulnya, nata de coco dapat diusahakan
bukan hanya dari air kelapa, tetapi juga
dari berbagai jenis bahan yang
mengandung gula, protein, dan mineral.
Seperti misalnya sari buahbuahan, sari
kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab
itu, nama nata dapat bermacammacam
sesuai dengan bahan yang digunakan.
Namun, diantara beberapa jenis bahan
yang dapat digunakan, air kelapa
merupakan bahan yang paling ekonomis,
mengingat air kelapa hanyalah bersifat
sebagai limbah dari buah kelapa.
Luas areal perkebunan kelapa di Indonesia
pada tahun 1986 baru mencapai 3.133.000
ha, kemudian pada tahun 1990 luas
perkebunan 3.334.000 ha, dan pada tahun
1993 luas areal perkebunan kelapa

78

ISSN 1858-4330

mencapai 3.624.000 ha. Dan pada tahun


2005 luas areal mencapai 3.898,226 ha.
(Anonim, 2006). Dari seluruh luas areal
perkebunan kelapa, sekitar 97,4 persen
dikelola oleh perkebunan rakyat yang
melibatkan 3,1 juta keluarga petani.
Sisanya sebanyak 2,1 persen dikelola
perkebunan besar swasta dan 0,5 persen
dikelola oleh perkebunan besar negara.
Dengan komposisi ini, maka sejak tahun
1988 Indonesia menduduki urutan
pertama sebagai negara yang memiliki
arel pertanaman kelapa terluas didunia.
Meskipun Indonesia memiliki areal kebun
kelapa yang paling luas, tetapi produksinya hanya menduduki uratan kedua
setelah Filipina (Palungkun, 2006).
Tujuan
Untuk mengetahui sumber dan kandungan
N yang terbaik untuk pembuatan nata de
coco, serta untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha nata de coco.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kampus STPP
Gowa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret sampai
Mei tahun 2007.
Pelaksanaan
Pembuatan nata de coco terdiri dari 4
perlakuan dengan 3 ulangan. Sumber N
berasal dari Amonium sulfat (ZA) dan
Urea. Adapun dosis yang digunakan pada
masing-masing perlakuan yaitu ZA 2,5
gram (Zd) dan 5 gram (Zl) kemudian
untuk urea 2,5 gram (Ud) dan 5 gram (Ul).
Analisis data.
Metode analisis yang digunakan yaitu
dengan menggunakan uji standar error
(Kerlinger, 1990). Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

Standar error =

ISSN 1858-4330

R/C ratio < 1, menyatakan usaha tani tidak


menguntungkan dan tidak layak untuk
dikembangkan
R/C ratio = 1, menyatakan usaha tani
impas

Standar deviasi (sd)


n

Dimana n = jumlah populasi


Untuk mengetahui tingkat keuntungan
yang diperoleh dari hasil penjualan
nata de coco, digunakan analisis R/C ratio.
R/C ratio adalah perbandingan antara
penerimaan penjualan dengan biayabiaya yang dikeluarkan selama proses
produksi hingga menghasilkan produk.
(Soekartawi, 2005).
R/C =

Total penerimaan
Total biaya

R/C ratio > 1, menyatakan usaha tani


menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Ketebalan nata de coco
Pada proses pengolahan nata de coco,
ketebalan merupakan salah satu faktor
yang diperlukan untuk melihat hasil
akhirnya. Selain mudah dipotong-potong,
ukuran nata de coco akan sesuai dengan
estetika produk sekali suap.
Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata
ketebalan nata de coco dari masingmasing perlakuan disajikan pada Gambar
1 berikut.

3.00

Ketebalan (cm)

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Zd

Zl

Ud

Ul

Perlakuan

Gambar 1. Ketebalan rata-rata nata de coco dari setiap perlakuan

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan


bahwa tingkat ketebalan yang terbaik
berada pada perlakuan Zd atau memakai
ZA dengan dosis 2,5 gram per liter air
kelapa dengan ketebalan 2,5 cm.

Berat nata de coco


Selain ketebalan, berat nata de coco juga
merupakan salah satu faktor yang diinginkan pada setiap hasil akhir proses
pembuatan nata de coco. Untuk lebih
jelasnya perbandingan berat rata-rata nata
de coco dari setiap perlakuan disajikan
pada Gambar 2 berikut ini.

79

Berat (g)

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

ISSN 1858-4330

2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Zd

Zl

Ud

Ul

Perlakuan

Gambar 2. Berat rata-rata nata de coco pada setiap perlakuan

Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan


bahwa berat nata de coco yang terbaik
berada pada perlakuan Zd atau memakai
dosis ZA 2,5 gram perliter air kelapa.

Warna nata de coco


Untuk mengamati pengaruh setiap perlakuan terhadap warna nata de coco yang
dihasilkan ditetapkan beberapa kriteria

warna yang sesuai dengan hasil akhir nata


de coco, yaitu: Putih bening = 4, Putih =
3, Kekuning-kuningan = 2, Coklat muda =
1.
Sehingga berdasarkan kriteria dan skor
tersebut diatas maka diperoleh tampilan
warna dari setiap perlakuan seperti pada
Gambar 3 berikut ini.

3.5
3

warna

2.5
2
1.5
1
0.5
0
Zd

Zl

Ud
Perlakuan

Gambar 3. Warna nata de coco


80

Ul

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

Dengan melihat gambar di atas, dapat


ditunjukkan bahwa hasil yang paling baik
berada pada perlakuan Zd atau menggunakan ZA dengan dosis 2,5 gram
perliter air kelapa .
Berdasarkan hasil pengamatan akhir pada
nata de coco baik dari segi berat, tebal,
dan warna menunjukkan bahwa hasil nata
de coco yang paling baik berada pada
perlakuan Zd atau memakai ZA dengan
dosis 2,5 gram.
Salah satu kelebihan penggunaan amonium sulfat adalah dapat menghambat
atau mempersulit pertumbuhan bakteri
Acetobacter aceti yang merupakan
pesaing bakteri Acetobakter xylinum
dalam pembentukan nata de coco
(Pambayun, 2002).
Tampak pada Gambar 1 dengan mengukur
ketebalan nata de coco bahwa dosis ZA
2,5 gram (Zd) memberikan hasil terbaik.
Hal ini sangat berbeda nyata dengan
perlakuan dosis ZA 5 gram (Zl) dan dosis
Urea 2,5 gram (Ud) serta Urea 5 gram
(Ul). Sedangkan pada dosis ZA 5 gram
(Zl) dengan dosis Urea 2,5 gram (Ud)
tampaknya tidak terlalu berbeda nyata
karena garis error Y hampir bersinggungan. Ini disebabkan karena kandungan
N pada Urea sebanyak 2,5 (Ud) gram
hampir setara dengan kandungan N pada
ZA sebanyak 5 gram (Zl).
Begitu juga berat pada nata de coco
(Gambar 2) yang memberikan hasil terbaik tampak pada perlakuan ZA dengan
dosis 2,5 gram (Zd), disusul perlakuan ZA
dengan dosis 5 gram (Zl) kemudian

ISSN 1858-4330

perlakuan Urea 2,5 gram (Ud) dan Urea 5


gram (Ul).
Sedangkan pada pengamatan warna nata
de coco (Gambar 3), hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan ZA dengan
dosis 2,5 gram (Zd), yang sangat berbeda
nyata dengan perlakuan ZA 5 gram (Zl),
Urea 2,5 gram (Ud) dan Urea 5 gram (Ul).
Kemudian pada perlakuan ZA 5 gram (Zl)
garis error Y bersinggungan dengan
perlakuan Urea 2,5 gram (Ud), hasilnya
tidak berbeda nyata.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut
di atas, secara umum penambahan ZA
memberikan hasil yang terbaik. Menurut
Sutarminingsih (2004), penambahan konsentrasi ZA dapat meningkatkan jumlah
polisakarida yang terbentuk, namun
apabila penambahan yang terlalu tinggi
(lebih dari 1 persen) dapat menyebabkan
penurunan rendemen dan penurunan
derajat putih pada nata de coco yang
dihasilkan (Gambar 3). Hal tersebut
diduga karena konsentrasi yang tertinggi
justru akan menurunkan pH medium, yang
dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.

F. Analisis usaha Nata de Coco


Untuk memastikan besarnya keuntungan
yang dapat diperoleh dari suatu usaha
pembuatan nata de coco, maka dilakukan
suatu analisis ekonomi. Dengan analisis
ekonomi, gambaran keutungan dapat diketahui. Berikut ini gambaran analisis
ekonomi usaha nata de coco skala rumah
tangga dengan kapasitas produksi sebesar
50 liter perhari.

81

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 1. Analisis ekonomi untuk perlakuan ZA 2,5 gram (Zd) per talang

No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jumlah
(unit)

Uraian
A. Biaya tetap
Talang
Baskom
Timbangan
Gelas ukur
Rak farmentasi
Panci
Kompor

50
2
1
2
1
1
1

Nilai
Baru
(Rp)
125.000,00
12.000,00
24.000,00
12.000,00
50.000,00
25.000,00
150.000,00

Nilai
Sisa
(Rp)

Usia
Ekonomi
(Tahun)

50.000,00
6.000,00
5.000,00
6.000,00
15.000,00
5.000,00
25.000,00

2
1
3
1
3
5
5

Jumlah penyusutan
12
1x
Bulan
Pembuatan
(Rp)
(Rp)
37.500,00
6.000,00
6.333,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
25.000,00

Total A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

189,10

B. Biaya variabel
Air kelapa @ Rp. 50,00 per liter
Starter @ Rp. 20.000,00 per botol
ZA @ Rp. 1.500,00 per kg
Gula
Asam asetat
Minyak tanah @ Rp. 2.800,00 per liter
Karet
Tenaga kerja @ Rp. 5.000,00 per hari
Total B
Total Biaya Produksi (A+B)

50 l
2 botol
125 g
1 kg
500 ml
3l
1 bks
14 hari

Total biaya produksi per 1 kali pembuatan

= Rp. 189,10 + Rp. 139.788,00


= Rp. 139.976,60

Penghasilan nata generik

= 50 kg

Harga Nata per talang : Rp. 10.000,00


Penerimaan

: 50 talang X Rp. 10.000,00


: Rp. 500.000,00

Keuntungan

: Penerimaan Total biaya produksi


: Rp. 500.000,00 Rp. 139.976,60
: Rp. 360.023,40
Penerimaan
Total biaya
Rp. 500.000,00
:
Rp. 139.976,00
: 3,5720
: 3,57

R/C ratio :

82

104,10
16,60
17,50
16,60
13,80
11,10
9,40

2.500,00
40.000,00
187,50
6.000,00
10.000,00
8.100,00
3.000,00
70.000,00
139.788,00
139.976,60

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 2. Analisis ekonomi untuk perlakuan ZA 5 gram (Zl) per talang

No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nilai
Baru
(Rp)

Jumlah
(unit)

Uraian
A. Biaya tetap
Talang
Baskom
Timbangan
Gelas ukur
Rak farmentasi
Panci
Kompor

50
2
1
2
1
1
1

125.000,00
12.000,00
24.000,00
12.000,00
50.000,00
25.000,00
150.000,00

Nilai
Sisa
(Rp)

Usia
Ekonomi
(Tahun)

50.000,00
6.000,00
5.000,00
6.000,00
15.000,00
5.000,00
25.000,00

2
1
3
1
3
5
5

Jumlah penyusutan
12
1x
Bulan
Pembuatan
(Rp)
(Rp)
37.500,00
6.000,00
6.333,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
25.000,00

Total A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

104,10
16,60
17,50
16,60
13,80
11,10
9,40
189,10

B. Biaya variabel
Air kelapa @ Rp. 50,00 per liter
Starter @ Rp. 20.000,00 per botol
ZA @ Rp. 1.500,00 per kg
Gula
Asam asetat
Minyak tanah @ Rp. 2.800,00 per liter
Karet
Tenaga kerja @ Rp. 5.000,00 per hari
Total B
Total Biaya Produksi (A+B)

50 l
2 botol
250 g
1 kg
500 ml
3l
1 bks
14 hari

Total biaya produksi per 1 kali pembuatan

= Rp. 189,10 + Rp. 139.975,00


= Rp. 140.164,10

Penghasilan nata generik

= 50 kg

Harga Nata/talang

: Rp. 10.000,00

Penerimaan

: 50 talang X Rp. 10.000,00


: Rp. 500.000,00

Keuntungan

: Penerimaan Total biaya produksi


: Rp. 500.000,00 Rp. 140.164,10
: Rp. 359.835,90
R/C ratio :

2.500,00
40.000,00
375,00
6.000,00
10.000,00
8.100,00
3.000,00
70.000,00
139.975,00
140.164,10

Penerimaan
Total biaya

Rp. 500.000,00
Rp. 140.164,10
: 3,5672
: 3,57

83

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 3. Analisis ekonomi untuk perlakuan Urea 2,5 gram (Ud) per talang

No

Uraian

Jumlah
(unit)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

A.Biaya tetap
Talang
Baskom
Timbangan
Gelas ukur
Rak
farmentasi
Panci
Kompor

50
2
1
2
1
1
1

Nilai
Baru
(Rp)

Nilai
Sisa
(Rp)

Usia
Ekonomi
(Tahun)

125.000,00
12.000,00
24.000,00
12.000,00
50.000,00
25.000,00
150.000,00

50.000,00
6.000,00
5.000,00
6.000,00
15.000,00
5.000,00
25.000,00

2
1
3
1
3
5
5

Jumlah penyusutan
12
1x Pembuatan
Bulan
(Rp)
(Rp)
37.500,00
6.000,00
6.333,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
25.000,00

Total A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

189,10

B. Biaya variabel
Air kelapa @ Rp. 50,00 per liter
Starter @ Rp. 20.000,00 per botol
Urea @ Rp. 2.000,00 per kg
Gula
Asam asetat
Minyak tanah @ Rp. 2.800,00 per liter
Karet
Tenaga kerja @ Rp. 5.000,00 per hari
Total B
Total Biaya Produksi (A+B)

50 l
2 botol
125 g
1 kg
500 ml
3l
1 bks
14 hari

Total biaya produksi per 1 kali pembuatan

= Rp. 189,10 + Rp. 140.225,00


= Rp. 140.414,10

Penghasilan nata generik

= 50 kg

Harga Nata/talang

: Rp. 10.000,00

Penerimaan

: 50 talang X Rp. 10.000,00


: Rp. 500.000,00

Keuntungan

: PenerimaanTotal biaya produksi


: Rp. 500.000,00 Rp. 140.414,10
: Rp. 359.585,90
R/C ratio :

Penerimaan
Total biaya

Rp. 500.000,00
Rp. 140.414,10
: 3,5609
: 3,56

84

104,10
16,60
17,50
16,60
13,80
11,10
9,40

2.500,00
40.000,00
625,00
6.000,00
10.000,00
8.100,00
3.000,00
70.000,00
140.225,00
140.414,10

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 4. Analisis ekonomi untuk perlakuan Urea 5 gram (Ul) per talang

No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nilai
Baru
(Rp)

Jumlah
(unit)

Uraian
A.Biaya tetap
Talang
Baskom
Timbangan
Gelas ukur
Rak farmentasi
Panci
Kompor

50
2
1
2
1
1
1

125.000,00
12.000,00
24.000,00
12.000,00
50.000,00
25.000,00
150.000,00

Nilai
Sisa
(Rp)

Usia
Ekonomi
(Tahun)

50.000,00
6.000,00
5.000,00
6.000,00
15.000,00
5.000,00
25.000,00

2
1
3
1
3
5
5

Jumlah penyusutan
12
1x
Bulan Pembuatan
(Rp)
(Rp)
37.500,00
6.000,00
6.333,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
25.000,00

Total A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

189,10

B. Biaya variabel
Air kelapa @ Rp. 50,00 per liter
Starter @ Rp. 20.000,00 per botol
Urea @ Rp. 2.000,00 per kg
Gula
Asam asetat
Minyak tanah @ Rp. 2.800,00 per liter
Karet
Tenaga kerja @ Rp. 5.000,00 per hari
Total B
Total Biaya Produksi (A+B)

50 l
2 botol
250 g
1 kg
500 ml
3l
1 bks
14 hari

Total biaya produksi per 1 kali pembuatan

= Rp. 189,10 + Rp. 140.850,00


= Rp. 141.039,10

Penghasilan nata generik

= 50 kg

Harga Nata/talang

: Rp. 10.000,00

Penerimaan

: 50 talang X Rp. 10.000,00


: Rp. 500.000,00
: PenerimaanTotal biaya produksi
: Rp. 500.000,00 Rp. 141.039,10
: Rp. 358.960,90

Keuntungan

104,10
16,60
17,50
16,60
13,80
11,10
9,40

R/C ratio :

2.500,00
40.000,00
1.250,00
6.000,00
10.000,00
8.100,00
3.000,00
70.000,00
140.850,00
141.039,10

Penerimaan
Total biaya

Rp. 500.000,00
Rp. 141.039,10
: 3,5451
: 3,54

85

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas


(Tabel 1 4) menunjukkan bahwa dari
masing-masing perlakuan Zd, Zl, Ud, dan
Ul memberikan hasil yang tidak terlalu
berbeda terhadap tingkat keuntungan yang
diterima, yaitu untuk penggunaan ZA 2,5
gram (Zd) memperoleh keuntungan = Rp.
360.023,40, ZA 5 gram (Zl) memperoleh
keuntungan = Rp. 359.835,90, Urea 2,5
gram (Ud) memperoleh keuntungan = Rp.
359.585,90 dan pada penggunaan Urea 5
gram (Ul) memperoleh keuntungan = Rp.
358.960,90. sehingga ditarik kesimpulan
bahwa penggunaan dosis ZA 2,5 gram
(Zd), lebih memberikan keuntungan dan
memperkecil penggunaan unsur kimia
dalam produk nata de coco dibandingkan
dengan perlakuan Zl, Ud dan Ul.
Analisis tingkat kelayakan usaha dengan
menggunakan rumus R/C ratio dapat
disimpulkan bahwa dari keempat perlakuan tersebut, masing-masing mendapat R/C
ratio = 3,57, 3,57, 3,56, 3,54, menunjukkan bahwa, untuk semua perlakuan
memberikan keuntungan masing-masing
yaitu Rp. 3,57, 3,57, 3,56, 3,54, dari setiap
pengeluaran Rp. 1,00. Jadi analisis R/C
ratio terhadap masing-masing perlakuan
layak untuk dikembangkan karena
menguntungkan, namun dari segi kualitas
produksi menyangkut unsur ketebalan,
warna, dan berat nata de coco, hasil
perlakuan ZA 2,5 gram (Zd) adalah yang
terbaik dan selain itu pemakaian ZA justru
berada di bawah standar 5 gram per liter
air kelapa.
KESIMPULAN

Hasil analisis tingkat kelayakan usaha


(R/C ratio) menunjukkan bahwa semua

86

ISSN 1858-4330

perlakuan memberikan R/C ratio di atas


1, sehingga semua perlakuan layak untuk
dikembangkan karena menguntungkan.
Namun dari segi kualitas produksi menyangkut unsur ketebalan, warna, dan
berat nata de coco, perlakuan ZA 2,5 gram
(Zd) adalah yang terbaik dengan kebutuhan ZA berada di bawah standar 5 gram
per liter air kelapa.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Arang tempurung kelapa.


[diakses 20 Februari 2006 pada situs
www.ristek.go.id.].
Kerlinger, F. N. 1990. Asas asas
Penelitian Behavioral ( Terjemahan
L.R Simatupang) Gaja Madah
Universitas Press, Yogyakarta.
Pambayun,
R,
2002.
Pengolahan
Nata
Kanisius, Yogyakarta.

Teknologi
de
coco.

Rohaman, M, R. Momon, I. Nuraeini,


2002.
Pemanfaatan
Limbah
Pertanian. Universitas Terbuka,
Jakarta.
Palungkun R, 2006. Aneka Produk
Olahan Kelapa. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Saragih. Y.P, 2004. Membuat Nata de
coco. Puspa Swara, Jakarta.
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sutarminingsih, 2004. Peluang Usaha
Nata de coco. Kanisius, Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen