Sie sind auf Seite 1von 32

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Pengetahuan
Manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna, dalam
memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari
pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia), ilmu dan filsafat.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science)
bukan sekedar menjawab what, melainkan akan menjawab
pertanyaan why dan how, misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas
dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan
apa sesuatu itu. Perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan
keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat
erat (Notoatmodjo, 2010).
2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmojo dalam Setiadi (2002:10-18) mengatakan,
bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain
meliputi :
1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam


memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan yang lain,
dan

apabila

kemungkinan

tidak

berhasil

pula

dicoba

kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat


terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba salah (trial
and error).
2) Cara kekuasaan (otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat
baik

formal

maupun

informal,

ahli

agama,

pemegang

pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan


kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut
orang dapat memecahakan masalah yang dihadapi, maka
untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak akan
mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain,
sehingga dapat berhasil memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan cara menggunakan penalaran dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan
jalan pikiran ada 2(dua) yaitu dengan cara induksi dan deduksi.

Penalaran induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara


berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang
bersifat khusus atau individual.
Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara
berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu
yang bersifat umum.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah
adalah upaya memecahkan masalah melalui berpikir rasional dan
berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan
ilmu.
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berpikir
rasional dengan berpikir empiris, artinya pernyataan yang
dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan
dipihak lain dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris.
Almack (1939), membuat batasan bahwa metode ilmiah
adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelaskan kebenaran. Bahasan
metode ilmiah sebagai berikut :
a. Berdasarkan fakta, artinya informasi yang diperoleh, baik yang
akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan
fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, bukan berdasarkan
pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan.

10

b. Bebas dari prasangka, artinya fakta atau data hendaknya


berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari
pertimbangan-pertimbangan subyektif.
c. Menggunakan prinsip analisis, artinya fakta atau data yang
diperoleh melalui metode ilmiah tidak hanya apa adanya. Fakta
serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya,
atau alasan-alasannya dengan menggunakan prinsip analisis.
d. Menggunakan Hipotesis, artinya harus ada dugaan sementara
untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai.
e. Menggunakan ukuran objektif, artinya pengumpulan data harus
menggunakan

ukuran

yang

objektif

bukan

berdasarkan

pertimbangan subjektif (pribadi).


Untuk mendapatkan suatu ilmu juga bisa dari suatu
penelitian yang dikaji beberapa kali sehingga nantinya dapat
dipertahankan di publik yang melalui realitas suatu ilmu yang
dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Proses, artinya suatu kegiatan untuk memahami alam
semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan keilmuan
(rasionalistis dan objektif).
b. Produk, artinya segala proses keilmuan yang harus manjadi
milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain.
c. Paradikma Etis, artinya ilmu harus mengandung nilai moral
dan etik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral
yang ada dimasyarakat.
Pengetahuan menjadi suatu ilmu sekurang-kurangnya ada 3
syarat yang harus terpenuhi yaitu :

11

a. Ilmu sebagai produk, artinya kumpulan informasi yang telah


teruji kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode
ilmiah dan pemikiran logis.
b. Ilmu sebagai proses, artinya cara mempelajari suatu realita
dan memberi upaya penjelasan tentang suatu mekanisme.
c. Ilmu sebagai metode, artinya cara untuk memperoleh
pengetahuan dalam hal ini adalah menggunakan metode
ilmiah.
Cara ilmiah berarti bahwa penelitian itu harus didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu, rasional, empiris dan sistematis,
yang pengertiannya sebagai berikut :
a. Rasional, artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara

yang

masuk

akal

sehingga

terjangkau

oleh

penalaran manusia. Oleh sebab itu, dalam berpikir


rasional, diperlukan teori-teori yang telah mapan atau
teruji kebenarannya.
b. Empiris, artinya cara yang digunakan dalam penelitian itu
teramati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat
ikut

mengamati

dan

mengetahui

cara-cara

yang

digunakan. Oleh sebab itu, kebenaran dalam berfikir


empiris harus ditunjukan oleh bukti-bukti yang dapat
dipercaya.
c. Sistematis,

artinya

proses

yang

digunakan

dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu


yang bersifat logis.

12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pola mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat

perkembangan

sikap

seseorang

terhadap

penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.


b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik
secara garis ada 4 kategori perubahan pertama, perubahan
ukuran, kedua,
lama,

keempat,

perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri


timbulnya

ciri-ciri

baru.

Ini

terjadi

akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental


taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat

13

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi


terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan

menekuni

suatu

hal

dan

pada

akhirnya

diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.


e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi

dengan

lingkungannya.

Ada

kecenderungan

pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk


melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan
akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikat kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan
lingkungan

maka

sangat

mungkin

masyarakat

sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan,


karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan
sikapr pribadi atau sikap seseorang.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
baru. Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary,
adalah that of which one is apprised or told : intelligence, news.

14

Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang


dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga
memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh UU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan,

menyiapkan,

menyimpan,

memanipulasi,

mengumumkan, menganalisa dan menyebarkan informasi dengan


tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks,
gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya
perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya
informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi
itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data
dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan
melalui komunikasi.
h. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah
televisi, radio, koran dan majalah.
4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan diatas (Arikunto, 2006).
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 76%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

15

5. Definisi Keluarga
Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu
yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk
satu rumah tangga, saling berhubungan dalam lingkup peraturan
keluarga serta saling menciptakan dan memelihara budaya (Tinkhan
& Voorhies, 1977). Sedangkan pakar lain menyebutkan bahwa
keluarga adalah sekelompok manusia yang terikat dengan emosi,
yang biasanya hidup bersama dalam rumah tangga (Leavitt, 1982).
Definisi yang lain keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau
lebih, yang satu sama yang lain saling terikat secara emosional,
serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang
berdekatan (Friedman, 2002). Definisi yang sering dipakai oleh
masyarakat

Indonesia,

keluarga

adalah

unit

terkecil

dalam

masyarakat yang terdiri suami isteri, atau suami isteri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun
1992). Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan dua
individu atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi
yang

tinggal

dalam

satu

rumah

atau

jika

terpisah

tetap

memperhatikan satu sama yang lain (Muhlisin, 2012).


Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota
keluarga untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan
sejauh mana keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan

16

menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan perkembangan


keluarga (Friedman, 2002).

6. Fungsi Keluarga
Friedman (2002, dalam Muhlisin, 2012) mengidentifikasi lima
fungsi dasar keluarga, yaitu :
a. Fungsi afektif dan koping
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduktif
d. Fungsi ekonomi
e. Fungsi perawatan kesehatan

a. Fungsi Afektif dan Koping


Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Tiap anggota

keluarga saling mempertahankan iklim positif. Hal tersebut


dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota kelurga dapat
mengembangkan konsepdiri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :

17

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,


saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota
yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota
yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih
sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan
yang hangat dan saling mendukung. hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan
dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
c. Ikatan dan Identifikasi. Ikatan keluarga dilmulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian
pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orangtua
harus

mengembangkan

proses

identifikasi

yang

positif

sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif


tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak
terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasikan interaksi sosial dan

18

belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 2000).


Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi

untuk

meneruskan

kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya


program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan
makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.

19

Lima tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut


Friedman (2002, dalam Muhlisin) :
a. Mengenal masalah kesehatan dalam keluarga
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

7. Konsep Orang Tua


Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah
dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang
sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga
besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Secara tradisional, keluarga
diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan
pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki
tempat

tinggal

bersama

suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-orang-tua.html).
a. Peranan Orang Tua
1) Peranan ayah

(http://dr-

20

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan


sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman,

sebagai

kepala

keluarga,

sebagai

anggota

dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari


lingkungannya.

Ayah

juga

berperan

sebagai

pengambil

keputusan dalam keluarga.


2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan

sebagai

pencari

nafkah

tambahan

dalam

keluarganya. (Effendy, 2004).


b. Fungsi Pokok Orang Tua
1) Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka

tumbuh

dan

berkembang

sesuai

usia

dan

kebutuhannya.
2) Asuh
Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.

21

3) Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan
masa depannya. (Effendy, 2004).

8. Pengertian Autis
Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri,
yang ditujukan pada seseorang yang menunjukan gejala hidup
dalam dunianya

sendiri. Pada

umumnya

penderita

autisme

mengacuhkan suara, penglihatan, maupun kejadian yang melibatkan


mereka. Jika ada reaksi ini tidak sesuai dengan situasi, atau
malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespons terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan
kasih sayang, bermain dengan anak lain, dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of
Affective Contact) pada tahun 1943, berdasarkan pengamatan
terhadap

11

penderita

yang

menunjukan

gejala

kesulitan

berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak


biasa, dan cara berkomunikasi yang aneh.
Autis adalah ganggguan perkembangan pervasif pada anakanak yang ditandai adanya gangguan dan keterlambatan dalam
bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya maupun

22

miskin, di desa, kota, berpendidikan, maupun tidak, serta pada


semua kelompok etnis dan budaya di dunia.
Jumlah anak autis yang terkena autis semakin meningkat pesat
di berbagai belahan dunia. Di Kanada dan Jepang, pertambahan ini
mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun
2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per harinya. Di Amerika
Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000-15.000 anak di bawah
usia 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan secara umum 10-20
kasus autis di antara 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1
diantara 1.000 anak. Di Inggris, pada awal tahun 2002 bahkan
dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1
diantara 10 anak menderita autisme.
Di Indonesia yang berkependudukan 200 juta, hingga saat ini
belum diketahui berapa persisnya jumlah anak autis dapat mencapai
150-200 ribu orang. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah
2,6-4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukan
gejala yang lebih berat (Huzaemah, 2010).
Autisme adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan
pervasif yang ditandai dengan terganggunya interaksi sosial,
keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain,
bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial,
perasaan

sosial,

gangguan

dalam

perasaan

sensoris,

serta

terbatasnya dan tingkah laku yang berulang-ulang. Gangguan yang


membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan
dunia fantasinya sendiri : berbicara, tertawa, menangis, dan marah-

23

marah sendiri. Autism Spectrum Disorders (ASD) meliputi kondisi


sindrom Asperger (Asperger Syndrome) yang memiliki gejala-gejala
dan tanda-tanda lebih kecil.
Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1
tahun. Autisme lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak
perempuan. Gejala autis infantil timbul sebelum anak mencapai usia
3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir.
Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya
sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai
usia 1 tahun. Yang sangat menonjol ialah tidak adanya atau sangat
kurangnya tatap mata. Semua itu tergantung pada sifat dan pribadi
masing-masing anak, karena setiap orang memiliki sifat dan pribadi
yang berbeda-beda.
Tetapi

secara

garis

besar,

autisme

adalah

gangguan

perkembangan, khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang


membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan
seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa
disebut dengan Autis Infantil.
a. Karakteristik Autis
Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal
meliputi kemampuan berbahasa dan keterlambatan, atau sama
sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya
Berkomunikasi

dengan

dengan

arti

bahasa

yang
tubuh,

lazim
dan

digunakan.

hanya

dapat

24

berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat


dimengerti orang lain (bahasa planet). Tidak mengerti atau tidak
menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia
(meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa
tahu artinya.
Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan
menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh
bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang
atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik
tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut
melakukan sesuatu untuknya. Ketika bermain, ia selalu menjauh
bila didekati.
Gangguan dalam bermain di antaranya ialah bermain sangat
monoton dan aneh, misalnya mengamat-amati terus-menerus
dalam jangka waktu yang lama sebuah botol minyak. Ada
kelekatan dengan benda tertentu, seperti kertas, gambar, kartu
atau guling, terus dipegang ke mana saja ia pergi. Bila senang
satu mainan tidak mau mainan lainnya. Lebih menyukai bendabenda seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya.
Tidak spontan, refleks dan tidak dapat berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat
memulai

permainan

yang

bersifat

pura-pura.

Sering

memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, atau


angin yang bergerak.

25

Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas


sehari-hari, misalnya bermain harus melakukan urut-urutan
tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama. Gangguan
perilaku dapat dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak
yang senang kerapian, harus menempatkan barang tertentu pada
tempatnya.
Anak dapat terlihat hiperaktif, misalnya saat mengulang
suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung
terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri, seperti memukul
kepala atau membenturkan kepala di dinding (walaupun tidak
semua anak autis seperti itu). Namun terkadang menjadi pasif
(pendiam), duduk diam, bengong dengan tatapan mata kosong.
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian
pada suatu benda, ide, aktivitas, ataupun orang. Dapat menjadi
agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat ketika ia
menangis,

atau

marah

tanpa

sebab

yang

nyata.

Sering

mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan


sesuatu yang diinginkan.
Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan
sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan
rasa (lidah), dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat
atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar
suara keras, ia akan menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci

26

rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.


Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.
Gejala-gejala lainnya yang umumnya dilakukan pada anakanak penderita autis ialah :
1. Lamban dalam menguasai bahasa sehari-hari.
2. Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata.
3. Mata tidak jernih.
4. Asyik dengan dunianya sendiri.
b. Penyebab autis
Lima belas tahun lalu penyebab autis masih merupakan
misteri. Sekarang, berkat alat kedokteran yang semakin canggih,
diperkuat dengan autopsi, ditemukan penyebabnya antara lain
gangguan neurobiologis pada susunan saraf pusat (otak).
Biasanya gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa
kehamilan, bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak
sempurna.
Lahirnya anak autis diduga dapat disebabkan oleh virus
seperti

rubella,

toxo,

herpes,

hamur, nutrisi

yang

buruk,

pendarahan dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang


dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang menyebabkan
fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi
pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Selain itu, terganggunya interaksi sosial, penghindaran
kontak mata, kesulitan dalam mengembangkan bahasa dan
pengulangan tingkah laku tersebut disebabkan oleh terjadinya
gangguan pada fungsi otak yaitu pada lobus temporal tepatnya di

27

gyrus temporalis superior yang penting untuk pendengaran,


bahasa, nada, ritme dan musik.
Gyrus temporalis medius adalah bagian otak yang berperan
dalam fungsi belajar dan memori serta sistem limbik yang
merupakan bagian penting dalam emosi. Amygdala yang terletak
di lobus temporal lateral mengerahkan respons emosional tidak
berfungsi dengan baik. Hippocampus yang berperan dalam recall
pengalaman dan informasi baru mengalami gangguan pada
fungsinya. Serebelum yang berperan dalam koordinasi, gerak
tubuh, keseimbangan dan fungsi bicara juga terganggu.
Selain teori di atas, ada juga teori lain yang membahas
penyebab autism, yaitu teori psikososial, teori biologis dan teori
imunologi. Teori biologi menjelaskan bahwa ada hubungan yang
erat antara retradasi mental (75%-80%) dengan gangguan autism.
Karena itu diyakini bahwa gangguan autism merupakan suatu
sindrom perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
yang mempengaruhi sistem saraf pusat.

Tabel 2.1. Penyebab Autisme


Penyebab
Faktor
Psikologis
1. Media
elektronik
visual seperti
televisi,
komputer dan
playing station.
2. Sekolah
yang lebih
awal.

Faktor Biologis
1. Vaksin yang mengandung Thimerosal.
2. Virus (toxoplasmosis, toxo, cytomegalo,
rubela dan herpes) atau jamur (candida)
yang ditularkan oleh ibu ke janin.
3. Faktor genetik.
4. Nutrisi yang buruk.
5. Pendarahan.
6. Keracunan makanan pada masa
kehamilan.

Faktor
Kimiawi
1. Zat yang
sangat
polutif.
2. Folic Acid.

Faktor
Fisika
1. Radiasi
pada janin
bayi.

28

3. Respons
anak-anak
terhadap
stressor dari
keluarga dan
lingkungan.

7. Kerusakan organ dan saraf yang


menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya,
sehingga menimbulkan keadaan autisme
pada penderita.
8. Makanan : pengawet, pewarna.
9. Gangguan pencernaan pada anak.
10. Abnormalitas pada otak penyandang
ASDs.
(sumber: Rachmawati, 2012)

c. Kriteria Autisme Berdasarkan DSM-IV


World Health Organization (WHO) dalam Rachmawati 2012
telah merumuskan kriteria diagnosis autisme. Rumusan ini
dipahami di seluruh dunia yang dikenal dengan ICD 10
(International Classification Disease) 1993. Rumusan diagnosis
lainnya yang dapat dipakai menjadi panduan oleh Group Psikiatri
Amerika Serikat. Isi ICD 10 maupun DSM IV sebenarnya sama.
Tabel 2.2. Kriteria DSM IV dan ICD 10
DSM IV
1. Autistic Not Disorder
2. Pervasive Developmental Disorder
Not Otherise Specified (PDD-NOS)
3. Rett's Disorder
4. Childhood Disintegrative Disorder
5. Tidak ada
6. Asperger's Disorder
7. PPD-NOS
8. PDD-NOS
(sumber: Rachmawati, 2012)

ICD 10
1. Childhood Autism
2. Atpical Autism
3. Other Childhood Disintegrative Disorder
4. Overactive Disorder With Stereotyped
Movement
5. Asperger's Syndrome
6. Other Pervasive Development Disorder
7. Pervasive Developmental Disorder,
Unspecified

d. Kriteria DSM IV untuk Autisme Masa Kanak


Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan
minimal dua gejala dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2)
dan (3).
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
Minimal harus ada 2 gejala dari gejala berikut :

29

a. Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:


kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup,
gerak-gerik yang kurang terarah.
b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya.
c. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
d. Kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal
balik.
2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukan
oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang
(tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara
lain tanpa bicara).
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi .
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang
bisa meniru.
3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam
perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari
gejala berikut ini:
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang
khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas
yang tidak ada gunanya.
c. Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang.
d. Sering kali terpukau pada bagian-bagian benda tertentu.

9. Terapi Autisme Harus Terpadu


Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan. It isnt curable but
treatable (tidak dapat disembuhkan, tapi dapat ditanggulangi),
dengan terapi dini, terpadu dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat

30

dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara


normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya,
bahkan membina keluarga. Hal ini dikarenakan intervensi dini
membuat sel-sel otak baru tumbuh, menutup sel-sel lama yang
rusak.
Jika anak autis tidak atau terlambat mendapat intervensi hingga
dewasa maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak
tertanggulangi. Melalui beberapa terapi, anak autis akan mengalami
kemajuan

seperti

anak

normal

lainnya.

Keberhasilan

terapi

tergantung beberapa faktor berikut ini.


a. Berat-ringannya gejala, tergantung pada berat-ringannya
gangguan di dalam sel otak.
b. Makin muda umur anak pada saat terapi dimulai, semakin
besar kemungkinan berhasil. Umur ideal adalah 2-5 tahun,
saat sel otak masih bisa dirangsang untuk membentuk
cabang-cabang neuron baru.
c. Makin cerdas anak makin cepat menangkap hal-hal yang
diajarkan.
d. Kemampuan

bicara

penyandang

autisme

dan

berbahasa,

berhasil

tidak

mengembangkan

semua
fungsi

berbicara dan berbahasa. Dua puluh persen penyandang


autisme tidak mampu bicara seumur hidup, sedangkan
sisanya ada yang bisa bicara tetapi sulit dan kaku, ada pula
yang bisa bicara lancar. Tentu saja, mereka yang fungsi
bicaranya dan berbahasanya baik akan lebih mudah diajar
berkomunikasi. Anak autis yang tidak bisa bicara (non

31

verbal) bisa diajarkan keterampilan komunikasi cara lain,


yaitu dengan mesin tik, gambar-gambar (PEC, COMPIC),
atau bahasa isyarat.
e. Intensitas terapi, yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif.
Sebaiknya, terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari. Di
samping itu, seluruh keluarga pun harus ikut terlibat
melakukan komunikasi dengan baik, sejak anak bangun pagi
hingga tidur di malam hari.
Berbagai jenis terapi bagi anak autis, antara lain terapi perilaku
(behavior therapy), terapi okupasi, terapi wicara (speech
therapy),

terapi

biomedis,

terapi

medikamentosa

dan

pendidikan khusus. Sebaiknya, sebelum terapi setiap anak


mendapat evaluasi lengkap dari dokter dan terapis, dengan
kurikulum individual berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
anak dalam setiap bidangnya. Berikut ini beberapa jenis terapi
bagi anak autis.
a. Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan
memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap
lingkungan dan menghilangkan perilaku aneh serta diulangulang. Dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga
obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
b. Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh
melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan

32

berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti


gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan dan
keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi tubuh ini
akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
c. Terapi wicara
Umumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis
karena

mereka

mengalami

keterlambatan

bicara

dan

kesulitan berbahasa.
d. Terapi perilaku
Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi
perilaku tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang
bisa diterima di masyarakat.
e. Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang
mempunyai perkembangan motorik kurang baik, antara lain
gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot
halus anak.
Selain itu, anak autis juga membutuhkan pendidikan
khususnya, yaitu pendidikan individual terstruktur yang
diterapkan dengan sistem satu guru-satu anak. Sistem ini
paling efektif karena tidak mungkin anak autis memusatkan
perhatian dalam satu kelas besar.

10. Peran Orang Tua Bagi Anak Autis

33

Banyak hal yang bisa dan harus dilakukan orangtua anak


autis. Pertama, memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui adatidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati. Pilihlah dokter
yang kompeten. Umumnya, adalah dokter anak yang menangani
autisme, dokter saraf anak dan dokter rehabilitasi medik.
Idealnya orangtua harus membina komunikasi dengan dokter.
Hal

ini

dikarenakan

kerjasama

orangtua

dengan

dokter,

keterbukaan orangtua tentang kondisi anak dan kesediaan


mengikuti aneka pengobatan atau treatment yang disarankan akan
mempengaruhi kemajuan anaknya dan merupakan syarat mutlak.
Komunikasi yang baik antara dokter dengan orangtua terlihat
dari kemampuan orangtua memperoleh informasi mengenai kondisi
anak. Jadi, pada saat berobat bukan hanya datang, anak diperiksa,
ibu diberi resep obat, lalu pulang. Jika itu yang terjadi maka waktu
dan biaya yang dikeluarkan akan sia-sia.
11. Home Program Untuk Anak Autis
Home Program atau program terapi di rumah bagi anak autis
bukan istilah baru. Program ini sudah populer di sejumlah negara
maju. Lingkungan rumah dan tetangga dianggap lingkungan terapi
ideal bagi anak autis, mengingat di rumah terdapat akses yang
lebih besar untuk pengontrolan diri, adanya timbal-balik yang alami
dan ada anak-anak lain atau anak tetangga yang dapat menjadi
contoh atau role model.
Home program merupakan program terapi yang dilakukan di
rumah. Program ini bisa dilakukan oleh orangtua atau orangtua

34

bersama terapis, yang penting harus dijalankan secara terpadu.


Home program sangat beragam dan luas, bentuknya tidak harus
formal. Namun, bisa lebih fleksibel dan berbau rumahan, belajar
sambail bermain, belajar sambil berbicara dan belajar sambil
berkomunikasi. Walaupun sederhana, aktivitas ini besar artinya
untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi (salah
satu hal yang paling sulit dilakukan anak autis).
Di negara maju, home program memiliki jadwal yang sangat
rapi. Sebelum melakukan terapi, orangtua mendapatkan terapian
khusus. Selama menjalankan home program, orangtua juga
berkomunikasi denga ahli medis, baik secara langsung, lewat
telepon

atau

e-mail.

Tujuannya

untuk

membicarakan

perkembangan anak dari hari ke hari. Selain itu, minimum satu


bulan sekali ahli medis akan memantau hasil program.
Di Indonesia, program ini belum dilaksanakan secara
sempurna. Namun, gagasan home program tersebut patut disyukuri
karena intervensi apa pun dan di mana pun akan sangat baik bagi
anak autis. Pada prinsipnya, semua intervensi itu positif karena jika
dilakukan dengan benar, pasti menghasilkan kemajuan.

12. Tujuan dan Tatacara Home Program


Home Program bertujuan untuk menyiapkan anak mampu
bersosialisasi di masyarakat sehingga anak tidak dipandang aneh.
Anak bisa mandiri, mengurus dirinya sendiri dan tidak merepotkan
orang

lain

menjadi

tujuan

akhir.

Selain

itu,

juga

untuk

35

menghilangkan gejala-gejala negatif yang diderita anak, seperti


agresivitas, hiperaktif dan gangguan metabolisme.
Home program dilakukan oleh orangtua atau anggota
keluarga lainnya di rumah, baik sendiri maupun bersama-sama.
Paling sederhana adalah mengajak anak autis bersosialisasi,
seperti

mengajak

bermain,

bercanda,

berkomunikasi

apa

saja.

Hal

ini

bersosialisasi

agar

anak

dapat

menggambar

merupakan
berkomunikasi.

terapi

atau
dalam

Selain

itu,

kemampuan motorik anak juga bisa dilatih lewat home program,


misalnya lewat aktivitas fisik seperti bermain dengan gerakan
memegang tangan anak, lalu ditarik ke atas. Semua dilakukan di
bawah pemantaun ahli medis. Agar home program lebih sempurna,
program terapi dilakukan secara terpadu bersama tim medis, baik
di rumah maupun di tempat terapi, dengan orang tua sebagai
manager.

B. Kerangka Teori Penelitian

36

Kerangka teori atau tinjauan teori adalah dimaksudkan agar


peneliti dapat meletakkan atau mengidentifikasi masalah yang ingin
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka teori dalam penelitian ini dapat
digambarkan melalui sebuah bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Orang Tua
-Pengertian Orang Tua
-Peranan Orang Tua
-Fungsi Pokok Orang Tua

Tingkat Pengetahuan
Tentang Autis :
-Konsep autis
-Karakteristik autis
-Penyebab autis
-Tanda dan Gejala
Anak Autis
- Kriteria Autisme

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan
- Pendidian
- Pekerjaan
- Umur
- Minat
- Pengalaman
- Kebudayaan
- Informasi
- Media

Kemampuan Merawat
Anak Autis :
Terapi Autis
-Terapi medikamentosa
-Terapi biomedis
-Terapi wicara
-Terapi perilaku
-Terapi okupasi

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konseptual merupakan gambaran atau arahan asumsi
mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil
sebuah sintesis dari proses berpikir deduktif maupun induktif, dengan
kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru
Supriyanto (2008, dalam Alimul, 2010). Dalam kerangka konseptual
telah disusun untuk menentukan pertanyaan yang akan dijawab dan

37

bagaimana prosedur penelitian akan dilakukan untuk menemukan


pertanyaan jawaban tersebut.
Agar memperoleh gambaran secara jelas ke arah mana penelitian
itu berjalan atau data apa yang dikumpulkan, perlu dirumuskan
kerangka

konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada

hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta


variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoatmodjo, 2010).
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan Orang Tua


Tentang Autis

Kemampuan Merawat Anak Autis


Di Rumah

Baik

Mampu

Kurang

Tidak Mampu

Keterangan :
: Diteliti
: Berhubungan

D. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil
suatu

penelitian

pada

hakikatnya

adalah

suatu

jawaban

atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Jadi hipotesis didalam


penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka

38

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Setiadi, 2007).
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka pernyataan pada
penelitian ini adalah :
Ha : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua
tentang autis dengan kemampuan merawat anak autis
dirumah.
H0 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang
autis dengan kemampuan merawat anak autis dirumah.

Das könnte Ihnen auch gefallen