Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sesudah Amandemen: MPR berwenang sebagai lembaga yang melantik presiden dan wakil
presiden saja, karena sebelumnya MPR juga memilih, mengangkat, dan memberhentikan
presiden dan wakil presiden
Pasal 3 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR hanya berwenang untuk memakzulkan presiden dan wakil
presiden berdasarkan UUD, dengan alasan presiden/wapres itu gagal dalam melaksanakan
pemerintahan. Mereka tidak berwenang untuk memilihnya
Pasal 5 ayat 1
Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak penuh untuk membentuk UU dengan
persetujuan DPR sehingga dengan demikian UU yang dibentuk itu pasti bisa disahkan
Sesudah Amandemen: Presiden hanya berhak untuk membuat dan mengajukan RUU kepada
DPR untuk kemudian dibahas dan disahkan. Kelebihan dari pengubahan ini adalah RUU
yang sebelum dijadikan UU bisa dilakukan wacana terlebih dahulu, apakah sesuai dengan
kondisi yang ada di masyarakat
Pasal 6 ayat 1
Sebelum Amandemen: Latar belakang presiden Indonesia pada saat itu hanya disebutkan
harus orang Indonesia tanpa menjelaskan syarat yang lebih jelas lainnya
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen latar belakang seorang presiden semakin
dipertegas dengan beberapa syarat, seperti harus mampu melaksanakan tugas kepresidenan
secara jasmani dan rohani
Pasal 6 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden dipilih langsung oleh MPR dengan suara terbanyak tanpa
adanya campur tangan rakyat, sehingga rakyat tak pernah tahu bagiamana sosok/figur yang
akan menjadi pemimpin negara waktu itu
Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wapres diatur oleh UU
sehingga sesuai dengan ketentuan UU, maka dalam hal ini masyarakat Indonesia berhak
untuk memilih presiden serta wapres, tanpa ikut campur MPR secara langsung
Pasal 6A ayat 1
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Di sini menegaskan tentang hak pilih rakyat dalam pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden secara langsung, sehingga hal ini tentu berbeda dengan masa Orde Baru
saat era kepemimpinan mantan Presiden Soeharto
Pasal 6A ayat 2
Pasal 7B ayat 7
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden atau wakil presiden yang terbukti bersalah akan
korupsi/suap/tindakan tercela lainnya diberi hak untuk menyampaikan penjelasannya di
sidang paripurna MPR sebelum MPR melakukan penghitungan suara dari anggotanya dengan
jumlah anggota yang hadir paling tidak dan jumlah suara paling tidak sebanyak 2/3 dari
yang hadir itu
Pasal 7C
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden tidak meiliki hak untuk membekukan ataupun membubarkan
DPR karena DPR adalah lembaga wakil rakyat yang berfungsi utuk melaksanakan fungsi
pengawasannya terhadap kinerja pemerintah
Pasal 8 ayat 1
Sebelum Amandemen: Wakil presiden memiliki hak untuk menggantikan posisi presiden
apabila ada kondisi tertentu yang menghalanginya untuk berhenti bertugas. Wakil presiden
tersebut akan menggantikannya sampai habis
Sesudah Amandemen: Wakil Presiden berhak menggantikan posisi presiden dalam
menjalankan tugasnya sampai masa presiden yang mangkat itu habis, bukannya sampai masa
seumur hidup
Pasal 8 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden yang disebabkan
oleh sakit/meninggal dunia/sebab lainnya, maka MPR akan menyelenggarakan rapat sidang
untuk membahas dua calon wapres yang sebelumnya diusulkan oleh presiden
Pasal 8 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila terdapat keadaan di mana presiden & wakil presiden secara
bersama-sama tidak bisa melaksanakan kewajibannya, maka pelaksana tugas kepresidenan
yang terdiri dari Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan
berkewajiban melaksanakan tugas kepresidenan untuk sementara. Sedangkan MPR diberi hak
selambat-lambatnya 30 hari untuk melakukan sidang dalam penentuan Presiden dan Wakil
Presiden baru dengan calon yang diusulkan oleh dua partai politik yang menduduki posisi
dua dan tiga pada pemilihan umum sebelumnya. Calon Presiden dan Wakil Presiden yang
terpilih itu nantinya akan bekerja selama masa jabatan Presiden yang berhalangan
sebelumnya.
Pasal 9 ayat 1
Sebelum Amandemen: Presiden diterangkan dalam janjinya untuk menjalankan peraturan
dengan seluas-luasnya tanpa batas yang nyata. Sehingga, hal ini membuat suatu kelemahan
pada citra Presiden tanpa memandang rakyat
Sesudah Amandemen: Janji presiden sesudah amandemen berubah yang dicirikan dengan
Presiden menjalankan peraturan selurus-lurusnya dengan UU sehingga diharapkan tidak
terjadi penyelewengan kekuasaan
Pasal 9 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Sumpah yang diucapkan oleh Presiden dan wakilnya haruslah
disaksikan oleh MPR dihadapan MA, apabila MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang.
Dengan demikian, kesaksian oleh mereka bisa dibenarkan
Pasal 11 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Dalam pembuatan perjanjian Internasional dengan negara lain yang
berdampak
pada
perekonomian
rakyat,
Presiden
haruslah
melakukan
perundingan/pembahasan dengan DPR
Pasal 11 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Segala ketentuan mengenai Perjanjian Internasional diatur oleh
Undang-Undang yang berlaku
Pasal 13 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden berhak menerima duta dari negara lain tanpa melalui
pertimbangan siapapun
Sesudah Amandemen: Setelah diamandemen, ayat 2 mempertegas ayat pertama dalam hal
pengangkatan duta negara lain tapi harus melalui perundingan dengan DPR
Pasal 13 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Amandemen pada ayat 3 lebih mempertegas ayat 2 namun dengan
perbedaan dalam penempatan duta negara lain yang perlu memperhatikan usulan/melalui
perundingan dengan DPR
Pasal 14 ayat 1
Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi
kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden kepada orang tertentu
harus melalui pertimbangan Mahkamah Agung sehingga dengan demikian Presiden tidak
sewenang-wenang dalam memberikan grasi dan semacamnya
Pasal 14 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi
kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pada ayat 2, pemberian amnesti dan abolisi oleh Presiden harus
melalui pertimbangan DPR, bukannya MA
Pasal 15
Sebelum Amandemen: Presiden berhak kapanpun dan sesuai dengan kemauannya
memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda-tanda kehormatan kepada siapapun
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden dalam memberikan gelar, tanda jasa,
dan tanda kehormatan kepada seseorang haruslah sesuai dengan perundangan yang berlaku
Pasal 16 ayat 1
Sebelum Amandemen: Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan sesuai dengan
perundangan yang berlaku di Indonesia
Pasal 16 ayat 2
Sebelum Amandemen: DPA berkewajiban memberikan jawab kepada Presiden dan
memajukan usul kepada pemerintah
Pasal 16 ayat 1 dan 2
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden berhak mengangkat DPA yang
memiliki tugas untuk memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian, pasal 16 ayat (1) dan (2) sesudah
amandemen dilebur menjadi satu tapi dirubah dalam hal konten
Pasal 17 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk mengangkat dan memberhentikan
menteri-menteri yang membantunya dalam bertugas
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, tidak ada perubahan pada ayat 2 ini secara
kontekstual
Pasal 17 ayat 3