Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KATA PENGANTAR
Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS) perlu diketahui dan
dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan
penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada semua pemangku
kepentingan dan masyarakat pada umumnya.
Penerbitan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pegangan dan memberi kemudahan bagi semua pemangku kepentingan
dalam menyampaikan informasi tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 24
Tahun 2011 tentang BPJS.
Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial ini secara ringkas memuat informasi tentang JKN itu sendiri
yang mencakup: Mengapa perlu Jaminan Kesehatan Nasional, Mekanisme
dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Disamping itu buku ini
juga dilengkapi dengan Bagaimana cara mendefinisikan pesan kunci untuk
dikomunikasikan kepada publik serta Kumpulan pertanyaan yang sering
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
LATAR BELAKANG 8
MENGAPA PERLU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
MEKANISME JAMINAN KESEHATAN SOSIAL
12
15
16
17
20
Kepesertaan
21
Pembiayaan
25
Pelayanan
29
30
Pengorganisasian
32
Penanganan Keluhan
36
39
Pengertian BPJS
40
Kepesertaan
47
Iuran
51
Manfaat
54
MENGIDENTIFIKASI PESAN KUNCI & MENYAMPAIKAN MATERI
71
72
Menyampaikan Materi
75
78
DAFTAR SINGKATAN
Askes
: Asuransi Kesehatan
BCG
BPJS
DJSN
DPT-HB
INA CBGs
Jamkesda
Jamsostek
JKN
PBI
Perpres
: Peraturan Presiden
PNS
Polri
PTKP
SJSN
TNI
UHC
UU
: Undang-undang
UUD
: Undang-undang Dasar
WHA
WHO
WNI
LATAR BELAKANG
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh
segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu
tercantum dalam Deklarasi Per
serikatan Bangsa
-Bangsa tahun 1948
tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan,
setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan
dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial
yang diperlu
kan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,
menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau
keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di
luar kekuasaannya.
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa
negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial,
antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health
Coverage). Dalam sidang ke58 tahun 2005 di Jenewa, World Health
Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya pengembangan sistem
pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat
pelaksanaan
tersebut,
Kemen
terian
Kesehatan
10
dan pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional.
11
MENGAPA PERLU
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
12
Seperti kata bijak, tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali
perubahan itu sendiri. Setiap manusia mengalami perubahan, dari kecil,
dewasa, lalu tua, dan renta. Itu sudah pasti. Namun dalam kepastian itu,
ada beberapa hal yang datang tak terduga. Sakit, misalnya, bisa datang
kapanpun, tak dinyana-nyana. Sakit bisa datang ketika kita masih produktif,
berpenghasilan cukup, sehingga mampu menjangkau biaya pengobatan.
Tetapi sakit juga bisa datang ketika kita sudah tua dengan penghasilan
mulai menurun atau menjadi tidak berpenghasilan karena sakit. Dalam
keadaan seperti ini, bagaimana kita bisa mendapatkan perawatan dan
pelayanan kesehatan yang memadai, ter jangkau, kapan saja, dan di mana
saja?
Asuransi kesehatan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya
kesehatan dari kantong sendiri out of pocket, dalam jumlah yang sulit
diprediksi dan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar.
Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan
karena peserta membayar premi dengan besaran tetap. Dengan demikian
pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara gotong royong oleh
keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per
orang.
Tetapi asuransi kesehatan saja tidak cukup. Diperlukan Asuransi Kesehatan
Sosial atau Jaminan Kesehatan Sosial (JKN). Mengapa? Pertama, premi
asuransi komersial relatif tinggi sehingga tidak terjangkau bagi sebagian
besar masyarakat. Kedua, manfaat yang ditawarkan umumnya terbatas.
Sebaliknya, asuransi kesehatan sosial memberikan beberapa keuntungan
13
14
MEKANISME
JAMINAN KESEHATAN SOSIAL
15
demikian,
Jaminan
Kesehatan
Nasional
(JKN)
yang
16
Asuransi Komersial
2. Non Profit
2. Profit
3. Manfaat komprehensif
17
18
19
PENYELENGGARAAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
20
I. KEPESERTAAN
Beberapa pengertian:
Peserta
adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja
adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan
PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a.
Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
b.
Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a)
b)
Anggota TNI;
c)
Anggota Polri;
Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
21
d)
Pejabat Negara;
e)
f)
Investor;
b)
Pemberi Kerja;
c)
Penerima Pensiun;
d)
Veteran;
e)
f)
b)
22
c)
d)
b.
Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria:
1.
2.
23
7) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
8) Prosedur pendaftaran Peserta
a.
b.
c.
24
b.
c.
II. PEMBIAYAAN
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah
untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013
tentang Jaminan Kesehatan).
25
2. Pembayar Iuran
bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh
Pemberi Kerja dan Pekerja.
bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan
Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui
Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai
dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar
hidup yang layak.
3. Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah)
atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan
secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan
dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
26
27
28
III. PELAYANAN
1.
Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2.
Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
29
30
31
V. PENGORGANISASIAN
1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik
milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada
Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua)
orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang
unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan
Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal
dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.
A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian
sebagai berikut:
32
1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS.
2) Dewan Pengawas bertugas untuk:
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
33
1)
2)
b.
b.
c.
d.
d.
e.
melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS paling
banyak Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan
34
35
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi: a. Dewan pengawas; dan b. Satuan pengawas internal. Sedangkan Pengawasan eksternal dilakukan oleh: a. DJSN; dan b. Lembaga pengawas independen.
5. Tempat dan kedudukan BPJS
Kantor Pusat BPJS berada di ibu kota Negara, dengan jaringannya di
seluruh kabupaten/kota.
Pengertian
Keluhan adalah ungkapan ketidakpuasan peserta terhadap pelayanan
yang telah diberikan dalam hal ini penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Penanganan keluhan adalah upaya atau proses untuk mengetahui
suatu permasalahan dengan jelas, menilai, dan menyelesaikan
permasalahan tersebut.
36
c.
d.
e.
f.
Transparan:
penanganan
keluhan
masya
rakat
dilakukan
37
38
TANYA JAWAB
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
39
PENGERTIAN
Apa itu SJSN?
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial.
40
41
42
43
44
45
46
KEPESERTAAN
Bagaimana pentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan?
Pentahapannya sebagai berikut:
1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit
meliputi :
a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan anggota keluarganya
c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan
anggota keluarganya
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero)
Asuransi
Kesehatan
Indonesia
(ASKES)
dan
anggota
keluarganya
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero
(Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan
anggota keluarganya
47
48
49
50
IURAN
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan.
jaminan
kesehatan
bagi
anggota
keluarga
tambahan
51
52
53
MANFAAT
54
55
56
57
58
59
60
61
Apakah peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan lainnya?
Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan
tambahan.
Pada peserta jaminan kesehatan yang mempunyai asuransi kesehatan tambahan ketika sakit dan harus dirawat
siapa yang akan menjamin biayanya?
BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi kesehatan tambahan
62
63
Bagaimana bila fasilitas kesehatan rawat jalan tidak memiliki sarana penunjang?
Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang,
wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk
menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.
Bagaimana dengan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta?
1. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta jaminan
64
65
66
Apakah sebagai peserta BPJS Kesehatan masih dikenai biaya tambahan dari fasilitas kesehatan?
Tidak boleh dikenai biaya tambahan, kecuali peserta tidak mengikuti
standar peraturan yang telah ditetapkan.
67
68
69
pengaduan
harus
memperoleh
penanganan
dan
70
KOMUNIKASI KE PUBLIK
MENDEFINISIKAN PESAN KUNCI
& MENYAMPAIKAN MATERI
72
Dalam menyusun Pesan Kunci, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah:
Harus sesuai dengan target audiens.
Jumlah Pesan Kunci tidak boleh terlalu banyak; tidak lebih dari dua atau
tiga buah. Hal ini berlaku bahkan untuk pidato/wawancara yang cukup
panjang.
Harus singkat, padat, dan jelas; tidak lebih dari satu atau dua kalimat.
Sebaiknya sebelum memulai komunikasi ke publik (presentasi,
wawancara, dll.) Pesan Kunci sudah dibuat secara tertulis, sehingga
dapat dipastikan bahwa kalimatnya jelas dan tidak terlalu panjang.
Mengembangkan PESAN KUNCI
Beberapa
langkah
perlu
dilakukan
agar
Juru
Bicara
mampu
73
74
pandangan
ke
semua
audiens;
bahkan,
apabila
75
76