Sie sind auf Seite 1von 76

BUKU PEGANGAN SOSIALISASI

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

KATA PENGANTAR
Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS) perlu diketahui dan
dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan
penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada semua pemangku
kepentingan dan masyarakat pada umumnya.
Penerbitan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pegangan dan memberi kemudahan bagi semua pemangku kepentingan
dalam menyampaikan informasi tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 24
Tahun 2011 tentang BPJS.
Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial ini secara ringkas memuat informasi tentang JKN itu sendiri
yang mencakup: Mengapa perlu Jaminan Kesehatan Nasional, Mekanisme
dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Disamping itu buku ini
juga dilengkapi dengan Bagaimana cara mendefinisikan pesan kunci untuk
dikomunikasikan kepada publik serta Kumpulan pertanyaan yang sering

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

muncul terkait JKN berikut jawabannya (Frequently Asked Questions/FAQ).


Dengan terbitnya buku ini diharapkan masyarakat akan mengetahui
dan memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga pada
saat pelaksanaannya kelak masyarakat faham dan sadar akan hak dan
kewajiban mereka serta dapat memanfaatkan jaminan kesehatan dengan
baik dan benar.
Sebagai sebuah living document buku ini masih belum sempurna dan akan
terus dikembangkan sesuai kebutuhan pemangku kepentingan di pusat
dan daerah serta pihak lain yang berkepentingan dalam sosialisasi JKN
kepada masyarakat luas. Masukan yang konstruktif dari para pembaca
untuk penyempurnaan sangat diharapkan.

Tim penyusun bahan sosialisasi dan advokasi JKN

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN

LATAR BELAKANG 8
MENGAPA PERLU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

MEKANISME JAMINAN KESEHATAN SOSIAL

Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial


(Jaminan Kesehatan Nasional-JKN)

Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional



PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

12
15
16
17
20

Kepesertaan

21

Pembiayaan

25

Pelayanan

29

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

30

Pengorganisasian

32

Penanganan Keluhan

36

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

TANYA JAWAB JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

39

Pengertian BPJS

40

Kepesertaan

47

Iuran

51

Manfaat

54


MENGIDENTIFIKASI PESAN KUNCI & MENYAMPAIKAN MATERI

71

Mendefinisikan Pesan Kunci

72

Menyampaikan Materi

75

ALAMAT & KONTAK PENANGGUNGJAWAB PROGRAM

78

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

DAFTAR SINGKATAN

Askes

: Asuransi Kesehatan

BCG

: Baccile Calmett Guerin

BPJS

: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

DJSN

: Dewan Jaminan Sosial Nasional

DPT-HB

: Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Hepatitis B

INA CBGs

: Indonesia Case Based Groups

Jamkesda

: Jaminan Kesehatan Daerah

Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jamsostek

: Jaminan Sosial Tenaga Kerja

JKN

: Jaminan Kesehatan Nasional

PBI

: Penerima Bantuan Iuran

Perpres

: Peraturan Presiden

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

PNS

: Pegawai Negeri Sipil

Polri

: Polisi Republik Indonesia

PTKP

: Penghasilan Tidak Kena Pajak

SJSN

: Sistem Jaminan Sosial Nasional

TNI

: Tentara Nasional Indonesia

UHC

: Universal Health Coverage

UU

: Undang-undang

UUD

: Undang-undang Dasar

WHA

: World Health Assembly

WHO

: World Health Organization

WNI

: Warga Negara Indonesia

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

LATAR BELAKANG
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh
segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu
tercantum dalam Deklarasi Per
serikatan Bangsa
-Bangsa tahun 1948
tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan,
setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan
dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial
yang diperlu
kan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,
menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau
keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di
luar kekuasaannya.
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa
negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial,
antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health
Coverage). Dalam sidang ke58 tahun 2005 di Jenewa, World Health
Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya pengembangan sistem
pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada


mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke58 mengeluarkan resolusi
yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui
Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
kesehatan sosial. WHA juga menyarankan kepada WHO agar mendorong
negara-negara anggota untuk mengevaluasi dampak perubahan sistem
pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ketika mereka ber
gerak menuju Universal Health Coverage.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5
juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub
dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992
yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam
UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero)
yang mela
yani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun,
veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan


Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagibagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang
No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini
mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk
termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya
dimulai 1 Januari 2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain:
Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).
Mendukung

pelaksanaan

tersebut,

Kemen
terian

Kesehatan

memberikan prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi


kesehatan. Kementerian Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi
berupa Peraturan Menteri, yang akan menjadi payung hukum untuk
mengatur antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan tingkat
pertama, dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Peraturan
Menteri juga akan mengatur jenis dan plafon harga alat bantu kesehatan

10

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

dan pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

11

MENGAPA PERLU
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

12

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Seperti kata bijak, tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali
perubahan itu sendiri. Setiap manusia mengalami perubahan, dari kecil,
dewasa, lalu tua, dan renta. Itu sudah pasti. Namun dalam kepastian itu,
ada beberapa hal yang datang tak terduga. Sakit, misalnya, bisa datang
kapanpun, tak dinyana-nyana. Sakit bisa datang ketika kita masih produktif,
berpenghasilan cukup, sehingga mampu menjangkau biaya pengobatan.
Tetapi sakit juga bisa datang ketika kita sudah tua dengan penghasilan
mulai menurun atau menjadi tidak berpenghasilan karena sakit. Dalam
keadaan seperti ini, bagaimana kita bisa mendapatkan perawatan dan
pelayanan kesehatan yang memadai, ter jangkau, kapan saja, dan di mana
saja?
Asuransi kesehatan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya
kesehatan dari kantong sendiri out of pocket, dalam jumlah yang sulit
diprediksi dan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar.
Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan
karena peserta membayar premi dengan besaran tetap. Dengan demikian
pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara gotong royong oleh
keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per
orang.
Tetapi asuransi kesehatan saja tidak cukup. Diperlukan Asuransi Kesehatan
Sosial atau Jaminan Kesehatan Sosial (JKN). Mengapa? Pertama, premi
asuransi komersial relatif tinggi sehingga tidak terjangkau bagi sebagian
besar masyarakat. Kedua, manfaat yang ditawarkan umumnya terbatas.
Sebaliknya, asuransi kesehatan sosial memberikan beberapa keuntungan

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

13

sebagai berikut. Per


tama, memberikan manfaat yang komprehensif
dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi kesehatan sosial menerapkan
prinsip kendali biaya dan mutu. Itu berarti peserta bisa mendapatkan
pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang wajar dan terkendali,
bukan terserah dokter atau terserah rumah sakit.
Ketiga, asuransi kesehatan sosial menjamin sustainabilitas (kepastian
pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan). Keempat,
asuransi kesehatan sosial memiliki portabilitas, sehingga dapat digunakan
di seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh
warga, kepesertaan asuransi kesehatan sosial/ JKN bersifat wajib.

14

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

MEKANISME
JAMINAN KESEHATAN SOSIAL

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

15

1. Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan


Nasional-JKN)
Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa
pengertian yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut
adalah:
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau
anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004).
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.
Dengan

demikian,

Jaminan

Kesehatan

Nasional

(JKN)

yang

dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan So


sial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak.

16

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Kelebihan sistem asuransi sosial di banding kan dengan asuransi


komersial antara lain:
Asuransi Sosial

Asuransi Komersial

1. Kepesertaan bersifat wajib


(untuk semua penduduk) * *

1. Kepesertaan bersifat sukarela

2. Non Profit

2. Profit

3. Manfaat komprehensif

3. Manfaat sesuai dengan premi


yang dibayarkan.

** berpotensi mencakup 100% penduduk (universal coverage) dan


relatif dapat menekan peningkatan biaya pelayanan kesehatan.

2. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
Prinsip kegotongroyongan
Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip
dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar
dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud
karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk,
tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

17

royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi


seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Pe
nyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for
profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar
-be
sarnya kepentingan peserta. Dana yang
dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi,
dan efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh
kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan
hasil pengembangannya.
Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar selu
ruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat

18

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan


kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja
di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat
menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

19

PENYELENGGARAAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

20

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

I. KEPESERTAAN
Beberapa pengertian:
Peserta
adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja
adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan
PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a.

Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b.

Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a)

Pegawai Negeri Sipil;

b)

Anggota TNI;

c)

Anggota Polri;
Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

21

d)

Pejabat Negara;

e)

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f)

Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang


menerima Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a)

Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.


c)

Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk


warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:


a)

Investor;

b)

Pemberi Kerja;

c)

Penerima Pensiun;

d)

Veteran;

e)

Perintis Kemerdekaan; dan

f)

Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e


yang mampu membayar Iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas:


a)

Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b)

Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak


pensiun;

22

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

c)

Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

d)

Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu da


ri penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d
yang mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a.

Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b.

Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria:
1.

tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai


penghasilan sendiri; dan

2.

belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia


25 (duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.

Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan


anggota keluarga yang lain.
5) WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri


diatur dengan keten
tuan peraturan perundang
-undangan ter
sendiri.
6) Syarat pendaftaran

Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

23

7) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
8) Prosedur pendaftaran Peserta
a.

Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS


Kesehatan.

b.

Pemberi Kerja mendaftarkan peker


janya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

c.

Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan


keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

9) Hak dan kewajiban Peserta


Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan a) identitas Peserta dan b) manfaat pelayanan
kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
Setiap Peserta yang telah terdaftar pa
da BPJS Kesehatan
berkewajiban untuk: a. membayar iuran dan b. melaporkan data
kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
10) Masa berlaku kepesertaan
a.

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama


yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok
peserta.

24

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

b.

Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar


Iuran atau meninggal dunia.

c.

Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur


oleh Peraturan BPJS.

11) Pentahapan kepesertaan


Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara
bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya
paling sedikit meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS
di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya;
Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya;
peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota
keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
Jamsostek dan anggota keluarganya. Se
lanjutnya tahap kedua
meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

II. PEMBIAYAAN
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah
untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013
tentang Jaminan Kesehatan).

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

25

2. Pembayar Iuran
bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh
Pemberi Kerja dan Pekerja.
bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan
Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui
Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai
dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar
hidup yang layak.
3. Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah)
atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan
secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan
dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling

26

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.


Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi
kelebih
an atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau
Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan
dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur
dengan Peraturan BPJS Kesehatan.
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBGs.
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas
Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu
daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi,
BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran
dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama
dengan BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat
darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

27

dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke


fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang
tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat
darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
5. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan
yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari
sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran
kepada Fasilitas Kesehatan diten
tukan berdasarkan kesepakatan
antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran
atas pro
gram JKN yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta man
faat tambahan berupa
manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya:
Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi
daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara
biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar
akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya
(additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta
PBI.

28

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya,


BPJS Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam
bentuk laporan pengelolaan program dan la
poran keuangan
tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan
yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya.
Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif
melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua)
media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional,
paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

III. PELAYANAN
1.

Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

2.

Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

29

pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat


lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS
Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa:
penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau pe
nyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya
digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas
Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik
fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta
yang memenuhi persya
ratan melalui proses kredensialing dan
rekredensialing.

IV. MANFAAT JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu
manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis
meliputi akomodasi dan ambulans.

30

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan


dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit
penyuluhan mengenai penge
lolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar
dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
risiko penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif,
masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: a. Tidak sesuai
prosedur; b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS; c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General checkup,

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

31

pengobatan alternatif; e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan,


pengobatan impotensi; f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan
g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

V. PENGORGANISASIAN
1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik
milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada
Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua)
orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang
unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan
Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal
dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.
A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian
sebagai berikut:

32

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS.
2) Dewan Pengawas bertugas untuk:
a.

melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan


kinerja Direksi;

b.

melakukan pengawasan atas pelak


sanaan pengelolaan dan
pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c.

memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi


mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan

d.

menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan


Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan
tembusan kepada DJSN.

3) Dewan Pengawas berwenang untuk:


a.

menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;

b.

mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

c.

mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

d.

melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai


penyelenggaraan BPJS; dan

e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai


kinerja Direksi.
B. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi
Dalam menyelenggarakan JKN, Direksi BPJS mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang sebagai berikut:

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

33

1)

Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan


operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan
Manfaat sesuai dengan haknya.

2)

Direksi bertugas untuk:


a.

melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;

b.

mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan

c. menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan


Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.
3) Direksi berwenang untuk:
a.

melaksanakan wewenang BPJS;

b.

menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan


fungsi, tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian;

c.

menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk


mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai
BPJS serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;

d.

mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan


Pengawas dan Direksi;

d.

menetapkan ketentuan dan tata ca


ra pengadaan barang
dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi,
dan efektivitas;

e.

melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS paling
banyak Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan

34

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

persetujuan Dewan Pengawas;


f.

melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari


Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000.000 (lima ratus mi
liar rupiah) dengan
persetujuan Presiden; dan

h. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari


Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi diatur dengan Peraturan Direksi.
Persyaratan untuk menjadi Dewan Pengawas dan Dewan Direksi diatur
dalam UU Nomor 24 tahun 2011.
2. Hubungan Antar Lembaga
BPJS melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah, lembaga lain
di dalam negeri atau di luar negeri dalam rangka meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program Jaminan Sosial (JKN).
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya. Kegiatan
ini merupakan tanggung jawab Menteri Kese
hatan yang dalam
pelaksanaannya berkoordi
nasi dengan Dewan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

35

4. Pengawasan
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi: a. Dewan pengawas; dan b. Satuan pengawas internal. Sedangkan Pengawasan eksternal dilakukan oleh: a. DJSN; dan b. Lembaga pengawas independen.
5. Tempat dan kedudukan BPJS
Kantor Pusat BPJS berada di ibu kota Negara, dengan jaringannya di
seluruh kabupaten/kota.

VI. PENANGANAN KELUHAN


1.

Pengertian
Keluhan adalah ungkapan ketidakpuasan peserta terhadap pelayanan
yang telah diberikan dalam hal ini penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Penanganan keluhan adalah upaya atau proses untuk mengetahui
suatu permasalahan dengan jelas, menilai, dan menyelesaikan
permasalahan tersebut.

2. Prinsip Penanganan Keluhan


a.

36

Obyektif: penanganan keluhan masyarakat harus berdasarkan

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

fakta atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu


yang ditetapkan.
b.

Responsif (cepat dan akurat): setiap pengaduan dan permasalahan


perlu ditangani/ditanggapi secara cepat dan tepat. Untuk itu
penanganan dan penyelesaian pengaduan diselesaikan pada
tingkat yang terdekat dengan lokasi timbulnya masalah.

c.

Koordinatif: penanganan keluhan masyarakat harus dilaksanakan


dengan kerja sama yang baik di antara pejabat yang berwenang
dan terkait, berdasarkan mekanisme, tata kerja, dan prosedur yang
berlaku, sehingga permasalahan dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.

d.

Efektif dan efisien: penanganan keluhan masyarakat harus


dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu, dan biaya.

e.

Akuntabel: proses penanganan keluhan masyarakat dan tindak


lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan per
aturan perundang-
undangan dan
prosedur yang berlaku.

f.

Transparan:

penanganan

keluhan

masya
rakat

dilakukan

berdasarkan mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka,


se
hingga masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui
perkembangan tindak lanjutnya.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

37

3. Mekanisme Penanganan Keluhan


Penanganan keluhan merupakan salah satu komponen untuk
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan, baik yang bersifat ad
ministratif maupun bersifat medis. Permasalahan bisa terjadi antara
Peserta dan Fasilitas Kesehatan; antara Peserta dan BPJS Kesehatan;
antara BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan; atau antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan.
Mekanisme yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan ketidakpuasan
para pihak tersebut adalah: 1) Jika Peserta tidak puas terhadap pelayanan
yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, Peserta dapat mengajukan pengaduan kepada Fasilitas
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS dan atau BPJS Kesehatan. 2)
Jika Peserta dan/atau fasilitas kesehatan tidak mendapatkan pelayanan
yang baik dari BPJS Kesehatan maka dapat menyampaikan pengaduan
kepada Menteri Kesehatan.
Jika terjadi sengketa antara Peserta dengan fasilitas kesehatan, Peserta
dengan BPJS kesehatan, BPS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan atau
BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan maka sebaiknya
diselesaikan secara musyawarah oleh para pihak yang bersengketa.
Jika tidak dapat diselesaikan secara musyawarah sengketa diselesaikan
dengan cara mediasi atau pengadilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

38

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

TANYA JAWAB
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

39

PENGERTIAN
Apa itu SJSN?
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial.

Apa itu DJSN?


Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) adalah Dewan yang berfungsi untuk
membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi
penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Apa itu BPJS ?


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS
terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Apa itu BPJS Kesehatan?


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan

40

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan


kesehatan.

Kapan BPJS Kesehatan mulai operasional?


BPJS Kesehatan mulai opersional pada tanggal 1 Januari 2014.

Apa saja jenis jaminan sosial?


Jaminan Kesehatan;
Jaminan Kecelakaan Kerja;
Jaminan Hari Tua;
Jaminan Pensiun; dan
Jaminan Kematian.

Apa itu Jaminan Kesehatan ?


Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.

Siapa saja yang menjadi peserta BPJS Kesehatan?


Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan
yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

41

Ada berapa kelompok peserta BPJS Kesehatan ?


Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu :
1. PBI jaminan kesehatan.
2. bukan PBI jaminan kesehatan.

Apa yang dimaksud dengan PBI Jaminan Kesehatan?


PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU
SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program
Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh
pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah.

Siapa saja yang lain yang berhak menjadi peserta PBI


Jaminan Kesehatan?
Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang
mengalami cacat total tetap dan tidak mampu.

Apa yang dimaksud dengan cacat total tetap dan siapa


yang berwenang menetapkannya ?
Cacat total tetap merupakan kecacatan fisik dan/atau mental yang
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang berwenang.

42

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Siapa saja peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan?


Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri atas:
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya

Apa yang dimaksud dengan pekerja?


Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.

Apa yang dimaksud dengan pekerja penerima upah?


Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi
kerja dengan menerima gaji atau upah.

Siapa saja yang termasuk pekerja penerima upah ?


Pekerja penerima upah terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota TNI
3. Anggota POLRI
4. Pejabat Negara
5. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
6. Pegawai Swasta dan
7. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

43

Apa yang dimaksud dengan pekerja bukan penerima upah?


Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri.

Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima upah?


Pekerja bukan penerima upah terdiri atas:
1. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri
2. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima upah.

Apa yang dimaksud dengan bukan pekerja?


Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu
membayar iuran Jaminan Kesehatan

Siapa saja yang termasuk bukan pekerja?


Yang termasuk kelompok bukan pekerja terdiri atas:
1. Investor;
2. Pemberi kerja;
3. Penerima pensiun;
4. Veteran;
5. Perintis kemerdekaan
6. Bukan pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima
upah

44

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Siapa saja yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah


Non Pegawai Negeri Sipil?
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Tidak
Tetap, Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan
oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah.

Siapa yang dimaksud dengan pemberi kerja?


Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji,
upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Siapa saja yang dimaksud dengan anggota keluarga?


Anggota keluarga yang dimaksud meliputi:
1. Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta
2. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
peserta, dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri dan
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia
25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

45

Berapa jumlah peserta dan anggota keluarganya yang


ditanggung?
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan
kesehatan paling banyak 5 (lima) orang

Bagaimana bila jumlah peserta dan anggota keluarganya


lebih dari 5 (lima) orang?
Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang
termasuk peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain
dengan membayar iuran tambahan

Apakah boleh penduduk Indonesia tidak menjadi peserta


BPJS Kesehatan?
Tidak boleh, karena kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib. Meskipun
yang bersangkutan sudah memiliki Jaminan Kesehatan lain.

Apa yang terjadi kalau kita tidak menjadi peserta BPJS


Kesehatan?
Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua biaya yang
timbul harus dibayar sendiri dan kemungkinan bisa sangat mahal diluar
kemampuan kita.

Kapan seluruh penduduk Indonesia sudah harus menjadi


peserta BPJS Kesehatan?
Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi
peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan secara bertahap.

46

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

KEPESERTAAN
Bagaimana pentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan?
Pentahapannya sebagai berikut:
1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit
meliputi :
a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan anggota keluarganya
c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan
anggota keluarganya
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero)
Asuransi

Kesehatan

Indonesia

(ASKES)

dan

anggota

keluarganya
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero
(Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan
anggota keluarganya

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

47

2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk


sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1
Januari 2019.

Siapa yang harus mendaftarkan Penerima Bantuan Iuran


(PBI) ke BPJS Kesehatan?
Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai peserta
kepada BPJS Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Siapa yang harus mendaftarkan peserta bukan Penerima


Bantuan Iuran dan bukan pekerja kepada BPJS Kesehatan?
Setiap orang bukan pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan anggota
keluarganya sebagai peserta jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan
dengan membayar iuran.

Siapa yang harus mendaftarkan pekerja ke BPJS Kesehatan?


Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.

48

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Apa buktinya seseorang sudah terdaftar sebagai peserta di


BPJS Kesehatan?
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan identitas peserta. Identitas peserta paling sedikit memuat
nama dan nomor identitas tunggal.

Apa yang harus dilakukan peserta bila terjadi perubahan


daftar susunan keluarganya?
1. Peserta pekerja penerima upah wajib menyampaikan perubahan
daftar susunan keluarganya kepada pemberi kerja paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak terjadi perubahan data kepesertaan.
2. Pemberi kerja wajib melaporkan perubahan data kepesertaan dan
perubahan daftar susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
perubahan data peserta.
3. Peserta pekerja bukan penerima upah wajib menyampaikan
perubahan daftar susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan14
(empat belas) hari kerja sejak terjadi perubahan data kepesertaan.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

49

Bagaimana jika terjadi perubahan status kepesertaan dari


peserta PBI menjadi bukan peserta PBI atau sebaliknya?
1. Perubahan status kepesertaan dari peserta PBI Jaminan Kesehatan
menjadi bukan peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
pendaftaran ke BPJS Kesehatan dengan membayar iuran pertama.
2. Perubahan status kepesertaan dari bukan peserta PBI Jaminan
Kesehatan menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Perubahan status kepesertaan sebagaimana dimaksud tidak
mengakibatkan terputusnya manfaat jaminan kesehatan.

Apakah peserta yang pindah tempat kerja atau pindah


tempat tinggal tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan?
Peserta yang pindah tempat kerja atau pindah tempat tinggal masih
menjadi peserta program jaminan kesehatan selama memenuhi kewajiban
membayar iuran. Peserta yang pindah kerja wajib melaporkan perubahan
status kepesertaannya dan identitas pemberi kerja yang baru kepada BPJS
Kesehatan dengan menunjukkan identitas peserta.

50

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

IURAN
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan.

Berapa besar iuran tambahan yang harus dibayar oleh


peserta pekerja bukan penerima upah yang memiliki
anggota keluarga lebih dari 5 (lima) termasuk peserta?
Iuran

jaminan

kesehatan

bagi

anggota

keluarga

tambahan

dari peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan


pekerja yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5
(lima) orang termasuk peserta, dibayar oleh peserta dengan
ketentuan yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Kapan iuran harus dibayar ?


Pemberi kerja wajib membayar lunas iuran jaminan kesehatan seluruh
peserta yang menjadi tanggung jawabnya pada setiap bulan yang
Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

51

dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulankepada BPJS


Kesehatan. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran
dibayarkan pada hari kerja berikutnya.

Bagaimana jika terlambat?


1. Keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud, dikenakan denda administratif sebesar
2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak dan
ditanggung pemberi kerja.
2. Dalam hal keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan
kesehatan disebabkan karena kesalahan pemberi kerja, maka
pemberi kerja wajib membayar pelayanan kesehatan pekerjanya
sebelum dilakukan pelunasan pembayaran iuran oleh pemberi
kerja.

Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan


pekerja tanggal berapa membayar iuran setiap bulannya?
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan
paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.

Besaran iuran jaminan kesehatan sebagaimana tersebut di


atas berlaku sampai kapan?
Besaran iuran jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud di atas ditinjau

52

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

paling lama 2 (dua) tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan


Presiden.

Bagaimana jika terjadi kelebihan atau kekurangan iuran


jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau upah peserta?
1. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau upah peserta.
2. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
sebagaimana dimaksud, BPJS Kesehatan memberitahukan
secara tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya iuran.
3. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diperhitungkan dengan pembayaran
iuran bulan berikutnya.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

53

MANFAAT

Apa yang dimaksud dengan manfaat?


Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota
keluarganya.

Manfaat apa saja yang diperoleh oleh peserta dan keluarganya?


Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang
bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud terdiri atas manfaat
medis dan manfaat non medis. Manfaat medis tidak terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis meliputi manfaat
akomodasi, dan ambulans.

54

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Apakah manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan


besaran iuran ?
Ya. Manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan skala besaran iuran yang
dibayarkan.

Bagaimana dengan Ambulans?


Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi apa saja?


Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
1. Penyuluhan kesehatan perorangan.
2. Imunisasi dasar .
3. Keluarga berencana dan skrining kesehatan.

Meliputi apa saja penyuluhan kesehatan perorangan itu?


Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih
dan sehat.

Apakah saja yang termasuk dalam pelayanan imunisasi dasar?


Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

55

Apa saja yang dijamin untuk program Keluarga Berencana?


Pelayanan keluarga berencana yang dijamin meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan
lembaga yang membidangi keluarga berencana.

Bagaimana dengan manfaat skrining kesehatan?


Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan
untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
risiko penyakit tertentu.
Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatan
jenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan sebagaimana
dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri.

Meliputi apa saja pelayanan kesehatan yang dijamin ?


Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif

56

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai


6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
dan
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan mencakup:
1) Rawat jalan yang meliputi:
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan subspesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

57

2) Rawat inap yang meliputi:


a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif.
c) Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri.

Bagaimana dengan pelayanan kesehatan yang sudah


ditanggung dalam program pemerintah?
Dalam hal pelayanan kesehatan lain yang telah ditanggung dalam
program pemerintah, maka tidak termasuk dalam pelayanan kesehatan
yang dijamin.

Apakah BPJS juga menjamin alat bantu kesehatan?


Dalam hal diperlukan, peserta juga berhak mendapatkan pelayanan
berupa alat bantu kesehatan yang jenis dan plafon harganya ditetapkan
oleh Menteri.

Kelas perawatan berapa yang ditanggung ketika harus


rawat inap?
1. Di ruang perawatan kelas III bagi:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

58

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

2. Di ruang Perawatan kelas II bagi:


a. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya.
b. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya.
c. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya.
d. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya.
e. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua)
kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya.
f. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
3. Di ruang perawatan kelas I bagi:
a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya.
b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil
Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

59

c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara


Pegawai Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota
keluarganya.
d. Anggota POLRI dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara
Pegawai Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota
keluarganya.
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV dan anggota keluarganya.
f. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
g. Peserta pekerja penerima upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali PTKP
dengan status kawin dengan 2 (dua) anak dan anggota keluarganya.
h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dengan iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

Pelayanan apa saja yang tidak dijamin?


1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat
darurat.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

60

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik.


6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (Memperoleh Keturunan).
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol.
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (Health Technology
Assessment/HTA).
11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikansebagai
percobaan (eksperimen).
12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan
lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah.
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

61

Bagaimana dengan pasien kecelakaan lalulintas?


BPJS Kesehatan membayar selisih biaya pengobatan akibat kecelakaan lalu
lintas yang telah dibayarkan oleh program jaminan kecelakan lalu lintas
sesuai dengan tarif yang diberlakukan BPJS Kesehatan.

Bagaimana kalau peserta pindah kelas rawatan ke yang


lebih tinggi?
Dalam hal peserta Jaminan Kesehatan menghendaki kelas perawatan
yang lebih tinggi, selisih biaya menjadi beban peserta dan/atau asuransi
swasta yang diikuti peserta.
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran selisih biaya sebagaimana
dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri.

Apakah peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan lainnya?
Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan
tambahan.

Pada peserta jaminan kesehatan yang mempunyai asuransi kesehatan tambahan ketika sakit dan harus dirawat
siapa yang akan menjamin biayanya?
BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi kesehatan tambahan

62

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

dapat melakukan koordinasi dalam memberikan manfaat untuk Peserta


Jaminan Kesehatan yang memiliki hak atas perlindungan program asuransi
kesehatan tambahan.

Apa yang dimaksud dengan fasilitas kesehatan?


Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.

Pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mana untuk


pertama kali peserta terdaftar?
1. Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan
setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat.
2. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta
berhak memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.
3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada
di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta
terdaftar; atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

63

Bagaimana jika peserta butuh penanganan lanjutan?


Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Apakah peserta yang dirawat inap memperoleh obat dan


bahan medis habis pakai yang dibutuhkan?
Fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang dirawat inap
mendapatkan obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai
dengan indikasi medis.

Bagaimana bila fasilitas kesehatan rawat jalan tidak memiliki sarana penunjang?
Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang,
wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk
menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.

Bagaimana dengan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta?
1. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta jaminan

64

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

kesehatan pada fasilitas kesehatan berpedoman pada daftar dan harga


obat dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Daftar dan harga obat dan bahan medis habis pakai sebagaimana
dimaksud ditinjau dan disempurnakan paling lambat 2 (dua) tahun
sekali.

Bagaimana dengan peserta yang memerlukan pelayanan


gawat darurat?
1. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung
memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan.
2. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, harus segera dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan.

Bagaimana bila belum tersedia fasilitas kesehatan yang


memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan medis
peserta?
Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta,
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

65

Kompensasi apa saja yang diberikan kepada peserta?


Kompensasi yang dimaksud berupa biaya transportasi bagi pasien, satu
orang pendamping keluarga dan tenaga kesehatan sesuai indikasi medis.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur dengan
Peraturan Menteri.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan


fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan untuk pelaksanaan program jaminan kesehatan?
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas ketersediaan
fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan.

Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?


Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan kesempatan
kepada swasta untuk berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas
kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Apakah semua fasilitas kesehatan wajib kerjasama dengan


BPJS Kesehatan?
Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Fasilitas kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan dapat

66

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan

Bagaimana bentuk kerjasama serta apa syaratnya?


Kerjasama sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan membuat
perjanjian tertulis. Persyaratan kerjasama ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.

Berapa besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan


oleh BPJS?
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.

Apakah sebagai peserta BPJS Kesehatan masih dikenai biaya tambahan dari fasilitas kesehatan?
Tidak boleh dikenai biaya tambahan, kecuali peserta tidak mengikuti
standar peraturan yang telah ditetapkan.

Bagaimana dengan mutu pelayanan, efektifitas tindakan


dan efisiensi biaya ?
Pelayanan kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

67

pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta


efisiensi biaya.

Meliputi apa saja kendali mutu yang dilakukan?


Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang
ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta.
Ketentuan mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan
kesehatan sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan BPJS.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kendali mutu


dan biaya dan apa saja yang dilakukan untuk itu?
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri bertanggung
jawab untuk:
1. Penilaian teknologi kesehatan (Health Technology Assessment).
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan manfaat jaminan
kesehatan.
3. Perhitungan standar tarif.
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan
kesehatan.

68

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Siapa saja yang dilibatkan dalam proses monitoring dan


evaluasi?
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan
jaminan kesehatan, Menteri berkordinasi dengan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).

Apa yang dimaksud dengan DJSN?


Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah
Dewan yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan
kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang diberikan


oleh fasilitas kesehatan kemana harus menyampaikan
pengaduan ?
Dalam hal peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan
yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan, peserta dapat menyampaikan pengaduan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan dan/atau BPJS Kesehatan.

Bila tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS


bagaimana ?
Dalam hal peserta dan/atau fasilitas kesehatan tidak mendapatkan

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

69

pelayanan yang baik dari BPJS Kesehatan, dapat menyampaikan pengaduan


kepada Menteri.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menangani


pengaduan?
Penyampaian

pengaduan

harus

memperoleh

penanganan

dan

penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta


diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikan. Penyampaian
pengaduan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Dalam hal terjadi sengketa antara peserta dengan fasilitas


kesehatan, peserta dengan BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan
dengan fasilitas kesehatan atau BPJS Kesehatan dengan
asosiasi fasilitas kesehatan. Bagaimana penyelesaiannya?
Dalam hal tejadi sengketa antara para pihak seperti tersebut di atas
diselesaikan dengan cara musyawarah oleh para pihak yang bersengketa.
Dalam hal sengketa tidak dapat diselesaikan secara musyawarah,
sengketa diselesaikan dengan cara mediasi atau melalui pengadilan.
Cara penyelesaian sengketa melalui mediasi atau melalui pengadilan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

70

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

KOMUNIKASI KE PUBLIK
MENDEFINISIKAN PESAN KUNCI
& MENYAMPAIKAN MATERI

MENDEFINISIKAN PESAN KUNCI

Apakah yang dimaksud dengan PESAN KUNCI ?


Pesan Kunci adalah pesan utama yang ingin disampaikan terkait
sebuah isu, dimana pesan tersebut harus dapat diterima/dipahami
oleh target audiens yang dituju.
Setiap individu dalam kelompok target bisa saja mengingat detil-detil
yang berbeda, tetapi harus dipastikan bahwa mayoritas dari mereka
mampu mengingat pesan utama yang disampaikan dalam satu atau dua
kalimat yang sederhana.
Tujuan dari Penyiapan PESAN KUNCI
Memiliki kontrol terhadap jalannya sebuah wawancara atau
presentasi; tidak terbawa dengan agenda dari media/pihak ke-tiga.
Dapat secara konsisten menyampaikan maksud perusahaan / institusi
menyangkut isu tertentu.

72

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Dalam menyusun Pesan Kunci, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah:
Harus sesuai dengan target audiens.
Jumlah Pesan Kunci tidak boleh terlalu banyak; tidak lebih dari dua atau
tiga buah. Hal ini berlaku bahkan untuk pidato/wawancara yang cukup
panjang.
Harus singkat, padat, dan jelas; tidak lebih dari satu atau dua kalimat.
Sebaiknya sebelum memulai komunikasi ke publik (presentasi,
wawancara, dll.) Pesan Kunci sudah dibuat secara tertulis, sehingga
dapat dipastikan bahwa kalimatnya jelas dan tidak terlalu panjang.
Mengembangkan PESAN KUNCI
Beberapa

langkah

perlu

dilakukan

agar

Juru

Bicara

mampu

mengembangkan Pesan Kunci yang ingin disampaikan. Pengembangan


ini membuat target audiens dapat lebih mudah menyerap Pesan Kunci
tersebut sekaligus membuat komunikasi yang terjadi lebih menarik bagi
mereka karena memiliki konteks kekinian (terkait dengan situasi terkini
yang terjadi).
Langkah-Langkah mengembangkan Pesan Kunci:
1. Mendiskusikan Pesan Kunci yang ingin disampaikan dengan tim.
2. Mencoba mengaitkan Pesan Kunci dengan isu yang sedang
berkembang.

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

73

3. Mengelaborasi fakta lainnya agar mendukung Pesan Kunci.


Fakta-fakta ini yang kemudian disusun sebagai Pesan Pendukung.


Biasanya, tiap Pesan Kunci diperkuat dengan tiga fakta/Pesan
Pendukung (format : trisula).

4. Menyampaikan Pesan Kunci secara berulang-ulang.


Oleh karenanya, Pesan Kunci harus dipersiapkan dengan variasi frasa
untuk disampaikan di awal, di tengah, dan di akhir wawancara/
komunikasi ke publik.
Menyampaikan PESAN KUNCI
Agar penyampaiannya efektif, maka Juru Bicara/Komunikator harus
BERLATIH.
Tujuannya adalah:
1. Memeriksa apakah pesan yang ingin disampaikan memang sudah
bisa mengalir.
2. Memeriksa kejelasan (clarity) dari pesan serta frasa dan diksi yang
dipergunakan.
Dalam mengkomunikasikan secara efektif sebuah informasi/materi, Juru
Bicara atau Komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. VERBAL: Pesan Kunci (sudah dijelaskan dimuka)
2. VOCAL: Irama bicara, Intonasi, Tempo (pacing: kecepatan berbicara)

74

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

dan Artikulasi (kesempurnaan pengucapan huruf-huruf, baik huruf


hidup-vocal maupun huruf mati-konsonan)
3. VISUAL: Ekspresi wajah (mimik muka), bahasa tubuh dan bantuan alat
peraga/pendukung. Tunjukkan antusiasme, vitalitas dan ketulusan
hati.
Dramatisasi dalam menyampaikan materi
Dalam menyajikan materi, supaya lebih atraktif bagi audiens, sebaiknya
Komunikator melakukan beberapa variasi dan tindakan, misalnya:
Membagi

pandangan

ke

semua

audiens;

bahkan,

apabila

memungkinkan mendekat ke audiens.


Melontarkan humor (yang pas dan cerdas serta pada saat yang tepat).
Memainkan intonasi/irama bicara.
Tersenyum dan menunjukkan antusiasme, terutama jika ada yang
bertanya.
Mengatur/persiapan nafas saat bicara. Apabila perlu melakukan
pause sambil melihat reaksi audiens.
Mengoptimalkan ekspresi wajah dan gerak tubuh/tangan (tapi tidak
sampai berlebihan atau berkesan teatrikal).
Berbicara seolah-olah dengan rekan di seberang meja, sehingga
power suara cukup (dengan demikian bisa terdengar dengan jelas
dan tidak tampak lemas/kurang bersemangat).
Memberikan beberapa permainan (games) sebagai bagian dari
simulasi.
Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

75

ALAMAT & KONTAK

Penanggung Jawab Program


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I
Gedung Prof. Dr. Sujudi Lantai 14
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9, Kuningan Jakarta Selatan 12950
Telepon: 021- 5221229, Fax: 021 5277543
SMS Center: 08121167755
Email : jamkesmas@yahoo.com
Website : www.ppjk.depkes.go.id
Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI
Gedung Adhyatma, MPH, Lantai 1 Blok C
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9, Kuningan Jakarta Selatan 12950
Halo Kemkes: 021- 500567
Fax: 021 - 52921669, SMS: 081281562620
Email: kontak@kemkes.go.id
Website: www.sehatnegeriku.com
Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Gedung Prof. Dr. Sujudi Lantai 10
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9, Kuningan Jakarta Selatan 12950
Telepon: 021- 5221224, Fax: 021- 5203873
Email: pusat.promkes@gmail.com
Website : www.promkes.depkes.go.id
Kantor PT. Askes Terdekat

76

Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Das könnte Ihnen auch gefallen