Sie sind auf Seite 1von 9

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP FERTILITAS

DAN UMUR KAWIN PERTAMA


Oleh :
Sukarno
Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan KS, BKKBN
Ringkasan
Wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu reproduksi panjang, sehingga angka
kelahirannya lebih tinggi dibanding wanita yang menikah pada usia tua. Usia menikah terlalu muda
akan menjadi masalah tersendiri bila tidak berKB karena akan berkontribusi langsung terhadap
angka kelahiran atau fertilitas. Faktor sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan, status
tahapan keluarga juga mempengaruhi fertilitas atau jumlah anak lahir. Faktor lain yang juga
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi adalah Umur Kawin Pertama (UKP), akan tetapi belum
diketahui faktor apa yang lebih kuat pengaruhnya. Hal ini yang menjadi permasalahan utama dalam
penelitian ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut, analisis ini menggunakan sumber data dari
Mini Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur 2010 di 33 provinsi. Tehnik pengambilan sampel
yang digunakan adalah kluster random sampling. Jumlah sampel wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) (15-49 tahun) sebanyak 253.887 wanita. Metode analisis yang digunakan adalah tabulasi
silang, regresi logistik, regresi linier multivariate. Temuan penting dari studi ini adalah bahwa
ternyata Umur Kawin Pertama (UKP) tidak mempengaruhi kesertaan berKB. Faktor yang dominan
mempengaruhi fertilitas yaitu Umur Kawin Pertama (UKP). Faktor pendidikan sangat berpengaruh
terhadap meningkatnya Umur Kawin Pertama (UKP).
Kata kunci : Umur Kawin Pertama, Fertilitas, Keluarga Berencana
I. PENDAHULUAN

muda supaya tidak masuk pada kelahiran


resiko tinggi.

A. Latar Belakang
Masa dewasa awal adalah salah satu tahapan
perkembangan manusia yang memiliki masa
terpanjang sepanjang rentang kehidupan
seseorang. Pada masa dewasa awal individu
dianggap telah siap menghadapi suatu
perkawinan, seperti yang dikemukakan oleh
Havigurst bahwa lima dari tugas perkembangan dewasa awal merupakan kegiatankegiatan pokok yang bersangkutan dengan
kehidupan berkeluarga.1
Penyiapan kehidupan berkeluarga sangat
penting bagi pasangan yang akan menikah,
oleh karena penundaan kelahiran anak pertama
perlu dilakukan pasangan yang usianya terlalu

Penundaan usia perkawinan akan memberikan


kontribusi terhadap kelahiran seorang anak
sehingga angka kelahiran / fertilitas dapat
ditekan. Fertilitas dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu demografi dan non demografi. Faktor
demografi terdiri dari struktur umur, umur
kawin pertama, lama perkawinan, paritas dan
proporsi kawin. Sedangkan faktor non
demografi terdiri dari faktor sosial, faktor
ekonomi dan faktor psikologi. Fertilitas
merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan
hidup dengan pengertian bahwa anak yang
pernah dilahirkan dalam kondisi hidup
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jika
anak pada saat dilahirkan dalam kondisi hidup
kemudian meninggal pada waktu masih bayi
tetap dikatakan anak lahir hidup (ALH).

Usia pertama kali melahirkan di Indonesia antara 13-18 tahun sekitar 18% dan pernikahan
dibawah 18 tahun mencapai 49% pada tahun
1998.2 Ini disebabkan antara lain faktor sosial,
ekonomi, hukum, dan adat budaya setempat
dan undang-undang Perkawinan No. 1 tahun
1974 yang menentukan 16 tahun sebagai usia
minimum pernikahan bagi perempuan dan 18
tahun bagi laki-laki.
B.

Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini mencakup hal-hal yang


berkaitan langsung dengan faktor-faktor yang
bisa menghambat fertilitas supaya pertumbuhan penduduk tidak terjadi secara cepat.
Faktor-faktor tersebut antara lain faktor sosial
ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan,
status tahapan keluarga dan daerah tempat
tinggal. Faktor lain adalah faktor kesertaan
berKB dan Usia Kawin Pertama (UKP). Usia
kawin pertama ini sangat penting karena pada
umumnya pada wanita usia menikah terlalu
muda mempunyai waktu reproduksi yang
panjang sehingga angka kelahirannya akan
tinggi dibanding wanita yang menikah pada
usia tua. Usia menikah terlalu muda dapat
menjadi masalah bila tidak berKB. Usia
Kawin Pertama (UKP) akan menjadi alternatif
untuk mengatur jarak kelahiran selain berKB.
Pada analisis ini pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap kesertaan berKBnya juga
akan dikaji.
Demikian luasnya masalah penelitian ini
dalam upaya untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk, oleh karena itu akan dibatasi
permasalahannya tentang pengaruh umur
kawin pertama dan faktor sosial ekonomi
terhadap kesertaan ber-KB dan fertilitas.
Perumusan masalah ini dapat dirinci dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah faktor sosial ekonomi (umur,
tingkat
pendidikan,
status
tahapan
keluarga), kesertaan berKB serta Umur
Kawin Pertama (UKP) mempengaruhi
fertilitas ?

2. Apakah faktor sosial ekonomi (pendidikan,


umur, daerah tempat tinggal, status tahapan
keluarga) berpengaruh terhadap Umur
Kawin Pertama (UKP)
C. Tujuan
Secara umum tujuan studi ini adalah untuk
memperoleh faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kesertaan ber-KB yang pada akhirnya
akan bisa menekan angka fertilitas di
Indonesia. Secara khusus studi ini bertujuan
untuk :
1. Ingin mengetahui pengaruh faktor sosial
ekonomi (umur, tingkat pendidikan, status
tahapan keluarga), kesertaan berKB serta
umur kawin pertama terhadap fertilitas atau
jumlah anak lahir hidup (ALH).
2. Ingin mengetahui faktor sosial ekonomi
(pendidikan, umur, daerah tempat tinggal,
status tahapan keluarga) yang berpengaruh
terhadap umur kawin pertama (UKP).
D. Manfaat
1. Hasil penelitian dapat memberi masukan
bagi para penentu kebijakan, pengelola
program Keluarga Berencana (KB) dalam
upaya menurunkan fertilitas dengan
peningkatan usia perkawinan pertama.
2. Dapat dipakai sebagai bahan evaluasi
pelaksanaan program KB maupun perencanaan program KB di tingkat nasional.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan
tentang program KB, baik dalam praktek
maupun penerapan teori di lapangan.
E.

Tinjauan Pustaka

a)

Kerangka Konseptual

Ada berbagai macam teori yang menerangkan


faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas.
Teori tentang fertilitas tersebut dirumuskan
dari berbagai disiplin seperti sosiologi, ekonomi, psikologi dan anthropologi. Tulisan
ini hanya membahas beberapa teori fertilitas
dari disiplin sosiologi dan ekonomi, dua

disiplin yang telah cukup banyak membahas


tentang fertilitas.3
Kajian tentang fertilitas pada dasarnya
bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum
disiplin lain membahas secara sistematis
tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang
fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sebagian
besar
anali-sis
kependudukan
(selain
demografi formal) sesungguhnya merupakan
analisis sosiologis. Davis and Blake (1956),
Freedman (1962), Hawthorne (1970) telah
mengembangkan berbagai kerangka teoritis
tentang
perilaku fertilitas yang pada
hakekatnya bersifat sosiologis. 3
Davis dan Blake 1956 mengklasifikasikan 11
variabel yang dapat mempengaruhi fertilitas
dalam masyarakat dan mengelompokkannya
dalam tiga kategori :4
1. Variabel-variabel hubungan seksual
2. Variabel-variabel konsepsi
3. Variabel-variabel gestasi
Dalam tulisannya yang berjudul The Social
structure
and
fertility:
an
analytic
framework (1956) Kingsley Davis dan
Judith Blake melakukan analisis sosiologis
tentang fertilitas. Davis and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
fertilitas
melalui
variabel
antara
(intermediate variables).

pada dasarnya juga dipengaruhi oleh normanorma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada
akhirnya
perilaku
fertilitas
seseorang
dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu
norma tentang besarnya keluarga dan norma
tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya
norma-norma tentang besarnya keluarga dan
variabel antara di pengaruhi oleh tingkat
mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang
ada di masyarakat. Kerangka analisis fertilitas
yang
dikemukakan
oleh
Freedman
digambarkan dalam Bagan 1.5
b)

Hasil Penelitian Sejenis / Sebelumnya

Review hasil penelitian tentang umur kawin


pertama yang pernah dilakukan dengan data
yang berbeda juga menyimpulkan bahwa
umur kawin pertama (UKP) berpengaruh
terhadap fertilitas. Umur Kawin Pertama
(UKP)
dipengaruhi
oleh
pendidikan.
Sementara itu beberapa hasil dari survei atau
analisis serupa yang sudah dilaksanakan
antara lain :
1. Hasil penelitian Iswarati (2009) dalam
analisa lanjut SDKI 2007 tentang Proximate Determinan Fertilitas menunjukkan
bahwa umur kumpul pertama merupakan
salah satu dari tiga variabel yang sangat
berpe-ngaruh signifikan terhadap fertilitas.6
2. Hasil penelitian Resti Puji Hasvuty dalam
Pola Perkawinan dan Fertilitas di indonesia
Tahun 2009 yang menyimpulkan bahwa
semakin tinggi pendidikan maka semakin
tinggi umur kawin pertama (UKP).7
F.

Hipotesis

Berdasarkan uraian pada perumusan masalah


dan tinjauan pustaka di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :

Menurut Freedman variabel antara yang


mempengaruhi langsung terhadap fertilitas

1. Ada pengaruh positip antara faktor sosial


ekonomi (umur, tingkat pendidikan, status
tahapan keluarga), kesertaan berKB serta
umur kawin pertama (UKP) terhadap
jumlah anak lahir hidup atau fertilitas.

2. Ada pengaruh positif faktor sosial ekonomi


(pendidikan, umur, daerah tempat tinggal,
status tahapan keluarga) yang signifikan
terhadap umur kawin pertama (UKP).
II. METODE PENELITIAN
A. Sumber Data
Sumber data penelitian ini menggunakan Mini
Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur
2010 di 33 provinsi. Mini Survei (MS)
Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS)
2010 merupakan survey berskala nasional,
dirancang dapat mengestimasi parameter
tingkat Kabupaten / Kota, Provinsi dan
Nasional. Variabel dalam MS terdiri dari :
umur, jumlah anak, pendidikan, tahapan
keluarga, umur kawin pertama, kehamilan,
kesertaan berKB, akses dan pelayanan KB
serta alasan tidak berKB.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan
adalah kluster random sampling. Urutan dalam
menentukan sampel klaster dan sampel responden: pertama, menggunakan formula
perhitungan jumlah sampel, akan didapatkan
jumlah sampel responden di setiap kabupaten/kota; kedua: jumlah sampel PUS di setiap
klaster telah ditentukan sejumlah 25 wanita
PUS; ketiga: maka jumlah sampel klaster/RT
yang diperlukan di setiap kabupaten kota akan
dapat dihitung yaitu dengan membagi besar
sampel responden dengan 25. Jumlah sampel
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) umur 1549 tahun sebanyak 253.887 wanita di 33
provinsi.
B.

Metode Analisis

berdasarkan karakteristik latarbelakang


sosial ekonomi seperti umur ibu, tempat
tinggal, pendidikan dan tahapan keluarga.
2. Analisis
Regresi
Linier Multivariat,
tehnik analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh faktor sosial
ekonomi (umur, tingkat pendidikan, status
tahapan keluarga), kesertaan berKB serta
Umur Kawin Pertama (UKP) terhadap
jumlah Anak Lahir Hidup (ALH).
Alasannya karena datanya yang bersifat
ordinal seperti tingkat pendidikan dan
status tahapan keluarga.
3. Analisis Regresi Linier Multivariat, tehnik
analisis ini digunakan untuk melihat
pengaruh faktor sosial ekonomi (pendidikan, umur, daerah tempat tinggal, status
tahapan keluarga) terhadap Umur Kawin
Pertama (UKP). Alasannya karena datanya
yang bersifat ordinal seperti pendidikan
dan status tahapan keluarga.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum menguji hipotesis, berikut dikemukakan gambaran umum tentang rata-rata umur
kawin pertama menurut latar belakang sosial
ekonomi.
A. Gambaran Umum
Tabel 1 menyajikan persentase Umur Kawin
Pertama menurut karakteristik sosial ekonomi
Pasangan Usia Subur (PUS). Secara umum
berdasarkan
kelompok umur ditemukan
bahwa semakin
tua umur ibu rata-rata
umur kawin pertama semakin tinggi.

- Variabel yang dianalisis antara lain : umur,


jumlah anak, pendidikan, tahapan keluarga,
umur kawin pertama, kesertaan berKB.
- Metode analisis yang digunakan adalah :
1. Tabulasi Silang, tehnik ini digunakan untuk
mengetahui rata-rata umur kawin pertama
Tabel 1
Persentase Umur Kawin Pertama Menurut Karakteristik Latar Belakang Wanita Pasangan Usia Subur (PUS),
Indonesia 2010 (Mini Survei 2010)

Karakteristik
Umur Ibu
15-24
25-34
35-49
Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademik
Tamat PT
Tahapan Keluarga
PKS
KS 1
KS II
KS III
KS III +
TOTAL

< 18 thn

Umur Kawin
18 - 19 thn
20 - 21 thn

> 22 thn

Rata-rata
UKP

16.3
36.1
47.6

15.9
39.1
45.0

10
41.9
48.1

1.1
42
56.9

18.8
20.9
21.4

25.9
74.1

32.6
67.4

39.5
60.5

51.7
48.3

21.9
20.4

3.6
13.2
47.5
26.6
8.5
0.4
0.3

1.3
7.5
35.3
29.9
23.7
1.3
0.8

1.4
5.7
27.5
25.5
35.1
2.8
2.1

1.1
4.5
18.3
17.5
39.1
7.9
11.6

19.2
19.4
19.7
20.4
22.2
23.9
25.1

24.6
36.5
27.2
10.7
1.0
25.7

19.8
35.8
29.4
13.7
1.4
11.1

16.6
33.6
31.6
16.3
2.0
34.3

13.6
28.1
31.3
23.3
3.7
28.9

20.2
20.6
21.1
22.0
22.8
20.9

Rata-rata umur kawin pertama (UKP) lebih


rendah (kawin muda) di wilayah pedesaan
dibandingkan di perkotaan. Umur kawin yang
tinggi di wilayah perkotaan kemungkinan
berhubungan dengan kesibukan pada usia
muda untuk melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, sementara di perdesaan
sarana dan prasarana pendidikan kurang
begitu memadai dan kurangnya minat untuk
meneruskan pendidikan yang lebih tinggi.

apakah masing-masing berhubungan positif


atau negatif.8

Tabel 2
Hasil Olahan SPSS Faktor Sosial Ekonomi Terhadap
Kesertaan KB

1. Pengaruh faktor sosial ekonomi (umur,


tingkat
pendidikan,
status
tahapan
keluarga), kesertaan berKB serta Umur
Kawin Pertama (UKP) terhadap jumlah
Anak Lahir Hidup (ALH).
Untuk melihat pengaruh faktor sosial ekonomi
(umur, tingkat pendidikan, status tahapan
keluarga), kesertaan berKB serta Umur Kawin
Pertama (UKP) terhadap jumlah Anak Lahir
Hidup (ALH) digunakan Regresi Linier Multivariat. Analisis ini untuk memprediksi nilai
dari variabel terikat apabila mengalami kenaikan atau penurunan dan mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dan terikat,

Tabel 3
Hasil Olahan SPSS Persamaan Regresi Linier
Multivariat

Sumber : Mini Survei Tahun 2010

Tabel 3 menunjukkan pengujian secara keseluruhan p value F test sebesar 0,000 (<
0,005), maka secara keseluruhan variabel sosial ekonomi (umur ibu, tempat tinggal, tingkat
pendidikan dan tahapan keluarga), kesertaan
KB, dan UKP berpengaruh signifikan dengan
umur kawin pertama. Dari keenam variabel
pengaruh dapat menjelaskan variasi ALH
(Fertilitas) sebesar 38 persen seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 4
Hasil Olahan SPSS Regresi Linier Multivariat

Tabel 4 menunjukkan nilai p-value untuk


variabel umur, tingkat pendidikan, status
tahapan keluarga, kesertaan KB, dan Umur
Kawin Pertama < 0,05 sehingga kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap jumlah
anak lahir hidup (fertilitas). Dari kelima
variabel, jika dilihat dari koefisien Beta, maka
variabel yang paling berpengaruh terhadap
jumlah anak lahir hidup (ALH) adalah Umur
Kawin Pertama (UKP).
Grafik 2
Rata-rata Jumlah Anak Yang Lahir Menurut Umur
Kawin Pertama di Indonesia

Semakin tinggi umur perkawinan pertama,


maka semakin rendah jumlah anak yang
dilahirkan serperti yang ditunjukkan pada
Grafik 2. Di sini terlihat jelas tentang
pengaruh Umur Kawin Pertama (UKP)
terhadap fertilitas.
2. Pengaruh
faktor
sosial
ekonomi
(pendidikan, umur, daerah tempat tinggal,
status tahapan keluarga) terhadap Umur
Kawin Pertama (UKP)
Untuk melihat pengaruh faktor sosial ekonomi
(pendidikan, umur, daerah tempat tinggal,
status tahapan keluarga) terhadap Umur
Kawin Pertama (UKP) digunakan analisis
regresi linier multivariat. Analisis ini berhubungan dengan semua tehnik statistik yang
secara simultan menganalisis sejumlah
pengukuran pada individu atau objek.9

Tabel 5
Hasil Olahan SPSS Faktor Sosial Ekonomi Terhadap
Umur Kawin Pertama

Secara bersama-sama semua variabel sosial


dan ekonomi berpengaruh terhadap umur
kawin pertama. Dari 4 variabel pengaruh dapat
menjelaskan variasi Umur Kawin Per-tama

sebesar 16,9 persen seperti yang ditun-jukkan


pada Tabel 5.

Grafik 3
Rata-rata UKP Menurut Tingkat Pendidikan Indonesia

Tabel 6
Hasil Olahan SPSS Regresi Linier Multivariat Tingkat
Signifikan Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Umur
Kawin Pertama

Sumber : Mini Survei 2010

Grafik 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi


pendidikan, maka rata-rata Umur Kawin
Pertama semakin tinggi.
Tabel 6 menunjukkan pengujian secara
keseluruhan P value F test sebesar 0,000 (<
0,005), maka secara keseluruhan variabel
sosial ekonomi (umur ibu, tempat tinggal,
tingkat pendidikan dan tahapan keluarga)
berhubungan linier
dengan umur kawin
pertama.

Grafik 4
Persentase Umur Kawin Pertama Menurut Tingkat
Pendidikan Indonesia

Tabel 7
Hasil Olahan SPSS Regresi Linier Multivariat Tingkat
Signifikan Individu Faktor Sosial Ekonomi Terhadap
Umur Kawin Pertama

Sumber : Mini Survei Tahun 2010

Tabel 7 menunjukkan nilai p-value untuk


variabel umur, daerah tempat tinggal, dan
tingkat pendidikan < 0,05 sehingga ketiga
variabel tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan umur kawin pertama. Sedangkan
p-value
untuk variabel status tahapan
keluarga
sebesar 0,710 >0,05 sehingga
variabel ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan umur kawin pertama.
Dari ketiga variabel yang signifikan, jika
dilihat dari koefisien beta sebesar 0,358, maka
variabel yang paling berpengaruh terhadap
UKP adalah variabel pendidikan

Ada satu temuan menarik yang bisa kita


cermati, umur kawin pertama yang < 18 thn
(usia kawin muda) paling tinggi pada wanita
PUS yang tingkat pendidikannya hanya
sampai tamat SD seperti yang ditunjukkan
pada Grafik 4.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata umur kawin pertama (UKP)
menunjukkan trend yang semakin tinggi
pada mereka yang hidup di perkotaan,
mempunyai pendidikan tamat perguruan
tinggi serta tahapan keluarga kaya / KS
III+.

2. Semakin tinggi UKP semakin sedikit /


rendah jumlah anak yang dilahirkan
sehingga akan memperkecil angka
fertilitas yang nantinya berkontribusi
terhadap rendahnya laju pertumbuhan
penduduk.
3. Faktor pendidikan merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap Umur Kawin
Pertama (UKP) dibanding 3 faktor lainnya
seperti status tahapan keluarga, umur dan
daerah tempat tinggal.
B.

Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang ada, maka


perlu adanya upaya sebagai berikut :
1. Untuk pasangan usia subur (PUS) berusia
<20 tahun, kalau bisa disarankan untuk
menunda kehamilan anak pertama karena
secara kesehatan masih berada pada tahap
resiko tinggi kehamilan. Bisa dilakukan
oleh lintas sektor terutama Kementrian
Agama dalam memberikan penyuluhan
kepada calon pengantin yang masih terlalu
muda terutama pada daerah pedesaan yang
pendidikannya rendah serta tingkat
ekonominya rendah.
2. Kalau pasangan muda ingin menunda
mempunyai
anak
pertama
maka
penyuluhan dan penyediaan layanan
Keluarga
Berencana
yang
sesuai
diperlukan
karena
jangan
sampai
menimbulkan gangguan fertilitas apabila
tidak tepat dalam pemilihan alat/cara KB.
3. Pemerintah bisa membuat kebijakan untuk
menaikkan tingkat pendidikan dasar
karena ternyata faktor pendidikan
berpengaruh besar terhadap Usia Kawin
Pertama (UKP), demikian juga UKP
terhadap jumlah anak lahir hidup (ALH)
atau fertilitas.
V.
1

DAFTAR PUSTAKA

Hubungan Sikap terhadap Penundaan Usia


Perkawinan dengan Intensi Penun-daan Usia
Perkawinan
(http://www.averroes.or.id/research/hubungan-

sikap-terhadap-penundaan-usia-perkawinandengan-intensi-penundaan-usiaperkawinan.html) diakses tanggal 03


November 2011).
2

The William H Gates Foundation. 1998.


Laporan Into A New World: Young Women's
Sexual and Reproductive Lives.
3

Robinson, Warren C. and Sarah F. Harbison.


1983. Menuju Teori Fertilitas Terpadu
(Toward a unified theory of fertility).
Yogyakarta : Pusat Pene-litian dan Studi
Kependudukan UGM.
4

Davis, Kingsley and Judith Blake. 1974.


Struktur Sosial dan Fertilitas (Social
structure
and
fertility:
an analytical
framework).
Yogyakarta :
Lembaga
Kependudukan UGM.
5

Freedman,
Ronald. 1979.Theories of
fertility decline: a reappraisal. in
Philip M. Hauser (ed.) World Population
and development. New York : Syracuse
University Press.
6

Iswarati. 2009. Proximate Determinant


Fertilitas di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI
2007). Jakarta : BKKBN.
7

Puji Hasvuty Resti. 2009. Pola perkawinan


dan fertilitas di indonesia. Jakarta, 22
Desember :
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan KB dan KR BKKBN.
8

Priyatno Duwi. 2010. Paham Analisa


Statistik Data dengan SPSS. Jakarta :
Mediakom.
9

Santoso Singgih.2010. Statistik Multivariat,


konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta :
Elex Media Komputindo

Das könnte Ihnen auch gefallen